LAPORAN AKHIR BIOKIMIA
OLEH:
ROGER FELASCO NIM. 2306112411
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU
2024
ii
LEMBAR PENGESAHAN BIOKIMIA
OLEH : ROGER FELASCO
NIM. 2306112411
MENYETUJUI, Rabu, 05 Juni 2024
ASISTEN I ASISTEN II
FAZIRA HAFMASARA AFRA FADHILA PUTRI NIM. 2106134457 NIM. 2106110596
iii KATA PENGANTAR
Puji syuku kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Biokimia ini dengan tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada asisten praktikum sebagai pembimbing praktikum mata kuliah Biokimia yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini.
Dalam penyusunan laporan akhir ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan karena keterbatasan penulis. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan laporan akhir praktikum ini. Smeoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Pekanbaru, 26 Mei 2024
Roger Felasco
iv DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN BIOKIMIA ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Karbohidrat ... 6
2.1.1 Uji Molisch ... 7
2.1.2 Uji Benedict ... 7
2.1.3 Uji Seliwanoff ... 8
2.1.4 Uji Barfoed ... 9
2.1.5 Uji Iodine ... 9
2.1.6 Hidrolisis Pati ... 10
2.2 Protein ... 10
2.2.1 Uji Millon ... 12
2.2.2 Uji Biuret ... 12
2.2.3 Uji Pengendapan Protein Dengan Pelarut Organik ... 12
2.3 Minyak dan Lemak ... 13
2.3.1 Test Kelarutan ... 14
2.3.2 Pembuatan sabun ... 15
BAB III METODOLOGI ... 16
3.1 Tempat dan Waktu ... 16
3.2 Alat dan Bahan... 16
3.3 Cara Kerja ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24
4. 1 Hasil ... 24
4.1.1 Karbohidrat ... 24
4.1.2 Protein ... 28
4.1.3 Minyak dan Lemak ... 29
v
4. 2 Pembahasan ... 30
4.2.1 Karbohidrat ... 30
4.2.2 Protein ... 31
4.2.3 Minyak dan Lipid ... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 34
5.1 Kesimpulan ... 34
5.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA... 35
LAMPIRAN ... 37
vi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat dan Bahan ... 37
Gambar 2. Pengukuran Bahan ... 37
Gambar 3. Reagen Benedict ... 37
Gambar 4. Penuangan Reagen ... 37
Gambar 5. Pemanasan Air ... 37
Gambar 6. Perendaman Tabung Reaksi ... 37
Gambar 7. Pengukuran fruktosa ... 38
Gambar 8. Pengukuran Reagen ... 38
Gambar 9. Alat dan Bahan ... 38
Gambar 10. Pengukuran Sampel ... 38
Gambar 11. Sukrosa ... 38
Gambar 12. Hasil Uji ... 38
Gambar 13. Penimbangan Bahan ... 39
Gambar 14. Pengukuran Larutan... 39
Gambar 15. Pelarutan Larutan ... 39
Gambar 16. Pemberian Label ... 39
Gambar 17. Tabung dan Rak ... 39
Gambar 18. Pemanasan ... 39
Gambar 19. Larutan HCl ... 40
Gambar 20. Larutan NaOH ... 40
Gambar 21. Larutan Iodine ... 40
Gambar 22. Pengukuran Larutan amillum ... 40
Gambar 23. Pemasukkan amillum ... 40
Gambar 24. Penetesan NaOH ... 41
vii
Gambar 25. Penetesan Iodine ... 41
Gambar 26. Penetesan Air ... 41
Gambar 27. Pemanasan Larutan ... 41
Gambar 28. Reagen Millon ... 42
Gambar 29. Penetesan Reagen Millon ... 42
Gambar 30. Larutan Millon + Protein ... 42
Gambar 31. Pemanasan Larutan ... 42
Gambar 32. Perubahan Warna ... 42
Gambar 33. Pembuatan Larutan Protein ... 43
Gambar 34. Penuangan NaOH ... 43
Gambar 35. Pengukuran Larutan... 43
Gambar 36. Penghomogenan Larutan ... 43
Gambar 37. Penuangan CuS04 ... 43
Gambar 38. Hasil ... 43
Gambar 39. Pembuatan Larutan Protein ... 44
Gambar 40. Penuangan ... 44
Gambar 41. Penuangan Air ... 44
Gambar 42. Penghomogenan ... 44
Gambar 43. Penuangan Alkohol ... 44
Gambar 44. Penuangan Larutan Protein ... 44
Gambar 45. Penghomogenan Larutan ... 45
Gambar 46. Hasil homogen ... 45
Gambar 47. Pengambilan Endapan ... 45
Gambar 48. Pelarutan Endapan ... 45
Gambar 49. Penuangan Aquades ... 46
viii
Gambar 50. Penuangan Kloroform ... 46
Gambar 51. Penambahan Minyak ... 46
Gambar 52. Penghomogenan ... 46
Gambar 53. Hasil 1 ... 46
Gambar 54. Hasil 2 ... 46
Gambar 55. Pemanasan Minyak ... 47
Gambar 56. Penuangan KOH ... 47
Gambar 57. Pengadukan Larutan ... 47
Gambar 58. Penambahan Alkohol ... 47
Gambar 59. Penambahan Air ... 47
Gambar 60. Hasil Pembuatan Sabun ... 47
ix DAFTAR TABEL
Tabel 1 Uji Benedict ... 24
Tabel 2 Uji Seliwanoff ... 25
Tabel 3 Uji Seliwanoff ... 25
Tabel 4 Uji Barfoed ... 26
Tabel 5 Uji Iodine ... 27
Tabel 6 Hidrolisis Pati ... 27
Tabel 7 Uji Millon ... 28
Tabel 8 Uji Biuret ... 29
Tabel 9 Pendendapan Protein dengan Pelarut Organik ... 29
Tabel 10 Test Kelarutan ... 29
Tabel 11 Pembuatan Sabun ... 30
x
DAFTAR LAMPIRAN
Dokumentasi 1 Karbohidrat ... 37 Dokumentasi 2 Protein ... 42 Dokumentasi 3 Minyak dan Lemak ... 46
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Biokimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang makhluk hidup. Secara tidak langsung biokimia merupakan salah satu disiplin ilmu dari kimia organik dan sains biologi. Biokimia mempelajari seluruh proses kimia yang berhubungan dengan mahluk hidup. Lebih dari 40 tahun biokimia berhasil menjelaskan proses hidup yang merupakan bahasan khusus dalam bidang ilmu botani sampai kedokteran.
Biokimia diusulkan pertama kali oleh Corl Neuberg pada tahun 1903.
Biokimia adalah sains yang menjelaskan struktur dan fungsional mahluk hidup dalam lingkup kimia. Biokimia mengarahkan bidang penelitianya pada struktur, fungsi dan interaksi biologi pada makromolekul seperti karbohidrat, lipid (lemak), protein, asam nukleat yang berperan dalam kehidupan.
Biokimmia merupakan ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi komponen selular, seperti protein, karbohidrat, lipid, asam nukleat dan biomolekul lainnya. Saat inni biokimia lebih terfokus secara khusus pada kimia reaksi termediasi enzim dan sifat-sifat protein. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksil-aldehida atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan senyawa-senyawa ini bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang mempunyai rumus (CH2O)n, yaitu senyawa-senyawa yang n atom karbonnya tampak terhidrasi oleh
2
molekul air. Namun demikian, terdapat pula karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan tubuh makhluk hidup.
Monosakarida, khususnya glukosa, merupakan nutrien utama sel. Misalnya pada vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel tubuh.
