• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Biokimia Tanaman

N/A
N/A
Arjuna Eko Prasetyo Prasetyo

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Praktikum Biokimia Tanaman"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

Disusun Oleh :

Arjuna Eko Prasetyo : 230120064 Tumbur Simanjuntak : 190120094 Adrian Ramadan : 230110036 Varyan Muhammad : 230120070

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2024

(2)

i KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis mengucapkan salam terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas berkahnya. Laporan ini disusun sebagai bagian dari tugas kuliah “Praktikum Biokimia Tanaman” guna memenuhi persyaaratan akademis penulis.

Penyusunan laporan ini bukanlah usaha yang mudah, namun berkat dukungan serta bimbingan, kerja sama dari berbagai pihak, penulis berhasil menyelesaikan tugas laporan resmi ini dengan lancar dan diberi kemudahan disetiap proses-prosenya. Terima kasih kepada Ibu Dra. Umul Aiman selaku dosen pengampu mata kuliah ini yang telah memberikan ilmu, pengetahuan serta wawasan bagi penulis selama acara praktikum ini. Kami ucapkan terima kasih juga kepada Coass pada praktikum ini yang telah memandu serta membantu kami dalam segala hal terkait Praktikum Biokimia ini dari acara pertama hingga acara praktikum terakhir dengan lancar.

Tidak lupa juga juga kami ucapkan terima kasih banyak kepada orang tua kami yang berada di rumah, telah senantiasa selalu memberikan dukungan, masukan serta saran-saran yang membuat penulis selalu merasa tenang untuk menjalani hari-harinya

Semoga laporan yang telah penulis susun ini dapat memberikan wawasan pengetahuan serta pemahaman yang lebih mendalam bagi para pembaca mengenai proses biologi dan kimia pada tanaman, ter khusus tanaman sawi pagoda. Kiritik serta saran yang bersifat membangun selalu diharapkan oleh penulis sebagai suatu perbaikan menuju hal yang lebih baik untuk saat ini dan kedepannya.

Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kita semua. Terima Kasih

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ACARA I. PENYEMAIAN DAN PENANAMAN TANAMAN ... 1

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN PRAKTIKUM ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

III.METODE PELAKSANAAN ... 3

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 3

B. ALAT DAN BAHAN ... 3

C. CARA KERJA PRAKTIKUM : ... 3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

A. HASIL ... 4

B. PEMBAHASAN ... 6

V. KESIMPULAN ... 6

DAFTAR PUSTAKA ... 7

ACARA II, PEMUPUKAN TANAMAN SAWI PAGODA (Brassica rapa subs narinosa) ... 8

I. PENDAHULUAN ... 8

A. LATAR BELAKANG ... 8

B. TUJUAN PRAKTIKUM ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

III.METODE PELAKSANAAN ... 11

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 11

B. ALAT DAN BAHAN ... 11

C. CARA KERJA PRAKTIKUM : ... 12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

A. HASIL ... 12

B. PEMBAHASAN ... 13

V. KESIMPULAN ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

LAMPIRAN ... 17

ACARA III. PEMANENAN TANAMAN SAWI PAGODA ... 20

(4)

iii

I. PENDAHULUAN ... 20

A. LATAR BELAKAN... 20

B. TUJUAN PRAKTIKUM ... 20

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 20

III.METEDOLOGI PELAKSANAAN ... 22

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 22

B. ALAT DAN BAHAN ... 22

C. CARA KERJA PRAKTIKUM : ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. HASIL ... 23

B. PEMBAHASAN ... 23

V. KESIMPULAN ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26

LAMPIRAN ... 27

ACARA IV.PENENTUAN VITAMIN C DAN KLOROFIL ... 30

I. PENDAHULUAN ... 30

A. LATAR BELAKANG ... 30

B. TUJUAN PRAKTIKUM ... 33

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 33

III.METODE PELAKSANAAN ... 36

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 36

B. ALAT DAN BAHAN ... 37

C. CARA KERJA PRAKTIKUM (Penentuan Klorofil) : ... 37

D. CARA KERJA (Penentuan Vit C) : ... 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

A. HASIL ... 38

B. PEMBAHASAN ... 40

V. KESIMPULAN ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 43

ACARA V. Penentuan Karbohidrat dan Kemanisan ... 46

I. PENDAHULUAN ... 46

A. LATAR BELAKANG ... 46

(5)

iv

B. TUJUAN PRAKTIKUM ... 48

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 48

III.METODE PELAKSANAAN ... 50

A. WAKTU DAN TEMPAT ... 50

B. ALAT DAN BAHAN ... 50

C. CARA KERJA (PENENTUAN KARBOHIDRAT) ... 50

D. CARA KERJA (PENENTUAN KADAR KEMANISAN) ... 51

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

A. HASIL ... 52

B. PEMBAHASAN ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 55

(6)

v DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Penyemaian ... 4

Gambar 2 Penyiraman benih ... 4

Gambar 3 Sebelum penyimpanan penyemaian ... 4

Gambar 4 Penyiapan media tanam ... 5

Gambar 5 Pengisian polybag ... 5

Gambar 6 Penugalan ... 5

Gambar 7 Penyiraman bibit ... 5

Gambar 8 Pelarutan konsentrasi POC ... 17

Gambar 9 Pengaplikasian POC ... 17

Gambar 10 Penimbangan pupuk anorganik ... 17

Gambar 11 Pengaplikasian pupuk anorganik ... 18

Gambar 12 Penimbangan insektisida ... 18

Gambar 13 Pengendalian hama ulat & belalang ... 18

Gambar 14 Hama & dampak serangannya ... 18

Gambar 15 Pengamatan tanaman ... 19

Gambar 16 Pemanenan tanaman sawi ... 27

Gambar 17 Penimbangan bobot segar ... 27

Gambar 18 Pembuangan akar (non ekonomis) ... 27

Gambar 19 Volume akar ... 28

Gambar 20 Penyiapan bobot kering ... 28

Gambar 21 Kertas sampel bobot kering ... 28

Gambar 22 Pendinginan kertas sampel ... 28

Gambar 23 Penimbangan bobot kering... 29

Gambar 24 Helai daun sawi An (kiri) & POC (kanan) ... 43

Gambar 25 Peletakan daun ke Erlenmeyer ... 43

Gambar 26 Penimbangan daun sawi POC & An ... 43

Gambar 27 Larutan Aceton ... 44

Gambar 28 Pencampuran larutan aceton ... 44

Gambar 29 Shaker masing-masing ekstrak daun ... 44

Gambar 30 Peletakan ekstrak pada kuvet (3/4) ... 45

Gambar 31 Spektrofotometri ... 45

Gambar 32 Hasil Spektrofotometri ... 45

(7)

vi

Gambar 33 Filtrat melon, jagung & larutan Benedict ... 55

Gambar 34 Filtrat jagung ... 55

Gambar 35 Filtrat melon ... 55

Gambar 36 Pencampuran filtrat jagung & benedict ... 56

Gambar 37 Pencampuran filtrat melon & benedict ... 56

Gambar 38 Pemanasan menggunakan Vortex ... 56

Gambar 39 Hasil perubahan warna pada filtrat ... 57

(8)

vii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penyemaian & Penanaman ... 4

Tabel 2 Pengamatan tinggi tanaman sawi ... 12

Tabel 3 Pengamatan jumlah helai daun tanaman sawi ... 13

Tabel 4 Berat segar, Vol akar dan Berat kering ... 23

Tabel 5 Pengukuran Kadar Vitamin C ... 38

Tabel 6 Konsentrasi Klorofil Daun Sawi Pagoda ... 39

Tabel 7 Rumus Perhtungan Klorofil A & B ... 39

Tabel 8 Reaksi Benedict Pada Filtrat ... 52

Tabel 9 Nilai Brix Jagung & Melon ... 52

(9)

1 ACARA I. PENYEMAIAN DAN PENANAMAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Penyemaian merupakan suatu kegiatan memproses benih menjadi bibit, penyemaian diperlukan ketika benih terlalu kecil sehingga jika ditanam langsung akan rentan hanyut atau hilang terbawa oleh air. Penyemaian juga diperlukan apabila benih yang akan disemai membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berkecambah (Kagama. 2018). Pada umumnya tanaman hortikultura merupakan komoditas yang memiliki prospektif yang sangat baik untuk dikembangkan, karena memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi khususnya bagi para petani. Tanaman Hortikultura diataranya yaitu buah- buahan, obat-obatan, tanaman hias serta sayur-sayuran sepertu sawi.

