• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow

Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah

Oleh:

Uswatun Hasanah 180303108

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

(BKI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(2)

ii

Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow

Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati,

Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Mataram Untuk Melengkapi Persyratan Mencapai Gelar Sarjana

Sosial (S.Sos)

Oleh:

Uswatun Hasanah 180303108

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

(BKI)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM 2022

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

(4)

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

(5)

vi

PENGESAHAN

(6)

vii MOTTO

“Setiap manusia pasti banyak berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang-orang yang sering

bertaubat”

(HR. Tirmidzi, No. 2687)1

1 Al-Hafidz Al-Imam Jalaluddin Abdur Rahman, Al-Jami’ Ash-Shaghir Min Ahadits Al-Basyir An-Nadzir, ( Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 199.

(7)

viii

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini buat keluarga tercinta. Ibuku Usiah dan bapakku Sahirudin yang selalu memberikan semangat, nasihat dan do’a tanpa henti, adikku Ahmad, Athiullah, Nurul Fitri dan Hanif Arkan Khairul Anam yang

menjadi penyemangatku dalam berjuang merubah keadaan keluarga, Guru ku yang sampai sekarang masih memantau,

memberikan nasihat dan dorongan, dan teman-teman seperjuangan yang selalu memberikan dukungan serta pembimbing terbaik Dr. Mira Mareta, MA dan Syamsul Hadi,

M.Pd yang memberikan semangat dalam mengerjakan revisi.

(8)

ix

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar sarjana (S1) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram, peneliti menyadari bahwa penyelsaian skripsi ini adalah berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, dan menyadari sepenuhnya tanpa adanya bantuan dan dukungan tersebut skripsi ini mungkin tidak dapat terselsaikan tepat pada waktunya. Untuk itu pada kesempatan yang sangat berbahagia ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Mira Mareta, MA sebagai pembimbing I dan Bapak Syamsul Hadi, M.Pd sebagai pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, koreksi dan motivasi tanpa henti sehingga skripsi ini bisa selesai tepat waktu.

(9)

x

2. Kedua orang tuaku, Ibu Usiah dan bapak Sahirudin yang selalu memberikan semangat, dukungan dan tidak pernah putus mendoakan demi kebaikan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Dr. Mira Mareta, MA sebagai Ketua Prodi dan bapak Syamsul Hadi, M.Pd sebagai Sekertaris Prodi Bimbingan dan Konseling Islam yang telah mengajari banyak ilmu dan motivasi.

4. Bapak Dr. Muhamad Saleh, M.A sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Bapak Prof. Dr. H. Masnun Tahir, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

7. Bapak Junaidi, S. Sos selaku kepala sekolah SMK I Darussalam yang sampai sekarang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk wisuda tepat waktu.

8. Teman-teman seperjuanganku dikelas BKI D angkatan 2018 yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi.

(10)

xi

Mataram, Penulis

Uswatun Hasanah

(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

HALAMAN JUDUL ...ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...iii

HALAMAN NOTA DINAS ...iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...v

PENGESAHAN ...vi

HALAMAN MOTO ...vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...viii

KATA PENGANTAR ...ix

DAFTAR ISI...xi

ABSTRAK ...xvi

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...9

C. Tujuan Penelitian ...9

D. Manfaat Penelitian ...10

E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ...11

F. Telaah Pustaka ...12

(12)

xiii

G. Kerangka Teori ...15

1. Konseling Kelompok ...15

2. Teknik Ability Potential ...24

3. Siswa Slow Learner ...30

4. Kemampuan Literasi Dasar ...34

H. Metode Penelitian ...38

I. Sistematika Pembahasan ...49

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ...50

A. Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah .50 B. Identitas Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...51

C. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ....53

D. Tabel Struktur Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...55

E. Tabel Jumlah Siswa Madrasah Tsanawiyah Al- Fathiyah...57

F. Siswa Slow Learner Yang Mengalami Kemampuan Literasi Dasar Rendah di Madrasah Tsanawiyah Al- Fathiyah ...59

G. Pelaksanaan Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...62 H. Hasil Akhir Setelah Pelaksanaan Konseling

Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam

(13)

xiv

Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...72 BAB III PEMBAHASAN ...75

A. Analisis Pelaksanaan Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...75 1. Tahap Pralayanan Konseling Kelompok Dengan

Teknik Ability Potential dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan konseling ...76 2. Tahap Pelaksanaan Konseling Kelompok

Dengan Teknik Ability Potential Dilakukan Dengan Empat Tahapan ...78 3. Tahap Pasca Layanan Pelaksanaan Konseling

Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Yang Berdampak Positif Bagi Siswa Slow Learner ...81 4. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Yang Belum

Jelas Tahapan Kegiatannya ...82 B. Hasil Akhir Setelah Pelaksanaan Konseling

Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah ...83

(14)

xv

BAB IV PENUTUP ... 94

A. Kesimpulan ... 94

B. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 97

LAMPIRAN... 103

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 110

(15)

xvi

Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow

Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati,

Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah Oleh:

Uswatun Hasanah NIM 180303108

Abstrak

Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati Kec.

Kopang Kab. Lombok Tengah adalah Madrasah Inklusi yang menerima anak berkebutuhan khusus (ABK). Madrasah ini memiliki siswa slow learner atau lambat belajar dalam kategori literasi dasar rendah. Kemudian upaya yang dilakukan guru pembimbing khusus (GPK) dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner adalah menggunakan konseling kelompok dengan teknik ability potential. Teknik bertujuan untuk memberikan semangat dan dorongan kepada siswa dalam belajar. Sehingga GPK menggunakan teknik ini karena sesuai dengan kebutuhan siswa yang harus diberikan semangat dan dorongan untuk dapat meningkatkan semangat belajar yang tinggi. Dalam pelaksanaan konseling terlihat adanya perubahan yang baik dari siswa seperti sudah bisa membaca dan menulis dengan rapi.

(16)

xvii

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan dokumentasi dengan Kepala Madrasah, Guru pembimbing khusus dan siswa slow learner atau lambat belajar. Adapun jumlah subjek penelitiannya adalah sepuluh orang.

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa : Pertama, proses pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner yaitu berjalan optimal karena dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan konseling yang sudah distandarkan. Kedua, setelah pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner yaitu adanya perubahan yang baik pada diri siswa slow learner seperti bisa lancar membaca, menulis dan mengenal huruf.

Kata kunci : Slow Learner, Teknik Ability Potential, MTs. Al- Fathiyah.

