Langkah konkrit selanjutnya yang diambil Rasulullah bagi umat manusia adalah membebaskan umat manusia dari kezaliman dan perbudakan. Disebut fungsional sepanjang teologi dapat memberikan kedamaian intelektual dan spiritual bagi umat manusia serta dapat diajarkan kepada masyarakat.7. Tulisan ini bertujuan untuk merumuskan sebuah konsep teologis yang mempengaruhi kebutuhan nyata umat manusia, yaitu dalam kaitannya dengan hubungan antar umat beragama.
Di masa lalu, teologi tradisional Islam lahir dalam konteks sejarah ketika perwakilan sekte dan budaya kuno menyerang inti sistem keagamaan Islam, yaitu transendensi Tuhan. Dalam konteks saat ini, kondisi sosial politik telah berubah, Islam telah mengalami berbagai kekalahan di berbagai medan pertempuran pada masa penjajahan. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa teologi atau ilmu kalam dalam konteks tulisan ini dimaksudkan sebagai ilmu yang membahas tentang landasan spiritual (teologis) atau landasan yang diarahkan pada kepentingan manusia dalam konteks modern, berdialog dengan waktu dan zaman. permasalahan manusia saat ini dalam menghadapi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam konteks Indonesia, kerukunan umat beragama adalah suatu kondisi hubungan antar umat beragama yang dilandasi oleh toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghormati kesetaraan dalam pelaksanaan ajaran agama dan partisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dalam satu kesatuan negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar – Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.16. Dalam Ensiklopedia Indonesia yang dimaksud dengan “toleransi” yang dalam konteks ini adalah “toleransi beragama” adalah sikap kesediaan menerima keberagaman dan kebebasan beragama dan berkeyakinan pihak atau kelompok lain.
Pokok-Pokok Permasalahan
- Pengakuan adanya agama wahyu di luar Islam ( pluralitas agama );
- Kebebasan memeluk agama atau tidak adanya paksaan memeluk satu agama tertentu;
- Penghormatan terhadap hak asasi manusia
- Dialog Antar Umat Beragama
Letak nilai-nilai teologis dalam praktik toleransi adalah bahwa dalam Islam tidak ada aktivitas manusia yang terlepas dari keyakinan teologisnya, termasuk hubungan antar sesama manusia, hubungan antar pemeluk agama yang berbeda,22 karena Islam mengajarkan rasa hormat dan perlindungan. . untuk semua orang dan bahkan seluruh alam. Dari uraian tersebut yang dimaksud dengan teologi kerukunan adalah landasan, konsep dan penerapan teologis yang melandasi hubungan antar umat beragama dengan prinsip toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan, sehingga tampil rukun dalam kehidupan berdasarkan ajaran. agama masing-masing dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Kenyataan dalam kehidupan ini menunjukkan bahwa bumi kita hanya satu, namun masyarakat yang menghuninya terdiri dari berbagai macam suku, ras, suku dan agama.
Oleh karena itu, harapan akan adanya satu agama di muka bumi ini nampaknya merupakan harapan yang tidak realistis. Masalahnya adalah apa yang terjadi pada pandangan bahwa kebenaran itu satu dan hanya ada satu agama yang benar. Namun kemudian muncul pandangan bahwa umat Islam percaya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, sama seperti umat Kristen, Yahudi, Hindu atau Budha yang masing-masing mengklaim sebagai kebenaran (truth klaim).
Akibat dari pendapat tersebut timbullah tanggung jawab setiap umat beragama untuk menunaikan kewajiban menyebarkan agamanya sebagai sarana keselamatan dunia dan akhirat. Akibat pengakuan akan kebenaran suatu agama, seseorang yang beragama merasa berkewajiban untuk melindungi anggota keluarganya dari pemeluk agama yang benar demi menjaga keselamatannya. Selain itu, ada kewajiban untuk mengajak umat ke jalan agama yang benar, yaitu tuntunan Al-Quran.
Bagaimana Islam memahami ajaran Islam tentang kebebasan beragama atau dengan kata lain tidak ada kewajiban masuk Islam. Perbedaan aspek eksoteris agama memerlukan adanya dialog saling pengertian antar pemeluk agama agar ada titik temu antar pemeluk agama yang berbeda.
