Vol. 5, No. 2, Oktober 2021, hlm. 419-426
E – ISSN : 2686 – 2018
Konsep Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Viki Bayu Mahendra
Institut Islam Mamba’ul ‘Ulum Surakarta [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : mendeskripsikan tentang konsep profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam. Metode yang digunakan adalah Library Research. Sampelnya adalah buku Dasar-dasar ilmu karya Hasbullah, profesionalisme guru karya A. Samana, profil pendidik profesional karya Piet A. Sahertian, profesi keguruan karya soetjipto dan Raflis A. Kosasai. Pada buku-buku tersebut akan dijelaskan tentang guru yang ideal baik secara umum maupun melalui cara pandang pendidikan Islam. Hasil penelitian ini menunjukan : penanaman nilai keagamaan sejak dini sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman dan guru profesional memiliki peran penting dalam proses tersebut. Guru profesional harus mempunyai empat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Islam memandang Orang tua adalah guru karena memiliki tugas sebagai pendidik pertama serta sebagai peletak pondasi pertama dan kokoh bagi anak-anaknya untuk menghadapi masa depan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah guru profesional adalah guru yang memiliki beberapa kompetensi serta tidak hanya tersematkan pada guru yang ada dilembaga pendidikan saja tetapi orang tua sebagai guru pertama dalam lingkup keluarga juga disebut sebagai guru.
Kata kunci : Profesionalisme, guru, pendidikan Islam
Abstract
The purpose of this research is to define teacher professionalism from the standpoint of Islamic education. The method employed is library research. The books used in the research are The Basics of Science by Hasbullah, Teacher Professionalism by A. Samana, The Profile of Professional Educators by Piet A. Sahertian, and The Teaching Profession by Soetjipto and Raflis A. Kosasai. These books explain the ideal teacher both in general and in the context of Islamic education. The findings of this study suggest that instilling religious values in children at a young age is critical in preparing them to face today's challenges, and professional teachers play an important role in this process. Professional teachers must possess four competencies: pedagogic competence, personality competence, social competence, and professional competence. Islam regards parents as teachers because they have the responsibility of being the first educators and laying the first solid foundation for their children to face the future. The study concluded that professional teachers are teachers who have multiple competencies and are not only
embedded in teachers in educational institutions but parents as the first teachers in the family are also referred to as teachers.
Keywords : Profesionalism, teacher, Islamic educatioan
I. PENDAHULUAN
Guru sebagai suatu profesi yang mengalami pergeseran nilai sesuai dengan perkembangan masyarakat dan faham–faham yang berkembang di dalamnya. Namun demikian pada umumnya negara–negara timur menghargai guru sesuai dengan norma agama yang dianutnya. Masyarakat Jepang memberikan sebutan “sensei” sebagai panggilan kehormatan bagi guru, masyarakat india menyebut guru sebagai “chela”
mereka menganggap gurulah yang melahirkan anak secara rohani. Masyarakat jawa mempunyai ungkapan yang berkenaan dengan guru seperti ”guru berasal dari kata digugu lan ditiru” dan dalam buku Rasailu ikhwani safa yang di kutip oleh Ahmad Sjalabi, di sebutkan bawasanya guru adalah segala–galanyan bagi peserta didik.
Penelitian terdahulu tentang konsep profesionalisme guru dalam perspektif Islam antara lain dimunculkan seperti Konsep profesionalisme pendidik dalam pendidikan Islam (Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan Ibnu Jama’ah) yang ditulis oleh Abdul hasan aziz mahasiswa program pascasarjana universitas Muhammadiyah Surakarta yang menyimpulkan cara kerja guru profesional dilihat dari aspek pendidikan Islam saja, sedangkan yang membedakan dengan penelitian penulis adalah dimana penelitian ini akan membahas tentang profesionalisme guru dilihat dari sudut pandang pendidikan Islam dan Undang-undang terutama Undang-undang tentang pendidikan.
Terdapat pula
Salah satu bukti adalah masa renaisance dengan adanya perkembangan imu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan pesat, sehingga buku- buku dan alat pelajaran moderen bertambah banyak dan prestise. Dengan demikian seolah–olah penghormatan terhadap guru telah dialihkan terhadap buku–buku dan media belajar sebagai sumber pengetahuan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi laju
informasipun tidak tebatasi oleh ruang dan waktu, sehingga faham–faham barat masuk ke dunia islam seperti rasionalisme, paragmatisme, materialisme, dan naturalisme, tanpa ada kompromi umat islam telah siap untuk menyeleksi faham–faham tersebut dengan ajaran islam yang dimilikinya.
