I. Pengertian Acuan dan Perancah
Acuan perancah atau formwork adalah suatu konstruksi pendukung yang merupakan mal atau cetakan pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Konstruksi acuan perancah adalah suatu konstruksi smenetara dari suatu bangunan yang fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki apabila betonnya telah menjadi keras. Acuan adalah bagian yang mengalami kontak langsung dengan beton sebagai tempat dituangkannya beton segar yang berfungsi untuk membentuk beton yang diinginkan. Perancah adalah bagian dari konstruksi bekisting yang berfungsi untuk menahan semua beban yang bekerja baik vertikal maupun horizontal dan berfungsi pula untuk mengatur kedudukan acuan.
Konstruksi acuan dan perancah harus dapatl memungkinkan melakukan kegiatan:
a. Memasang atau merangkai tulangan beton.
b. Mengecor sekaligus memadatkan adukan beton.
c. Mudah melepaskan cetakan atau acuan sehingga beton tidak rusak.
Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton.
b. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan.
c. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu memikul beban sendiri maupun beban luar.
d. Mencegah hilangnya air semen (air pencampur) pada saat pengecoran.
e. Sebagai isolasi panas pada beton.
II. Tipe – Tipe Acuan dan Perancah a. Konvensional
Pada system ini acuan atau cetakannya terdiri dari kayu papan atau polywood (kayu lapis), sedangkan perancahnya terbuat dair kayu atau dolken/bambu. Ciri-ciri dari tipe ini sebagai berikut:
1. Dikerjakan secara konvensional.
2. Dibuat ditempat yang relatif sempit.
3. Untuk bangunan bertingkat yang tidak begitu komplek.
4. Menggunakan kayu (bahan dari alam).
5. Jika dipakai pada bangunan yang bentuknya rumit, banyak dilakukan penggergajian sehingga biaya penghapusan dan upah kerja tinggi.
b. Semi Sistem
Bahan dasarnya disesuaikan dengan konstruksi beton sehingga pengerjaannya lebih baik atau banyak apabila konstruksi beton itu sendiri tidak terjaga perubahan bentuk maupun ukuran. Penggunaan material tidak memerlukan pemotongan karena sudah ada ukuran pabrikasi bekisting yang sesuai dengan bentuk beton. Sistem ini digunakan pada konstruksi cukup tinggi. Cetakan atau acuan terbaut dari kayu lapis atau plat, sedangkan perancahnya dari baja yang dipabrikasi. Peningkatan bekisting konvensional menjadi semi sistem terletak pada penggunaan ulang bekisting.
Adapun ciri-ciri semi system, yaitu:
1. Ukuran disesuaikan bentuk beton yang bersangkutan.
2. Dapat dipakai berulang-ulang.
3. Dirancang untuk satu produk berskala besar dan rumit.
4. Bisa ditukar penggunaannya.
5. Biaya intervasi tinggi dan upah kerja rendah.
c. Full Sistem
Sistem ini bertujuan untuk penggunaan ulang yang lebih cepat pelaksanaannya daripada konvensional karena komponennya sudah ada ukuran standarnya. Dalam hal biaya tidak terlalu tinggi karena pelaksanaannya relatif singkat. Adapun ciri dari tipe ini:
1. Ukuran dirancang untuk bermacam-macam bangunan.
2. Pekerjaan dan perangkaian lebih praktis, mudah, dan cepat.
3. Ada kemungkinan elemen bekisting untuk tujuan tertentu.
4. Bisa ditukar penggunaannya.
5. Biaya intervasi tinggi dan upah kerja rendah.
III. Syarat-syarat Umum Acuan dan Perancah a. Kuat
Didalam pekerjaan ini terdapat beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena
itu, diperlukan suatu acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
Berat Sendiri (Beton)
Cetakan harus sanggup menahan berat beton yang di cetakan.
Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu: baik orang yang sedang mengerjakan beton tersebut, vibrator beton tersebut, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu gempa atau retakan.