Metode Pembahasan Teologi Kerukunan
Penjelasan dalam menyikapi permasalahan ini akan melahirkan suatu konsep teologis dalam arti landasan spiritual yang berkaitan langsung dengan tuntutan masa kini, dalam hal ini sikap umat Islam dalam berinteraksi dengan pemeluk agama lain. Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, umat Islam telah mempunyai pengalaman dalam membangun kerukunan hidup antar umat beragama. Terbentuknya negara kota di Madinah merupakan momen bersejarah sepanjang menyangkut implementasi kerangka teologis, doktrin dan gagasan kerukunan umat beragama menurut Islam terhadap pemeluk agama lain, khususnya agama Yahudi dan Kristen.
Konsep Tentang Kerukunan Dalam Islam
Petunjuk Kitab suci tentang Kerukunan Antar Umat a. Pengakuan atas adanya agama diluar Islam
Berkaitan dengan hal tersebut dijelaskan bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat kata Rabbaniyin yang berarti “orang-orang yang beriman kepada Tuhan”. Pesan Al-Qur'an sangat universal dan merupakan kesamaan hakiki antara pesan Allah kepada manusia, dengan Nabi "pembawa berita" (Arab). Yang dimaksud dengan persamaan bukanlah kesamaan dasar keyakinan, melainkan kesamaan pesan dasar agama yang disebut Al-Qur’an sebagai wasiah, yaitu pemahaman tentang Tuhan Yang Maha Esa (tauhid).
Penjelasan tersebut menyangkut pengakuan terhadap keberadaan kitab suci nabi-nabi terdahulu dan persamaan pesan-pesan wahyu para rasul terdahulu yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an. Dijelaskan pula bahwa dalil utama pluralisme agama dalam Al-Qur'an didasarkan pada hubungan antara keyakinan privat (pribadi) dengan proyeksi publiknya dalam masyarakat politik Islam. Sedangkan terkait dengan proyeksi keimanan masyarakat, posisi Al-Qur'an didasarkan pada prinsip hidup berdampingan.
Terdapat banyak ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi yang membicarakan perihal bagaimana menangani wujudnya perbezaan agama atau pelbagai agama bagi umat Islam. Penjelasan ayat-ayat di atas Abdullah Yusuf Ali dalam The Holy Qur'an: Texts, Translation and Commentary menyatakan pendapatnya seperti berikut. 37 Lihat, Abdullah Yusuf Ali., The Holy Qur'an: Text, Translation and Commentary (USA, Amana Corporations, 1989, hlm.
Selain beberapa ayat al-Quran, pengalaman sejarah umat Islam pada zaman Rasulullah telah membuktikan sikap toleransi dan harmoni umat Islam terhadap penganut agama lain. 41 Al-Suyuti, Asbabun Nuzul, Latar belakang sejarah turunnya ayat al-Quran, terjemahan dan ed. Islam mengajarkan bahawa Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenali dan menghargai antara satu sama lain, seperti dalam Al-Quran surah 49 al-Hujurat ayat 13.
Dengan kata lain, Tuhan Yang Maha Esa dan penentangan terhadap kezaliman adalah tempat pertemuan, landasan bersama atau, dalam bahasa al-Quran, kalimatun – sawa’ (kalimat atau ajaran yang sama) antara semua kitab suci.48. Di dalam al-Quran tidak ada ajaran berkaitan toleransi dan hubungan antara penganut agama yang segera memerintahkan untuk menentang atau menghapuskan agama atau kepercayaan yang berbeza. Dengan kata lain, Tuhan Yang Maha Esa dan penentangan terhadap kezaliman adalah tempat pertemuan, landasan bersama atau, dalam bahasa al-Quran, kalimatun – sawa’ (kalimat atau ajaran yang sama) antara semua kitab suci.53.
Kerukunan Antar Umat Beragama yang Di contohkan Nabi
Dengan gambaran tersebut maka Islam sebagai agama memberikan isyarat dan memerintahkan para pemeluknya untuk tidak hanya menuduh dan menyesatkan orang lain, namun selalu berdialog dengan pemeluk agama atau agama yang berbeda agar ada titik temu, saling memahami dan mengerti. satu sama lain. menghindari konflik sehingga tercipta hubungan yang serasi dan harmonis antar manusia. Dialog merupakan sarana efektif yang diajarkan Islam untuk menemukan titik temu antar umat yang berbeda. Seorang Muslim tidak akan bertindak tidak senonoh terhadap sekutu Muslim lainnya (tuan atau pelayan).