Karbohidrat merupakan biomolekul yang paling melimpah di bumi. Setiap tahun, fotosintesis mengubah lebih dari 100 juta metrik ton CO2 dan H2O menjadi selulosa dan produk tambahan lain. Karbohidrat didefinisikan sebagai polisakarida atau polihidroksilketon dan derivatnya. Suatu karbohidrat merupakan suatu aldehid (-CHO) jika okesigen karbonil berkaitan dengan suatu atom terminal, dan suatu keton (=C=O) jika oksigen karbonil berikatan dengan suatu karbon internal.
Dalam alam, karbohidrat terdapat sebagai monosakarida (gula individual/sederhana), oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida merupakan bentuk karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi bentuk yang lebih sederhanna, dan bentuk monosakarida dapat dibagi menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, heptosa, ataupun oktosa. Oligosakarida umumnya didefinisikan sebagai suatu molekul yang mengandung dua hingga sepuluh unit monosakarida, bebaerapa diantaranya mempunyai berat molekul beberapa juga.
Uji karbohidrat dengan menggunakan iodine menggunakan prinsip reaksi dehidrasi senyawa karbohidrat oleh asal sulfat pekat. Dehidrasi heksosa menghasilkan senyawa hidroksi metil furfural, sedangkan dehidrasi pentosa menghasilkan senyawa furfural. Uji positif jika timbul warna ungu merah yang merupakan kondensasi antara furfural atau hidroksimetilfurfural dengan a-naftol
3
dalam pereaksi molish. Uji molisch adalah uji kimia kualitatif untuk mengetahui adanya karbohidrat. Mono-, di-, dan polisakarida akan memberikan hasil positif.
Amilosa berfungsi sebagai pemberi sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket. Pati digunakna sebagai komponen perekat, campuran makanan seperti sup dan sebagainya. Dalam industri juga digunakan sebagai perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika.
Protein adalah polimer yang terdiri dari asam amino, dimana setiap residu asam amino berikatan satu dengan yang lainnya melalui ikatan kovalen. Protein dapat dipecah (hidrolisis) menjadi asam amino penyusunnya melalui beberapa cara.
Ada 20 asam amino penyusun protein. Didalam kehidupan, protein memegang peranan penting yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator. Protein merupakan polipeptida berbobot molekul tinggi yang terdapat secara alami. Polipeptida yang memiliki hanya asam amino saja digolongkan sebagai protein sederhana. Protein terkonjugasi mengandung komponen bukan asam amino yang dikenal sebagai gugus prostetik di samping kerangka utama asam amino.
Dalam ilmu kimia, pencampuran atau penambahan suatu senyawa dengan senyawa yang lain dikatakan bereaksi bila menunjukkan adanya tanda terjadinya rekasi, yaitu adanaya perubahan warna, timbul gas, bau, perubahan suhu, dan adanya endapan. Pencampuran yang tidak disertai dengan tanda demikian, dikatakan tidak terjadi reaksi kimia.. ada beberapa reaksi khas dari protein yang menunjukkan efek/tanpa terjadinya reaksi kimia, yang berbeda-beda antara pereaksi yang satu dengan pereaksi yang lainnya. Semisalnya reaksi uji protein
4
(albumin) dengan biuret test yang menunjukkan adanya perubahan warna, belum tentu sama dengan pereaksi uji lainnya.
Istilah lipid kadang-kadang digunakan sebagai sinonim dari lemak. Lipid juga meliputi molekul-molekul seperti asam lemak dan turunan-turunannya (termasuk tri-, di-, dan monogliserida dan fosfolipid, juga metabolit yang mengandung sterol, seperti kolestrol). Meskipun manusia dan mamalia memiliki metabolisme untuk memecah dan membentuk lipid, beberapa lipid tidak dapat dihasilkan melalui cara ini dan harus diperoleh melalui makanan.
Lipid mengacu pada golongan senyawa hidrokarbon alifatik nonpolar dan hidrofobik. Karena nonpolar, lipid tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut dalam pelarut non polar, seperti alkohol, eter atau kloroform. Fungsi biologis terpenting lipid diantaranya untuk menyimpan energi, sebagai komponen struktural membran sel, dan sebagai pensinyalan molekul. Lipid meliputi senyawa-senyawa heterogen termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal di dalam makanan, fosfolipida, sterol, dan ikatan lain sejenis yang terdapat dalam makanan dan tubuh manusia (Almatsier, 2004). Untuk menguji adanya kandungan gula pada sampel glukosa, amilum, aquades, fruktosa, dan sukrosa menggunakan indikator atau reagen berupa larutan benedict dan lugol.
Sedangkan untuk uji kualitatif protein pada sampel putih telur menggunakan uji ninhidrin, uji biuret, pengendalam pada pemanasan dengan reagen asam asetat, NaOH, dan tanpa reagen. Uji kualitatif kelarutan lipid dengan sampel berupa larutan etanol, kloroform, dan akuades. Masing-masing sampel diuji dengan pereagen berupa minyak kelapa lama dan beru. Kemudian uji ketidak
5
jenuhan lipid menggunakan sampel minyak kelapa lama, baru dan mentega.
Sedangkan pereagen yang digunakan berupa kloroform.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menguji kandungan karbohidrat yang terdapat pada larutan dengan mengamat perubahan warna dan juga menguji keberadaan karbohidrat serta sifat-sifat karbohidrat.
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk menguji keberadaan protein dalam beberapa uji seperti ninhidrin, uji biuret dan pengendapan protein dengan pelarut organikn yang ditandai dengan perubahan warna dan adanya endapan serta mempelajri sifat-sifat dari protein.
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mengetahui kelarutan dari minyak dan lemak yang ditandai dengan beberapa larutan. Mengetahui terciptanya bau yang terbentuk dari pencampuran bahan yang ditambahkan kedalam minyak goreng dan mengetahui bilangan penyabunan penambahan bahan kimia ataupun larutan.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda- beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O) (Qalsum, 2015).
Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien sumber energi utama bagi tubuh. Karbohidrat dalam makanan yang ada berbentuk gula, pati dan selulosa.
Karbohidrat adalah satu dari senyawa yang ada di bahan pangan dan digunakan sebagai bahan metabolisme biologis dan menyediakan 4kcal/g. Selain karbohidrat, senyawa-senyawa yang ada dalam bahan pangan yang alin seperti protein, lemak, lipida, vitamin dan mineral juga terkait erat dalam metabolisme dalam makhluk hidup bahkan sebagian merupakan bahan dasar dari metabolisme (Sumbana, 2016).
Karbohidrat dalam hasil alam yang memiliki banyak fungsi penting dalam tanaman maupun hewan. Melalui fotosintesa, tanaman merubah karbon dioksisa menjadi karbohidrat yaitu dalam bentuk selulosa, pati dan gula-gula. Karbohidrat dalam tepung terdiri dari karbohidrat dalamm bentuk gula sederhana pentosa, dextrin, selulosa dna pati (Qalsum, 2015).
Secara alami ada tiga jenis karbohidrat yang terpenting, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Polisakarida merupakan kelompok karbohidrat yang paling banyak terdapat dialam. Polisakarida merupakan senyawa
7
makromolekul yang terbentuk dair banyak sekali satuan (unit) monosakarida.
Jumlah polisakarida ini jauh lebih banyak dari pada oligosakarida maupun monosakarida. Sebagian besar karbohidrat terutapa golongan monosakarida dan disakarida seperti glukosa, fruktosa, galaktosa dan laktosa mempunyai sifat mereduksi. Sifat mereduksi dari karbohidrat disebabkan oleh adanya gugul aldehida ataupun gugus keton bebas (Qalsum, 2015).