Dengan menyemaikan benih terlebih dahulu tentunya diharapkan akan mendapatkan mutu serta kualitas yang baik, karena pada penyemaian sendiri ada proses pemilihan bibit yang cermat dan juga tepat. Selain itu apabila diusahakan pada lahan yang sempit, maka pemeliharanya lebih intensif sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan tumbuh/mati.

Cara ini tentunya akan lebih efektuf serta efisien dalam penggunaan lahan untuk pembibitan dan juga menghindari terjadinya suatu kegagalan pada proses pembibitan (Kagama. 2018)

Menurut Widarti (2019), media semai merupakan material atau bahan yang digunakan sebagai tempat benih berkecambah dan tumbuh dalam waktu tertentu sampai benih siap dipindah tanam ke lahan. Media semai bisa berupa tanah, campuran tanah, dan bahan lain atau non tanah. Media semai memiliki peran yang penting bagi pertumbuhan benih karena pada saat benih berkecambah dan tumbuh akan membutuhkan nutrisi juga tempat tumbuh yang baik. Menurut Maysari (2019), media semai (sebagai tempat benih atau biji berkecambah) harus terjamin dari ketersediaan nutrisi, kelembapan, dan struktur pori mikro juga pori makro harus seimbang sehingga tidak menghambat pertumbuhan akar serta mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bibit.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Memahami teknik penanaman dan menyeleksi bibit sawi yang akan ditanam dibandingkan dengan cara langsung menanam dari biji (benih) tanpa semai.

(10)

2 II. TINJAUAN PUSTAKA

Sayuran merupakan komoditas hortikultura memiliki nilai tambah bagi pembangunan nasional karena dapat memberi kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan usahatani hortikultura khususnya komoditas sayuran yang saat ini mulai banyak dikembangkan, selain memiliki peranan yang sangat besar dalam pemenuhan gizi masyarakat, komoditas ini juga sangat potensial dan prospektif untuk dijalankan karena metode pembudidayaannya yang mudah dan sederhana. (Mufriantie dan feriady, 2014)

Sawi pagoda adalah tanaman asli Asia tepatnya berasal dari Tiongkok Cina namun masih terdengar asing ditelinga orang Indonesia, hal ini dikarenakan masih sangat sedikit petani Indonesia yang membudidayakannya begitupun di Kota Lubuklinggau belum ada petani sayur yang membudidayakan tanaman sawi pagoda. Sawi pagoda secara estetika memiliki bentuk yang cantik dan unik dengan ciri-ciri permukaan daun keriting dan berwarna hijau, sawi pagoda juga merupakan sayur yang memiliki rasa lezat dan teksturnya renyah serta banyak sekali kandungan gizi yang baik untuk kesehatan zat kimia ini antara lain alkaloid, kalium, iodium. Sawi pagoda mudah dibudidayakan dan cocok tumbuh di dataran tinggi maupun di dataran rendah sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan tanaman budidaya sekaligus tanaman hias yang bisa mempercantik pekarangan rumah (Kebun Rumahan)

Akhir-akhir ini banyak diminati budidaya tanaman menggunakan sistem pertanian organik diantaranya melalui penggunaan pupuk organik cair (POC), ini dilakukan sebagai salah satu upayamengembalikan kesuburan tanah dan juga untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia yang dapat merusak ekosistem tanah. Produk sampingan dari kegiatan pertanian dan rumah tangga berupa limbah sayur dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. Beberapa permasalahan yang timbulsaat ini terkait keberadaan sampah organik adalah pertama kurangnya kepedulian terhadap permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh sampah.

Menurut (Nurdiyanti,dkk. 2017) pada umumnya organic beranggapan bahwa sampah organic akan mudah terurai dengan sendirinya sehingga tidak perlu penanganyang khusus.

Begitu juga dengan eceng gondok yang tumbuh liar diperairan dapat menjadi gulma pengganggu, karena eceng gondok berkembang biak dengan sangat cepat baik secara organic maupun generative (Juliani, 2017),namun jika diolah dengan baik (dibuat pupuk organic cair) limbah dan gulmatersebut justru mampu menjadi sumber nutrisi untuk

(11)

3 tanaman, karena pupuk organic cair kaya akan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Hasil penelitian Moi,dkk.(2015) menyatakan bahwa pemberian pupuk organic cair eceng gondok dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman sawi..

III. METODE PELAKSANAAN A. WAKTU DAN TEMPAT

- WAKTU : 25 Maret 2024

- TEMPAT : Green House & Lab Agronomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta B. ALAT DAN BAHAN

- ALAT : Plastik media semai, sekup kecil, cangkul, ember plastik, polybag - BAHAN : Benih & bibit sawi pagoda, air

C. CARA KERJA PRAKTIKUM :

Kebutuhan benih/media tanam peenyemaia 2 biji

Menutup benih tipis-tipis dengan tanah agar tidak hilang ketika penyiraman Peyiraman setiap hari selama 2 kali (kondisional)

Setelah 15 HSS, Transplanting ke polybag besar dengan penugalan terlebih dahulu (5 cm) Merobek plastic semai secara hati-hati dan mengikut sertakan tanahnya

Padatkan secara hati-hati lalu disiram setiap hari (kondisional)

(12)

4 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 1 Penyemaian & Penanaman

No Gambar Keterangan

1. Penyemaian biji tanaman sawi pagoda

pada polybag semai dengan komposisi 2 biji/polybag semai.

Komposisi media tanam ( 1 tanah : 1 kompos 1 : arang sekam)

2. Penyiraman benih sebelum disimpan

pada tempat yang tidak terkena sinar matahari (etiolasi) dengan kondisi biji sudah ditutup dengan tanah tipis-tipis agar tidak hilang

3. Proses penyemaian membutuh waktu 12

-15 hari untuk siap dipindah ke polybag besar (transplanting)

Gambar 1.Penyemaian

Gambar 2 Penyiraman benih

Gambar 3 Sebelum penyimpanan penyemaian

(13)

5

3. Pencampuran media tanam pada

polybag besar (transplanting) dengan komposisi 2 tanah : 1 kompos : 1 arang sekam

4. Pengisian polybag dengan media tanah

sampai 3/4 dari polybag besar

5. Penugalan pada polybag besar sedalam

5 cm untuk meletakan bibit yang sudah siap transplanting dengan umur 12 -15 HSS (Hari Setelah Semai)

6. Peyiraman setiap hari (kondisional)

sebagai pemeliharaan tanaman sawi ketika sudah transplanting

Gambar 4 Penyiapan media tanam

Gambar 5 Pengisian polybag

Gambar 6 Penugalan

Gambar 7 Penyiraman bibit

(14)

6 B. PEMBAHASAN

Benih merupakan faktor utama dalam kegiatan budidaya tanaman terkhusus pada sawi pagoda, dari sekian banyak tahapan budidaya benih menjadi kunci utama dalam prospek keberhasilan kualitas serta kuantitas hasil panen. Benih yang digunakan dalam proses penyemaian dan penanaman harus dalam kondisi yang sehat serta bersertifikat (tidak busuk

& jelas asal usulnya).

Dalam teknis kegiatan penyemaian serta penanaman harus diperhatikan salah satunya berupa pengelolaan media tanam, berupa komposisi perbandingan bahan-bahan penyusun media tanam yang secara langsung dan tidak langsung akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil tanaman yang dibudidayakan. Tanah dan campurannya (media tanam) dalam budidaya tanaman tidak hanya sebagai tempat menanam, berdirinya tanaman, rumah perakaran dan sebagainya, namun lebih dari itu merupakan sumber nutrisi yang semestinya cukup dan berkelanjutan bagi tanaman. Oleh karena itu pengelolaan media tanam dan penyediaan media tanam dengan baik akan menghindari kelemahan-kelemahan budidaya dan resiko serta kerugian dapat ditekan.

Media semai dan media pembibitan yang baik dianjurkan berupa media yang subur, mengandung cukup humus, drainasenya baik, dan kelembapannya sesuai. Media dapat berupa campuran tanah liat halus, pasir, kompos atau pupuk kandang. Sedangkan media di pembibitan sangat menentukan kualitas bibit yang akan dilakukan perawatan (Afzal,dkk.2020).