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bimbingan dan konseling adalah proses membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.2 Salah satu layanan bimbingan dan konseling adalah layanan konseling kelompok. Konseling kelompok adalah suatu prosedur membantu yang dimulai dengan anggota kelompok mengeksplorasi dunia mereka sendiri bertujuan mengidentifikasi pikiran, perasaan dan melakukan proses yang ada dalam suatu cara self- defeating. Anggota menentukan dan mendeklerasikan pada kelompok apa tingkah laku mereka yang produktif dan memutuskan untuk memilih bersama- sama anggota kelompok lain untuk tingkah laku apa yang akan dibahas dan diperbaiki.3 Layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah salah satu proses antar individu yang bersifat dinamis, terpusat pada

2Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 67.

3Murad, Abdul, Konseling Kelompok Teori, Asumsi, Konsep, dan Aplikasi, (Bandung: Rizqi Press, 2009), hlm.13.

(18)

2

prilaku yang disadari oleh masing-masing individu yang bersangkutan. Layanan konseling kelompok memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memahami dan mengerti keadaan dan potensi diri sendiri.

Menurut Mungin Eddy Wibowo menjelaskan bahwa teknik konseling kelompok digolongkan menjadi dua yaitu teknik konseling verbal dan non verbal. Adapun yang termasuk teknik konseling kelompok verbal antara lain yaitu home room, sosiodrama, psikodrama, ability potential dan diskusi kelompok.4 Ability potential merupakan suatu respon yang penuh support dari konselor. Dimana konselor dapat secara verbal atau bahasa mengakui potensi atau kapasitas konseli untuk melakukan sesuatu. Sementara itu dengan adanya pengakuan secara verbal bahwa setiap individu memiliki potensi mandiri dalam melakukan segala sesuatu. Maka akan timbul perasaan percaya diri, inisiatif sendiri, penuh tanggung jawab serta termotivasi dalam bertindak. Dengan mengubah status pikiran dan perasaan konseli dengan mengakui

4Budi Astuti, "Modul Konseling Kelompok Program Studi Bimbingan dan Konseling, (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, 2012), hlm. 1-3.

(19)

3

potensinya, konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya dari negatif menjadi positif.

Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.5 Selain itu belajar juga diartikan sebagai kewajiban dan tugas utama peserta didik, tetapi dalam proses belajar tidak semua peserta didik memiliki pengelolaan belajar yang baik sehingga mengalami proses lambat belajar. Slow learner atau lambat belajar yang dialami oleh peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang diajarkan oleh guru merupakan sebuah kodisi dari anak berkebutuhan khusus (ABK).

ABK merupakan kondisi peserta didik yang mengalami gangguan baik dari segi psikis maupun fisik. Menurut Permendikna, anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang mempunyai kelainan fisik, emosional, mental, sosial, bahkan memiliki potensi kecerdasan yang istimewa sehingga perlu mendapatkan pelayanan pendidikan yang sesuai

5Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2005), hlm. 20.

(20)

4

dengan kebutuhan dan hak asasinya. Anak berkebutuhan khusus menurut Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 pasal 129 ayat 3 Menetapkan bahwa peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yang tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, slow learner, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif serta memiliki kelainan lain.6 Slow learner (lambat belajar) merupakan salah satu gangguan belajar pada seseorang yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan secara afektif dan kognitifnya. Slow learner ini memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehingga proses belajarnya menjadi lambat. Tingkat kecerdasan mereka sedikit dibawah rata-rata dengan IQ antara 80- 90. Selain itu juga anak slow learner ini memiliki keterbatasan dalam mengingat, karena pada umumnya anak slow learner memiliki konsentrasi rendah dalam hal pembelajaran yitu kisaran waktu kurang lebih 20 menit.7 Selanjutnya mereka akan cenderung

6Amelia, W, "Karakteristik dan Jenis Kesulitan Belajar Anak Slow Learner", Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah, 2016, Vol. 1, Nomor. 2.

hlm. 5.

7Khofifah, Ria, "Motivasi Belajar Seorang Slow Learner, Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar", Vol. 1, Nomor. 1, 2015, hlm. 13.

(21)

5

menunjukkan sikap-sikap yang menandakan bahawa mereka sudah merasa jenuh, bosan dan tidak tenang ketika berada didalam ruang kelas untuk mengikuti proses pembelajaran serta mengganggu teman- temannya.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilaksanakan peneliti di Mts Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah bahwa Madrasah tersebut sudah mendapatkan SK Inklusif. Dimana Madrasah inklusi adalah Madrasah yang menyelenggarakan pendidikan dengan mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Sehingga siswa yang mengalami hambatan atau anak berkebutuhan khusus dapat mengakses pendidikan setara dengan anak normal lainnya untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Di Madrasah tersebut tidak terdapat siswa yang berkebutuhan khusus dari segi fisiknya. Namun anak berkebutuhan khusus dari segi psikis dan kognitifnya.

Menurut data yang didapatkan peneliti ketika PKL disana bahwa terdapat beberapa siswa yang mengalami lambat belajar atau diistilahkan dengan nama slow learner. Dimana anak dengan kategori slow learner merupakan siswa yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan, sehingga proses

(22)

6

belajarnya menjadi lambat. Selain itu juga anak slow learner ini memiliki keterbatasan dalam mengingat, karena pada umumnya anak slow learner memiliki konsentrasi rendah dalam hal proses pembelajaran. Di Madrasah tersebut terdapat siswa yang belum bisa membaca dan bahkan belum bisa membaca tulisannya sendiri.8

Terdapat lima jenis literasi yaitu literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi dan literasi visual. Berdasarkan jenis literasi tersebut siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah masuk dalam kategori memiliki kemampuan literasi rendah dalam jenis literasi dasar. Dalam literasi dasar ini siswa memiliki kemampuan rendah dalam hal mendengarkan, berbicara dan membaca. Dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti, peneliti mengambil sepuluh subjek yang termasuk dalam kategori siswa dengan kemampuan literasi dasar yang rendah.

