• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN ANALISIS PDRB SEKTOR PERTANIAN PROVINSI SULTRA PERIODE 2010-2022

N/A
N/A
Andi Nabila Keyza Nugraha

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN ANALISIS PDRB SEKTOR PERTANIAN PROVINSI SULTRA PERIODE 2010-2022"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ANALISIS EKONOMI PERENCANAAN

ANALISIS PDRB SEKTOR PERTANIAN PROVINSI SULTRA PERIODE 2010-2022

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 (KELAS C)

1. ANDI NABILA KEYZA NUGRAHA (B1A122006) 2. WA ODE REYFANI ARIYANTI .K (B1A122180) 3. GHITA ROHMAYASARI (B1A122235) 4. NADAA QURATA’A’IN (B1A122146) 5. ELGHA PRASETYANI (B1A122222) 6. REYKHA ANANDA (B1A122291)

7. PUJA (B1A122282)

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Laporan Analisis mengenai “PDRB Dalam Sektor Pertanian Sultra Pada Periode 2010-2022”. Laporan ini kami susun sebagai salah satu tugas project dalam mata kuliah Ekonomi Perencanaan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kulliah Ekonomi Perencanaan. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah pengentahuan mengenai perkembangan jumlah PDRB pada sektor pertanian Sultra bagi para pembaca dan juga penulis.

Melalui laporan analisis ini, kami berusaha untuk menggambarkan secara komprehensif bagaimana perubahan tingkat PDRB per periode di Provinsi Sultra.

Kami menjelaskan di Indonesia.

Kami Mengucapkan Terima Kasih kepada Muhamad Armawaddin, SE., M.Si. Selaku Dosen pengampu Mata kuliah Ekonomi Perencanaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari bahwa Laporan Analisis ini masih memiliki keterbatasan, baik dari segi materi maupun penyajian. Oleh karena itu segala masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan guna penyempuraan di masa mendatang.

Kendari, 1 Desember 2023

Kelompok 6

(3)

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam satu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun (harga yang mengalami perubahan sesuai dengan ekonomi yang terjadi), sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar (BPS Kabupaten Kendal, 2011: 5)

Perencanaan pembangunan ekonomi, memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa masa lalu perlu dimonitor dan dievaluasi hasil-hasilnya.

Berbagai data statistik yang bersifat kuantitatif diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran- sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang.

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.

(5)

Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat, perlu disajikan statistik Pendapatan Nasional/Regional secara berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka angka pendapatan nasional/regional dapat dipakai juga sebagai bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat/ daerah, maupun swasta.

Uraian lapangan usaha yang disajikan dalam laporan ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing kategori dan subkategori lapangan usaha, cara-cara perhitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010, serta sumber datanya. Subkategori ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual.

Salah satunya adalah sektor pertenakan.

Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Golongan ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.

Data produksi komoditas peternakan diperoleh dari Dinas Peternakan. Data harga berupa harga produsen diperoleh dari Subdit Statistik Harga Perdesaan BPS. Data indikator harga berupa Indeks Harga Produsen diperoleh dari Subdit Statistik Harga Produsen BPS dan Indeks yang dibayar petani untuk biaya produksi kelompok peternakan dari Subdit Statistik Harga Perdesaan BPS.

Sedangkan data struktur biaya kegiatan peternakan diperoleh dari hasil Sensus

(6)

Pertanian dan Survei Perusahaan Peternakan (Ternak Besar dan Kecil, Ternak Unggas, dan Sapi Perah) yang dilakukan oleh Subdit Statistik Peternakan BPS.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah di buatnya laporan analisis ini yaitu:

1. Apa yang di maksud PDB

2. Jelaskan definisi, jenis penilaian, dan manfaat PDRB 3. Jelaskan teori pembangunan ekonomi

4. Jelaskan teori pertumbuhan ekonomi

5. Apa yang di maksud sektor unggulan dalam PDRB 6. Apa yang di maksud c

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas , Adapun tujuan dibuatnya laporan analisis ini yaitu:

