• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sumber Sungai

N/A
N/A
Ariani Nur Hana

Academic year: 2025

Membagikan "Laporan Analisis Kualitas Air Berdasarkan Sumber Sungai"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya air merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup umat manusia, selain itu air juga berperan penting dalam meningkatkan taraf hidup manusia di muka bumi, tidak hanya bagi manusia, tetapi air merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Penggunaan air meliputi penggunaan dalam kegiatan pertanian, industri, rumah tangga dan lingkungan. Salah satu sumber daya air yaitu sungai (Zahrany et al. 2022).

Sungai merupakan unsur alam yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan lingkungan. Sungai memiliki aliran yang mengalir dalam suatu lembah atau saluran menuju laut dan membentuk jaringan air yang kompleks di seluruh dunia. Sungai memberi sumber air yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan manusia sehari hari (Ahmad Didik Meiliyadi & Bahtiar 2023).

Air sangat penting bagi kehidupan, air menguasai sebagian besar permukaan bumi. Meski ketersediaannya melimpah, namun siklus hidrologinya relatif konstan, sehingga membuatnya terbatas dalam pasokan. Hanya sebagian kecil dari total volume air yang tersedia sebagai air tawar yang dapat digunakan.

Ketersediaan air yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Manfaat air meliputi untuk keperluan air minum, memasak, mandi, mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga, irigasi, transportasi, hingga pembangkit listrik (Guiseppina 2024).

Tingkat kebutuhan air bersih dapat dievaluasi dengan mempertimbangkan kebutuhan manusia mulai dari kebutuhan minum sampai kebutuhan sanitasi.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Untuk Keperluan Kesehatan Air Lingkungan Dalam Higiene Sanitasi. Peraturan ini menetapkan

(2)

bahwa parameter kualitas air harus memenuhi baku mutu fisik, kimia, dan biologi tertentu yang terdiri dari parameter wajib dan parameter tambahan (Djana 2023).

Air dikenal sebagai sumber daya yang terbarukan, namun dari segi kualitas maupun kuantitas membutuhkan upaya dan waktu untuk dapat berlangsung baik.

Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas beberapa hal antara lain keberadaan logam dan logam berat, anorganik, tingkat toksisitas dan teremisinya pencemar ke lingkungan. Permasalahan kesehatan yang berkaitan dengan kontaminan tersebut meliputi kangker, gangguan pada bayi yang lahir, kerusakan jaringan saraf pusat, dan penyakit jantung. Maka dari itu pentingnya untuk menentukan baku mutu kualitas air. Pertumbuhan penduduk setiap tahunnya semakin meningkat. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, akan menyebabkan peningkatan kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun pertumbuhan penduduk ini juga menyebabkan penurunan kualitas air di sumber air baku yang diakibatkan oleh manusia dan penggunaan lahan di sekitar sumber. Air yang dapat dikonsumsi oleh penduduk di Indonesia harus memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/2010, yang meliputi syarat fisik, kimia, dan biologi (Rochim 2023).

Maka dari itu, sebagai bagian dari tugas praktikum mata kuliah Rekayasa Penyehatan Lingkungan, kami Kelompok VI (Enam) Teknik Sipil melaksanakan kegiatan Uji Kualitas Air guna mengetahui tingkat kualitas air yang ada di salah satu sungai yang ada di Kota Kendari. Lokasi pengambilan data dilakukan di Sungai Wanggu tepatnya disamping Sementara Coffee, Jalan H. Lamuse, Kelurahan Lepo- lepo, Kecamatan Baruga. Pengukuran dilakukan secara berkala pada tanggal 11 Mei 2025, dimulai dari pukul 06.00 WITA hingga pukul 17.00 WITA, untuk menentukan nilai suhu, pH, TSS, TDS, menentukan status mutu air berdasarkan KepMenLH No.27 Tahun 2021, dan mengetahui kondisi air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas Air dan membandingkannya dengan aliran sungai lainnya.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum Uji Kualitas Air adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menentukan nilai suhu, pH, TSS, dan TDS dari sampel yang diuji?

2. Bagaimana menentukan status muta air berdasarkan KepMenLHK No. 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup?

3. Bagaimana mengetahui kondisi sampel air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas Air?

1.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum Uji Kualitas Air adalah sebagai berikut : 1. Untuk menentukan nilai suhu, pH, TSS, dan TDS dari sampel yang diuji.