Karbohidrat kompleks adalah karbohidrat yang memiliki struktur kimia terdiri dari molekul gula, yang terdiri dari tiga atau lebih yang saling bersangkutan dalam satu rantai molekul. Karbohidrat kompleks, yaitu polisakarida. Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks dari pada monosakarida dan oligosakarida. Polisakarida terdiri dari banyak unit monosakarida yang saling berhubungan melalui ikatan glikosida. Unit gula dapat saling berhubunngan membentuk polisakarida lurus, cabang atau melingkar.
Polisakarida berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Polisakarida larut dalam air akan membentuk larutan koloid. Polisakarida yang penting diantaranya adalah amilum, glikogen, dextrin dan selulosa (Fitri, 2020).
2.1.1 Uji Molisch
Uji molisc adalah uji umum yang digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan karbohidrat. Jika hasil tes diperoleh negatif, keberadaan gula dalam sampel dihilangkan. Hal ini merupakan tes yang berguna untuk mengurangi dan mengidentifikasi senyawa apa saja yang didehidrasi menjadi furforal atau hydroxymethilfurfural di hadapan H2SO4 (Elzagheid, 2018).
2.1.2 Uji Benedict
8
Uji benedict adalah uji umum untuk aldehida dan alfa hidroksil keton.
Dapat digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan mengurangi gula dalam sampel yang diberikan (Elzagheid, 2018).
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi (yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas). Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakrida dan beberapa disakarida seperti laktosa, glukosa dan maltosa. Uji benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton bebas dalam suasana alkali, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat atau tartat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCo3 (Dasyanti, 2013).
Uji positif dari uji benedict adalah perubahan warna larutan dari bening menjadi merah bata, hal itu dikarenakan glukosa mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Hasil negatif adalah saat larutan berwarna bening kebiruan yang artinya template berhasil dihilangkan. Secara fisik bahwa mesopori silika dengan variasi konsentrasi D-glukosa 15wt%, 30wt%, 60wt%, 75wt% memiliki ukuran partikel yang berbeda, seiring bertambahnya konsentrasi D-glukosa yang ditambahkan semakin kasar partikel yang dihasilkan (Setyawati, 2022).
2.1.3 Uji Seliwanoff
Uji seliwanoff digunakan untuk menunjuukan ketonhektosa seperti fruktosa. Pereaksi seliwanoff adalah dalam asam klorida encer. Pendidihan reaksi dengan reagen seliwanoff menghasilkan warna merah (Sumardjo, 2009). Uji seliwanoff bertujuan untuk membedakan aldosa dan ketosa pada ketosa dalam
9
gugus ketin pada karbohidrat. Pada pereaksi seliawanoff terjadi perubahan oleh HCl panas menjadi asam levulinate dan 4 hidroksilmetilfurfural (Panjaitan, 2023).
2.1.4 Uji Barfoed
Uji barfoed digunakan untuk membedakan antara monosakarida dan disakarida, tetapi prinsipnya sama dengan uji benedict, yaitu berdasarkan sifat gula sebagai penyawa pereduksi. Pada uji barfoed, monosakrida akan teroksidasi oleh ion Cu2+ membentuk gugus karboksilat dan endapatan tembaga (3) oksida yang berwarna merah bata. Reaksi ini terjadi dalam suasana asam (sekotar pH 4,6), oleh karena itu digunakan asal asetat dalam pembuatan reagen barfoed. Hasil aldosa ditandai dengan tidak munculnya endapan merah bata dan larutan tetap berwarna biru (Safitri, 2017).
2.1.5 Uji Iodine
Uji iodine merupakan salah satu metode pengujuan yang digunakan untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Prinsip pengujian iodine, yaitu karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larutan iodine membentuk warna yang spesifik tergantung jenis karbohidratnya.
Kelebihan dari metode iodine, yaitu proses pengujiannya mudah dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit dari metode lainnya. Kelemahan dari uji ini, yaitu hasil yang diperoleh tidak akurat. Ketidakakuratan ini disebabkan oleh pengujiannya yang bersifat subektif (Musta, 2018).
Uji iodine bertujuan untuk mengidentifikasi polisakrida berupa amilase.
Reagen yang digunakan adalah larutan berupa iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potasium iodida. Prinsip iodinne adalah terjadinya reaksi antara polisakarida dengan iodine mebentuk rantai poliiodida (Wijanarka, 2020).
10 2.1.6 Hidrolisis Pati
Hidrolisis pati adalah proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian- bagian penyusun amilum yang lebih sederhana, seperti dextrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Proses hidrolisis secara enzimatis lebih efektif apabila dibandingkan dengan hidrolisis asam karena enzim memutus ikatan glikosidik secara spesifik tanpa menyisakan residu dan minimum kerusakan warna (Wahyuningsih, 2019).
Hidrolisis pati adalah proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian- bagian penyusun amilum yang lebih sederhana. Seperti dekstrin, isomaltosa, maltosa dan glukosa. Hidrolisis pati terdiri atas liquifikasi dan sakarifikasi.
Liquifikasi adalah proses pencairan gel pati untuk memperoleh viskositas yang lebih rendah. Sakarifikasi adalah dekstrin hasil liquifiksi akan dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal maupun enzm campuran (Yulistia, 2015).
2.2 Protein
Protein berasal dari kata protos dari bahasa Yunani yang berarti yang paling utama yang merupakan senyawa organik kompleks yang berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan dengan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein terdiri dari beberapa kandungan, yaitu karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur serta fosfor. Protein berperan sangat penting dalam sturktur dan fungsi semua sel pada makhluk hidup (Harini, 2012).
Menurut Probosari (2019), menyatakan bahwa protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun sejumlah L-asam dihubungkan peptida.
Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino dengan susunan tertentu dan bersifat turunan. Asam amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen,
11
oksigen dan nitrogen. Unsur nitrogen adalah unsur utama dari protein sebanyak 16% daru berat protein. Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang dan aga jenis protein yang mengandung unsur logam seperti tembaga.
Menurut Estiasih (2016), menyatakan bahwa tiap jenis protein mempunyai perbedaan jumlah dan distribusi asam amino penyusunnya. Berdasarkan susunan atomnya, protein mengandung 50-55% atom karbon (C), 20-23% atom oksigen (O), 12-19% atom nitrogen (N), 6-7% atom hidrogen (H), dan 0,2-0,3% atom sulfur (S).
protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang diyakini faktor penting untuk mengisi tubuh, sehingga tidak mungkin ada kehitupan tanpa protein.
Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari rantai asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida membentuk rantai peptida dengan berbagai panjang dari dua asam amino (dipeptida), empat sampai sepuluh (oligopeptida) dan lebih dari 10 asam amino (polipeptida) (Gandy, 2014).
Protein disusun oleh asam amino yang memiliki fungsi metabolisme dalam tubuh dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu asam amino esensial dan non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dapat dibuat oleh tubuh dan harus diperoleh dari luar, yaitu berupa makanan sumber protein. Asam amino non esensial adalah sam amino yang dapat dibuat oleh tubuh manusia. Mutu protein dinilai dari perbandingan asam amino yang terkandung dalam protein tersebut. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, naum tidak larut dalam perlarut organik non-polar (Mandila, 2018).
Menurut Estiasih (2016), bahwa denaturasi protein merupakan fenomena transportasi struktur protein yang berlipat menjadi terbuka. Perubahan konfirmasi protein mempengaruhi sifat protein. Hal-hal yang menyebabkan denaturasi protein
12
adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik, adanya bahan kimia seperti alkohol, urea dan sabun. Umumnya protein tidak dapat diuraikan, dipulihkan kembali ke bentuk asalnya setelah mengalami denaturasi.