1. Mengetahui Apa yang di maksud PDB

2. Mengetahui definisi, jenis penilaian, dan manfaat PDRB 3. Mengetahui teori pembangunan ekonomi

4. mengetahui teori pertumbuhan ekonomi 5. mengetahui sektor unggulan dalam PDRB 6. mengetahui sektor unggulan dalam PDRB

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PDB (Produk Domestik Bruto)

PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Secara sederhana definisi PDB, PDB adalah total nilai produksi dan jasa yang dihasilkan semua orang atau perusahaan dalam satu negara, termasuk nilai tambah, dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. PDB yang tinggi belum tentu seluruh penduduk negara tersebut memiliki tingkat ekonomi yang tinggi. PDB adalah dasar dari perhitungan pertumbuhan ekonomi. Saat PDB mengalami kenaikan, maka artinya negara tersebut mengalami pertumbuhan ekonomi. Begitu pun sebaliknya. Di Indonesia, BPS membagi tiga bentuk PDB, yakni PDB atas harga dasar, PDB atas harga konstan, dan PDB atas harga berlaku. (Kompas.com,2021).

Produk domestic bruto merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi dan kinerja pembangunan di suatu negara. Pada daerah kabupaten Barru tercatat Sepanjang 2022, Sektor Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian turut memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 34,3% dan juga mencatatkan pertumbuhan positif mencapai 4,3% (yoy). Subsektor peternakan sendiri juga memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dan mengalami pertumbuhan sebesar 0,34%

(yoy) dengan kontribusi sebesar 1,58% terhadap PDB (ekon.go.id.,2022).

2.2 PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) 2.2.1 Definisi PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat kabupaten atau kota menggambarkan kemampuan kabupaten atau kota untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Sedangkan PDRB pada tingkat regional (provinsi)

(8)

menggambarkan kemampuan provinsi untuk menciptakan output (nilai tambah) pada suatu waktu tertentu. Untuk menyusun PDRB digunakan 2 pendekatan, yaitu produksi dan pengeluaran.

Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi atau lapangan usaha dan menurut komponen penggunaannya. PDRB dari sisi lapangan usaha merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu diciptakan oleh lapangan usaha atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tersebut.

2.2.2 Jenis Penilaian PDRB

PDRB maupun agregat turunannya disajikan dalam dua (2) versi penilaian, yaitu atas dasar “harga berlaku” dan atas dasar “harga konstan”. Disebut sebagai harga berlaku karena seluruh agregat dinilai dengan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan penilaian harga konstan didasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Dalam publikasi di sini digunakan harga tahun dasar 2010.

Harga Berlaku adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tahun sedang berjalan.

Sedangkan Harga Konstan adalah penilaian yang dilakukan terhadap produk barang dan jasa yang dihasilkan ataupun yang dikonsumsi pada harga tetap di satu tahun dasar. Tahun Dasar adalah tahun terpilih sebagai referensi statistik, yang digunakan sebagai dasar penghitungan tahun-tahun yang lain. Dengan tahun dasar tersebut dapat digambarkan seri data dengan indikator rinci mengenai perubahan/

pergerakan yang terjadi. Laju pertumbuhan PDRB diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Laju pertumbuhan tersebut dihitung dengan cara mengurangi nilai PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke n-1 (tahun sebelumnya), dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. Laju pertumbuhan menunjukkan perkembangan agregat pendapatan dari satu waktu tertentu terhadap waktu sebelumnya.

(9)

2.2.3 Manfaat PDRB

Manfaat yang dapat diperoleh dari produk domestik regional bruto antara lain:

1) PDRB harga berlaku menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi untuk penghasilam dari satu Provinsi. Nilai PDRB yang besar menunjukan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar.

2) PDRB harga berlaku menunjukan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh penduduk suatu region.

3) PDRB harga konstan digunakan untuk menunjukan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan/setiap sektor dari tahun ke tahun.

4) Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukan besarnya struktur perekonomian dan peranan sektor ekonomi dalam suatu wilayah. Sektor- sektor ekonomi yang mempunyai peranan besar menunjukan basis perekonomian suatu wilayah.

5) PDRB harga berlaku menurut penggunaan menunjukan bagaimana produk barang dan jasa digunakan untuk tujuan konsumsi, investasi, dan diperdagangkan dengan pihak luar.

6) Distribusi PDRB menurut penggunaan menunjakan peranan kelembagaan menggunakan baran/jasa yang dihasilakan sektor ekonomi.

(10)

7) PDRB menurut penggunaan atas dasar harga konstan bermanfaat untuk pengukuran laju pertumbuhan konsumsi, investasi, perdagangan luar negeri, dan perdagangan antar pulau/provinsi

8) PDRB dan PRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukan nilai PDRB dan PRB perkapita atau persatu orang penduduk.

9) PDRB dan PRB perkapita atas dasar konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi perkapita.

2.3 Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar- pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Siwu, 2017:2).

2.4 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai tindakan untuk meningkatkan kapasitas produksi yang menghasilkan tambahan output yang pada umumnya

(11)

diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah. PDB atau PDRB merupakan indikator atau tolok ukur keberhasilan ekonomi dari suatu negara atau daerah (Adisasmita, 2015:9). Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari kurun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan (Nurmila et al., 2021:31).

2.5 Teori Perencanaan Ekonomi

Teori perencanaan adalah pengetahuan yang terorganisasi secara sistematis dan dapat diterapkan dalam berbagai keadaan yang didalamnya terdapat sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan, menentukan strategi untuk mencapai tujuan, kemudian selanjutnya menentukan langkah-langkah untuk menuju tujuan.

Dalam melakukan perencanaan seorang perencana dapat menggunakan berbagai teori baik teori lama maupun teori baru, dimana tujuan utama dari perencanaan adalah bagaimana teori perencanaan dapat membangun suatu wilayah menjadi lebih maju dan lebih baik.

Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa maupun orang.

Dalam sistem wilayah keluar masuk orang alad barang dan jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2007 dalam Soares dkk, 2015). Perencanaan Wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000 dalam Soares dkk, 2015).

(12)

Menurut Archibugi (2008) dalam Soares dkk (2015) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah dapat dibagi atas empat komponen yaitu :

1. Physical Planning (Perencanaan fisik).

Perencanan yang perlu dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jangan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif.

Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang aspek lingkungan. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah perencanaan wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam bentuk master plan (tata rang. lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan).

2. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro).

Dalam perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah.

Mengingat ekonomi wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan economi wilayah gulld merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga keuangan, kesempatan kerja, tabungan).

3. Sosial Planning (Perencanaan Sosial).

Perencanaan sosial membahas tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan masalah kriminal. Perenconaan sosial diaraban untuk membuat perencanaan vang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

4. Development Plannine (Perencanaan Pembangunan).

Perencanaan ini berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.

(13)

Fianstein dan Norman (1991) dalam Soares dkk (2015) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam yang didasarkan pada pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Traditional planning (perencanaan tradisional).

Pada jenis perencanaan ini berencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem kota yang telah rusak. Biasanya pada konsep perencanaan ini membuat kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada perencanaan tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan perkotaan dengan menggunakan standar dan metode yang profesional.

2. User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna). Konsep perencanaan ini adalah perencanaan yang bertujuan untuk mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.

3. Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi).

Pada perencanaan ini berisikan program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses pembangunan kotadalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.

4. Incremental Planning (Perencanaan dukungan).

Pada perencanaan vang bersifat dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap permasalahan-permasalahan perkotaan.

Produk perencanaan ini bersifat analisis yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan dampak positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.