Penanaman tanaman sawi dilakukan pada umur 12-15 HSS (Hari Setelah Semai) dengan cara pemindahan tanaman sawi yang sebelumnya di polybag semai ke polybag ukuran besar. Penanaman ini cukup menjadi faktor yang menentukan pertumbuhan dari tanaman sawi pagoda. Penanaman dilakukan dengan cara penugalan terlebih dahulu pada media tanah/polybag sedalam 5 cm. Posisi penugalan tepat ditengah-tengah polybag dan tidak diperkenankan terlalu dangkal dan dalam, jika lubang terlalu dangkal maka akan berpotensi tidak tertutupnya akar (akar berada di atas permukaan tanah), jika lubang penugalan terlalu dalam juga akan menyulitkan batang untuk tumbuh tinggi. Setelah ditanam lalu tanah dipadatkan agar posisi tanaman sawi dalam keadaan yang tegak/tidak roboh

V. KESIMPULAN

Penyemaian merupakan proses penyiapan/penumbuhan benih serta pemilihan bibit yang siap untuk dilakukannya transplanting

(15)

7 DAFTAR PUSTAKA

Afzal, I., Javed, T., Amirkhani, M., & Taylor, A. G. 2020. Modern Seed Technology: Seed Coating Delivery Systems for Enhancing Seed and Crop Performance. Agriculture (Switzerland). 10(11): 1–20

Juliani, R., Simbolon, RFR, Sitangang, W.H & Aritonang, J.B. (2017). Pupuk Organik Enceng Gondok dari Danau Toba. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM), 23(1): 220-224

Moi, A.R., Dingse, P.,Parluhutan, S., & Agustina, M.P. (2015). Pengujian Pupuk Organik Cair dari Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea). JURNAL MIPA UNSRAT ONLINE, 4 (1), 15-19

Mufriantie, Fithri dan Feriady, Anton. 2014. Analisis Faktor Produksi dan Efisiensi Alokatif Usahatani Bayam (Amarathus Sp) Di Kota Bengkulu. Jurnal Agrisep Vol.

15 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah.Bengkulu Nurdiyanti,D.,UtamA.S,BastianN&Johan.(2017).PemanfaatanLimbahOrganikPasarSebagaiBa

hanPupukKomposuntukPenghijauanDilingkunganMasyarakatKotaCirebon. The 5TH Urecol Proceeding. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan

(16)

8 ACARA II, PEMUPUKAN TANAMAN SAWI PAGODA (Brassica rapa subs narinosa)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini kegiatan budidaya tidak bisa dipisahkan dengan pupuk dan pemupukan, tanaman diberi pupuk oleh petani dengan harapan akan meningkatkan hasil yang diperoleh.

Produksi pertanian harus ditingkatkan seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang meningkat secara signifikan. Kebutuhan akan produksi pertanian juga akan meningkat seiring berjalannya waktu, sehingga sangat diperlukan teknologi-teknologi tersebut, salah satunya adalah pemupukan. Lahan pertanian semakin lama akan mengalami penurunan atau kemunduran kesuburan tanahnya akibat penggunaan lahan yang intensif akibat erosi . Lahan ini akan mengalami penurunan produktivitasnya dalam menghasilkan produk pertanian

Menurut (Hartatik,dkk.2015) beberapa penyebab penurunan kesuburan tanah antara lain adalah :

1. Pengurasan dan defisit hara

2. Penurunan kadar bahan organic tanah 3. Ketidak seimbangan kadar hara dalam tanah 4. Salinisasi/alkalinisasi

5. Pendangkalan lapisan tapak bajak

6. Pencemaran oleh bahan agrokimia atau limbah

7. Penurunan populasi dan aktivitas mikroba dalam tanah

Untuk mengatasi hal tersebut, kesuburan tanah membutuhkan teknologi penanganan yang baik, salah satunya adalah pemupukan. Pemupukan itu sendiri merupakan kegiatan penambahan unsur hara ke dalam tanah baik dalam bentuk kimia maupun alami/organik.

Tujuan pemupukan itu sendiri adalah mengoptimalkan pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Saat ini telah tersedia berbagai jenis pupuk anorganik serta organic yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan hara tanaman. Kebutuhan hara yang terpenuhi akan memberikan hasil panen yang optimal, sedangkan tanaman yang kekurangan hara akan menghambat pertumbuhan serta perkembangan tanaman yang nantinya mempengaruhi hasil panen yang kurang baik. Tanah dikatakan subur jika kandungan hara, tata air dan udara dalam tanah sudah cukup seimbang, juga mampu mendukung kebutuhan tanaman.

Berikut suatu ciri-ciri tanah yang baik dan sehat yang dapat kita kenali menurut (Yuniwati.2017) :

(17)

9 1. Mampu menyimpan air selama musim kering

2. Drainase yang baik dan cepat dalam menyerap air hujan tanpa aliran permukaa yang besar

3. Tahan terhadap erosi dan pencucian hara

4. Mendukung adanya populasi organisme tanah dalam jumlah besar 5. Memiliki bau tanah yang khas

6. Menghasilkan tanaman yang sehat dan berkualitas tinggi, dan 7. Mempunyai bongkahan-bongkahan tanpa lapisan cadas

Menurut (Purba, dkk. 2021) pupuk berdasarkan susunan kimianya dibeadakan atas pupuk anorganik dan pupuk organi. Pupuk organic adalah pupuk yang dibuat di pabrik. Pupuk ini lebih cepat bereaksi dalam tanah dan mudah tersedia untuk tanaman. Permentan No 1 Tahun 2019 menyatakan bahwa pupuk organic adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan mati. kotoran hewan dan/atau bagian hewan, dan /atau limbah organic lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dapat diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organic tanah, serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan/ atau biologi tanah. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat menyebabkan pengerasan tanah akibat penumpukan residu bahan kimia yang 2 sulit terurai. Selain itu pupuk anorganik dapat menyebabkan pencemaran pada tanah dan aliran air (Sari dan Alfianita 2018).

Pupuk organik secara ekonomis jauh lebih terjangkau dibandingkan pupuk anorganik sehingga dapat mengurangi biaya produksi pertanian. Pupuk organik dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara lain sisa tanaman (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah media jamur, limbah pasar, rumah tangga, dan pabrik serta pupuk hijau. Oleh karena bahan dasar pembuatan pupuk organik sangat bervariasi, maka kualitas pupuk yang dihasilkan sangat beragam sesuai dengan kualitas bahan dasar dan proses pembuatannya.

Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur unsur di dalamnya sudah terurai. Kelebihan dari pupuk cair adalah kandungan haranya bervariasi yaitu mengandung hara makro dan mikro, penyerapan haranya berjalan lebih cepat karena sudah terlarut.

Komponen kualitas bahan organic yang penting meliputi nisbah C/N, kandungan lignin, kandungan polifenol, dan kapasitas polifenol mengikat protein. Nisbah C/N dapat digunakan

(18)

10 untuk memprediksi laju mineralisasi bahan organic (Wawan, 2017). Ciri fisik pupuk cair yang baik adalah berwarna kuning kecoklatan dan berbau, bahan pembentuknya sudah membusuk.

Penelitian telah banyak melaporkan penggunaan pupuk organic cair baik secara tunggal mamupun kombinasi dengan pupuk organic cair Biogrow dan pupuk TSP 30 g/tanaman dapat meningkatkan bobot biji per tanaman kacang hijau. Penyemprotan POC berbahan baku dengan dosis 100% dengan interval 4 hari dapat meningkatkan serapa nitrogen tanaman sawi sebesar 23,80 %. (Febrianna et al., 2018).

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Dapat mengetahui perbedaan petumbuhan antara perlakuan Pupuk Anorganik dengan POC (Pupuk Organik Cair)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pertambahan jumlah penduduk yang pesat dan perkembangan zaman menuntut produksi bahan kebutuhan manusia untuk ditingkatkan. Kebutuhan manusia banyak dihasilkan dari sektor pertanian terutama kebutuhan pangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut berbagai upaya telah dilakukan. Peningkatan produksi pertanian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi produksi dengan meningkatkan produktifitas lahan (Mansyur,dkk.2021).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian pupuk dan ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Serapa unsur hara dibatasi oleh unsur hara yang berada dalam keadaan minimum. Dengan demikiian status hara terendah akan mengendalikan proses pertumbuhan tanaman . Untuk mencapai pertumbuhan optimal, seluruh unsur hara harus dalam keadaan seimbang, artinya tidak boleh ada satu unsur hara pun yang menjadi faktor pembatas

Tanaman dapat tumbuh dan berkembang baik jika media tanamnya mengandung hara yang cukup. (Purba,dkk.2021) menyatakan bahwa tanah dikatakan subur jika kandungan hara, tata air dan udara dalam tanah sudah cukup seimbang dan mampu mendukung kebutuhan pertumbuhan tanaman. Kandungan hara yang dibutuhkan tanaman tak lepas unsur hara makro (N. P, K) dan unsur hara mikro seperti C, H, Mg, Fe. Kekurangan salah satu unsur hara makro dan mikro tersebut maka dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Bila kandungan unsur- unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam tanah maka dapat diperbaiki dengan menambahkan unsur tersebut dari luar melalui pemupukan.