2.2.1 Uji Millon
Pereaksi millon merupakan campuran Hg-nitrat dan Hg-nitrit didalam larutan asam nitrasi pekat. Gugus hidroksil (monohidroksi benzene) akan dinitrasi oleh pereaksi millon membentuk larutan kompleks merkuri (Hg) berwarna, yang merupakan derivat nitrofenil. Ion-ion anorganik seperti Cl- dan NH4 dapat mengganggu uji ni. Karena itu uji ini tidak bermanfaat untuk analisis air kemih (Ratmana, 2017)
2.2.2 Uji Biuret
Menurut Ratmana (2017) menyatakan bahwa pada uji biuret ion Cu+ dari pereaksi biuret dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan peptida sehingga membentuk senyawa komplek berwarna ungu atau violet. Reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih namun, negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Biuret terdiri dari campuran larutan NaOH 0,1M dan larutan CuSO4 1%. Larutan biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu senyawa
2.2.3 Uji Pengendapan Protein Dengan Pelarut Organik
Menurut Isnaeni (2015), bahwa pengendapan protein bertujuan untuk memisahkan protein dengan komponen non protein dalam sampel. Alkohol dapat mendenaturasikan protein di dalam sel dan mencegah alkohol lain masuk. Alkohol dapat mendenaturasikan protein di dalam sel dan mencegah alkohol lain masuk.
Alkohol umumnya terdapat kadar 70% dan 95%. Alkohol 70% bisa masuk ke
13
dinding sel dan dapat mendenaturasi protein di dalam sel dan mencegah alkohol lain agar dapat masuk kedalam dinding sel. Alkohol mendenaturasikan protein dengan memutus ikatan hidrogen intromolekul pada rantai samping protein.
2.3 Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak merupakan senyaw organik yang tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut organik non polar seperti hidrokarbon, eter dan kloroform. Minyak dan lemak merupakan trigliserida atau trigliserol. Pada temperatur kamar, lemak berbentuk padat, sedangkan minyak berbentuk cair (Setyawardani, 2014).
Minyak dan lemak merupakan lipida yang banyak terdapat di alam, minyak merupakan senyawa turunan eter dari gliserol dan asam lemak. Komponen lemak memegang peranan penting yang menentukan karakteristik fisik keseluruhan, seperti aroma, tekstur, rasa dan penampakan dalam mananan yang dikonsumsi masyarakat (Angelia, 2016).
Lemak adalah salah satu kelompok lipid sederhana yang disintesis asam lemak dan gliserol. Lemak tersusun oleh atom utama karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Dibandingkan dengan karbohidrat, jumlah atom oksigennya lebih sedikit. Asam lemak penyusun lemak dapat di kelompokkan menjadi asam lemak esensial (essensial fatty acid) dan asam lemak non-esensial (non-essensial fatty acid). Manusia memerlukan asam lemak esensial, yaitu asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh tubuh manusia dan harus disuplai dari pangan, misalnya asam oleat, asam linoneat, dan asam linolenat (Kusnandar, 2019).
Gliserol dapat mengikat maksimal molekul asam lemak. Berdasarkan jumlah asam lemak yang terikat pada gliserol, ester gliserol dapat dikelompokkan
14
menjadi monogliserida, digliserida dan trigliserida, yang dimaksud denagn lemak atau minyak biasanya merujuk pada kelompok trigliserida. Monogliserida dalam digliserida banyak digunakan sebagai pengemulsi, karena memiliki gugus polar dan non-polar dalam struktur kimianya yang dapat bersifat hidrofilik (dapat mengikat molekul air) dan hidrofobik (tidak dapat mengikat molekul air) (Kusnandar, 2019).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemak.
Asam lemak digolongkan antara lain asam lemak jenuh dan asam lemk tak jenuh.
Lemak yang mengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani, misalnya lemak babi dan lemak sapi, kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap jenis asam lemak ini dapat diindentifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati, 2007).
Fungsi lipid seperti minyak dan lemak sebagai nutrisi dan juga merupakan sumber energi cadangan makanan yang disimpan pada jarignan adipasa dalam tubuh, dalam bentuk lipoprotein fosfalipid yang berfunsi sebagai pengangkut zat- zat yang melewati membran sel steroid senyawa-senyawa memiliki beberapa fungsi misalnya kolestrol yang berperan dalam proses pengangkutan lemak dalam tubuh.
Esterogen dan testosteron berfunsi sebagai hormon kelamin. Dehidroksikolestrol dan ergastrol berperan sebagai privitamin D (Sutresna, 2009).
2.3.1 Test Kelarutan
Test kelarutan dilakukan untuk menentukan kelarutan lipida maupun derivat lipida terhadap berbagai macam pelarut. Dalam uji ini, kelarutan lipit
15
ditentukan polaritas pelarut. Pada umumnya, lipida memiliki sifat non polar, sehingga akan larut pada pelarut yang sama-sama nonpolar (Siswati, 2022).
Test kelarutan merupakan upaya yang dilakukan untuk menantisipasi sifat lipid yakni molekul non polar yang hanya dapat larut pada pelarut nonpolar seperti ester, in-ester, alkohol, kloroform, atau benzene, sehingga apabila dilarutkan pada pelarut polar maka lipid tidak akan homogen atau larut dengan larutan tersebut.
Derajat kelarutan merupakan kemampuan zat terlarut untuk dapat larut pada sejumlah pelarut terssebut (Hartati, 2017).
2.3.2 Pembuatan sabun
Pembuatan sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan reaksi dengan alkali. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Reaksi penyabunan atau yang disebut saponifikasi dengan menggunakan alkali adalah dengan reaksi trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabun dan gliserin (Fatoni, 2017).
16 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakan praktikum biokimia kali ini adalah Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Riau. Praktikum biokimia dilaksakan pada hari Kamis tanggal 14 Maret 2024 hingga 02 Mei 2024 pada pukul 15.00 WIB – 17.40 WIB.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Karbohidrat
Pada uji molisch alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, dan batang pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan glukosa 1%, amilum 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltosa 1%, reagen molisch dan H2SO4.
Pada uji benedict, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas kimia, bunsen, batang pengaduk, kaki tiga, dan kasa asbes.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah glukosa 1%, amilum 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltosa 1% dan reagen benedict.
Pada uji seliwanoff, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, gelas kimmia, bunsen, kaki tiga, dan kasa asbes.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah glukosa 1%, amilum 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltosa 1% dan reagen seliwanoff.
Pada uji barfoed, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, kakti tiga, kasa asbes, gelas beaker dan
17
stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah glukosa 1%, amilum 1%, sukrosa 1%, fruktosa 1%, maltosa 1% dan reagen barfoed.
Pada uji iodine, alat yang digunakan adlaah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, kaki tiga, kasa asbes, beaker glass, dan stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan amilum 1%, HCl 6N, NaOH 6N, larutan iodine dan aquades.
Pada hidrolisis pati, alat yang digunakan adalah rak tabung reaksi, tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, kaki tiga, kasa asbes, beaker glass, dan stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan amilum 1%, HCl 6N, NaOH 6N, larutan iodine, reagen seliwanoff, dan reagen beneditct.
3.2.2 Protein
Pada uji millon, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, dan kasa asbes, bunsen, dan kaki tiga. Sedangkan bahan yang digunakan adalah reagen millon dan larutan protein.
Pada uji biuret, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, kaki tiga, dan kasa asbes. Sedangkan bahan yang digunakan adalah larutan NaOH 10%, CuSO41% dan larutan protein.
Pada pengendapan protein dengan pelarut organik, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reksi, pipet tetes, gelas ukur, bunsen, kasa asbes dan kaki tiga. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alokhol 95% dan larutan protein .