(14)

2.6 Sektor Ekonomi Unggulan

Sektor unggulan berkaitan dengan suatu perbandingan baik pada skala regional, skala nasional, maupun internasional. Dalam skala internasional, dapat dikatakan sektor unggulan jika suatu sektor berdaya saing dengan sektor yang sama namun di negara lain. Sektor yang dianggap mampu memberi dampak baik pada sektor lain dalam artian sektor unggulan dengan cara mendorong pertumbuhan dan perkembangan sektor lainnya tersebut (Nurlina, Andini dan Sari, 2019, 25). Sektor unggulan adalah suatu sektor dimana dipengaruhi oleh keberadaan faktor endowment (endowment factor) yang mengalami perkembangan melalui kegiatan investasi sehingga menjadi fondasi ekonomi (Soeyanto & Faradita, 2018 dalam Kapur et al. (2022:61)).

Menurut (Hajeri, Yurisinthae, dan Dolorosa, 2015) sektor unggulan adalah sektor yang mampu menjadi tumpuan atas tujuan yang diharapkan dari pembangunan ekonomi, dimana sektor ini menjadi penggerak perekonomian juga sebagai sektor kunci pada perekonomian regional. Kriteria yang dimiliki sektor utama adalah bervariasi. Kriteria dinilai berdasarkan seberapa besarnya peranan suatu sektor memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi di suatu wilayah, relatif tinggi memiliki tingkat penyerapan akan tenaga kerja, secara linkage memiliki keterkaitan dengan sektor lain, dan sebagai sektor yang dapat memberikan nilai tambah yang besar (Tarigan dalam Soeyatno, 2018 dalam Kapur et al. (2022:61)).

2.7 Sektor Pertenakan

Adapun salah satu sektor berdasarkan lapangan usaha dalam PDRB yang akan kami bahas dalam laporan ini yaitu Sektor Pertenakan. Sektor peternakan merupakan sektor yang cukup penting di dalam proses pemenuhan kebutuhan

(15)

pangan bagi masyarakat. Produk peternakan merupakan sumber protein hewani.

Permintaan pangan asal ternak di Indonesia terus meningkat. Elastisitas pendapatan terhadap permintaan produk peternakan relatif cukup tinggi, sementara itu pemenuhan kebutuhan akan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan akan daging sapi. Kondisi ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi calon peternak dan pengusaha sapi potong untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.

Pembangunan peternakan merupakan salah satu bagian dari lima komoditas strategis nasional yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pangan hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) maupun kuantitas dan turut berperan dalam mendorong terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia dari sisi pemenuhan gizi melalui penyediaan konsumsi protein hewani asal ternak yaitu daging, telur dan susu. Selain itu mendorong tumbuhnya ekonomi yang berkerakyatan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat peternakan

2.8 Teori Perencanaan ekonomi

Teori perencanaan adalah pengetahuan yang terorganisasi secara sistematis dan dapat diterapkan dalam berbagai keadaan yang didalamnya terdapat sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan, menentukan strategi untuk mencapai tujuan, kemudian selanjutnya menentukan langkah-langkah untuk menuju tujuan.

Dalam melakukan perencanaan seorang perencana dapat menggunakan berbagai teori baik teori lama maupun teori baru, dimana tujuan utama dari perencanaan adalah bagaimana teori perencanaan dapat membangun suatu wilayah menjadi lebih maju dan lebih baik.

Dalam upaya pembangunan wilayah, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat keterbukaan dalam proses input-output barang dan jasa maupun orang.

(16)

Dalam sistem wilayah keluar masuk orang alad barang dan jasa relatif bersifat lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup (Sirojuzilam, 2007 dalam Soares dkk, 2015). Perencanaan Wilayah merupakan satu-satunya jalan yang terbuka untuk menaikkan pendapatan per kapita, mengurangi ketimpangan pendapatan dan meningkatkan kesempatan kerja (Jhingan, 2000 dalam Soares dkk, 2015).

Menurut Archibugi (2008) dalam Soares dkk (2015) berdasarkan penerapan teori perencanaan wilayah dapat dibagi atas empat komponen yaitu :

5. Physical Planning (Perencanaan fisik).

Perencanan yang perlu dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan perencanaan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dengan jangan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Teori perencanaan ini telah membahas tentang kota dan sub bagian kota secara komprehensif.