Pembebanan:
1. Beban mati (DL)
Akibat beton
Akibat acuan 2. Beban hidup (LL) b. Kaku
Kaku atau tidak bergerak sangat penting pada acuan dan perancah ini, karena apabila perancah tersebut tidak kaku atau dapat bergerak, maka hasil yang akan dicapai tidak maksimal karena bentuk yang ingin kita capai tidak sempurna.
c. Mudah dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara, dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
d. Ekonomis dan Efisien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.
e. Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah dalam penyusunan dan pembongkaran.
f. Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar dari bekisting.
g. Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan tidak bersih, maka dalam proses pengecoran, kotoran mungkin akan naik dan masuk ke dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk dibersihkan.
IV. Kerugian-kerugian Jika Acuan dan Perancah Kurang Baik a. Perubahan geometric
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana, misalkan: suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
b. Penurunan mutu beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang diikuti semen tadi keluar sehingga mutu atau kekuatan beton menjadi berkurang.
c. Terjadinya perubahan dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat pekerjaan yang lainnya.
V. Pembebanan Acuan dan Perancah
Mekanika teknik merupakan dasar perhitungan dan perencanaan struktur formwork. Hal ini diperlukan untuk pertimbangan pemilihan jenis formwork dan biaya yang dikeluarkan secara optimum. Gaya yang diperhitungkan adalah gaya
vertikal dan horizontal yang menitikberatkan pada lendutan yang terjadi dan lendutan yang diizinkan.
a. Gaya vertikal
1. Beban tetap: berat formwork sendiri, baja tulangan, dan beton basah.
2. Beban tidak tetap: beban peralatan, tenaga kerja, dan barang lain. Beban- beban tersebut harus dipikul oleh formwork dengan lendutan (defleksi) yang diizinkan.
b. Gaya horizontal
Biasanya pada dinding formwork pada saat pengecoran akibat tekanan hidrostatis dari beton basah dan gaya getar pengaruh penggetaran beton (vibrator). Pada saat beton mulai mengeras, tekanan horizontal semakin berkurang, serta beban angin harus diperhitungkan.
VI. Perhitungan Pembebanan Acuan dan Perancah a. Kekuatan multiplek pada kolom
b. Menghitung girder peri (GT 24) pada kolom c. Perhitungan kekuatan bekisting pada plat lantai d. Pembebanan untuk bekisting balok
e. Kekuatan tebal multiplek pada plat lantai f. Menghitung kekuatan kaso panel
g. Kekuatan girder peri pada plat lantai (GT 24) h. Scaffolding
VII. Bagian-bagian Konstruksi Acuan dan Perancah a. Adukan atau cetakan ada 2 macam:
1. Acuan tetap: acuan tidak dapat dibongkar dan dibiarkan tetap ditempat.
2. Acuan tidak tetap (sementara): acuan dapat dibongkar setelah acuan sudah kuat. Bahan-bahan untuk membuat acuan sementara:
Papan kayu
Papan buatan (triplek, multplek, papn balok, papan partikel).
Plat baja
Plat aluminium
Fiberglass
PVC
3. Perancah atau konstruksi penopang
Syarat perancah harus kuat, stabil, tidak berubah bentuk selama masa pembuatan atau pelaksanaan pengecoran. Bagian dari perancah antara lain:
Tiang frame
Skur
Gelagar
Balok alas
Tieorot
VIII. Pelaksanaan Acuan dan Perancah
a. Sesuai dengan struktur beton, formwork dibagi menjadi 4 bagian pokok, yaitu:
1. Pondasi 2. Kolom
3. Dinding
4. Plat lantai dan balok b. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan bekisting:
1. Bentuk dan ukuran beton.
2. Bahan dan alat yang digunakan.
3. Lokasi kerja.
4. Tenaga kerja.
5. Target biaya dan waktu.
6. Kualitas atau mutu hasil kerja.
c. Pembuatan dan pelaksanaan yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
1. Bahan yang tersedia atau diperlukan.
2. Kualitas tenaga kerja yang tersedia.
3. Anggaran biaya yang tersedia.
4. Alat-alat konstruksi beton yang tersedia.
5. Tuntutan kualitas atau sistem yang dikehendaki.
IX. Alat dan Bahan
Benang
Untuk membuat acuan ataupun membantu untuk memberi tanda pada proses pembuatan bekisting.
Palu
Palu atau Martil adalah alat yang digunakan untuk memberikan tumbukan kepada benda. Berfungsi untuk
memaku, memperbaiki suatu benda, penempaan logam dan menghancurkan suatu objek.