(19)

11 Pupuk alam adalah pupuk yang didapat langsung dari alam, pupu kalam terdiri dari 3 bagian yakni, fosfat alam, pupuk organic dan hayati. Jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya sangat bervariasi karena terkandung secara alami tanpa campur tangan manusia. Pupuk alam sangat penting untuk tanah, seiring berjalannya waktu yang rusak dan terurai, ia memperbaiki struktur tanah dan kemampuannya untuk mempertahankan unsur hara. Hal ini dapat meningkatkan kualitas tanah, menjadikan ideal untuk budidaya tanaman yang berkelanjutan. Pupuk ini berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia.

Kandungan nutrisi pupuk organic sangat bervariasi di antara bahan sumber dan bahan yang mudah teruraimenjadi sumber nutrisi yang lebih baik lagi bagi tanaman, sering kali jauh lebih rendah dalam pupuk organik dibandingkan dengan pupuk kimia. Pupuk organik berperan dalam meningkatkan kesubuuran fisik, kimia dan biologi tanah serta mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik. Kualitas dan komposisi pupuk organic bervariasi tergantung dari bahan dasar kompos dan proses pembuatannya (Hartatik,dkk.2015)

III. METODE PELAKSANAAN A. WAKTU DAN TEMPAT

1. Waktu : 23 April 2024

2. Tempat : Green House & Lab Agronomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta B. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT :

- Timbangan Analiitik - Sendok

- Kertas Pupuk - Gelas Ukur - Knapsack

- Penggaris & alat tulis 2. BAHAN :

- Pupuk NPK

- POC (Pupuk Anorganik Cair) - Air

- Insektisida (DANGKE)

(20)

12 C. CARA KERJA PRAKTIKUM :

Menyiapkan 1 gr pupuk NPK/tanaman dengan ditimbang pada timbangan analitik Menyiapkan larutan POC (Pupuk Organik Cair) : 50 ml POC + 950 ml air Menyiapkan 4 gr insektisida (DANGKE) + 2 Ltr Air, lalu masukan kedalam kep Mengaplikasikan pupuk NPK dengan cara membuat lingkaran pada polybag tanaman dengan

jarak 2 cm dari batang, lalu pupuk ditutup & disiram

Mengaplikasikan pupuk POC dengan dosis 200 ml/tanaman perlakuan

Melakukan penyemprotan insektisida untuk mengendalikan seranggal ulat dan belalang Melakukan pengamatan ; tinggi, jumlah daun pada masing-masing tanaman perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Tabel 2 Pengamatan tinggi tanaman sawi

Perlakuan Umur Tanaman (Cm)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST Rata-rata

POC (Pupuk Organik Cair)

P1 3 7,5 11 16 9,3

P2 2 5 5 5 4,2

P3 4 3 7 8 5,5

P4 2 9 12 13 9

Anorganik

P1 2 6 8 10 6,5

P2 3 4 5 10,5 5,6

P3 2 7 7 15 7,7

(21)

13

P4 2 3 12 12 7,2

Tabel 3 Pengamatan jumlah helai daun tanaman sawi

Perlakuan Umur Tanaman (Helai)

1 MST 2 MST 3 MST 4 MST Rata-rata

POC (Pupuk Organik Cair)

P1 4 8 12 29 13,2

P2 5 9 5 26 11,2

P3 3 5 6 15 7,2

P4 8 19 26 24 21,7

Anorganik

P1 6 12 9 13 10

P2 5 17 26 35 20,7

P3 9 15 17 21 15,5

P4 8 15 17 34 18,5

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1 pengamatan tinggi tanaman, pada perlakuan POC (Pupuk Organik Cair) polybag 1 memperoleh paling tinggi rata-rata pertumbuhan tiap minggu 9,3 cm sedangkan pada perlakuan Pupuk Anorganik 7,7 cm tiap minggunya. Hal ini menunjukan secara nyata penekanan tinggi tanaman dengan perlakuan pupuk POC yang berasal dari kotoran hewan. Menurut (Elisabeth. 2014), bahan organik memiliki peran penting dilihat dari dua aspek yaitu aspek tanah dan tanaman. Dari aspek tanah, pelapukan bahan organik dapat membantu memberikan unsur hara N, P, K dalam tanah yang dibutuhkan tanaman, memperbaiki struktur tanah aerasi tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Selanjutnya dari aspek tanaman, hasil pelapukan bahan organik mengandung asam organik yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara tanaman dan dapat diserap langsung oleh tanaman

Berdasarkan tabel 2 pengamatan jumlah helai daun pada tanaman sawi, diperoleh rata- rata penambahan jumlah helai tertinggi pada perlakuan POC (Pupuk Organik Cair) polybag 4 dengan setiap minggunya memperoleh rata-rata penambahan 21 helai daun, sedangkan pada Pupuk Anorganik rata-rata penambahan jumlah helai daun tiap minggunya 20,7 helai. Hal ini kemungkinan karena jumlah (N) dalam pupuk organic (POC) dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman untuk menghasilkan daun yang lebih banyak. Selain dari pada itu POC sendiri

(22)

14 merupakan pupuk yang berbentuk cair sehingga dapat lebih cepat diserap oleh tanaman dibandingkan pupuk anorganik yang berbentuk butiran. Pemberian pupuk ini mampu mengatasi kekurangan hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara, dan tidak merusak media tanam walaupun seringkali digunakan. Selain itu, pupuk organik cair memiliki kemampuan dalam hal meningkatkan hasil tanaman secara kualitas ataupun kuantitas, memperbaiki sifat tanah, dan kemampuan efesiensi penyerapan hara oleh suatu tanaman (Irsyad dan Kastono.

2019)

Dalam penelitian (Muh Sopian dkk. 2020) mengatakan bahwa penggunaan pupuk organik cair (POC) dalam pertanian merupakan salah satu cara menuju pertanian ramah lingkungan yang memiliki banyak manfaat baik dari segi kesehatan, lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Bahan-bahan organik yang digunakan sebagai bahan baku POC tidak hanya berfungsi untuk menghasilkan berbagai nutrisi bagi tanah dan tanaman, namun juga akan mempertahankan jumlah udara yang terkandung dalam tanah (aerasi), sehingga tanah dengan bahan organik yang tinggi tidak akan mudah mengalami pemadatan atau pengerasan

Disamping pentingnya pempukan dalam keberhasilan budidaya tanaman sawi, hama penyakit juga menjadi faktor yang sangat perlu menjadi perhatian. Pengendalian hama dan penyakit pada budidaya sawi hijau ini masih tergolong kurang bagus diakibatkan berbagai sebab baik biaya, pengetahuan maupun kemampuan lainnya, sehingga serangan hama dan penyakit yang menyerang sawi sangat merugikan petani. Waktu penanganan hama dan penyakit umumnya dilakukan setelah tanaman terserang sehingga hama dan penyakit yang menyerang tanaman ini susah dikendalikan. Hama yang sering menyerang tanaman sawi ini seperti kutu putih atau kutu kebul, belalang, ulat, orong-orong dan masih banyak lagi sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman sawi adalah busuk batang. Agar hama dan penyakit ini bisa diatasi dengan baik maka diperlukan manajemen yang baik dalam penanganan hama dan penyakit ini. Berdasarkan pengamatan saat praktikum mendapatkan bukti beberapa hama yang menyerang tanaman budidaya (Sawi Pagoda) yaitu :

1. Ulat grayak (Spodoptera litura), Ulat grayak merupakan salah satu jenis hama pemakan daun yang dapat merugikan petani, ulat grayak bersifat polifag atau memiliki kisaran inang yang luas sehingga berpotensi menjadi hama terhadap berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah dan perkebunan. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama ulat grayak aitu daun-daun sawi terlihat berlubang yang cukup besar sehingga daun sawi terlihat rusak

(23)

15 akibat serangan hama ini. Menurut (Laila dkk.2016) bahwa larutan daun papaya berpengaruh terhadap serangan ulat grayak, larutan ekstrak daun papaya konsentrasi 100%

dapat menekan serangan ulat grayak.