2. Untuk menentukan status mutu air berdasarkan KepMenLHK No. 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup.

3. Untuk mengetahui kondisi sampel air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas Air.

1.4 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dilakukannya praktikum Uji Kualitas Air terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:

1. Untuk Diri Sendiri

Dengan adanya praktikum ini, sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan untuk membuktikan dalam sebuah penelitian. Selain itu, juga sebagai pengalaman diri untuk melakukan penelitian serta dapat memberikan penambahan wawasan baru kepada diri sendiri.

2. Untuk Ilmu Pengetahuan

Manfaat Praktikum Uji Kualitas Air untuk ilmu pengetahuan adalah dalam bidang penerapan teori-teori pada buku atau literatur lain sebagai bentuk

(4)

pembuktian teori teori yang ada, atau bahkan bisa membantah teori teori yang ada dalam bentuk praktikum.

3. Untuk Instansi

Manfaat Praktikum Uji Kualitas Air untuk instansi adalah sebagai pedoman atau literatur dalam perencanaan dan pemanfaatan dari Kualitas Air yang ada bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam laporan praktikum ini terdiri dari V (lima) Bab dengan uraian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan praktikum, manfaat praktikum dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori dasar yang berhubungan dengan praktikum sebagai landasan teoritis.

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

Bab ini berisi uraian tentang metodologi praktikum mengenai bahan, alat, waktu, dan tempat, prinsip percobaan dan lain sebagainya berkaitan dengan metodologi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang pembahasan yang menyangkut pengolahan data yang diperoleh dari hasil praktikum.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil praktikum yang ditarik dari tujuan serta saran yang diharapkan dapat memberikan masukan untuk praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Daftar Pustaka sendiri adalah tulisan yang terdapat dibagian akhir karya tulisan yang berisi rujukan atau referensi pembuatan tulisan.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari praktikum ini, berikut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:

2.1.1 Analisis Uji Kualitas Air di Sungai Kalidami, Kota Surabaya, Oleh Salsabila Dwi Ramadhani & Mertiara Ratih Terry Laksani (2024) Penelitian ini ditulis oleh Salsabila Dwi Ramadhani & Mertiara Ratih Terry Laksani, bertujuan untuk mengetahui nilai konsentrasi fosfat di Sungai Kalidami dan juga memperoleh hasil nilai amonia, TSS, kekeruhan, pH, DO dan TDS di sepanjang aliran Sungai Kalidami, Surabaya sebagai indikator pencemaran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif deksriptif dan metode pengambilan sampel yang dilakukan yaitu purposive sampling, dimana lokasi pengambilan sampel ditentukan dengan memper t imbangkan faktor beban pencemar yang masuk ke dalam Sungai Kalidami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air Sungai Kalidami telah tercemar oleh limbah domestik karena dari stasiun 1 sampai 3 berada di dekat pemukiman penduduk dan pada stasiun 3 terdapat rumah pompa boezem Kalidami I, sedangkan pada stasiun 4 berlokasi di muara sungai dekat dengan kegiatan tambak.

Konsentrasi pH yang diperoleh dari stasiun 1 sampai 3 tidak memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021 atau bersifat asam. Konsentrasi oksigen terlarut yang diperoleh dari setiap stasiun tidak memenuhi baku mutu Pe ra turan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021. Konsentrasi TDS yang diperoleh dari stasiun 1 sampai 3 tidak memenuhi baku mutu Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2021, sedangkan pada stasiun 4 melebihi baku mutu. Nilai suhu yang diperoleh dari setiap stasiun berkisar antara 30,3-32,4°C. Konsentrasi amonia dan fosfat yang diperoleh dari setiap stasiun melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah

(6)

Nomor 22 Tahun 2021. Konsentrasi TSS yang diperoleh dari setiap stasiun melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021. Nilai kekeruhan yang diperoleh dari setiap stasiun yaitu 2,14-2,45. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi pencemaran yang dihasilkan dari limbah domestik yaitu dengan melakukan pembuatan serapan pasir lambat (SPL) di setiap rumah yang berada di sekitar Sungai Kalidami.

2.1.2 Analisis Persepsi Masyarakat tentang Air Bersih dan Kualitas Air di Desa Ibul Besar III, Oleh Amrina Rosyada, Yustini Ardillah, Rafika Oktivaningrum, Laura Dwi Pratiwi (2024)

Penelitian ini ditulis oleh Amrina Rosyada, dkk bertujuan untuk mengetahui kualitas air sungai yang digunakan memenuhi baku mutu atau tidak, maka perlu uji kualitas air sungai, mulai dari parameter pencemaran fisik, mikrobiologi, dan kimia.