Dalam perkembangannya teori ini telah memasukkan kajian tentang aspek lingkungan. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah perencanaan wilayah yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dalam bentuk master plan (tata rang. lokasi tempat tinggal, aglomerasi, dan penggunaan lahan).

6. Macro-Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro).

Dalam perencanaan ini berkaitan perencanaan ekonomi wilayah.

Mengingat ekonomi wilayah menggunakan teori yang digunakan sama dengan teori ekonomi makro yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, pendapatan, distribusi pendapatan, tenaga kerja, produktivitas, perdagangan, konsumsi dan investasi. Perencanaan ekonomi makro wilayah adalah dengan membuat kebijakan economi wilayah gulld merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan bidang aksesibilitas lembaga keuangan, kesempatan kerja, tabungan).

7. Sosial Planning (Perencanaan Sosial).

Perencanaan sosial membahas tentang pendidikan, kesehatan, integritas sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja, wanita, anak-anak dan

(17)

masalah kriminal. Perenconaan sosial diaraban untuk membuat perencanaan vang menjadi dasar program pembangunan sosial di daerah. Bentuk produk dari perencanaan ini adalah kebijakan demografis.

8. Development Plannine (Perencanaan Pembangunan).

Perencanaan ini berkaitan dengan perencanaan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai pengembangan wilayah.

Fianstein dan Norman (1991) dalam Soares dkk (2015) tipologi perencanaan dibagi atas empat macam yang didasarkan pada pemikiran teoritis. Empat macam perencanaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

5. Traditional planning (perencanaan tradisional).

Pada jenis perencanaan ini berencana menetapkan maksud dan tujuan untuk merubah sebuah sistem kota yang telah rusak. Biasanya pada konsep perencanaan ini membuat kebijakan-kebijakan untuk melakukan perbaikan pada sistem kota. Pada perencanaan tradisional memiliki program inovatif terhadap perbaikan lingkungan perkotaan dengan menggunakan standar dan metode yang profesional.

6. User-Oriented Planning (Perencanaan yang berorientasi pada pengguna). Konsep perencanaan ini adalah perencanaan yang bertujuan untuk mengakomodasi pengguna dari produk perencaan tersebut, dalam hal ini masyarakat Kota. Masyarakat yang menentukan produk perencanaan harus dilibatkan dalam setiap proses perencanaan.

7. Advocacy Planning (Perencanaan Advokasi).

Pada perencanaan ini berisikan program pembelaan terhadap masyarakat yang termarjinalkan dalam proses pembangunan kotadalam hal ini adalah masyarakat miskin kota. Pada perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.

8. Incremental Planning (Perencanaan dukungan).

Pada perencanaan vang bersifat dukungan terhadap sebuah proses pengambilan keputusan terhadap permasalahan-permasalahan perkotaan.

(18)

Produk perencanaan ini bersifat analisis yang mendalam terhadap permasalahan dengan mempertimbangkan dampak positif dan dampak negatif sebuah kebijakan.

(19)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

(20)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi kinerja pembangunan daerah yang ditinjau dari indikator ekonomi terkait dalam Pertumbuhan Ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, PDRB Atas

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku

PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh NTB atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam suatu periode tertentu, biasanya satu

PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar dimana

Menyediakan data PDRB Provinsi secara triwulanan (menurut 17 lapangan usaha) dan tahunan (menurut 52 lapangan usaha) yang dirinci atas:3. PDRB atas dasar harga berlaku

Untuk dapat menghitung kenaikan pendapatan nasional atau PDRB yang sebenarnya dari tahun ke tahun barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung dengan harga tetap, yaitu

Sehingga dalam studi kasus tugas akhir ini akan membahas tentang penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan yang digunakan untuk

Gambar 3.2 Perkembangan PDRB Sub Kategori Pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara Periode 2011-2014 2011 2012 2013 2014 0 10 20 30 40 50 60 70 Perkembangan PDRB Sub Kategori