2. Belalang adalah hama yang merusak bagian daun pada tanaman sawi, belalang memakan daun sawi di seluruh bagian sehingga daun tanaman sawi berlubang, saat ini dipetani Landasan Ulin utara untuk serangan hama belalang masih sedikit hanya di berbagai tempat saja, pengendaliannya yaitu mnyeemprotkan insektisida secara menyeluruh pada pagi hari.

Menurut (Beni. 2021) pengendalian hama belalang menggunakan insektisida berbahan aktif beta sipermetrin untuk mengendalikan populasi belalang. Insektisida ini dapat membunuh belalang dengan cepat dan memiliki kadar toksisitas rendah terhadap mamalia.

V. KESIMPULAN

Pupuk Organik Cair (POC) lebih banyak berpengaruh pada pertumbuhan tinggi dan penambahan jumlah helai daun tanaman sawi pagoda. Hal ini disebabkan karena pupuk organik memiliki kelebihan terutama menyuburkan tanah serta meningkatkan aktivasi mikroorganisme tanah, sehingga pertumbuhan tinggi serta penambahan jumlah helai daun pada perlakuan POC menjadi unggul dari pada anorganik

(24)

16 DAFTAR PUSTAKA

Beni, B.G. 2021. Sumba Tengah Kendalikan Ancaman Peningkatan Populasi Hama Belalang Kembara. Direktorat Pelindung Tanaman Pangan.

Hartatik W, Husnain, Widowati LR. 2015. Peranan pupuk organic dama peningkatan produktivitas tanah dan tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan 9(2): 107-120.

Indiati, S. W. 2016. Mengenal Siklus Hidup Hama Lundi/Uret dan Pengendaliannya.

BALITKABI

Purba T, Sutumeang R, Mahyati HFR et al. 2021. Pupuk dan Teknologi Pemupukan. Ronal Watrianthos , Ed. Yayasan Kita Menulis. Medan. 150 hal

Sari MW, Alfianita S. 2018. Pemanfaatan batang pohon pisang sebagai pupuk organik cair dengan activator EM4 dan lama fermentasi. TEDC 12(2): 133-138

Wawan. 2017. Pengelolaan Bahan Organik. Buku Ajar. 128

Yuniawati, E. N. Y. D. 2017. MANAJEMEN TANAH (TEKNIK PERBAIKAN KUALITAS TANAH). INTIMEDIA

(25)

17 LAMPIRAN

NO GAMBAR KETERANGAN

1. Pencampuran pupuk POC (Pupuk

Organik Cair) dengan konsentrasi : 50 ml POC + 950 Air

2. Pengaplikasian POC (Pupuk Organik

Cair) dengan dosis/ polybag 200 ml, dengan cara menyiram tanahnya

3. Penimbangan pupuk anorganik

menggunakan timbangan analitik dengan dosis 2 g/tanaman perlakuan

Gambar 8 Pelarutan konsentrasi POC

Gambar 9 Pengaplikasian POC

Gambar 10 Penimbangan pupuk anorganik

(26)

18

4. Pengaplikasian Pupuk NPK 16

(Organik) dengan cara meligkari tanaman pada jarak 2 cm dari batang, lalu tutup pupuk dengan tanah agar tidak menguap

5. Penimbangan Insektisida

(DANGKE) dengan konsentrasi 4 g + 2 ltr air

6. Pengendalian hama ulat dan belalang

dengan menggunakan alat kep semprot

7. Hama ulat grayak dan belalang

beserta gejala serangannya

Gambar 11 Pengaplikasian pupuk anorganik

Gambar 12 Penimbangan insektisida

Gambar 13 Pengendalian hama ulat & belalang

Gambar 14 Hama & dampak serangannya

(27)

19

8. Pengamatan tinggi batang & jumlah

daun pada masing-masing tanaman perlakuan

Gambar 15 Pengamatan tanaman

(28)

20 ACARA III. PEMANENAN TANAMAN SAWI PAGODA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKAN

Pemanenan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengambil hasil tanam setelah tanaman masak fisik dan fisiologi. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara yang berbeda tiap jenis tanamannya. Pemanenan pada era modern ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat agar diacapai waktu yang efisien dibanding dengan cara pemanenan konvensional.

Pemanenan sawi adalah proses memetik atau mengambil tanaman sawi yang telah mencapai tahap kematangan tertentu sehingga siap untuk dikonsumsi atau dipasarkan. Proses ini melibatkan beberapa langkah penting untuk memastikan kualitas dan kesegaran hasil panen.

Tanaman sawi adalah jenis sayuran daun yang termasuk dalam keluarga Brassicaceae, yang juga mencakup sayuran lain seperti kubis, brokoli, dan kembang kol. Sawi dikenal dengan nama ilmiah Brassica juncea untuk sawi hijau, dan Brassica rapa untuk sawi putih atau sawi sendok (bok choy). Secara keseluruhan, tanaman sawi merupakan sayuran yang mudah dibudidayakan dan memiliki nilai gizi yang tinggi, membuatnya populer di banyak negara sebagai bagian dari diet sehat. Panen dilakukan setelah tanaman kurang lebih berumur 33-35 hari.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Secara umum pemanenan bertujuan untuk mendapatkan daun tanaman sawi yang segar dan berkualitas tinggi yang siap untuk dikonsumsi atau dipasarkan. Sama halnya pada praktikum ini pemanenan bertujuan untuk memperoleh tanaman sawi yang berkualitas untuk pengujian biokimianya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Endro,S. 2015) sayur sawi (Brassica narinosa), kebanyakan orang pasti mengenal salah satu jenis sayuran ini. Sayur sawi (Brassica narinosa) salah satu komoditas sayuran yang dapat dibudidayakan untuk meningkatkan pendapatan. Karena sayuran ini memiliki nilai ekonomi dan prospek pasar cukup menarik.

Budidaya Sayur sawi (Brassica narinosa) oleh petani terutama di daerah-daerah Dingin seperti Malang, Karanganyar, Bondowoso, Bali, Bandung, Sukabumi, dan daerah beriklim sejuk lainnya. Para petani di Indonesia umumnya membudidayakan sayur sawi (Brassica

(29)

21 juncea). Hal ini disebabkan selain melihat pasar juga mempertimbangkan modal yang harus dikeluarkan, penanganannya juga cukup ringan dibanding menanam sayur yang lain misalnya cabai, kol, wortel, kubis dan lain-lain. Dari segi keuntungan Pemasaran, hasil panen Sayur sawi (Brassica narinosa) ini bergantung dengan harga di pasaran. Jika harga sedang melambung maka keuntungan yang diperoleh juga lumayan besar. Karena saat ini harga Sayur sawi (Brassica narinosa) cukup baik yakni mencapai Rp10 ribu/kg di tingkat petani. Hanya sayangnya modal dan lahan yang dimiliki terbatas sehingga keuntungan yang diperoleh juga terbatas.

Anatomi Tanaman Sawi Pagoda (Brassica narinosa ) : Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheobinot SubDivisi : Magnoliophyta Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Capparales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica Spesies : B. narinosa L Morfologi Tanaman Sawi

Tanaman sawi memiliki batang yang beruas-ruas dan pendek sehingga hampir tidak kelihatan. Batang tanaman sawi berfungsi sebagai penopang daun. Daun sawi berbentuk bulat lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Tangkai sawi hijau panjang berbentuk pipih.

Tanaman sawi hijau memiliki akar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah atau di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal dengan kedalam berkisar 5-10 cm. Akar sawi hijau tumbuh berkembang dengan baik pada tanah yang subur, gembur, serta tanah yang mudah menyerap air. T

Tanaman sawi mudah berbunga dan berbiji secara alami. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh dan tumbuh memanjang serta bercabang banyak. Setiap kuntum bunga sawi terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari dan satu buah putih yang berongga dua.