Dengan demikian, tujuan penelitian ini untuk menganalisis kualitas air bersih dan persepsi masyarakat tentang air bersih di Desa Ibul Besar III, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan menggunakan desain deskriptif kualitatif melalui metode wawancara mendalam. Data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara mendalam dengan informan penelitian, hasil observasi, serta hasil uji analisis kualitas air. Pengambilan sampel informan menggunakan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau information-rich cases memilih berdasarkan strategi dan tujuan yang peneliti tetapkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara persepsi masyarakat merasa air sungai cukup aman untuk keperluan non-konsumsi, kenyataannya berdasarkan hasil uji, kualitas air tersebut tidak memenuhi beberapa standar penting, khususnya dari segi warna, kekeruhan, dan pH. Hal ini bisa berdampak pada kesehatan masyarakat jika tidak segera ditindaklanjuti. Oleh karena itu, peneliti merekomendasikan agar pemerintah desa menyediakan fasilitas pengolahan air sederhana dan memperluas distribusi air bersih (seperti PAM atau program PAMSIMAS), serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai cara meningkatkan kualitas air sebelum digunakan.

(7)

2.1.3 Penentuan Kualitas Air Sungai Aek Pala Kabupaten Labuhanbatu, Oleh Nurma Ani & Arman Harahap (2022)

Penelitian ini ditulis oleh Nurma Ani & Arman Harahap bertujuan untuk mengetahui kualitas air Sungai Aek Pala Kabupaten Labuhanbatu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Penelitian ini merupakan jenis penelitian campuran antara penelitian bentuk kualitatif dan kuantitatif yang tidak hanya mengumpulkan dan menganalisis data, namun juga melibatkan fungsi-fungsi dari penelitian kuantitatif dan kualitatif yang diharapkan bisa memberikan pemahaman yang lebih lengkap mengenai masalah penelitian yang diangkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air Sungai Aek Pala memiliki ciri air sedikit keruh, tidak berbau dan memiliki kadar TDS sebesar 164,60 mg/l, pH = 6,85; BOD = 9.08; COD = 20,78; phosfat < 0,003 mg/l; nitrat = 3,04 mg/l; total Coliform = 9,17 CFU/100 ml; dan E. coli = 0,03 CFU/100 ml. Simpulan, parameter fisika, kimia dan mikrobiologi air Sungai Aek Pala masih dalam kategori aman dalam memenuhi baku mutu air minum serta layak dijadikan sebagai sarana objek wisata pemandian bagi masyarakat sekitar Labuhanbatu dan dari daerah lainnya.

2.2 Pengertian Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi atau tingkat kemurnian air yang ditentukan oleh berbagai faktor, seperti sifat fisik, kimia, dan biologis dari air tersebut. Penilaian terhadap kualitas air dilakukan untuk mengetahui apakah air itu layak digunakan untuk tujuan tertentu, seperti untuk diminum, keperluan rumah tangga, irigasi, industri, atau habitat makhluk hidup. Secara sederhana, kualitas air mencerminkan seberapa baik air tersebut memenuhi standar atau kebutuhan tertentu. Misalnya, air yang digunakan untuk konsumsi manusia harus bebas dari bakteri berbahaya, bahan kimia beracun, serta tidak berbau dan berwarna. Sebaliknya, air untuk keperluan irigasi mungkin masih bisa diterima meskipun mengandung sedikit zat terlarut.

Dengan kata lain, kualitas air menunjukkan sejauh mana air tersebut aman dan sesuai untuk digunakan sesuai dengan kebutuhan tertentu. Kualitas air yang buruk dapat berdampak negatif bagi kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan secara keseluruhan. (Guiseppina 2024)

(8)

Di era sekarang, kualitas air menjadi perhatian utama karena peranannya yang sangat vital bagi kehidupan manusia, ekosistem, dan berbagai aktivitas industri serta pertanian. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan sosial ekonomi, kondisi air di banyak wilayah menghadapi tekanan yang semakin besar. Teknologi pengolahan air juga mengalami kemajuan pesat.

Metode-metode modern seperti filtrasi menggunakan membran nano, proses reverse osmosis, dan penggunaan bahan aktif biofiltrasi mampu menghilangkan berbagai kontaminan termasuk mikroplastik dan bahan kimia berbahaya yang sebelumnya sulit diatasi. Ini membuat air hasil pengolahan lebih aman untuk dikonsumsi dan digunakan dalam berbagai sektor. (Rouhillah, dkk 2024)

Singkatnya, di era sekarang, kualitas air dipengaruhi oleh keseimbangan antara tekanan lingkungan yang semakin besar akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim, serta kemajuan teknologi dan kesadaran yang terus tumbuh.