18 3.2.3 Minyak dan Lemak
pada test kelarutan, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet tetes, vortex dan gelas ukur. Sedangkan bahan yang digunakan adalah, air, alkohol dan minyak goreng.
Pada pembuatan sabun, alat yang digunakan adalah pipet tetes, gelas ukur, gelas beaker, bunsen, kasa asbes, kaki tiga, timbangan analitik dan gelas piala.
Sedangakan bahan yang digunakan adalah minyak goreng, larutan KOH, alkohol dan air.
3.3 Cara Kerja 3.3.1 Karbohidrat
3. 3. 1. 1 Uji Benedict
Disiapkan 5 buah tabung reaksi, kemudian di beri label A, B, C, D, E
Diisi masing-masing tabung dengan lauran sampel sebanyak 8 tetes
3. 3. 1. 2 Uji Molish
Ditambahkan 5ml reagen benedict kedalam masing-masing tabung reaksi
Dipanaskan 5 tabung reaksi kedalam penangas air selama 3-5 menit atau pemanasan langsung 1 menit
Diamati warna dan endapan lalu dicatat hasilnya
Disiapkan 5 buah tabung reaksi, kemudian diberi label A, B, C, D, E
19 3. 3. 1. 3 Uji Seliwanof
3. 3. 1. 4 Uji Barfoed
Diisi masing-masing tabung dengan larutan sampel sebanyak 2 ml
Ditambahkan 3 tetes reagen molisch dan 5 ml H2SO4 pada tiap-tiap tabung reaksi
Diamati warna, endapan yang terbentuk dan catat hasilnya
Disiapkan 5 buah tabung reaksi, kemudian diberi label A, B, C, D, E
Diisi masing-masing tabung dengan larutan sebanyak 1 ml
Diisi 3 ml reagen seliwanoff kedalam masing-masing tabung reaksi
Dipanaskan 5 tabung reaksi dengan penangas air selama 60 detik atau pemanasan langsung 30 detik
Didinginkan, lalu amati warna, endapan dan catat hasilnya
Diberi label pada 5 tabung reaksi
Diisi tabung A, B, C, D, E masing-masing 1 ml glukosa, amilum, sukrosa, fruktosa, dan maltosa
Dicatat waktu dan hasilnya
20 3. 3. 1. 5 Uji Iodine
3. 3. 1. 6 Hidrolisis Pati
Disiapkan 3 tabung reaksi
Dimasukkan 2 ml amilum ke masing-masing tabung reaksi
Dimasukkan 2 tetes air, HCl, NaOH ke tabung A, B, C lalu di kocok
Ditambahkan 1 tetes iodine pada masing-masing tabung
Diamati perubahan warna
Dipanaskan tabung lalu dinginkan
Dicatat perubahan dan waktunya
Disiapkan 2 buah tabung reaksi
Dicampur 4 ml amilum dengan 2 ml KCl dalam tabung
Dimasukkan kedalam penagas air
21 3.3.2 Protein
3. 3. 2. 1 Uji Millon
3. 3. 2. 2 Uji Biuret
Diambil 1 tetes larutan setiap 3 menit dan dilakukan uji iodin
Didinginkan dan ditambahkan 3 ml NaOH seteleh larutan terhidrolisis
Diperiksa pH dengan indikator pH
Disiapkan uji benedict dan uji seliwanoff setelah netral
Diamati dan dicatat perubahan warna yang terjadi
Ditambahkan 4 tetes milon ke dalam 3 ml larutan protein
Dipanaskan dan diamati warna dan endapan yang terjadi
Ditambahkan 1 ml NaOH 10% kedalam 3 ml larutan protein, dan diaduk
Ditambahkan 1 tetes CuSO4 dan di kocok, seteleh itu perhatikan warnanya
Ditambahkan 1 tetes CuSO4 sampai terbentuk warna (maksimal 10 tetes)
Dicatat hasilnya
22
3. 3. 2. 3 Pengendapan Protein dengan Pelarut Organik
3.3.3 Minyak dan Lemak 3. 3. 3. 1 Test Kelarutan
3. 3. 3. 2 Pembuatan Sabun
Dimasukkan 2 ml larutan protein kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 10 ml alkohol 95% dan diaduk
Diambil endapan yang terbentuk, lalu diperiksa kelarutannya dan dicatat hasilnya
Disiapkan 2 buath tabung reaksi dan diberi label A dan B
Diisi 5 ml air pada tabung A dan 5 ml alkohol pada tabung B
Ditambahkan pada masing-masing tabung 4 tetes minyak goreng
Dihomogenkan menggunakan vortex selama 1 menit
Dibiarkan selama 3 menit, diamati perubahan pemisahan cairan atau terlarut
Diisi 10 ml minyak goreng kedalam gelas piala, lalu dipanaskan
Ditambahkan 5 ml larutan KOH sambil di aduk terus-menerus hingga mengental
23
Dipindahkan campuran dari nyala api sambil diaduk terus menerus
Ditambahkan 10 ml alkohol dan 25 ml air mendidih hingga mengental, lalu diamati kekentalannya
24 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil
4.1.1 Karbohidrat
Tabel 1 Uji Benedict
Larutan Warna Awal Warna Akhir Endapan
8 tetes glukosa 1% + 5ml
reagen benedict Biru Merah Bata Ada Endapan 8 tetes amilum 1% + 5ml
reagen benedict Biru Biru Tidak Ada
Endapan 8 tetes sukrosa 1% + 5ml
reagen benedict Biru Biru Tidak Ada
Endapan 8 tetes fruktosa 1% + 5ml
reagen benedict Biru Merah Bata Ada Endapan 8 tetes maltose 1% + 5ml
reagen benedict Biru Merah Bata Ada Endapan Pada tabel 1. Uji benedict, dapat diketahui bahwa 8 tetes glukosa dicampur dengan 5 ml reagen benedict yang awalnya berwarna biru akan berubah menjadi warna merah bata dengan dihasilkannya endapan. Pada 8 tetes amilum dicampur dengan 5 ml reagen benedict yang pada awalnya berawarna biru tidak mengalami perubahan dan tidak dihasilkannya endapan. Pada 8 tetes sukrosa dicampur dengan reagen benedict yang pada awalnya berwarna biru tidak mengalami perubahan dan tidak memiliki endapan. Pada 8 tetes frukstosa dicampur dengan 5 ml reagen benedict yang pada awanya berwarna biru berubah menjadi warna merah bata dan memiliki endapan. Pada 8 tetes maltosa dicampur dengan 5 ml reagen benedict yang pada awalnya berwarna biru berubah menjadi warna merah bata dan memiliki endapan.
25 Tabel 2 Uji Seliwanoff
Larutan Warna Awal Warna Akhir Endapan
2ml glukosa 1% + 3 tetes reagen molish + H2SO4
Bening Merah Ungu Tidak Ada Endapan 2ml amilum 1% + 3 tetes
reagen molish + H2SO4
Bening Ungu Tidak Ada
Endapan 2ml sukrosa 1% + 3 tetes
reagen molish + H2SO4
Bening Ungu Merah Tidak Ada Endapan 2ml fruktosa 1% + 3 tetes
reagen molish + H2SO4
Bening Merah Ungu Tidak Ada Endapan 2ml maltose 1% + 3 tetes
reagen molish + H2SO4
Bening Ungu Merah Tidak Ada Endapan Berdasarkan table 2 diatas dapat diketahui bahwa, 2ml glukosa dicampur dengan 3 tetes reagen molish dan H2SO4 akan mengalami perubahan warna dari yang awalnya bening menjadi merah ungu dan tidak ada endapannya. Kemudian 2ml amilum dicampur dengan 3 tetes reagen molish dan H2SO4 dari bening menjadi ungu juga tidak memiliki endapan. Lalu pada 2ml sukrosa yang dicampur dengan 3 tetes reagen molish dan H2SO4 dari bening menjadi ungu kemerahan dan tidak memiliki endapan. Kemudian 2ml fruktosa dicampur dengan 3 tetes reagen molish dan H2SO4 dari warna bening berubah ke merah keunguan juga tidak terdapat endapannya. Terakhir 2ml maltose yang dicampur dengan 3 tetes reagen molish dan H2SO4 dari bening menjadi ungu merah dan tidak terdapat endapan.