(30)

22 III. METEDOLOGI PELAKSANAAN

A. WAKTU DAN TEMPAT

1. WAKTU : 20 Mei 2024

2. TEMPAT : Green House & Lab Agronomi, Universitas Mercu Buana Yogyakarta B. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT : Timbangan Analitik, Oven, Kertas Sampel, Tabung Reaksi, Pinset 2. BAHAN : Daun sawi, Aquadest

C. CARA KERJA PRAKTIKUM :

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut tanaman secara perlahan Mencuci akar tanaman dengan air untuk membersihkan tanah yang menempel Menimbang tanaman sawi pada timbangan analitik sebagai data bobot segarnya Memotong masing-masing akar tanaman, lalu akar dimasukan kedalam tabung reaksi berisi

aquadest untuk volume akarnya

Menimbang kembali tanaman (tanpa akar) pada timbangan analitik untuk bobot ekonomisnya Memisahkan masing-masing organ tanaman, lalu masukan kedalam kertas sampel dan di oven

Melakukan penimbangan bobot kering secara berkala – konstan (0,2 g) Penimbangan bobot kering dilakukan dengan metekan sampel ke alat pendingin, lalu

ditimbang

Mencatat pengurangan bobot kering setiap melakukan pengamatan

(31)

23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Tabel 4 Berat segar, Vol akar dan Berat kering Perlakuan Berat Segar

(g)

Vol Akar (ml)

Pengamatan bobot kering (g) Minggu

1 2 3 4

POC 38,86 31 38,86 10,73 9,47 9,79

Anorganik 45,43 34 45,43 11,01 9,67 9,94

B. PEMBAHASAN

Pemanena merupakan suatu kegiatan akor dalam suatu budidaya tanaman dengan memanfaatkan keseluruhan/bagian tertentu tanaman yang memiliki nilai ekonomis. Pemanen tanaman sawi pagoda ini dilakukan pada umur 30 – 35 HST (Hari Setelah Tanam) dengan cara mencabut tanaman dari polybag secara hati-hati, lalu mecuci bagian akar/ keseluruhan tanaman dari tanah yang masih menempel menggunakan air yang bersih

Bagian tanaman sawi yang bernilai ekonomis adalah daun maka upaya peningkatan produksi diusahakan pada peningkatan produk vegetatif, sehingga untuk mendukung upaya tersebut dilakukan pemupukan. Tanaman sawi memerlukan unsur hara yang cukup dan tersedia bagi pertumbuhan dan perkembangannya untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Salah satu unsur hara yang sangat berperan pada pertumbuhan daun adalah Nitrogen. Nitrogen ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, sehingga daun tanaman menjadi lebih lebar, berwarna lebih hijau dan lebih berkualitas

Bobot Segar Tanaman

Bobot segar merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk mempelajari pertumbuhan tanaman. Bobot segar tajuk adalah bobot tanaman setelah dipanen sebelum tanaman tersebut layu dan kehilangan air, selain itu bobot segar tajuk merupakan total bobot tanaman tanpa akar yang menunjukkan hasil aktivitas metabolik tanaman itu sendiri. Bobot segar tajuk meliputi batang daun yang berarti akumulasi dari hasil fotosintesis dan dipengaruhi ketersediaan unsur hara. Bobot segar juga merupakan gambaran dari fotosintesis selama tanaman melakukan proses pertumbuhan, 90% dari berat kering tanaman merupakan hasil dari fotosintesis. Syekfani menyatakan dengan pemberian pupuk organik , unsur hara yang tersedia dapat diserap tanaman dengan baik karena itulah pertumbuhan daun lebih lebar

(32)

24 dan fotosintesis terjadi lebih banyak. Hasil dari fotosintesis inilah yang digunakan untuk membentuk sel-sel batang, daun dan akar sehingga dapat mempengaruhi bobot segar tajuk tersebut (BPS.2021)

Dari tabel diatas menunjukan bobot segar pada perlakuan POC dan Pupuk Anorganik berbeda, pada perlakuan POC diperoleh bobot segar 38,86 g sedangkan pada Pupuk Anorganik 45,43 g. Adanya perbedaan bobot segar tajuk disebabkan oleh ketersedian unsur hara. faktor ketersediaan unsur hara dapat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga berpengaruh pada bobot segar tanaman. unsur hara yang terdapat pada perlakuan Pupuk Anorganik dapat tersedia atau diserap oleh tanaman melalui akar sehingga mempegaruhi hasil fotosintesis yang kemudian akan mempengaruhi bobot segar tajuk, semakin besar biomassa suatu tanaman, maka kandungan hara dalam tanah yang terserap oleh tanaman juga besar. Biomassa akar merupakan akumulasi fotosintant yang berada di akar.

Bobot segar yang tinggi pada perlakuan disebabkan oleh jumlah daun dan tinggi tanaman yang relatif tinggi hal ini sesuai pendapat. Pada komoditas sayuran daun, jumlah daun akan berpengaruh terhadap bobot segar tajuk. Semakin banyak jumlah daun maka akan menunjukkan bobot segar tajuk yang semakin tinggi.

Volume Akar Tanaman

Bobot akar sangat tergantung pada volume akar dan jumlah akar tanaman itu sendiri, sehingga banyak tidaknya volume dan jumlah akar berpengaruh bayak terhadap berat kering akar terpengaruh juga. Pertumbuhan tanaman paling sedikit 90% bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Biomassa juga memberikan suatu dasar yang mudah bagi tanaman terutama mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintesis. Kalium mempunyai peranan penting dalam metabolisme tanaman, penghasil energi, dan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan akar karena dengan peluasan perakaran pada tanaman kemungkinan jumlah unsur hara yang diserap akan banyak, sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi baik (Ramli.2016)

Bobot Kering Tanaman

Bobot kering tanaman merupakan hasil penimbunan yang berisi asimilasi CO₂ yang dilakukan selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman . pada pertumbuhan tanaman itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu peningkatan berat segar dan penimbunan bahan kering.

Jadi semakin baik pertumbuhan tanaman maka berat kering juga semakin meningkat. Dari

(33)

25 data tabel diatas menunjukan antara perlakuan POC (Pupuk Organik Cair) dan Pupuk Anorganik memberikan rerata bobot kring yang berbeda nyata, hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman yang berbeda namun bukan faktor kombinasi melainkan proses penyerapan unsur hara tanaman yang berbeda menyebabkan tumbuh tanaman tidak merata (Block C. 2017)

Hal ini dikarenakan pertumbuhan tanaman yang berbeda namun bukan faktor kombinasi melainkan proses penyerapan unsur hara tanaman yang berbeda menyebabkan tumbuh tanaman tidak merata dengan begini dapat dilihat hasil bobot kering tajuk tanaman. Perbedaan hasil bobot kering tajuk selain dipengaruhi oleh bobot segar tajuk, dipengaruhi juga oleh jumlah daun karena merupakan tempat akumulasi hasil fotosintat tanaman. Adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan hasil fotosintesis berupa senyawa- senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap berat kering tanaman

Hasil berat kering merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi.

Fotosintesis akan meningkatkan berat kering karena mengambil CO₂ sedangkan respirasi mengakibatkan penurunan berat kering karena pengeluaran CO₂. Apabila respirasi lebiih besar dibanding fotosintesis tumbuhan maka akan berkurang berat keringnya dan begitu pula sebaliknya (Syahputra.2016)

V. KESIMPULAN

Ketersediann unsur hara sangat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan suatu tanaman. Unsur hara yang tersedia bagi tanaman membuat biomassa pada tanaman tersebut juga tinggi, tingginya biomasaa dipengaruhi oleh jumlah daun serta tinggi tanaman yang relatif tinggi

(34)

26 DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2021. Statistik Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan Semusim Indonesia. Badan Pusat Statistik. http://www.bps.go.id[ 08 Juni 2024

Blok C. 2017. Compost for soil application and compost for growing media. In: Van der Wurff AWG, Fuchs, JG, Raviv M, Termorshuizen AJ, editors. Handbook for composting and compost use in organic horticulture. (NL): BioGreenhouse . p. 89–98.

Ramli, Paloloang AK, Rajamuddin UA. 2016. Perubahan sifat fisik tanah akibat pemberian pupuk kandang dan mulsa pada pertanaman terung ungu (Solanum Melongena L.), entisol, Tondo Palu. E-J Agrotekbis. 4(2):160–167.

Syahputra E, Rahmawati M, Imran S. 2014. Pengaruh komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk daun terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.). J Floratek. 9(1):39–45

(35)

27

Gambar 16 Pemanenan tanaman sawi

LAMPIRAN

No. GAMBAR KETERANGAN

1. Pemanenan tanaman sawi (Anorganik

& POC)

2. Penimbangan bobot segar

3. Pembuangan akar tanaman sebagai

bobot ekonomis

Gambar 17 Penimbangan bobot segar

Gambar 18 Pembuangan akar (non ekonomis)

(36)

28

4. Mengetahui volume akar (Anorganik

& Organik)

5. Memasukan seluruh organ tanaman ke

dalam kertas sampel (Anorganik &

Organik)

6. Kertas sampel bobot kering

(Anorganik dan POC)

7. Pendinginan kertas sampel (Anorganik

& POC) sebelum melakukan penimbangan

Gambar 19 Volume akar

Gambar 20 Penyiapan bobot kering

Gambar 21 Kertas sampel bobot kering

Gambar 22 Pendinginan kertas sampel

(37)

29

8. Penimbangan bobot kering

Gambar 23 Penimbangan bobot kering

(38)

30 ACARA IV.PENENTUAN VITAMIN C DAN KLOROFIL

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Penentuan Kadar Vitamin C

Menurut (Nurmastika. 2018) Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel danreaksi yang diharapkan terjadi dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi sebagai reduktor.

Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri mengacu kepada titrasi dengan suatu larutan iod standar .Sedangkan metode titrasi tak langsung dinamakan iodometri adalah berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia.

Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod ,digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dankarena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat ( zat-zat dengan potensial yang jauh lebihrendah),seperti timah(II) klorida, asam sulfat, hydrogen sulfida, dan natrium tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat denganiod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat pereduksi yang agak lemah,misal arsen trivalent, atau stibium trivalent,reaksi yang lengkap hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam.Pada kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya adalah maksimum.

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan larutan kanji sebagaiindikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan Iodin,

(39)

31 makakelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru gelap (Nurmastika, 2018)

Metode titrasi Iodium merupakan metode yang paling mudah digunakankarena murah sederhana dan tidak memerlukan peralatan laboratorium yang canggih.Titrasi ini memakai iodium sebagai oksidator yang mengoksidasi vitamin C danmemakai amilum sebagai indikatornya. Titrasi iodium juga adalah salah satu metodeanalisis yang dapat digunakan dalam menghitung kadar vitamin C di mana suatularutan vitamin C atau asam askorbat sebagai reduktor dioksidasi oleh iodium,sesudah vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan ionium akan segalakerjakan oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru muda

Metode spektrofotometri Prinsip analisis secara spektrofotometri UV dilakukan dengan mengukur vitamin C secara langsung pada panjang gelombang 265 nm karena vitamin C memiliki gugus kromofor. Metode spektrofotometri dapat dilakukan dengan metode oksidasi asam askorbat menjadi dehydroascorbic acid dalam larutan Brom yang mengandung asam asetat kemudian dikomplekskan dengan 2,4-diitrofenilhidrazin (DNPH) dan diukur absorbasinya pada 521 nm (Couto. 2016)

Penentuan Kadar Klorofil

Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang berfotosintesis. Berdasarkan penelitian, klorofil ternyata tidak hanya berperan sebagai pigmen fotosintesis. Proses fotosintesis membutuhkan klorofil, maka klorofil umumnya disintesis pada daun untuk menangkap cahaya matahari yang jumlahnya berbeda pada tiap spesies tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sintesis klorofil meliputi: cahaya, gula atau karbohidrat, air, temperatur, faktor genetik dan unsur-unsur nitrogen, magnesium, besi, mangan, Cu, Zn, sulfur, dan oksigen. Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Tanaman yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala antara lain klorosis pada daun. Tanaman tidak dapat menggunakan N2 secara langsung. Gas N2 tersebut harus difiksasi oleh bakteri menjadi amonia (NH3).

(40)

32 Pada tumbuhan klorofil ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b, perbedaan kecil antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein. Sedangkan perbedaan utama antar klorofil ialah karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi) di tengah cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol . Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton. Semua tanaman hijau mengandung klorofil a dan krolofil b. Krolofil a terdapat sekitar 75% dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah

sekitar 1% basis kering. Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang bergabung satu dengan yang lain. Dengan lipid, klorofil berikatan melalui gugus fitol-nya sedangkan dengan protein melalui gugus hidrofobik dari cincin porifin-nya, Antara klorofil a dan klorofil b mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, dimana klorofil a di samping bias menyerap energi cahaya, klorofil ini juga bias merubah energi cahaya dan tidak bisa merubahnya menjadi energi kimia dan energi itu akan ditransfer dari klorofil b ke klorofil a. Klorofil b ini tidak larut dalam etanol tai dapat larut dalam ester, dan kedua jenis klorofil ini larut dalam senyawa aseton. Ketika tingkat radiasi tinggi, biasanya kloroplas tersusun berbaris di sepanjang dinding radial sel, menjadi terlindung satu sama lain dari kerusakan akibat cahaya. Dalam cahaya redup dan sering dalam gelap, kloroplas terpisah

menjadi dua kelompok yang tersebar di sepanjang dinding di sisi terdekat dan terjauh dari sumber cahaya; dengan demikian, memaksimumkan penyerapan cahaya. Pergerakan plastid ini, yang bergantung pada arah cahaya dan juga tingkat iradiansi, merupakan contoh adanya fototaksis.

Pada semua spesies, kloroplas itu sendiri tidak menyerap cahaya yang mengakibatkan fototaksis; sebaliknya, cahaya yang diserap di tampat lain di dalam sel menyebabkan pergerakan kloroplas melalui efeknya pada aliran sitoplasma, dan efek itu berasal dari interaksi antara mikrofilamen dan mikrotubul. Secara ekologis, pergerakan kloroplas tampak penting, terutama untuk meningkatkan penyerapan cahaya pada iradiansi rendah dan untuk engurangi penyerapan ketika iradiansi tinggi sekali, yang mungkin akan menyebabkan solariasi atau perusakan lainnya oleh cahaya. Peningkatan kandungan

(41)

33 klorofil a dan b menyebabkan kemampuan dalam menangkap energi radiasi cahaya klon toleran lebih efisien dibandingkan dengan klon peka, sehingga fotosintesis klon toleran lebih tinggi dibandingkan dengan klon peka. Klorofil a dan b berperan dalam proses fotosintesis tanaman. Klorofil b

berfungsi sebagai antena fotosintetik yang mengumpulkan cahaya. Peningkatan kandungan klorofil b yang pada kondisi ternaungi berkaitan dengan peningkatan protein klorofil sehingga akan meningkatkan efisiensi fungsi antena fotosintetik pada Light Harvesting Complex II (LHC II). Penyesuaian tanaman terhadap radiasi yang rendah juga dicirikan dengan membesarnya antena untuk fotosistem II. Membesarnya antena untuk fotosistem II akan meningkatkan efisiensi pemanenan cahaya. Pusat reaksi tersusun dari klorofil a.

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer akan menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang energi secara relatif. Jika energi tersebut ditransmisikan maka akan ditangkap oleh klorofil yang terlarut tersebut. Pada fotometer filter sinar dari panjang gelombang yang diinginkan akan diperoleh dengan berbagai filter yang punya spesifikasi melewati banyaknya panjang gelombang tertentu. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda, tujuan utama dari percobaan ini yaitu untuk mempelajari dan memberikan latihan cara penggunaan Spektrofotometer dalam penentuan kadar klorofil.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui kadar klorofil pada daun tanaman sawi dengan alat Spektrofotometri 2. Melatih dalam cara penggunaan Spektrofotometri

3. Mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dengan titrasi yodium II. TINJAUAN PUSTAKA

Penentuab Kadar Vitamin C

(42)

34 Menurut (Settaluri.2015) sayuran hijau banyak dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat, baik dikonsumsi secara langsung maupun dimasak terlebih dahulu.

Berdasarkan Data dari Badan Pusat Statistika, sebanyak 97,29 % masyarakat Indonesia mengkonsumsi sayur (BPS, 2016). Sayuran memiliki kandungan serat yang berfungsi untuk diet, penurunan kolesterol dan tekanan darah serta mengontrol kadar gula darah dengan melambatkan penyerapan karbohidrat. Vitamin, mineral serta zat-zat dalam sayuran dapat mencegah penyakit serangan jantung, diabetes dan juga kanker. Sayuran juga mengandung banyak air dimana mencegah terjadi dehidrasi dan kontribusi untuk kulit dan rambut yang indah

Terdapat zat lain yang terkandung didalam sayuran, yaitu klorofil dan karetenoid dimana berfungsi sebagai pigmen fotosintesis. Pigmen pada tumbuhan tidak hanya berperan sebagai pemberi warna dan fungsi fisiologis tumbuhan, tetapi juga untuk kesehatan.

Sebagai contoh, karoten merupakan sumber vitamin A. Klorofil dan karotenoid memiliki fungsi penting dalam pencegahan dari beberapa penyakit seperti kanker, penyakit kardiovaskular dan penyakit kronis lainny. Klorofil merupakan kunci utama komponen biokimia yang bertanggung jawab atas fotosintesis dan merupakan indikator kesehatan tanaman. (Munoz-Ortuno, Serra-Mora, HerraezHernandez, Verdu-andres, & Campins- Falco, 2017). Kadar klorofil dapat digunakan sebagai indeks produktivitas fotosintesis tumbuhan. Secara tidak langsung, kadar klorofil menunjukkan estimasi status nutrisi tumbuhan karena nitrogen pada daun bergabung dengan klorofil (Gaherwar & Kulkarni, Estimation of Chlorophyll Content of Some Green Leafy Vegetables for Their Biochemical Properties, 2017).