Akibat logis dari kenyataan itu adalah bila umat islam berpegang terhadap Islam secara kokoh, maka faham–faham itu akan terseleksi dengan sendirinya ,tetapi
sebaliknya bila mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang Islam dan lengah, maka faham–faham itupun akan mempengaruhi dan membelenggu pola pikir
mereka, sehingga derajat guru merosot karenanya. Guru hanya di pandang sebagai petugas semata yang menerima gaji dari negara atau lembaga swasta, dengan sederet tanggung jawab tertentu yang harus dilaksanakan. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik bukan semata – mata hasil usaha guru saja, tetapi pergaulan yang
mempinyai arah dan tujuan yang jelas, serta adanya fitrah yang dinamis dan responsif terhadap lingkungan yang juga mempunyai peran. Meskipun demikian guru mempunyai peran yang untuk menanamkan nilai – nilai kepada peserta didik.
Setiap orang tua dan semua guru ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik ,mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhhlak yang terpuji. Semuanya dapat di usahakan melalui pendidikan.
Setiap pengalaman yang dilalui baik melalui pengelihatan ,pendengaran, maupun perilaku yang di terima akan menentukan pembentukan pribadinya. Penanaman nilai sejak dini diperlukan agar mereka siap menghadapi tatntangan zaman dan tantangan kehidupan yang akan mereka hadapi di kemudian hari, yang tentu saja berbeda dengan sekarang ini. Untuk itu dalam menjalankan tugas guru harus mempertimbamgkan kenyataan ini. Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Luqman (31) ayat 13 :
ميِظَع ٌم ۡلُظَل َكۡرِ شلٱ َّنِإ َِِّۖللّٱِب ۡكِرۡشُت َلَ ََّنَُبََٰي ۥُهُظِعَي َوُهَو ۦِهِنۡبٱِل ُنََٰمۡقُل َلاَق ۡذِإَو ٞ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
Dari permasalahan diatas dapat ditarik benang merah bahwa tugas guru selain tugas mulia juga merupakan tugas yang berat karena diharuskan untuk menjadi guru yang profesional, oleh karena itu diperlukan pemaparan mengenai ”Konsep profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam”.
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut M. Iqbal Hasan, metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta tertentu secara aktual dan cermat. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Menurut Sudarwan Danim, penelitian kualitatif bersifat deskriptif merupakan data yang terkumpul berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.
Metode penelitiannya mencakup sumber data, pengumpulan data, dan analisis data.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam yang dimuat dalam buku-buku seperti Dasar-dasar ilmu
karya Hasbullah, profesionalisme guru karya A. Samana, profil pendidik profesional karya Piet A. Sahertian, profesi keguruan karya soetjipto dan Raflis A. Kosasai
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian
Penelitian ini Adapun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang difokuskan dan diperoleh pada penelusuran dan penelaah literature serta bahan pustaka lainya. Dalam penelitian ini ada dua sumber yang dijadikan landasan, yaitu: Sumber Data Primer adalah sumber pokok yang dijadikan landasan dalam pembahasan penelitian, sekaligus sebagai pedoman dalam penulisan ilmiah, adapun buku – buku yang dijadikan sebagai acuan atau pedoman tersebut Yaitu meliputi: Dasar – dasar ilmu pendidikan karya Hasbullah. Profesionalism Keguruan karya A.Samana.Profil pendidikan professional karya Piet A.Sahertian,profesi keguruan karya soetjipto dan Raflis Kosasai.Sumber Data Sekunder adalah data yang menunjang atau mendukung data primer berupa karya-karya ilmiah, laporan penelitian, majalah, publikasi lainya serta buku–buku yang membahas tentang konsep propesionalisme guru dalam prespektif pendidikan Islam. Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, penarikan data.
B. Pembahasan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya agama Islam juga mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama islam kepada yang lain.