Jackbase atau Base Plate
Sebagai landasan frame atau scaffolding dan sebagai pengatur ketinggian.
U-head
Untuk tempat gelagar memanjang dan alat pengatur ketinggian.
Pipa Galvanis
Untuk memperkokoh atau mengkakukan frame (scaffolding).
Scaffolding
Scaffolding merupakan alat perancah yang terbuat dari baja. Alat perancah ini digunakan untuk kosntruksi besar dan dapat digunakan terus sampai alat perancah ini rusak. Alat ini berfungsi sebagai pengaku kosntruksi atau tiang yang memiliki standar 1,2 m dan tinggi standar antar lain 40-190 cm.
Cross Brace
Berfungsi sebagai penghubung frame arah horizontal dan sebagai pengatur jarak. Tersedia untuk jarak ukuran 60 com, 120 cm, & 180 cm.
Balok 6/12
Berfungsi sebagai alas untuk scaffolding.
Pipe Clamp
Clamp pipa scaffolding terbuat dari metal dan digunakan untuk menyambung pipa serta mengeratkan sambungan, atau mengunci antar pipa sehingga scaffolding menjadi lebih kuat ketika digunakan dalam proses pembangunan konstruksi.
Girder Peri GT 24
GT 24 Girder adalah besi pengaku pada bekisting Sistem PERI. Berfungsi untuk menahan gaya aksial tekan dan tarik yang timbul dan bekerjanya momen lentur. Girder
GT 24 yang dipake pada praktek kai ini adalah ukuran 3m dan 3,9m.
Besi Siku
Berfungsi sebagai penyangga bekisting balok.
Panel
Pada kosntruksi kali ini digunakan untuk membuat balok dan plat lantai.
Hook Strap
Untuk mengikat balok girder yang dieratkan pada steel waller dengan menggunakan kunci pas.
Joint Pin
Berfungsi untuk mengubungkan frame secara vertikal, dimana dengan adanya penyambung, panjang vertikal bertambah 3 cm.
Steel Waller
Digunakan untuk perkuatan pada bekisting dinding sebagai sabuk.
Tierod Wing Wut
Push Pull Prop & Kickers Brace
Push pull prop digunakan untuk mengatur ketegakan bagian atas &
kickers brace digunakan untuk mengatur keseluruhan
Kunci Pas
Digunakan untuk mengatur
(mengecangkan atau melepas) baut atau mur.
Meteran
Digunakan untuk mengatur benda kerja yang cukup panjang. Biasa digunakan meteran berukuran 3 m dan 5 m.
Tie Yok
Platform
Tempat yang dipergunakan para pekerja berpijak dalam pelaksanaan kegiatannya atau tempat meletakkan bahan bahan yang dikerjakan.
Wedge dan Wedge Head Piece
Wedge digunakan sebagai pengikat atau penahan antar steel waller dengn push pull bracket. Wedge head piece untuk menguatkan push pull props dengan kolom atau dinding.
Ledger UH
Base Standar UVB 49
Ledger Brace UBL
U-head
Multiplek
Klem
Digunakan untuk menjepit suatu benda dan juga untuk menempatkan penyetelan sambungan.
Steger
Wall Formwork JOB 1
BEKISITING KOLOM A. Tujuan Pelaksanaan
Mahasiswa diharapkan terampil dalam:
1. Membaca gambar kerja dengan baik
2. Menghitung kebutuhan bahan yang akan digunakan secara tepat.
3. Merencanakan bekisting kolom secara benar dan menghasilkan konstruksi.
4. Membuat atau memasang acuan dan perancah kolom dengan baik dan benar.
5. Menyetel cetakan kolom menjadi vertikal dan sesuai posisi.
6. Melakukan pembongkaran beksiting kolom dengan baik dan benar.
B. Dasar Teori
Penampang kolom pada umumnya berbentuk persegi, bulat maupun bentuk tak beraturan. Untuk penampang persegi dan persegi panjang dapat dengan mudah dibuat bekisting dari bahan kayu, tetapi untuk penampang bulat dan tidak beraturan akan lebih tepat dibuat dalam bahan plat.