Tabel 3 Uji Seliwanoff
Larutan Warna Awal Warna Akhir Endapan
1ml glukosa 1% + 3ml
reagen seliwanoff Bening Bening TidakAda
Endapan 1ml amilum 1% + 3ml
reagen seliwanoff Bening Bening Tidak Ada
Endapan 1ml sukrosa 1% + 3ml
reagen seliwanoff Bening Merah (peach)
Tidak Ada Endapan 1ml fruktosa 1% + 3ml
reagen seliwanoff Bening Bening Tidak Ada
Endapan
26 1ml maltose 1% + 3ml
reagen seliwanoff Bening Bening Tidak Ada
Endapan Berdasarkan table 3 diatas dapat diketahui bahwa, 1ml glukosa dicampur dengan 3ml reagen seliwanoff tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap bening dan juga tidak terdapat endapan. Kemudian 1ml amilum dicampur dengan 3ml reagen seliwanoff juga tidak mengalami perubahan dan juga tidak ada endapan.
Pada 1ml sukrosa yang dicampur dengan 3ml reagen seliwanoff terjadi perubahan warna dari bening ke merah peach tapi tidak terdapat endapan. Lalu 1ml fruktosa dicampur 3ml reagen seliwanoff tidak mengalami perubahan warna dan endapan.
Selanjutnya, 1ml maltose dicampur dengan 3ml reagen seliwanoff juga sama tidak ada perubahan warna juga tidak terdapat endapan.
Tabel 4 Uji Barfoed
Larutan Warna Awal Warna Akhir Waktu
1ml glukosa 1% + 3ml
reagen barfoed Biru Biru 7 menit
1ml amilum 1% + 3ml
reagen barfoed Biru Biru 7 menit
1ml sukrosa 1% + 3ml
reagen barfoed Biru Biru 7 menit
1ml fruktosa 1% + 3ml
reagen barfoed Biru Biru 7 menit
1ml maltose 1% + 3ml
reagen barfoed Biru Biru 7 menit
Berdasarkan table 4 diatas dapat disimpulkan bahwa, pada percobaan 1ml glukosa yang dicampur dengan 3ml reagen barfoed tidak ada perubahan warna setelah dipanaskan 7 menit. Kemudian 1ml amilum dicampur dengan 3ml reagen barfoed juga sama-sama tidak mengalami perubahan setelah dipanaskan. 1ml sukrosa yang dicampur 3ml reagen barfoed juga tidak memiliki perubahan warnanya tetap biru setelah dipanaskan. Kemudian fruktosa dicampur reagen barfoed diapanaskan tidak mengalami perubahan. Dan begitupun pada pencampuran 1ml maltose dengan 3ml reagen barfoed setelah dipanaskan tetap biru.
27 Tabel 5 Uji Iodine
Larutan Warna Awal Warna Akhir +Iodine Pemanasan Amilum 1%
+ air Bening Bening +endapan
putih
+endapan putih Amilum 1%
+ HCL Bening Bening +endapan
biru
+endapan biru Amilum 1%
+ NaOH Bening Bening Bening +endapan
putih Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui bahwa, larutan amilum dicampur dengan air tidak mengalami perubahan warna kemudian ditambah iodine terdapat endapan berwarna putih lalu dipanaskan terdapat endapan putih. Lalu pada larutan amilum yang dicampur dengan HCL tidak mengalami perubahan warna kemudian ditambah larutan iodine terdapat endapan biru dan dipanaskan juga terdapat endapan biru. Terakhir larutan amilum yang dicampur dengan NaOH juga tidak ada perubahan warna dan kemudian ditambah iodine tetap bening lalu dipanaskan terdapat endapan putih
Tabel 6 Hidrolisis Pati
Larutan Waktu Dipanaskan Perubahan Warna
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 3 menit Kuning
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 6 menit Kuning
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 9 menit Kuning
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 12 menit Kuning
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 15 menit Kuning bening
Larutan Iodine +
amilum 1% + HCL 6 N 18 menit Bening
28 4ml amilum 1% + 3ml
HCL 6 N + 2ml NaOH Bening
Reagen benedict +
amilum 1% + HCL 6 N Biru
Reagen seliwanoff +
amilum 1% + HCL 6 N Bening
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa, larutan iodine dicampur dengan amilum 1% dan HCL 6 N dalam waktu pemanasan 3 menit warna kuning.
Kemudian diambil lagi dan dipanaskan selama 6 menit warna tetap kuning. Lalu diambil 1 tetes amilum dan dipanaskan lagi 9 menit warnanya tetap kuning.
Dilakukan Kembali dan dipanaskan selama 12 menit warna yang dihasilkan tetap saja kuning. Diulang dan dipanaskan 15 menit warna kuning nya agak bening.
Percobaan diulang dan dipanaskan selama 18 menit warna menjadi bening.
Kemudian didinginkan dan tambah 2ml NaOH pada larutan lalu diberikan uji benedict dan menghasilkan warna biru sedangkan dengan uji seliwanoff warnanya tetap bening.
4.1.2 Protein
Tabel 7 Uji Millon
Percobaan Warna Awal Warna Akhir Endapan 4 tetes reagen millon +
3ml larutan protein + panaskan
Bening keruh Merah
kecoklatan Ada
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat disimpulkan bahwa, Ketika reagen millon diteteskan sebanyak 4 kali ke dalam 3ml larutan protein dan kemudian dipanaskan maka menghasilkan warna akhir merah kecoklatan dan terdapat sedikit endapan.
29 Tabel 8 Uji Biuret
Percobaan Warna Awal Warna Akhir Endapan
1ml NaOH + 3ml larutan protein +
CuSO4 1 tetes
Bening Ungu
Kebeningan Ada
Berdasarkan tabel 8 diatas dapat disimpulkan bahwa, Ketika larutan NaOH di tetesi sebanyak 1ml pada 3ml larutan protein warnanya akan tetap bening, kemudian ditambahkan CuSO4 hingga terbentuk warna dan di vortex menghasilkan warna ungu bening dan terdapat endapan.
Tabel 9 Pendendapan Protein dengan Pelarut Organik
Percobaan Warna Awal Warna Akhir Endapan
2ml larutan protein +
10ml alcohol 95% Bening keruh Keruh pekat Ada Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dinyatakan bahwa, pencampuran larutan protein sebanyak 2ml dengan 10ml alcohol 95% pada tabung reaksi menghasilkan larutan yang sangat keruh dan terdapat endapan yang tidak terlarut dalam air.
4.1.3 Minyak dan Lemak Tabel 10 Test Kelarutan
Larutan Warna Awal Endapan Warna Akhir
Minyak goreng + air Bening Ada Bening
Minyak goreng +
alcohol Bening Ada Keruh
Minyak goreng +
kloroform Bening Ada (uap) Bening
Berdasarkan tabel 10 diatas diketahui bahwa, ketika larutan minyak goreng dicampur dengan air maka dari yang bening menjadi memiliki endapan serta warnanya tetap. Jika dicampur dengan alcohol akan memiliki endapan dan menjadi keruh. Lalu jika diberi kloroform tetap bening namun menguap.