Sebagaimana di pahami dari firman allah dalam QS. An-Nahl ayat 125 :
ِةَظِعۡوَم ۡلٱ َو ِةَم ۡكِۡلۡٱِب َكِ بَر ِليِبَس ََٰلَِإ ُعۡدٱ َوُهَو ۦِهِليِبَس نَع َّلَض نَِبِ ُمَلۡعَأ َوُه َكَّبَر َّنِإ ُۚ
ُنَس ۡحَأ َيِه ِتَِّلٱِب مُۡلِۡدََٰجَو ِِۖةَنَسَۡلۡٱ
َنيِدَت ۡهُم ۡلٱِب ُمَل ۡعَأ
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal I disebutkan bahwa: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi setandar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Guru professional juga harus mempunyai empat cakupan kopetensi sebagaimana teramanahkan dalam PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 3 dan permendiknas No 16 Tahun 2007, yakni pedagogic, kepribadian, professional, dan social. Didalam hadis juga di jelaskan bahwa ulama – guru yang termasuk di dalamnya merupakan pewaris para nabi. Sedangkan nabi di utus untuk menyempurnakan akhlak. Untuk itu, seorang pendidik harus menyadari betul keagungan profesinya, Ia harus menghiasi dirinya dengan akhlak mulia dan menjauhi semua akhlak yang tidak terpuji.
Seorang guru harus mempunyai stadar kompetensi untuk menjadi guru yang professional yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik, yaitu Kompetensi pedagogik secara garis besar adalah membimbing anak. Ini berarti pedagogic merujuk pada keseluruhan konteks pembelajaran, belajar, dan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang semuanya dibimbing oleh guru.
2. Kompetensi Kepribadian, yaitu Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi Profesional, yaitu Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
4. Kompetensi Sosial, yaitu Kompetensi social merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Untuk mempertegas dan memperjelas tugas guru tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tugas professional guru yaitu tugas yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih mempunyai arti yang berbeda. Tugas mendidik mempunyai arti bahwa guru harus meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, sedangkan tugas mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan kepada anak didik.Sehingga dengan demikian sebelum terjun dalam profesinya, guru sudah harus memiliki kemampuan baik yang bersifat edukatif maupun non edukatif.
2. Tugas Personal guru, guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Oleh karena itu kemampuan guru marupakan indikator pada keberhasilan proses belajar mengajar. Disamping itu tugas profesionalisme guru juga mencakup tugas terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, dan terutama tugas dalam lingkungan masyarakat dimana guru tersebut tinggal.
3. Tugas sosial guru, tugas sosial bagi seorang guru ini berkaitan dengan komitmen dan konsep guru dalam masyarakat tentang peranannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai pembaharu pendidikan dalam masyarakat.Secara langsung maupun tidak
langsung tugas tersebut harus dipikul dipundak guru dalam meningkatkan pembangunan pendidikan masyarakat
Adapaun secara umum metode pendidikan Islam dapat dikategorikan menjadi beberapa bagian, yaitu: (1) Metode ceramah, memberikan pengertian dan uraian suatu masalah. (2) Metode diskusi memecahkan masalah dengan berbagai tanggapan. (3) Metode eksperimen, mengetahui terjadinya proses suatu masalah. (4) Metode demonstrasi, menggunakan praga untuk memperjelas masalah. (5) Metode pemberian tugas, dengan cara memberi tugas tertentu secara bebas dan bertanggung jawab. (6) Metode sosiodrama, menunjukkan tingkah laku kehidupan. (7) Metode drill dalam mengukur daya serap terhadap pelajaran. (8) Metode kerja kelompok. (9) Metode tanya jawab. (10) Metode proyek, memecahkan masalah dengan langkah-langkah secara ilmiah, logis dan sistematis.
Sebagai guru yang professional dalam prepektif pendidikan islam harus selalu mengevaluasi pembelajaran yang merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran pada khususnya, dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya evaluasi merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dielakkan dalam setiap proses pembelajaran. Dengan kata lain, kegiatan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pembelajaran, merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari kegiatan pendidikan.Tujuan dari evaluasi pembelajaran PAI : (1) Merangsang kegiatan siswa dalam menempuh program pendidikan. (2) Mencari dan menentukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti program pendidikan pada umumnya dan program pembelajaran pada khususnya. (3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, dan bakat siswa yang bersangkutan. (4) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan oleh orang tua siswa dan lembaga pendidikan. (5) Memperbaiki mutu proses pembelajaran baik cara belajar siswa maupun metode yang digunakan pendidik dalam mengajar.