Berdasarkan firman Allah SWT perintah untuk membaca dalam Al-Qur'an surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:

8 Observasi, kondisi siswa, 26 Oktober 2021

(23)

7

َقَلَخ ۡىِذَّلا َكِ ب َر ِم ۡساِب ۡا َرۡقِا

قَلَع ۡنِم َناَسۡنِ ۡلۡا َقَلَخ١ۚ

{ ۡا َر ۡقِا١ }٢ م َر ۡكَ ۡلۡا َكُّب َر َو ٣

َم َناَسۡنِ ۡلۡا َمَّلَع ۡمَلۡعَي ۡمَل ا

٤ ىٰٓ غ ۡطَيَل َناَسۡنِ ۡلۡا َّنِا ۤ َّلََّك ٥

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,"Yang mengajar (manusia) dengan pena"Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S. Al-Alaq: 1-5)

Dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan wahyu pertama dengan perintah iqra yang bermakna membaca, merupakan embrio lahirnya tradisi literasi (membaca dan menulis) di kalangan umat Islam, khususnya masyarakat Arab. Tidak hanya membaca tulisan, tapi membaca diri sendiri sebagai manusia ciptaan Allah, membaca alam sebagai tanda- tanda kekuasaan-Nya. Membaca dan menulis adalah cara berkomunikasi secara tidak langsung, sedangkan berbicara dan mendengar merupakan komunikasi secara langsung. Menulis adalah cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.

Sejarah awal lahirnya tradisi literasi dalam Islam dapat dilihat sejak zaman Nabi saw. dengan adanya proses

(24)

8

pengumpulan dan penulisan al-Quran untuk dijadikan sebuah mushaf.9

Di Madrasah tersebut diketahui bahwa belum memiliki guru BK padahal sudah lama menjadi Madrasah inklusi, hanya saja sebagian guru sering mengikuti pelatihan tentang bagaimana penanganan anak berkebutuhan khusus. Dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut pihak guru dapat menambah wawasan tentang bagaimana menangani siswa slow learner.10 Hasil dari pelatihan tersebut diterapkan kepada siswa slow learner dalam kategori kesulitan dalam membaca. Namun hasilnya masih sangat kurang efektif dilihat dari siswa yang masih kesulitan atau lambat dalam belajar terlebih khusus dalam membaca.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengangkat tema ini sebagai judul penelitian. Maka peneliti mengangkat judul : Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner Madrasah Tsanawiyah Al-Fhatiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab, Lombok Tengah.

9 Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Quran, (Yogyakarta: FKBA, 2001), hlm. 130.

10 Siti Farhiyah, Wawancara, Kopang, 26 Oktober 2021.

(25)

9 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang menjadi latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah Konseling Kelompok dengan Teknik Ability Potential dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah.

Adapun fokus penelitiannya adalah?

1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Ability Potential dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah?

2. Bagaimana Hasil dari Pelaksanaan Konseling Kelompok dengan Teknik Ability Potential dalam Mengatasi Kemampuan Literasi Dasar Siswa Slow Learner di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(26)

10

1. Untuk mengtahui proses pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah?.

2. Untuk mengetahui hasil dari proses pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah?

D. Manfaat Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan wawasan pengetahuan kepada calon konselor tentang konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner.

b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan kajian atau bahan

(27)

11

rujukan dalam mengembangkan program bimbingan dan konseling disekolah.

c. Sebagai sumber informasi dalam referensi tentang penerapan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan mampu membantu meningkatkan kemampuan literasi dasar siswa slow learner melalui konseling kelompok dengan teknik ability potential.

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner.

c. Sebagai bahan masukan guru mata pelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah.

E. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk mempermudah pembahasan dan menghasilkan data yang akurat dalam penelitian ini serta peneliti dapat mempertanggung jawabkan kebenarannya, maka peneliti melakukan pembatasan masalah yang meliputi objek dan subjek. Dalam

(28)

12

penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya yaitu konseling kelompok dengan teknik ability potential.

Sedangkan subjek penelitiannya yaitu siswa kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah. Dengan kriteria subjek yaitu Siswa yang memiliki kemampuan literasi dasar yang rendah.

2. Setting Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, Kec. Kopang, Kab. Lombok Tengah.

F. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penulusuran terhadap karya-karya terdahulu untuk menghindari plagiasi, duplikasi serta menjamin keaslian dan keabsahan penelitian yang dilakukan. Penelitian tentang siswa slow learner telah banyak diteliti oleh orang lain, diantaranya sebagai berikut:

Menurut peneliti Ike Yuliani dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Konseling Kelompok Dalam Mereduksi Kesulitan Belajar IPS Pada Peserta Didik Kelas VIII SMPN 11 Bandar Lampung”, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Berdasarkan hasil hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

(29)

13

berbunyi Ada pengaruh pemberian Konseling Kelompok dalam mereduksi kesulitan belajar peserta didik kelas VIII di SMPN 11 Bandar Lampung tahun pelajaran 2017/2018. Artinya bahwa dengan diberikannya layanan konseling kelompok dapat mereduksi kesulitan belajar atau terlayaninya kesulitan yang dialami siswa.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan Yuliya Selfiah dapat memperkuat penelitian sebelumnya dimana judul penelitian Yuliya Selfiah berjudul

Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas XI 1 SMA Negeri 1 Tanjung Tiram Batu Bara”, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sudah berjalan cukup baik. Dilihat dari siswa yang mengalami perubahan dan peningkatan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya bimbingan kelompok dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dapat teratasi dengan meningkatnya motivasi belajar siswa.

Penelitian diatas diperkuat lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari Wahyuni, Pengaruh Konseling Kelompok Teknik Ability

(30)

14

Potential Response Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta Didik Kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pada peserta didik sesudah diberikan layanan. Terlihat dari siswa sebelumnya tidak mandiri dalam belajar tetapi setelah diberikan layanan terjadi perubahan pada siswa yaitu adanya peningkatan kemandirian belajar pada siswa. Sehingga konseling kelompok teknik ability potential response berpengaruh dalam meningkatkan kemandirian belajar peserta didik kelas XI SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung.

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas dengan penelitian yang dilakukan oleh Riska Harahap dapat memperkuat penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Dimana penelitian yang dilakukan Riska Harahap dengan judul “Pelaksanaan Konseling Kelompok Dengan Teknik Ability Potential Dalam Mengatasi Siswa Yang Lambat Belajar Kelas VII SMP Negeri 5 Percut Sei Tuan”, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh hasil bahwa 1)

(31)

15

Permasalahan yang dialami siswa dapat diketahui bahwa yang menjadi faktor siswa mengalami lambat belajar bukan karena IQ nya rendah tapi disebabkan oleh motivasi belajar yang rendah, kurangnya dukungan orang tua, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah yang tidak mendukung, 2) Pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi siswa yang lambat belajar di SMP Negeri 5 Percut Sei Tuan sudah baik atau sudah sesuai dan dilaksanakan mengikuti langkah-langkah yang sesuai dengan layanan kegiatan bimbingan konseling yang sudah di standarkan.