30 Tabel 11 Pembuatan Sabun
Larutan Hasil
10ml minyak goreng + 5ml larutan KOH+ Kental 10ml alcohol 70% + 25ml air mendidih Ada busa
Dari tabel 11 diatas diketahui bahwa, minyak goreng sebanyak 10ml di homogenkan dengan 5ml larutan KOH+ akan menjadi kental. Kemudian Ketika 10ml alcohol 70% dicampur dengan 25ml air mendidih akan terdapat busa.
4. 2Pembahasan 4.2.1 Karbohidrat
Pada uji molisch, menunjukkan hasil perubahan warna dari bening menjadi warna ungu bergradasi yang menunjukkan bahwa pada uji tersebut positif menurut Fitri (2020) perubahan warna dikarenakan karbohidrat dihidrolisis oleh asam sulfat menjadi monosakarida lalu mengalami dehidrasi menjadi furfural.
Pada uji benedict, terdapat tiga larutan yang mengalami perubahan warna menjadi warna merah bata, yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Menurut Al- Kayyiz, bahwa yang berubah menjadi warna merah bata, arang, biru adalah hasil warna sebagai penentu kandungan gula yang baik.
Pada percobaan uji seliwanoff, terlihat bahwa larugan glukosa, amilum, fruktosa, dan maltosa tidak mengalami perubahan warna. Menurut Dasyanti (2013) pada larutan tersebut tidak mengandung gugus keton yang menghasilkan warna merah. Disakarida yang mudah untuk dihidrolisis akan berubah warna menjadi merah. Hal ini menadakan bahwa uji tersebut positif.
Berdasrkan hasil uji barfoed pada tabel 4, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan warna pada uji ini, setelah dipanskan selama 5 menit. Sedangkan menurut Kusbandari (2015), bahwa uji barfoed untuk medeteksi karbohidrat yang
31
tergolong monosakarida. Endapan berwarna merah bata menujukkan adanya monosakarida dalam sampel pada uji ini. Ion Cu2+ dari pereaksi barfoed dalam suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula reduksi monosakarida dari pada disakarida dan menghasilkan Cu2O berwarna merah bata. Hal ini yang mendasari uji barfoed.
Pada uji iodine, terlihat bahwa tidak terjadi perubahan warna akan tetapi hanya terbentuknya endapan. Endapan ini dapat mundul karena terbentuknya garam-garam dari reaksi ini. Menurut Musta (2018) bahwa uji iodine digunakan untuk membedakan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Prinsip dari uji iodine, yaitu karbohidrat golongan polisakarida akan memberikan reaksi dengan larugan iodine, yaitu dengan menghailkan warna spesifik tergantung jenis karbohidratnya. Amilase dan iodine akan berwarna merah violet pekat dan glikogen dengan iodine akan berwarna merah coklat.
Pada hidrolisis pati, terlihat bahwa pada uji barfoed dihasilkan warna biru, sedangkan pada uji seliwanoff tidak terjadi perubahan warna. Menurut Sudimo (2016), bahwa uji hidrolisis pati pada uji benedict menghasilkan positif, sedangkan pada uji seliwanoff menangakan negatif. Menurutnya menghidrolisis pati dengan HCl akan menghasilkan glukosa yang baik pada suhu 50-900C. Menghidrolisis pati dengan menambahkan jenis asam seperti H2SO4, HCl dan HNO3 dengan konsentrasi 7% dan dipanaskan selama 1 jam lalu didinginkan akan menajdi netral jika ditambahkan NaOH.
4.2.2 Protein
Pada uji biuret, dapat dilihat pada tabel 8 bahwa perubahan warna yang terjadi akibat reaksi larutan protein ditambahkan dengan NaOH dan CuSO4
32
menghasilkan warna ungu yang menandakan bahwa uji ini positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ratmana (2017) bahwa uji biuret digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada suatu senyawa jika dalam senyawa yang diuji banyak tedapat ikatan peptida, maka dengan uji biuret akan memberikan warna ungu. Jika sebaliknya maka pada uji ini akan memberikan warna merah muda.
Pada uji millon dapat dilihat bahwa perubahan yang terjadi adalah merah kecoklatan. Hal ini menandakan bahwa pada larutan protein dari putih telur mengandung pada asam amino tirosin. Pada prinsipnya apabila pereaksi millin ditambahkan pada larutan protein akan menghasilkan endapan putih dan apabila dipanaskan akan berubah menjadi warna merah bata atau merah kecoklatan yang disebabkan oleh terbentuknya senyawa-senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna yang pada dasarnya menandakan positif terhadap fenol-fenol. Endapan yang terbentuk masih bersifat sebagai protein, hanya saja telah terjadi perubahan struktur tersier maupun kuarterner sehingga protein tersebut tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini biasanya dilihat tidak larutannya endapan albumin itu dalam air (Ratmana, 2017).
Pada pengendapan protein dengan pelarut organik, bahwa larutan protein apabila ditambahkan dengan alkohol 95% akan membentuk endapan. Hal ini sesuai dengan pendapat Estiasih (2016) bahwa protein yang terdenaturasi cenderung untuk membentuk agergat dan endapan yang biasa disebut koagulasi. Hal-hal yang menyebabkan denaturasi protein adalah panas, pH, tekanan, aliran listrik, adanya bahan kimia seperti alkohil, urea dan sabun, protein yang telah mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologisnya dan akan berkurang kelarutannya sehingga mudah menguap, sehingga terjadi peningkatan entropi atua
33
peningkatan kerusakan molekulnya. Tingkat kepekaan suatu protein terhadap pereaksi digunakan untuk memisahkan protein yang tidak diinginkan dari sautu campuran dengan cara koagulasi.
4.2.3 Minyak dan Lipid
Pada uji kelarutan, berdasarkan hasil pengujian. Dapat dilihat bahwa air ditambah dengan minyak goreng setelah dihomogenkan menggunakan vortex dan dibiarkan selama 3 menit terjadi pemisahan cairan atau terlarut, hal ini sesuai dengan pernyataan Setyawardani (2014) yang menyatakan bahwa minyak dan lemak adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non-polar. Pada uji ini juga ada penghomogenan alkohol dengan minyak goreng sama seperti yang dilaukan pada tes kelarutan terhadap air dan minyak, didapatkan hasil bahwa alkohol dan minyak goreng menunjukkan kelarutan atau terlarut.
Tidak hanya itu, pada uji minyak goreng dengan kloroform dan munyak goreng juga dapat bersatu atau larut.
Sabun merupakan campuran antara garam natrium dengan asam lemak yang dapati diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Berdasarkan pada hasil uji coba, bahwa terjadi pengentalan pada larutan membentuk sabun dan gliserol.
34 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum yang telah dilaksanakan adalah uji karbohidrat merupakan uji yang digunakan untuk mengamati keberadaan karbohidarat dari beberapa uji seperti uji benedict,molish, seliwanoff barfoed iodine dan hodrolisis pati dengan ditandai pada perubahan warna yang terbentuk dan juga sifat-sifat dari karbohidrat itu sendiri. Uji protein dilakukan untuk menguji sifat sifat protein dan keberadaannya melalui uji ninhydrin,biuret dan pengendapan protein dengan pelarut organic yang di tandai perubahan warna dan juga kelarutan.