Menjaga kualitas air menjadi pekerjaan penting yang harus dilakukan secara trpadu agar air tetap aman dan dapat dinikmati oleh semua makhluk hidup di bumi.

2.3 Pencemaran Air

Istilah pencemaran air atau polusi air dapat diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lainnya mengingat banyak acuan yang menjelaskan definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian pencemaran air juga diartikan dalam peraturan pemerintah, sebagai turunan dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut, pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.

Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia, Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam siklus

(9)

kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air juga mengalirkan sedimen dan polutan. (Suyasa, 2015)

2.4 Parameter Kualitas Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup di bumi. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain.

Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air dalam tubuh manusia itu sendiri. Kehilangan air untuk 15% dan berat badan dapat mengakibatkan kematian yang diakibatkan oleh dehidrasi. Kebutuhan akan air baik dari segi kualitas maupun kuantitas menjadi hal vital bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar. Hal tersebut terjadi karena tercampurnya air dengan zat-zat pencemar yang dapat merusak kualitasnya. Kontaminasi bahan pencemar yang berasal dari aktivitas industri, pertanian, peternakan, maupun kegiatan rumah tangga dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang signifikan pada badan air seperti sungai, danau dan waduk (Priadie, 2012).

Penurunan kualitas air dari tingkatan normalnya akibat terkontaminasi zat- zat lain inilah yang disebut dengan pencemaran air. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP No.82/2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air).Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1405/

Menkes/ SK / XII/ 2022 tentang penyehatan lingkungan kerja perkantoran dan industri terhadap pengertian mengenai air yang dipergunakan sebagai keperluan sehari-hari dan kualitasnya telah memenuhi kualitas Kesehatan air bersih yang sesuai kegiatan atau keperluan tertentu. Dengan demikian, kualitas air akan beda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain. Persyaratan air minum dapat ditinjau dari tiga parameter antara lain :

(10)

1. Parameter Fisik

Parameter fisik menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 492 Menkes/ Per / IV / 2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah spektofotometer, air yang baik idealmya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa tawar dan suhu untuk air minum idealnya t30C. padatan terlarut total (TDS) dengan bahan terlarut diameter < 10 6 dan koloid (diameter 10-6- 10-3 mm) yang berupa senyawa kimia dan bahan-bahan lain.

2. Parameter Kimia

Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an-organik dan kimia organik. Dalam standar air minum di Indonesia, zat kimia an-organik dapat berupa logam, zat aditif, zat-zat berbahaya serta beracun dan dalam derajat keasaman (pH).

Sedangkan zat kimia organic dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun pelapukan secara alamiah, korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai penyebab kehadiran logam dalam air (Yulianti, 2015).

3. Parameter Biologi Pengujian kualitas air dengan parameter biologi menggunakan dua indikator yaitu kandungan bakteri Coliform total dan bakteri Fecal coliform. Bakteri coliform dapat bersumber dari limbah, limpasan pertanian, kontaminasi dengan tinja dan lainnya. Secara umum dari segi biologi air yang berasal dari tiga lokasi tersebut dalam kondisi tercemar dimana dari hasil uji laboratorium ditemukan adanya bakteri total coliform dan coliform fecal dalam sampel. Air dingin yang ada di Karangan Hilir secara biologi dalam kondisi tercemar dimana dari hasil pengujian di laboratorium ditemukan adanya bakteri Coliformtotal dan coliform fecal yang masing-masing sekitar 40 individu/ 100 ml air. Berdasarkan baku mutu air, jumlah bakteri dalam air dingin tersebut tidak melebihi ambang batas yang dipersyaratkan sehingga masih dapat dimanfaatkan.

(11)

Berdasarkan baku mutu air, selagi jumlah bakteri dalam tidak melebihi ambang batas yang dipersyaratkan maka air masih dapat dimanfaatkan. Berikut ini beberapa parameter uji kualitas air:

2.4.1 pH (Derajat Keasaman)

pH merupakan singkatan dari "potential of Hydrogen" dan digunakan untuk menyatakan konsentrasi ion hidrogen (H ) dalam suatu larutan. Skala pH berkisar⁺ dari 0 hingga 14, di mana:

pH < 7 menunjukkan sifat asam,

pH = 7 bersifat netral,

pH > 7 bersifat basa (alkalis).