Karena mengingat 2 guru BK yang sudah menyelesaikan pendidikan profesi Konselor.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan teknik ability potential dapat memberikan jawaban dari faktor siswa yang mengalami lambat belajar. Ternyata bukan semata- mata karna IQ nya rendah akan tetapi dipengaruhi oleh motivasi belajar yang rendah, kurangnya dukungan orang tua, lingkungan sekitar dan lingkungan sekolah yang tidak mendukung. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teknik ini sudah efektif untuk mengatasi siswa lambat belajar.

(32)

16 G. Kerangka Teori

1. Konseling Kelompok

a. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.11 Selain itu konseling kelompok juga diartikan sebagai suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran, dan pedoman kepada individu (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menangggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri.12 Maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah untuk memecahkan permasalahan anggota kelompok yang didalamnya terdapat tingkah laku yang sadar, mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta saling tolong-menolong kepada anggota kelompok lainnya.

b. Tujuan Konseling Kelompok

11 Winkel, Sri hastuti, Bimbingan dan Konseling di institute Pendidikan, (Yogyakarta: Media abadi, 2004), hlm. 590.

12 Erhamwilda, Konseling Islami, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 99.

(33)

17

Tujuan dari hubungan konseling adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien.

Konselor memusatkan perhatiannya kepada klien dengan mencurahkan segala daya dan upaya demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan kearah yang lebih baik serta teratasinya masalah yang dihadapi. Sedangkan pelaksanaan konseling kelompok adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri memelihara diri, berfikir positif, dapat berkomunikasi dengan baik, penampilan yang baik, memiliki ketegasan diri dan memiliki kemandirian dalam belajar.

Menurut Dewa Ketut Sukardi tujuan konseling kelompok adalah:

1) Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak, atau melatih anggota kelompok mampu berkomunikasi dengan baik.

2) Melatih anggota kelompok agar dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya, maksudnya agar dapat melatih anggotak kelompok untuk memiliki rasa empati dan menjaga hubungan yang harmonis dengan nggota kelompoknya.

(34)

18

3) Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota; dan.

4) Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok, maksudnya agar dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh para anggota kelompok.13 Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa adanya pencapaian tujuan yang jelas dalam suatu kegiatan layanan konseling kelompok, serta kegiatan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.

c. Asas- Asas Konseling Kelompok

Dalam konseling kelompok yang di bahas adalah masalah pribadi seseorang khususnya masalah pribadi anggota kelompok.

Oleh karena itu azas yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan konseling kelompok antara lain:

13Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 49-50.

(35)

19

1) Azas kerahasiaan, artinya semua data atau keterangan yang diperoleh dari semua anggota harus dirahasiakan dan tidak boleh diketahui oleh orang lain.

2) Azas kesukarelaan, artinya agar semua anggota kelompok secara sukarela dan tidak secara terpaksa dapat mengemukakan permasalahannya, perasaannya secara aktif dalam pengentasan masalah yang muncul dalam kelompoknya.

3) Azas keterbukaan, artinya dengan terus terang setiap anggota kelompok dapat mengemukakan permasalahannya tanpa ditutup-tutupi.

4) Azas kegiatan, artinya semua anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam upaya pengentasan masalah membantu pengentasan masalah didasari dengan rasa keikhlasan, rasa empati dan rasa tanggung jawab.14

Berdasarkan teori atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok memiliki empat asas dalam

14Abu Bakar, M. Luddin, Konseling Individual dan Kelompok.

(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hlm. 81.

(36)

20

pelaksanaannya yakni asas kerahasiaan, kesukarelaan, keterbukaan dan asas kegiatan. Dimana asas yang empat ini yang harus di jaga di dalam pelaksanaan konseling kelompok oleh semua anggota kelompok dan juga pemimpin kelompok.

d. Fungsi Konseling Kelompok

Dengan memperhatikan defenisi konseling kelompok sebagaimana telah disebutkan diatas, maka dapat dikatakan bahwa konseling kelompok mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi layanan kuratif (Penyembuhan) dan layanan preventif (Pencegahan). Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain.15 Sedangkan konseling kelompok yang bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara memberikan

15 Edi Kurnanto, Konseling Kelompok. (Bandung: Alfabeta, 2014), hlm. 9.

(37)

21

kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya. Ini artinya bahwa penyembuhan yang di maksud disini adalah penyembuhan bukan persepsi pada individu yang sakit, karena pada prinsipnya, objek konseling adalah individu yang normal, bukan individu yang sakit secara psikologis.

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi dari konseling kelompok mengarah kepada pencegahan, penyembuhan dan pengembangan yang dilakukan kepada individu yang mengalami permasalahan. Konseling kelompok bersifat pencegahan, dalam arti bahwa individu yang mempunyai kemampuan normal atau berfungsi secara wajar di masyarakat, tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya sehingga menggangu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Sedangkan konseling kelompok yang bersifat penyembuhan dalam pengertian membantu individu untuk dapat keluar dari persoalan yang dialaminya dengan cara memberikan kesempatan, dorongan, juga

(38)

22

pengarahan kepada individu untuk mengubah sikap dan perilakunya agar selaras dengan lingkungannya.

e. Tahapan Konseling Kelompok

Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan konseling kelompok yaitu:

1. Perencanaan, mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok. Ketentuan membentuk kelompok dalam konseling kelompok antara 8-10 orang ( tidak boleh melebihi 10 orang).

2) Mengidentifikasi dan meyakinkan klien(siswa) tentang perlunya masalah dibawa kedalm layanan konseling kelompok.

3) Menempatkan klien dlm kelompok.

4) Menyusun jadwal kegiatan.

5) Menetapkan prosedur layanan.

6) Menetapkan fasilitas layanan.

7) Menyiapkan kelengkpan adminstrasi.

2. Pelaksanaan, mencakup kegiatan sebagai berikut:

(39)

23

1) Mengomunikasikan rencana layanan konseling kelompok.

2) Mengomunikasikan kegiatan layanan konseling kelompok.

3) Menyelenggarakan layanan konseling kelompok melalui tahap-tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.

3. Evaluasi, mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Menetapkan materi evaluasi.

2) Menetapkan prosedur evaluasi.

3) Menyusun instrumen evaluasi.

4) Mengoptimalkan instrumen evaluasi.

5) Mengolah aplikasi instrumen.