IV. KESIMPULAN
Hasil analisis penelitian tentang “Konsep profesionalisme guru dalam perspektif pendidikan Islam” maka dapat disimpulkan :
Penanaman nilai keagamaan sejak dini sangat diperlukan agar anak siap menghadapai tantangan zaman dan tantangan kehidupan yang akan mereka hadapi di kemudian hari yang tentu saja sangat berbeda dengan jaman sekarang ini. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam membantu peserta didik menghadapi tantangan zaman yang selalu menalami perubahan dan penuh persyaratan yang baru,sebagai hasil dari pendidikan dan pengajaran yang dilakukan. Guru Profesional harus mempunyai empat kompetensi diantaranya adalah Kompetensi paedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi Sosial, Kompetensi professional.
Guru adalah semua pihak yang berusaha memperbaiki orang lain secara Islami.
Mereka ini bisa orang tua (ayah-ibu), paman, kakak, tetangga, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat luas. Khusus orang tua, Islam memberikan perhatian penting terhadap keduanya sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya, serta sebagai peletak fondasi yang kokoh bagi pendidikan anak-anaknya di masa depan.
V. DAFTAR PUSTAKA
‘Izzuddin Abu Solikhin, 2006, Tarbiyah Dzatiyah, Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.
Abuddin Nata. M.A., 2009, Perspektif islam tentang strategi pembelajaran,( Jakarta:
Kencana Prenedia Group).
Al Syaiban Omar Muhammad At Taurny, 1979, Filsafat Pendidikan Islam, (Terjemah Hasan Lunggulung), Jakarta, Bulan Bintang.
Al-Abrosyi M. Athiyah, 1979, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam , Jakarta: Bulan Bintang.
Anas Malik Ibn, 2004, Muwatta, (Saudi Arabia:Bait al-Afkar ad- Dauliah) Kitab Husnul Khuluq, hadis No.1723.
Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat pers.
Arifin, 2003, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: Bumi Aksara.
Asyraf Ali dan Husain Sajjad, 1995, Menyongsong Keruntuhan Pendidikan Islam, Bandung:Gema Risalah Press.
Badudu, Sutan Mohammad Zain, 1994, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: pustaka Sinar Harapan.
Darajat Zakia, 1984, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang.
Darsono Max, 2000, Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press.
Departemen Agama, 1989, Al-Qur.An Dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama.
Hadi Sutrisno, 1968, Metodologi Research I, Yogyakarta: Yayasan penerbit Fak Psycologi UGM.
Hamzah B. Uno, 2011, Teori Profesionalisme Guru, Jakarta : Bumi aksara.
Hermawan A. Heris, 2002, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : CV Pustaka Setia).
Muhadjir Noeng, 2000, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial; Teori Pendidikan Pelaku Sosial Kreatif (Yogyakarta : Rake Sarasin).
Muhaimin, 2005, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madarasah, dan Perguruan Tinggi, Jakarta: Raja Gra findo Perkasa.
Mukhtar, 2003, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza).
Peraturan Pemerintah, nomor 19 pasal 28 ayat 3, dan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional, Nomor 16 tahun 2007.
Ramayulis H, 2002, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta : Kalam Mulia.
Sahertian, Piet A, 1994, Profil Pendidik Professional, Yogyakarta:Andi Offset.
Saifullah Ali, 1989, Antara Filsafat dan Pendidikan ,Surabaya: Usaha Nasional.
Salim dan Haidir, 2012, Strategi Pembelajaran, Medan : Perdana Publishing.
Sanjaya Wina, 2011, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana).
Shihab M. Quraish, 1996, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudlu’l atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan).
Sjalab, Ahmad, 1973, Sedjarah Pendidikan Islam, Jakarta:Bulan Bintang.
Sudjana Nana, 1991, Dasar- dasar Proses Belajar Mengajar , Bandung: Sinar Baru.
Sudjana Nana, 1995, Metode Statistik, Bandung : Rosdakarya.
Sugandhi Nani dan Yusuf Syamsu, 2012, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : Rajawali Press.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung:Alfabet).
Sumanto, 1995, Metodologi Penelitian Social dan Pendidikan,Yogyakarta:Andi Offset.
Supriyono Widodo dan Ahmadi Abu, 1991, Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta.
Syafi’i Imam, 1992, Konsep Guru Menurut Al-Ghazali: Pendekatan Filosof, Yogyakarta.
Thoifuri, 2008, Menjadi Guru Inspirator, Semarang; RaSAIL Media Group.
Tim Redaksi, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional-Balai Pustaka.
Undang – Undang Republik Indonesianomor 14 tahun 2005.
Undang-Undang Republik Indonesia, 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.
Usman Moh. Uzer, 1994, Menjadi Guru Profesiona, Bandung: Remaja Rosda Karya.