Tabel Rentang pH

Rentang pH Keterangan Warna

0 – <3 Asam kuat - Sangat korosif, contohnya: asam

sulfat, asam klorida

Merah

3 – <7 Asam lemah - Kurang korosif, contohnya: cuka (asam asetat), jus lemon

Oranye/Kuning

7 Netral - Tidak asam

maupun basa, contohnya: air murni

Hijau

>7 – 11 Basa lemah - Contohnya:

sabun, air laut Biru

>11 – 14 Basa kuat - Sangat korosif, contohnya:

larutan natrium hidroksida (NaOH)

Ungu

Dalam konteks air, pH adalah parameter utama yang menentukan kualitas air karena berpengaruh terhadap berbagai proses kimia dan biologis. pH air yang terlalu rendah (terlalu asam) atau terlalu tinggi (terlalu basa) dapat menyebabkan korosi pada pipa, mengganggu metabolisme organisme akuatik, dan berpotensi membahayakan kesehatan manusia bila dikonsumsi. pH air dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kandungan karbon dioksida (CO₂). Ketika CO₂

(12)

larut dalam air, ia bereaksi membentuk asam karbonat (H₂CO₃) yang kemudian berdisosiasi menjadi ion hidrogen (H ) dan bikarbonat (HCO₃ )⁺ ⁻ . Hal ini menyebabkan penurunan pH air, menjadikannya lebih asam. Oleh karena itu, pH bukan hanya ukuran keasaman atau kebasaan, tetapi juga indikator penting dalam menentukan keberlangsungan ekosistem perairan serta kelayakan air untuk konsumsi. (Sari et al. 2024)

Indikator asam-basa merupakan suatu zat yang mempunyai warna tertentu dengan denagn takaran pH tertentu. Dapat dicontohkan dengan bromtimol biru (BTB). Jika BTB berwarna kuning berarti sedang berada dalam lingkungan asam, berwarna biru berarti sedang dalam lingkungan basa, dan hijau sedang di lingkungan netral. Perkiraan nilai pH tidak selamanya bisa tepat dan pasti, akan tetapi itu nilai paling akurat bila ditelitui dibanding menggunakan indikator tunggal.

Bila berharap mendapatkan pengukuran pH secara pasti dapat menggunakan indikator universal. Pengukuran kadar keasaman larutan (pH) dan suhu dalam air merupakan sesuatu yang sangat penting dalam budidaya ikan. Sehingga sangat penting untuk tetap menjaga kadar pH dan suhu dalam air tetap stabil. Terdapat beberapa metode dalam mengukur kadar keasaman dari suatu larutan, diantaranya dengan menggunakan metode konvensional, yaitu dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas pH. Metode ini kurang praktis dan hasil. Pengukurannya kurang akurat dan hanya dapat digunakan untuk sekali pengukuran saja. Hal ini nerarti akan meningkatkan biaya.

2.4.2 Suhu

Suhu merupakan ukuran atau pengukuran intensitas panas atau dingin suatu benda atau lingkungan. Dalam fisika, suhu diukur dalam satuan derajat Celsius (°C), Fahrenheit (°F), atau Kelvin (°K). Suhu juga dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat energi molekul dalam suatu sistem, di mana suhu yang lebih tinggi mengindikasikan energi molekul yang lebih tinggi dan sebaliknya.

Suhu memiliki pengaruh yang signifikan dalam berbagai bidang, seperti fisika, kimia, meteorologi, dan teknik. Suhu dapat diukur menggunakan alat ukur dengan menggunakan alat seperti termometer air raksa dan termometer digital. Hanya saja

(13)

data yang diperoleh lebih sedikit dan terbatas, sehingga tingkat validitasnya pun rendah. (Nakkir, Masruhi, and Efendi 2023)

Ketika suhu air sungai naik, molekul-molekul air bergerak lebih cepat, sehingga air menjadi kurang mampu menahan oksigen terlarut. Ini membuat kadar oksigen di dalam air menurun, padahal oksigen sangat penting bagi ikan dan organisme air lainnya untuk bernapas. Selain itu, suhu tinggi juga dapat mempercepat pertumbuhan mikroorganisme, termasuk bakteri dan ganggang, yang kadang-kadang bisa mengganggu ekosistem sungai. Sebaliknya, saat suhu air sungai menurun, air mampu menahan lebih banyak oksigen. Namun, suhu yang terlalu dingin juga bisa memperlambat metabolisme organisme air, membuat aktivitas mereka berkurang. Perubahan suhu ini juga memengaruhi aliran air; air dingin biasanya lebih padat sehingga mengalir dengan cara yang berbeda dibanding air hangat. Jadi, suhu air sungai sangat penting karena menentukan seberapa baik ekosistem di dalamnya bisa bertahan dan berkembang. Jika suhu berubah drastis, misalnya akibat pemanasan global atau aktivitas manusia, kehidupan di sungai bisa terganggu, bahkan beberapa spesies bisa kehilangan habitat yang cocok. (Studi, Masyarakat, and Ma 2025)

Suhu normal air minum yang layak konsumsi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No. 492/Menkes/Per/IV/2010.