4. Analisis hasil evaluasi, mecakup kegiatan sebagai berikut:

1) Menetapkan standar norma atau analisis.

2) Melakukan analisis.

3) Menafsirkan analisis.16

5. Tindak lanjut, mencakup kegiatan sebagai berikut:

16 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.185-186.

(40)

24

1) Menetapkan jenis dan arah tindak lanjut.

2) Mengomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terikait.

3) Melaksanakan rencana tindak lanjut.

6. Laporan, mencakup kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun laporan layanan konseling kelompok.

2) Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah atau madrasah dan kepada pihak-pihak lain yang terkait.

3) Mengomunikasikan laporan layanan.

2. Teknik Ability Potential

a. Pengertian Teknik Ability Potential

Teknik Ability potential response merupakan salah satu dari teknik konseling behavioral, teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis, yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah-laku dan menurunkan tingkah laku.17 Hal paling penting untuk mengajarkan teknik behavioral pada klien yaitu yang bertujuan membantu klien untuk mengendalikan tingkah laku

17 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 157-161.

(41)

25

dan bisa menjadi konselor bagi dirinya sendiri. Hal ini dilakukan agar ketika proses konseling berakhir klien memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dapat muncul di kemudian hari.18 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik ability potential response adalah suatu teknik dalam menstimulasi konseling kelompok yang menitik beratkan pada pengakuan secara verbal dari konselor pada konseli mengenai kemampuan yang dimiliki untuk dapat mandiri dalam bertindak.

b. Tujuan Teknik Ability Potential Tujuan dari Ability potential yaitu:

1. Untuk mendorong konseli yang ingin melakukan sesuatu namun kurang

mempunyai inisiatif, dorongan atau kepercayaan diri untuk memulainya.

2. Dapat mengembangkan kesadaran konseli akan kemampuan-kemampuan yang dimiliki atau kualitas positif yang dimiliki.

3. Dapat membantu menumbuhkan perasaan optimis dalam diri konseli.

18 Yuni Rosita “Pelaksanaan Konseling Behavioral Dalam Mengatasi Phobia Kucing Seorang Klien Di Rasmala 2 Menteng Dalam Teebetb Jakarta Selatan”, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008), hlm. 27.

(42)

26

4. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus tentang potensi yang ada pada dirinya.

5. Membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan cara mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan lebih menitikberatkan pada pemahaman dan pengalaman konseli.19

c. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Ability Potential

1. Kelebihan teknik ability potential

1) Konseli bisa mengetahui secara langsung tentang potensi-potensi yang belum ia sadari.

2) Mudah memahami perilaku yang ingin diubah.

3) Adanya penekanan perhatian pada perilaku yang positif.

4) Memberikan pandangan positif dalam melakukan tugas perkembangan

2. Kekurangan teknik ability potential

19 Budi Astuti, "Modul Konseling Kelompok program Studi

bimbingan dan Konseling", (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan, 2012), hlm. 19-20.

(43)

27

1) Keberhasilan teknik ini tergantung pada persepsi konseli dalam menyikapi apa yang disampaikan konselor, jika konseli tidak percaya dan yakin dengan apa yang disampaikan konselor, maka konseli akan lambat mencoba hal-hal yang telah disampaikan.

2) Jika konselor kurang bisa meyakinkan konseli melalui pengakuan verbal yang ia sampaikan maka perubahan tingkah laku konseli tidak akan berjalan sesuai harapan.

Dapat disimpulkan bahwa dalam setiap teknik pasti ada kelemahan dan kelebihannya, begitu pula dengan teknik ability potential ini yang memiliki kelemahan dan kelebihan dalam pelaksanaanya.

Dimana kelebihan dari teknik ability potential salah satunya konseli bisa mengetahui secara langsung tentang potensi-potensi yang belum ia sadari.

Sedangkan kelemahan dari teknik ability potential ini salah satunya jika konselor kurang bisa meyakinkan konseli melalui pengakuan verbal yang ia sampaikan maka perubahan tingkah laku konseli tidak akan berjalan sesuai harapan.

(44)

28

d. Manfaat Teknik Ability Potential

1. Agar memperoleh kepercayaan diri yang kuat untuk melakukan suatu tugas perkembangannya.

2. Menghapus hasil belajar yang kurang adaptif.

3. Memperoleh pemahaman tingkah laku yang lebih efektif.

4. Memberikan pengalaman belajar yang bisa dicontoh oleh konseli.20

e. Tahap-Tahap Pelaksanaan Teknik Ability Potential 1. Pengungkapan awal (Initial Disclosure) yaitu mengembangkan kepercayaan, membangun pengaturan konseling sebagai tempat dan waktu untuk bekerja dan menghadiri secara intensif untuk memahami tema dan masalah yang signifikan. Tugas konselor dalam proses penetapan tujuan pada tahap pertama ialah:

1) Membangun hubungan adalah langkah penting pertama dalam

proses konseling.

20 Yuni Rosita “Pelaksanaan Konseling Behavioral Dalam Mengatasi Phobia Kucing Seorang Klien Di Rasmala 2 Menteng Dalam Teebetb Jakarta Selatan”, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008), hlm.

25.

(45)

29

2) Konselor menjalin hubungan dengan konseli berdasarkan kepercayaan, rasa hormat dan tujuan bersama.

3) Satu tugas utama konselor pada tahap pertama adalah untuk menghilangkan ketakutan klien dan mendorong pengungkapan diri.

2. Eksplorasi mendalam (In-dept Exploration) yaitu mengembangkan pemahaman baru dan melibatkan klien untuk mengembangkan penilaian masalah yang disepakati bersama.

Tugas konselor dalam proses penetapan tujuan pada tahap kedua ialah:

1) Waktu untuk eksplorasi mendalam tema dan isu-isu yang terkait dengan masalah klien.

2) Tugas penasihat menjadi tugas membantu klien mengembangkan kesadaran dan perspektif baru yang dapat mengarah pada pertumbuhan, yang lebih efektif, dan klarifikasi tujuan.

3. Komitmen untuk bertindak (Commitment To Action) yaitu mengembangkan tujuan spesifik untuk perubahan, mengerahkan komitmen untuk mencapai tujuan tersebut dan melakukan

(46)

30

tindakan yang akan mencapai tujuan tersebut.

Tugas konselor dalam proses penetapan tujuan pada tahap ketiga ialah:

1) Tugas pertama dari tahap ketiga dari proses konseling adalah menetapkan tujuan.