Kolom yang telah dibuat kemudian diberi klem penjepit yang berfungsi untuk mngkokhkan kolom. Pada umunya, kolom tidak dicor pada waktu beramaan dengan balok ldan lantai yang berada diatasnya melainkan dicor terlebih dahulu beberapa hari. Untuk mempermudah penuangan dan pemadatan adukan beton pada pengecoran kolom biasanya dibuatkan jendela penuangannya pada tempat-tempat tertentu pada struktur kolom tinggi dengan menggunakan pipa atau selang untuk menghindari segregasi.
C. Alat dan Bahan 1. Alat
Meteran
Tierod
Unting-unting
Benang
Palu
Klem
Tangga
Wedge
Clevispin
Cotterpin
Push pull bracket
Waterpass 2. Bahan
Kaso 6/12
Grider PERI 3m
Multiplek 40 cm x 2,4 m
Steel waller
Push pull prop
Kickers braco
Base plate
Papan panel
Paltform D. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan alat kerja sesuai dengan fungsi dan instruktur.
2. Menggunakan alat dan pakaian kerja.
3. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material terbuat dari besi atau baja.
4. Mengikuti proses pekerjaan sesuai dengan petunjuk instruktur.
E. Langkah Kerja F. Permasalahan
1. Perhitungan dan pemasangan girder penentuan jarak antar girder.
2. Kolom tidak vertikal dan mudah bergoyang.
3. Kolom tidak rapat saat digabungkan.
G. Solusi
1. Pemasangan gelagar pada bagian bawah kolom harus lebih rapat jaraknya karena tekanan lateral akibat gaya hidrostatis beton segar pada bagian bawah kolom yang paling besar.
2. Dalam pengecekan ketegakkan kita harus menggunakan unting- unting/waterpass kemudian steel water dan gelagar kolom harus benar-benar kuat.
3. Kita bisa mengaturnya dengan push pull prop dan kickers brace sehingga dengan mudah menggerakkan kolom dan bisa rapat.
H. Gambar Kerja JOB II
BEKISTING DINDING A. Tujuan Pelaksanaan
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam:
1. Menggunakan peralatan dan bahan acuan dan perancah.
2. Membuat atau memasang acuan dan perancah dinding dengan baik dan benar.
3. Menghitung dimensi setiap komponen.
4. Memahami aplikasi mekanika teknik dan kontruksi kayu pada bekisting dinding.
5. Melakukan pembongkaran beksiting balok dengan baik dan benar.
B. Dasar Teori
Dinding merupakan suatu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan atau membentuk ruang-ruang. Acuan dan perancah dinding merupakan bagian cetakan untuk membuat dinding beton yang berdiri di atas sloof beton atau lantai. Ditinjau dari segi struktur dan kosntruksi dinding ada yang berupa dinding partisi atau pengisi (tidak menahan beban) dan ada yang berupa dinding structural. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya dinding beton tersebut.
Acuan dan perancah dinding harus benar-benar tegak di atas lantai.
Bagian dalamnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.
Acuan dan perancah dinding ini akan dibuat dalam bentuk bersudut L disesuaikan dengan lokasi praktek yang ada.
C. Alat dan Bahan 1. Alat
Palu
Paku
Waterpass
Meteran
Platform
Siku
Tangga
2. Bahan
Girder PERI 3m
Steel waller
Steel proof
Multiplek
Hooks strap
Kaso 6/12
Panel D. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan alat kerja sesuai dengan fungsi dan instruktur.
2. Menggunakan alat dan pakaian kerja.
3. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material terbuat dari besi atau baja.
4. Mengikuti proses pekerjaan sesuai dengan petunjuk instruktur.
E. Langkah Kerja 1.
F. Permasalahan
1. Bekisting dinding sangat berat.
2. Sambungan multiplek dengan yang lainnya tidak pas di girder.
3. Bekisitng dinding saat didirikan belum tegak.
G. Solusi
1. Utamakan K3 dan kerjasama kelompok namun tetap berhati-hati.
2. Menggeser girder peri.
3. Pasang unting-unting atau gunakan waterpass untuk acuan ketegakkan dan ubah menggunakan steel proof atau push pull prop.