Minyak dan lemak memiliki beberap uji seperti tes kelarutan, acrolein dan pembuatan sabun dari uji ini bertujuan untuk menetukan kelarutan minyak dan lemak terhadap larutan pelarut menentukan angka bilangan dari lemak dan minyak serta memepelajari sifat-sifat minyak dan lemak saat di bakar secar langsung.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum ini adalah pada uji minyak dan lemak pada tes kelarutan hendaknya jika ingin melarutkan larutan yang bersifat non polar maka juga harus menggunakan pelarut non polar organic dengan senyawa tersebut minyak dan lemak dapat larut. Dalam uji pengendapan protein pada saat pengambilan sampel percobaan yaitu pengendapannya diharapkan dilakukan dengan sangat hati hati karena endapan tersebut mudah untuk terlarut Kembali jika Ketika mengambilanganya tidak hati-hati
35 DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu GIzi. Gramedia: Jakarta.
Angelia, I. O. (2016). Analisis kadar lemak pada tepung ampas kelapa. Journal Technopreneur, 4(1), 19-23.
Dasyanti, N. L. (2013). Metode Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Karbohidrat.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Denpasar.
Elzagheid, M. I. (2018). Laboratory activities of introduce carbohydrates qualitative analysis to college student. World Journal of Chemical Education, 6(2), 82- 86.
Estiasih, T. (2016). Kimia dan FIsik Pangan. Bumi Aksara: Jakarta.
Fatoni, R. (2017). Pengembangan ekonomi kreatif melalui pembuatna sbaun cair sebuah upaya pemberdayaan anggota aisyiah di wilayah Solo Karta.
URECOL, 1(1), 149-152.
Fitri, A. S. (2020). Analisis senyawa kimia pada karbohidrat. Jurnal Sainteks, 17(1), 45-52.
Gandy, J. W. (2014). Gizi dan Dieterika. EGC: Jakarta.
Harini, N. (2012). Analisa Pangan dan Hasil Pertanian . Zifatama Publishing:
Sidoarjo.
Hartati. (2017). Penuntun Praktikum Biokimia. Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Sunan Gunung Djati: Bandung.
Isnaeni, Y. (2015). Berkalah Ilmiah Kimia Farmasi. UNAIR: Surabaya.
Kusnandar, F. (2019). Kimia Pangan Komponen Makro. Bumi Aksara: Jakarta.
Mandila, S. P. (2018). Identifikasi asam amino pada cacing sutra yang diekstrak dengan pelarut asam asetat dan asam laktat. UNESA Journal of Onemistry, 2(1), 103-109.
Musta, R. (2018). Waktu optimum hidrolisis pati limbah olahan dari ubi kayu menjadi gula air menggunakan enzim amilasi dan glukoamilase. Indonesian Journal od Chemical Research, 5(2), 498-502.
Panjaitan, R. S. (2023). Test carbohydrate and protein content in commercial condensed milk (SKM) qualitative and quantitative. Indonesia Journal of Pharmatical Research, 3(1), 32-45.
36
Probosari, E. (2019). Pengaruh protein diet terhadap indeks glikemik. Journal of Nutriten and Health, 1, 33-35.
Qalsum, U. (2015). Analisis kadar karbohidrat, lemak dan protein dari tepung biji mangga jenis gadung. Jurnal Akademia Kimia, 4(4), 168-174.
Ratmana, G. H. (2017). Biokimia Dasar. UMSIDA Press: Sidoarjo.
Safitri, A. (2017). Biokimia Bahan Alam. Media Nusa Creative: Malang.
Salirawati. (2007). Belajar Kimia Menarik. Gramedia : Jakarta.
Setyawardani, D. A. (2014). Penggeseran reaksi kesetimbangan hidrolisis minyak dengan pengawetan gliserol untuk memperoeh asam lemak jenuh dari minyak biji karet. Ekuilibrium, 12(2), 63-67.
Setyawati, D. (2022). Pengaruh variasi D-glukosa sebagai template terhadap silika hasil sintesis abu sekam padi untuk uji adsorpsi-besorpsi urea. Greenshare : Journal of Enviroment Chemistry, 2(2), 1-4.
Siswati, T. (2022). Kimia Analisis Bahan Pangan. GET Press: Padang.
Sudimo, M. M. (2016). Penentuan nilai serta pengaruh-pengaruh penggunaan HCl terhadap bioetanol bunga pisang. Jurnal Kimia, 2(1), 66-77.
Sumardjo, D. (2009). Pengantar Kimia. Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.
Sumbana, A. (2016). Biokimia Dasar Pangan. Deepublish: Jakartaw.
Sutresna, N. (2009). Kimia. Grafindo: Jakarta.
Wahyuningsih, S. (2019). Pengaruh konsentrasi enzim amilase pada hidrolisis padi labu jepang. Jurnal Cheesa, 2(1), 26-32.
Wijanarka. (2020). Isolasi bakteri endofot tanaman pepaya (Carica papaya L.) dan uji aktivitas enzim amilase. Berkala Bioteknologi, 3, 1-7.
Yulistia, F. (2015). Pembuatan gula cair dari pati singkong dengan menggunakan hidrolisis enzimatis. Jurnal Fluida, 11(2), 9-14.
37 LAMPIRAN Dokumentasi 1 Karbohidrat
1. Uji Benedict
Gambar 1. Alat dan Bahan Gambar 2. Pengukuran Bahan
Gambar 3. Reagen Benedict Gambar 4. Penuangan
Reagen
Gambar 5. Pemanasan Air Gambar 6. Perendaman
Tabung Reaksi
38 2. Uji Molish
Gambar 7. Pengukuran fruktosa
Gambar 8. Pengukuran Reagen
Gambar 9. Alat dan Bahan Gambar 10. Pengukuran Sampel
Gambar 11. Sukrosa Gambar 12. Hasil Uji
39 3. Uji Seliwanoff
Gambar 13. Penimbangan Bahan
Gambar 14. Pengukuran Larutan
Gambar 15. Pelarutan Larutan
Gambar 16. Pemberian Label
Gambar 17. Tabung dan Rak Gambar 18. Pemanasan
40 4. Uji Iodine
Gambar 19. Larutan HCl Gambar 20. Larutan NaOH
Gambar 21. Larutan Iodine Gambar 22. Pengukuran Larutan amillum
Gambar 23. Pemasukkan amillum
Gambar 24. Penetesan HCl
41
Gambar 24. Penetesan NaOH Gambar 25. Penetesan Iodine
Gambar 26. Penetesan Air Gambar 27. Pemanasan Larutan
42 Dokumentasi 2 Protein
1. Uji Millon
Gambar 28. Reagen Millon
Gambar 29. Penetesan Reagen Millon
Gambar 30. Larutan Millon + Protein
Gambar 31. Pemanasan Larutan
Gambar 32. Perubahan Warna
43 2. Uji Biuret
Gambar 33. Pembuatan Larutan Protein
Gambar 34. Penuangan NaOH
Gambar 35. Pengukuran Larutan
Gambar 36. Penghomogenan Larutan
Gambar 37. Penuangan CuS04
Gambar 38. Hasil
44 3. Pengendapan Protein
Gambar 39. Pembuatan Larutan Protein
Gambar 40. Penuangan
Gambar 41. Penuangan Air
Gambar 42. Penghomogenan
Gambar 43. Penuangan Alkohol Gambar 44. Penuangan Larutan Protein
45 Gambar 45. Penghomogenan
Larutan Gambar 46. Hasil homogen
Gambar 47. Pengambilan
Endapan Gambar 48. Pelarutan
Endapan
46 Dokumentasi 3 Minyak dan Lemak
1. Tes Kelarutan
Gambar 49. Penuangan
Aquades Gambar 50. Penuangan
Kloroform
Gambar 51. Penambahan Minyak
Gambar 52. Penghomogenan
Gambar 53. Hasil 1 Gambar 54. Hasil 2
47 2. Pembuatan Sabun
Gambar 55. Pemanasan
Minyak Gambar 56. Penuangan KOH
Gambar 57. Pengadukan Larutan
Gambar 58. Penambahan Alkohol
Gambar 59. Penambahan Air Gambar 60. Hasil Pembuatan Sabun