2) Proses menentukan tujuan memastikan bahwa klien dan konselor tahu persis ke mana tujuan mereka di tahap ketiga.21

Dapat disimpulkan bahwa tahap-tahap dalam melaksanakan teknik ability potential melalui tiga tahap, yaitu Pengungkapan awal (Initial Disclosure), Eksplorasi mendalam (In-dept Exploration), Komitmen untuk bertindak (Commitment To Action). Dan didalam masing- masing tahapnya di ikuti bebepara tujuan tertentu.

3. Siswa Slow Learner a. Pengertian Slow Learner

Slow Learner adalah sekelompok siswa di sekolah yang perkembangan belajarnya lebih lambat dibandingkan dengan perkembangan rata- rata teman seusianya. Pada umumnya mereka ini mempunyai kemampuan kecerdasan di bawah rata-rata. Siswa yang lambat belajar berbeda

21 Patterson, L., & Welfel, E.R, Counseling Process, Fundamentals Of The Counseling Process, 1994, hlm. 27.

(47)

31

dengan siswa yang berprestasi belajarnya rendah (under achiever).22

Slow learner adalah anak yang memiliki prestasi belajar rendah (di bawah rata-rata) pada salah satu atau seluruh area akademik, tapi tidak tergolong anak yang mempunyai keterbelakangan skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70- 90. Anak slow learner memiliki karakteristik yang unik dengan berbagai permasalahan belajar yang dihadapi di sekolah. Untuk mengoptimalkan potensinya, maka perlu dirancang program khusus yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan masing- masing individu yang mungkin selama ini masih mengikuti program umum disekolah.

b. Ciri-Ciri Slow Learner

Anak lambat belajar merupakan anak yang memiliki karakteriatik yang berbeda dengan anak normal lainnya. Menurut Erikson ciri-ciri anak lambat belajar antar lain :

1. Anak lambat belajar umumnya mengalami kegagalan dalam memahami pelajaran dan konsep-konsep dasar dibidang akademik,

22 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan

terhadap kesulitan belajar khusus, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hlm.

123.

(48)

32

mislanya membaca, menulis, berhitung, dan bahasa. Selain itu juga kesulitan dalam menentukan arah, waktu dan ukuran seperti arah kanan dan kiri, depan dan belakang, lebar dan sempit.

2. Mempunyai daya ingat yang rendah, anak lambat belajar umumnya sangat cepat lupa dengan informasi-informasi yang baru diterimanya.

3. Anak lambat belajar sulit bersosialisasi dengan lingkungan.23

Sedangkan menurut pendapat para ahli lainnya menyatakan bahwa anak lambat belajar mempunyai karakteristik antara lain :

1. Mengalami kesulitan kalau harus berpikir abstrak atau mendalam. Pemikiran anak hanya seputar hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman konkrit dalam kehidupan sehari- hari.

2. Anak sulit berkonsentrasi. Kemampuan untuk memusatkan perhatian pendek dibandingkan dengan anak normal lainnya.

23 Erikson, M.T., Child Psychopathology Behavior Isorder and Developmental Disabilities, (New Jersey: Prentice Hall Inc, 1982), hlm.

55.

(49)

33

3. Anak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri.

4. Anak mengalami kesulitan untuk mengungkapkan apa yang ingin dilakukannya.

5. Reaksi anak lambat belajar lebih lambat dalam menerima dan memahami informasi yang diterima.

6. Wawasan anak tentang dunia cenderung sempit dibandingkan dengan anak normal lainnya.

7. Membaca adalah kegiatan yang sulit dikuasai anak lambat belajar.24

c. Faktor-Faktor Slow Learner

Anak yang lambat belajar disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor internal/ faktor genetik/hereditas dan faktor eksternal/lingkungan.

faktor internal/ faktor genetik/hereditas merupakan faktor dari dalam diri seseorang. Kelainan tingkah laku anak yang tergolong dalam slow learner adalah menggambarkan adanya sesuatu yang kurang sempurna pada pusat susunan syarafnya.

Keadaan demikian itu biasanya terjadi sesama

24Sedyaningrum S., "Deskripsi Pendidikan Anak Lambat Belajar di Sekolah Khusus Galuh Handayani", (Surabaya: Karya temu ilmiah II Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia, 2003), hlm.17.

(50)

34

anak masih dalam kandungan ibunya atau pada waktu dilahirkan. Sedangkan faktor eksternal/lingkungan merupakan faktor yang bersal dari luar dimana kondisi lingkungan ini meliputi nutrisi, kesehatan, kualitas stimulasi, iklim emosional keluarga dan tipe umban balik yang diperoleh melalui perilaku. Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap kemampuan akademik seseorang.25

4. Kemampuan Literasi Dasar a. Pengertian Literasi Dasar

Literasi menurut Besnier adalah komunikasi melalui inskripsi yang terbaca secara visual, bukan melalui saluran pendengaran dan isyarat. Sementara itu, menurut Kirsch dan Jungeblut, literasi kontemporer diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam memanfaatkan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan

25Mardianti, M., "Pengaruh Slow Learner dan Kejenuhan Belajar Terhadap Kesulitan Belajar Fisika Siswa Mts Madani Alauddin Paopao Kabupaten Gowa", Jurnal Pendidikan Fisika, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Vol. 4, Nomor 1, Januari 2007, hlm. 14.

(51)

35

pengetahuan sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat luas.26

Literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/berbicara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam memahami informasi secara virtual dan kemampuan dalam membaca dan menulis.

Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta

26 Sarwiji Suwandi, "Peran Bahasa Indonesia dalam Pengembangan Budaya Literasi

untuk Mewujudkan Bangsa yang Unggul dalam Konteks Masyarakat Ekonomi

Asean", (Skripsi, Universitas Sebelas Maret: Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, 2015), hlm. 21.

(52)

36

menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi. Literasi dasar juga banyak disebut dengan istilah early literacy, yang menggambarkan bahwa kemampuan ini merupakan kemampuan awal yang mendasari kemampuan membaca dan menulis.27

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan Literasi dasar yaitu kemampuan awal yang mendasari keterampilan membaca dan menulis yang melibatkan bahasa lisan maupun tulisan, kemampuan awal terseut diperoleh sejak orang lahir, dari situ dapat mempengaruhi perkembangan kemampuan literasinya ketika dewasa yaitu keterampilan menyimak dan berbicara dari orang tuanya.

Jadi, pembelajaran Literasi dasar adalah pembelajaran yang berfokus pada perkembangan bahasa yang mencakup kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis dalam upaya untuk memperoleh pengetahuan secara optimal di lingkungan pembelajaran yang dikelola.