H. Gambar Kerja JOB III
BEKISTING TANGGA A. Tujuan Pelaksanaan
Pada akhir praktek bengkel mahasiswa diharapkan terampil dalam:
1. Merencanakan bekisting tangga yang akan dibuat dengan benar.
2. Melakukan konstruksi tangga yang akan dibuat dengan benar.
3. Memperhitungkan konstruksi bekisting tangga dengan tepat sehingga menghasilkan konstruksi yang kuat.
4. Melakukan pembongkaran bekisting tangga dengan baik dan benar.
B. Dasar Teori
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga adalah jalur yang memiliki undak-undak (trap) atau anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai diatasnya dan mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai bertingkat. Ukuran tangga dan penempatannya diatur sesuai dengan kebutuhan dan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan standar tangga.
Macam-macam acuan dan perancah untuk tangga:
1. Cetakan tangga lurus.
2. Cetakan tangga membelok.
3. Cetakan tangga melingkar.
Bentuk-bentuk tangga:
1. Tangga spiral.
2. Tangga lurus.
3. Tangga dengan bordes.
4. Poros.
5. Tangga ¼ lingkaran.
6. Tangga ½ lingkaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Perencanaan tangga.
2. Bentuk optride dan cetakannya.
3. Pembuatan cetakan tangga.
C. Alat dan Bahan 1. Alat
Meteran
Waterpass
Palu
Kapur 2. Bahan
Multiplek 2/20
Benang
Paku
D. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan alat kerja sesuai dengan fungsi dan instruktur.
2. Menggunakan alat dan pakaian kerja.
3. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material terbuat dari besi atau baja.
4. Mengikuti proses pekerjaan sesuai dengan petunjuk instruktur.
E. Langkah Kerja
F. Permasalahan dan Solusi
Pemahaman untuk perhitungaan tangga belum menguasai, maka solusinya adalah dengan menggunakan konsep skala, kita bisa menemukan antride saat belokan tangga yang sesuai.
G. Gambar Kerja JOB IV
BEKISTING BALOK DAN LANTAI A. Tujuan Pelaksanaan
1. Membaca gambar kerja dengan baik.
2. Menghitung kebutuhan bahan.
3. Membuat atau memasang acuan dan perancah balok dan lantai dengan baik dan benar,
4. Memperhitungkan konstruksi bekisting balok dan lantai dengan tepat sehingga menghasilkan konstruksi yang kuat.
5. Melakukan pembongkaran bekisting pelat balok dan lantai dengan baik dan benar.
B. Dasar Teori
Acuan dan perancah pelat merupakan bagian cetakan untuk membuat pelat beton yang menumpu di atas balok-balok beton. Pemasangannya harus benar-benar kuat dan kokoh, karena cetakan adalah hal yang menentukan terhadap bentuk jadinya pelat beton tersebut. Acuan dan perancah pelat harus benar-benar datar di atas perancahnya. Bagian atasnya harus benar-benar bersih dari kotoran yang menempel.
Balok beton adalah bagian dari struktur bangunan atau konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menopang lantai diatasnya, balok juga berfungsi sebagai penyalur momen menuju kolom-kolom. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser.
Pelat lantai yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung ketegaran balok portal.
C. Alat dan Bahan 1. Alat
Jackbase atau base plate
Base standar UVB 24
Ledger UH
Ledger brace UBL
Siku
Wall formwork
Base standar UVB 49
U-head
Waterpass 2. Bahan
Panel peri
Polywood
Scaffolding set
Girder D. Keselamatan Kerja
1. Menggunakan alat kerja sesuai dengan fungsi dan instruktur.
2. Menggunakan alat dan pakaian kerja.
3. Pusatkanlah perhatian atau pikiran pada waktu praktek karena keseluruhan material terbuat dari besi atau baja.
4. Mengikuti proses pekerjaan sesuai dengan petunjuk instruktur.
E. Langkah Kerja F. Permasalahan
Alat-alat yang berat.
G. Solusi
Saling bekerja sama antar anggota, sehingga memudahkan pengangkatan alat-alat tersebut.
H. Kesimpulan
Pada job balok dan lantai ini yang diperlukan adalah keselamatan kerjanya, karena kita bekerja pada lingkup kerja yang ketinggian dari muka tanah cukup tinggi dan alat-alat yang digunakan cukup berat, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam bekerja.
I. Gambar Kerja