Dalam Pasal 14, seorang Muslim tidak boleh membunuh Muslim lain demi kepentingan orang kafir, dan tidak boleh menolong orang kafir dengan mengorbankan orang Muslim; sedangkan Pasal 19. Demi menegakkan agama Allah, seorang muslim menjadi pelindung bagi umat muslim lainnya ketika menghadapi hal-hal yang mengancam nyawanya.56 Menurut Haekal, seperti dikutip Syahrin Harahap, Madinan Pisagam telah membuka pintu baru bagi kehidupan umat Islam. sistem politik dan peradaban kehidupan pada saat itu. Dokumen politik yang ditetapkan oleh Muhammad empat belas abad yang lalu menetapkan kebebasan beragama, keamanan harta benda dan kehidupan, dan larangan melakukan kejahatan.57.
Hubungan antara anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas lain didasarkan pada prinsip: a) bertetangga yang baik; b) saling membantu untuk menghadapi musuh bersama;. Inilah contoh nyata keharmonian dalam hidup yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan telah diakui oleh dunia bahwa Islam diajarkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai agama yang mencintai perdamaian, kerukunan dan toleransi.
ANALISIS SINGKAT DAN KESIMPULAN
Keberagaman yang ada di muka bumi merupakan fitrah yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa, dan keberagaman tersebut merupakan bukti adanya kekuasaan. Keanekaragaman bentuk hayati seperti iklim, flora, fauna, adat istiadat, budaya, suku, ras dan termasuk agama merupakan hakikat kehidupan yang menjadi sumber dinamisme, dan sesungguhnya itu semua menuju kehidupan yang dinamis dan kompetitif yang memberikan lahirlah kebahagiaan yang diinginkan.bercita-cita bersama.60. Teologi Islam seharusnya memberikan jawaban atas pertanyaan apakah semua agama itu benar atau semua agama yang menyebabkan kekacauan harus ditolak, sebagaimana disampaikan Ar-Razi.
Dalam konsepnya yang berkaitan dengan ajaran Al-Qur'an, tampak bahwa Islam telah secara jelas memberikan arahan kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini. Bahwa manusia dilahirkan dengan sifat Sang Pencipta, sehingga wajib saling menghormati dan menghargai, tidak boleh saling mengkritik karena agama lain (Al-Hujurat. Bahwa semua agama yang diturunkan dalam kitab suci dan Utusan berasal dari Tuhan yang sama.
Perbedaan-perbedaan yang ada sebenarnya hanya pada tataran eksoteris (eksternal), namun secara substansi dan esoteris agama-agama akan ada titik temu, oleh karena itu perbedaan-perbedaan yang ada hendaknya didiskusikan untuk mencapai titik temu (Kalimatun Sawa. Perlunya Dialog membuka cakrawala keagamaan yang inklusif (terbuka), sehingga melahirkan rasa saling menghormati dan kerukunan; Teologi kerukunan antaragama hendaknya dikembangkan di era modern saat ini, karena realitas dunia sudah terbuka lebar dan fenomena pluralistik merupakan sebuah keniscayaan.
Al-Suyuti, Asbabun Nuzul, Zgodovinsko membaca alasan al-Quran, yang berlaku pada masa itu. 375-380, glej: Abu Dzarrin Al-Hamidy, Toleransi dan Hubungan Antara Agama dalam Perspektif Al-Quran, Kajian Tafsir Tematik Tafsir Al-Manar, Surabaya: el-Kaf, 2003,. Imam Ibn Muhammad Abd al-Malik bin Hisyam., Al-Shirat al-Nabawiyah, (Bejrut-Lebanon: Dar al-Kutub al-Araby:
Madjid., Nurcholish., Beberapa Refleksi Kehidupan Beragama untuk Generasi Mendatang,” dalam Jurnal Ulumul Qur'an (No. 1 Bagian IV, 1993).