27 A.M Sudirman, Interaksi dan Motivasi Belajar dan Mengajar, (Jakarta:

PT. Grafindo, 2011), hlm. 72.

(53)

37 b. Tujuan Literasi Dasar

Axford mengatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran literasi adalah membantu siswa memahami dan menemukan strategi yang efektif dalam hal kemampuan membaca dan menulis termasuk di dalamnya kemampuan menginterpretasi makna teks yang kompleks dalam struktur tata bahasa dan sintaksis. Dengan Membaca dan menyimak merupakan aktivitas kunci kita mendapatkan dan menguasai informasi.28 Semakin banyak informasi kita simak dan baca, semakin banyak informasi kita kuasai, dan dengan banyak membaca dan menyimak berarti kita akan mengetahui dan menguasai informasi, maka akan memudahkan untuk mudah berbicara.

Dalam perkembangannya, literasi memiliki arti yang luas sehingga ada bermacam-macam jenis literasi misalnya literasi komputer, literasi media, literasi informasi, dan literasi moral.29

28 Daeng Nurjamal, dkk, Terampil Berbahasa, (Bandung:Alfabeta, 2011), hlm.4.

29 Tri Septiyantono, Literasi Informasi, (Tangerang Selatan:Universitas Terbuka,

2015), hlm. 1-3.

(54)

38 c. Komponen Literasi Dasar

Komponen literasi dasar ada lima yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan bahasa, yang mencakup kosa kata dan pemahaman bahasa lisan. Penguasaan kosa kata yang di hafal dan mampu diucapkan.30 2. Kesadaran fonologis yaitu kemampuan

mendeteksi, memaipulasi dan menganalisis bahasa lisan (membedakan fonem, suku kata, dan kata).

3. Keterampilan membaca yang mencakup pengenalan aturan membaca, pengetahuan huruf dan bunyi huruf serta mengeja kata, serta kemampuan dalam mengucap kosa kata yang baik dan benar.

4. Keterampilan menulis yang mencakup kemampuan menuliskan bentuk huruf, nama sendiri dan kata serta tulisan dan pengucapan yang sinkron.

5. Minat atau motivasi membaca yaitu keinginan dalam diri anak untuk membaca. Seberapa

30 Lisnawati Ruhaena, “Proses Pencapaian Kemampuan Literasi Dasar Anak Prasekolah dan Dukungan Faktor-faktor Dalam Keluarga”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), hlm. 9.

(55)

39

besar motivasi membaca dan memahami apa yang dibaca anak didik.31

H. Metode Penelitian

1) Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisa data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti dalam penelitian kualitatif mencoba mengerti makna suatu kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang dalam situasi atau fenomena tersebut. Penelitian kualitatif merupakan strategi inquiry yang menekankan pencarian makna, pengertian, konsep, karakteristik, gejala, simbol, fenomena, fokus dan multimetode bersifat alami dan holistic, mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara, serta disajikan secara naratif.32

Alasan peneliti menggunakan penelitian ini karena pendekatan kualitatif menekankan pada

31 Lisnawati Ruhaena, “Proses Pencapaian Kemampuan Literasi Dasar Anak Prasekolah dan Dukungan Faktor-faktor Dalam Keluarga”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), hlm. 11.

32 Yusuf Muri, Penelitian Kualitatid, Kuantitaif, Dan Gabungan, (Jakarta: Prenanda Media Grop, 2014), hlm. 328-239.

(56)

40

empiris. Sehingga peneliti akan lebih memahami situasi sosial secara mendalam. Selain dari alasan tersebut, pendekatan kualitatif deskriftif merupakan sebuah data yang bersifat menggambarkan data yang terkumpul dalam bentuk kalimat maupun gambar. Sehingga peneliti bermaksud untuk menyajikan suatu pandangan yang mendetail tentang “konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner Madrasah Tsanawiyah al fathiyah kongpati, kecamatan kopang, kabupaten lombok tengah”.

2) Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian yang menggunakan metode kualitatif, kehadiran peneliti dilapangan penelitian mutlak diperlukan, karena peneliti berfungsi sebagai instrument penelitian. “pengertian instrument disini, peneliti menjadi alat dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai pengumpul data, perencana, sekaligus sebagai pelapor dari hasil penelitian”.

Dalam rangka mengumpulkan data-data yang valid peneliti harus hadir dalam lokasi penelitian.

Dengan kehadiran peneliti dilokasi penelitian maka peneliti dapat melihat secara langsung

(57)

41

tentang segala bentuk kegiatan dan aktifitas keseharian yang tampak pada obyek yang akan diteliti dan peneliti dapat menganalisis keadaan yang ada dan dapat menarik kesimpulan dan menyajikan kekuatan data atau sember data.33

Kehadiran peneliti ditempat penelitian, berperan sebagai pengamat yang tidak berperan serta, maksudnya peneliti tidak melakukan dua fungsi sekaligus sebagai pengamat dan peneliti menyatu sebagai bagia dari kehidupan subjek tetapi hanya sebagai pengamat.

3) Lokasi Penelitian

Sasaran dan lokasi yang akan dijadikan penelitian dalam penelitian ini yang menjadi sasaran adalah siswa-siswi di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, kecamatan Kopang, kabupaten Lombok Tengah. Namun sebelum melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu memasukkan surat izin penelitian. Hal ini dilakukan agar nanti dalam melaksanakan penelitian, data-data yang dikumpulkan bisa mendapatkan bantuan dari kepala sekolah, dan

33 Djam’ah Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014), hlm. 237.

(58)

42

staf-staf sekolah sehingga penelitian dapat diharapkan berjalan dengan lancar.

4) Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif ini adalah subjek darimana data diperoleh. Menurut Suharsimi Arikunto, ada tiga klasifikasi sumber data yaitu person (orang), place (tempat), dan paper (kertas/symbol). Data penelitian ini peneliti dapat mengambil sumber data person (orang).

Sumber data adalah subjek darimana data diperoleh yang berupa benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data.34 Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data pertama baik dari individu maupun perseorangan seperti hasil dari wawancara. Sedangkan data sekunde merupakan data primer yang telah di olah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpulan data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram.

5) Teknik Pengumpulan Data

Penggunakan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat memungkinkan diperolehnya data

34 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm. 172.