Nitrogen merupakan elemen penting untuk sintesis klorofil dan enzim (Li, et al., 2018). Dari penjelasan diatas, klorofil berguna baik bagi tumbuhan sayuran itu sendiri maupun manusia yang mengkonsumsinya, Maka dari itu penting untuk mengetahui kadar klorofil dari sayuran tersebut. Kadar klorofil dapat diukur secara akurat dengan metode konvensional yaitu ekstraksi klorofil didalam pelarut dan diikuti dengan pengukuran absorbansi menggunakan spektrometer. Namun, pengukuran secara non destruktif berbasis teknologi optik telah banyak digunakan. Spektroskopi merupakan salah satu ilmu yang memanfaatkan perilaku cahaya terhadap material. Spektroskopi transmitansi dan refektansi diaplikasikan untuk estimasi kadar klorofil secara non destruktif. Berdasarkan penelitian sebelumnya metode reflektansi merupakan metode yang terbaik dan akan lebih baik lagi jika dibandingkan dengan spektroskopi absorbansi

(43)

35 Menurut (Iriani. 2014) vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan neurotransmitter norepinefrin. Vitamin C disebut juga asam askorbat, struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat merupakan vitamin yang paling sederhana. Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal (murni). mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia.

Asam askorbat terbukti berkemampuan memerankan fungsi sebagaiinhibitor.Kristal asam askorbat ini memiliki sifat stabil di udara, tetapi cepatteroksidasi dalamlarutan dan dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadidehydro-ascorbic acid(DAA). Selanjutnya secara berurutan akan berdekomposisi lagi menjadi beberapamolekul asam dalam larutan sampai menjadi asam oksalat (oxalic acid) dengan pH diatas 4. Pengaruh perubahanlingkungan asam askorbat tertentu tidak berfungsisebagai inhibitor. Sumber vitamin C adalah sayuran berwarnahijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti :

1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,2.

2. Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,3.

3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan4.

4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasiyangtidak reversible

Penentuan Kadar Klorofil

Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan Cynobacteria. nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno: choloros = green (hijau), and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar matahari. Warna daun berasal dari klorofil, pigmen warna hijau yang terdapat di dalam kloroplas. Energi cahaya yang diserap klorofil inilah yang

(44)

36 menggerakkan sitesis molekul makanan dalam kloroplas. Kloroplas ditemukan terutama dalam sel mesofil, yaitu jaringan yang terdapat di bagian dalam daun. Karbon dioksida masuk ke dalam daun, dan oksigen keluar, melalui pori mikroskopik yang di sebut stomata.

Di dalam kloroplas tidak hanya terdapat klorofil yang menjadi zat penyebab warna hijau daun. Tetapi di dalam kloroplas terdapat juga pigmenpigmen warna yang lain yaitu carotenoids, phycocyanin, phycoerythrin, dan fucoxanthin. Masing–masing pigmen tersebut memiliki warna yang berbedabeda dan di setiap daun mempunyai satu jenis kloroplas yang dominan. Daun mengandung klorofil, karena itulah daun berwarna hijau. Sebagian besar klorofil terdapat di daun, namun pada bagian-bagian tanaman lain seperti akar, batang, buah, biji, dan bunga juga terdapat klorofil dengan jumlah terbatas. Distribusi klorofil pada daun berbeda-beda. Klorofil di pangkal daun akan berbeda dengan klorofil di bagian ujung, tengah, dan tepi daun. Perbedaan jumlah klorofil ini akan menunjukkan perbedaan warna daun. Semakin hijau warna daun maka semakin tinggi kandungan klorofilnya. Tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.), Selada (Lactucasativa L.) dan daun singkong (Manihot esculenta) merupakan jenis.

Sayuran yang digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena rasanya yang gurih dan memiliki kandungan gizi yang tinggi untuk dijadikan makanan. Ketiga tanaman sayuran tersebut termasuk kelompok tanaman sayuran semusim, berumur pendek sekitar 30-40 hari dan tidak memerlukan area yang luas untuk membudidayakannya. Hal ini memungkinkan untuk dibudidayakan pada daerah perkotaan yang umumnya mempunyai lahan pekarangan terbatas. Kandungan klorofil di dalam sayuran daun merupakan salah satu kriteria penting untuk menentukan kandungan zat gizi sayuran daun. Sayuran telah terbukti memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Peningkatan konsumsi sayuran berkorelasi positif dengan penurunan risiko berbagai jenis penyakit seperti jantung, stroke, artritis, penyakit radang usus, dan kanker. Setiap komponen nutrisi baik zat gizi maupun non gizi memiliki peran masing-masing bagi kelangsungan fungsi tubuh. Demi dapat memenuhi kebutuhan tersebut, seharusnya kita dapat mengenal jenis-jenis nutrisi yang diperlukan oleh tubuh sehingga kita dapat mengonsumsi makanan secara tepat dan benar.

III. METODE PELAKSANAAN A. WAKTU DAN TEMPAT

- WAKTU : Selasa 28 Mei & 4 Juni 2024

- TEMPAT : Lab Agronomi, Universitas Mercubuana Yogyakarta

(45)

37 B. ALAT DAN BAHAN

- ALAT : Mortar, Shaker, Spektrofotometer, Kuvet, Tabung reaksi, Titrasi, Penyaring, Blender, Erlenmeyer, Labu ukur

- BAHAN : Aceton, Daun tanaman sawi, H2SO4, Amilum C. CARA KERJA PRAKTIKUM (Penentuan Klorofil) :

Tiap kelompok mengambil masing-masing 2 helai daun tanaman sawi POC & Anorganik Daun digerus menggunakan mortar hingga halus

Meletakan masing-masing daun ke dalam Erlenmeyer dan ditimbang 0,10 g Setelah ditimbang, tambahkan 20 ml aceton pada masing-masing Erlenmeyer

Shaker selama 15 menit pada masing-masing larutan (Anorganik & POC)

Menuangkan tiap larutan perlakuan pada kuvet seebanyak 3/4 Menutup spektrofotometer lalu klik “start” 3 x & print

Menghitung kadar klorofil dari data Spektrofotometri dengan rumus yang tertera

D. CARA KERJA (Penentuan Vit C) :

Memanen masing-masing 1 tanaman sawi Organik & Anorganik, lalu dicuci hingga bersih Memisahkan organ-organ tanaman (hanya menggunakan daun)

Daun-daun ditimbang dengan komposisi tiap perlakuan 10 g Daun sawi di blender setiap perlakuannya

Gambar

Tabel 1 Penyemaian &amp; Penanaman
Gambar 4 Penyiapan media tanam
Tabel 2 Pengamatan tinggi tanaman sawi
Tabel 3 Pengamatan jumlah helai daun tanaman sawi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Kuliah Kerja Praktek dan Praktikum Terpadu adalah suatu bentuk laporan sederhana yang ditulis oleh seorang mahasiswa baik perseorangan maupun berkelompok,

Praktikum mata kuliah ini bertujuan mengenalkan mahasiswa pada komoditas tanaman perkebunanan utama yaitu kelapa sawit, kelapa dan karet.. Kegiatan praktikum berlokasi di

LAPORAN PRAKTIKUM AZAS TEKNIK IRIGASI ACARA 1 PENENTUAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DISUSUN OLEH: NAMA : PRAKTIKAN NIM : NIM LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM|PRAKTEK * MATA KULIAH PKKPMT Disusun oleh: DIAN PRASTIKA P17410233092 PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN JURUSAN REKAM MEDIS

Laporan praktikum Gizi dan Kesehatan berisi data biodata, biokimia, dan antropometri serta riwayat makan seorang

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM OSILATOR JEMBATAN WEIN Disusun untuk memenuhi Tugas Mata kuliah Praktikum Elektronika Telekomunikasi Semester 3 Pembimbing : Lis Diana Mustafa,

Laporan ini menyajikan hasil pengamatan sementara serangan serangga, gulma, dan penyakit pada tanaman mentimun di lahan

Laporan praktikum tentang pengolahan telur asin “Abu Gosok” yang disusun oleh mahasiswa Manajemen Agribisnis IPB