(59)

43

yang subyektif. Mengingat ini merupakan jenis penelitian kualitatif dimana jenis penelitian lebih banyak membutuhkan pendeskripsian data-data lapangannya, maka dalam penelitian ini diginakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara mengamati perilaku dan lingkungan (sosial atau material) individu yang sedang diamati. Ada dua jenis observasi yaitu observasi parsitipatif dan non- partisipaif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non-partisipatif.

Observasi Non-Partisipatif adalah obsevasi yangdilakukan dimana si peneliti mengamati perilaku dari jauh tanpa ada interaksi dengan subjek yang sedang diteliti, observasi non- parisipan sama dengan istilah pengamatan biasa.35 Observasi ini memiliki kelebihan yakni peneliti bisa melakukan pengamatan dan pencatatan secara detail dan cermat terhadap

35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), hlm. 119.

(60)

44

segala aktivitas yang dilakukan objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non-partisipatif dalam mengumpulkan data. Jadi yang diobsevasi yaitu objek, keadaan siswa, guru pembimbing khusus, dan lingkungan sekolah guna untuk memperjelas dalam pelaksanaan penelitian dan akan lebih jelas ketika di wawancarai.

b. Metode Wawancara (Interview)

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau Tanya jawab. Dengan kata lain wawancara secara sederhana adalah alat pengumpulan data berupa Tanya jawab atara pencapai pencari informasi dengan sumber informasi yang berlangsung secara lisan.

Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur, peneliti dalam penelitiannya menggunakan wawancara tak terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data.

Dalam teknik ini, penelitian bermaksud

(61)

45

menggunakannya untuk memperoleh data dari narasumber yakni beberapa konselor yang akan menjadi objek penelitian dengan menata hal-hal yang diinginkan peneliti sesuai tujuan penelitian.

Dalam penelitian ini yang akan diwawancarai adalah siswa dan guru pembimbing khusus di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati, karena dalam penelitian yang berjudul konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner, sehingga otomatis yang bersangkutan adalah siswa kemudian guru pembimbing khusus yang ada di Madrasah Tsanawiyah Al-Fathiyah Kongpati.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.36 Cara pengumpulan data melalui peninggalan dua melalui peninggalan tertulis,

36Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Surya Kencana, 2007), hlm. 121.

(62)

46

seperti foto, teori, pendapat, dalil, hukum, dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian. Dengan menggunakan teknik ini, penelitian akan mengumpulkan data-data dari objek penelitian yang memiliki kaitan dengan tujuan penelitian.

Dalam penelitian yang berjudul konseling kelompok dengan teknik ability potential dalam mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner, ini yang akan dicari tentu permasalahan yang berkaitan tentang kemampuan literasi dasar siswa slow learner dan cara mengatasi kemampuan literasi dasar siswa slow learner tersebut.

6) Teknik Analisis Data

Pada penelitian kualitatif, analisa data biasanya dilakukan sewaktu berada dilapangan. Bersama dengan proses pengumpulan data dan juga setelah peneliti meninggalkan lapangan setelah data dikumpulkan melalui metode diatas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data yang didapatkan, analisa data adalah kegiatan untuk memaparkan data, sehingga dapat diperoleh suatu

(63)

47

kebenaran atau ketidakbenaran dari suatu hipotesisi.

Kemudian definisi lain mengemukakan bahwa analisis data adalah suatu prroses mengordinasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat disarankan oleh data, hak itu dari cacatan lapangan (observasi), wawancara, komentar peneliti, dokuentasi, dan lain sebagainya.

Pekerjaan analisis data dalam hal ini mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, member kode dan mengkategorikan tema dan hipotesisi kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori subtantif.

Dalam hal ini peneliti akan menganalisis data-data dan informasi yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan dokumentasi.kemudian peneliti akan menarik kesimpuan dari hasil analisis yang diperoleh melalui kegiatan analisa data supaya dapat ditarik kesimpulan penelitian yang selanjutnya akan menjadi hasil yang valid.37

7) Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan atau kevalidan data merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh peneliti dalam

37Djam’ah Satori, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta 2014), hlm. 97..

(64)

48

rangka untuk membuktikan data yang diperoleh dilokasi penelitian dengan keadaan yang sesungguhnya. Untuk mendapatkan validasi data yang sesungguhnya, peneliti melakukan:

1) Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu yang bertujuan untuk menggambarkan ciri-ciri dan unsur- unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isi yang sedang diteliti kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dalam hal ini, ketekunan atau kesungguhan penenlitian ini peneliti ketika mengamati proses kegiatan.

2) Menggunakan Bahan Referensi

Referensi yang dipakai adalah dokumentasi, catatan, lapangan yang tersimpan. Dengan refrensi peneliti dapat mengecek kembali data- data dan informasi-informasi penelitian yang peneliti dapatkan di lapangan.

3) Triangulasi

Adalah teknik pemeriksaaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

(65)

49

ini peneliti gunakan untuk membandingkan data hasil pengamatan antara catatan yang satu dengan yang lain untuk tindak lanjut selanjutnya jika terdapat kesalahan sehingga peneliti bisa mendapatkan data yang benar- benar valid.

I. Sistematika Pembahasan

Guna untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini maka sistematika pembahasan akan disusun sebagai berikut:

BAB I, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan seting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data dan sistematika pembahasan.

BAB II, membahas tentang gambaran umum Madrasah Tsanawiyah AL-Fathiyah Kongpati yang meliputi siswa-siswi yang lambat belajar atau slow learner. Selanjutnya membahas tentang konseling kelompok dengan teknik

Gambar

Tabel 1.2  Tingkat
Tabel 1.4  No   Nama  Kondisi Sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh dalam melaksanakan konseling kelompok berdasarkan deskripsi kasus diatas.. Buatlah skenario konseling kelompok berdasarkan deskripsi

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok dengan teknik problem solving memberikan pengaruh yang signifikan dalam menurunkan skor

Berdasarkan hasil dari penelitian serta analisi data, akan disajikan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan hasil penelitian yaitu penerapan konseling kelompok dengan

Yunika Harianti, (2023): Pelaksanaan Konseling Kelompok untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal pada Santri di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Teknologi Riau.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dilapangan, setelah dianalisis maka selanjutnya dapat diambil kesimpulan bahwa Model Konseling Kelompok Teknik Realitas tentang Gaya

Berdasarkan dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran al- qur’an hadits di Madrasah Aliyah Negeri 2 Banjar

Irman& Hadiarni, Model Konseling Trauma Pasca Gempa melalui Terapi Permainan Kelompok Terhadap Siswa Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah di Kota Padang Luka psikologis yang

Dipublikasikan Oleh: Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MENULIS