Menurut regulasi ini, suhu air minum sebaiknya berada dalam rentang suhu udara

±3°C. Artinya, jika suhu udara sekitar 27°C, maka suhu air minum yang disarankan adalah antara 24°C hingga 30°C.

2.4.3 Total Suspend Solid (TSS)

Total Suspended Solid adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri, dan jamur merupakan bagian dari TSS. Pembentukan lumpur dapat mengganggu aliran serta menyebabkan pendangkalan yang disebabkan oleh jumlah pengendapan material tersuspensi (Soemirat, 2004). Proses fotosintesis akan terganggu jika kadar TSS dalam air terlalu tinggi karena menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air.

(14)

Selain itu, kadar TSS yang tinggi akan membuat kadar oksigen terlarut yang dilepas oleh tanaman ke dalam air turun. (Sih Jayaning Ratri1 & Argoto Mahayana 2023)

Perubahan secara fisika meliputi penambahan zat padat baik bahan organik mau pun anorganik ke dalam perairan sehingga meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari Ke badan air.

Berkurangnya penetrasi cahaya matahari akanberpengaruh terhadap proses fotosintesis yang dlakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan oksigen terlarut. Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan menyebabkan perairan menjadi anaerob,sehinggga organisme aerob akan mati.Tingginya TSS juga dapat secara langsung menganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang.

Nilai TSS dapat menjadi salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan.TSS sangat berguna dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiemsi unit pengolahan.

...(2.1)

Keterangan:

TSS = Padatan tersuspensi total (gr/ml) B = Berat kertas sarkering (gr/ml) A = Berat kertas saring

V = Volume sampel

2.4.4 Total Dissolved Solid (TDS)

TDS adalah indikator utama tingkat pencemaran dalam air limbah.

Tingginya kadar TDS menunjukkan banyaknya zat terlarut, seperti mineral, garam, logam berat, dan bahan organik yang dapat merusak lingkungan dan organisme air.

Keberadaan Total Dissolved Solids (TDS) dalam konsentrasi tinggi di badan air dapat menyebabkan terjadinya pencemaran dan kematian terhadap organisme air

TSS =

BVA

(15)

serta mengurangi kemampuan badan air dalam menjaga ekosistem air. Umumnya Total Dissolved Solids (TDS) yang tinggi dapat dilihat dari kondisi air yang keruh dan berwarna kuning. Untuk menentukan kadar TDS pada air limbah, dapat digunakan metode gravimetri. Metode gravimetri adalah metode pungukuran Total Dissolved Solid (TDS) yang paling akurat dan melibatkan penguapan cairan pelarut untuk meninggalkan residu yang kemudian dapat ditimbang dengan menggunakan presisi analitas yang biasanya mampu mengukur dengan keakuratan 0,0001 gram.

(Putri Pinang Ayu Nirwana & Leni Legasari 2024)

...(2.2)

Keterangan:

TDS = Padatan tersuspensi total (gr/ml) B = Berat kertas sarkering (gr/ml) A = Berat kertas saring

V = Volume sampel

2.4.5 Dissolve Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand BOD

DO (Dissolve Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas. Untuk menambahkan oksigen dalam limbah cair dapat dilakukan dengan cara yaitu memasukkan udara dalam air limbah, 10 misalnya dengan penggunaan aerator dan memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen. Air dengan konsentrasi DO yang tinggi memiliki kemampuan mengoksidasi yang baik, sedangkan air memiliki konsemtrasi DO yang rendah apabila terdapat kandungan pencemar (bahan organik) yang tinggi.

Kandungan oksigen merupakan hal penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar DO dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas dari suatu air limbah. Oleh karena itu, analisis DO merupakan kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan (Ristyana 2022).

TDS =

BVA

(16)

Menurut Boyd (1990) produksi oksigen berlangsung melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organic. Kadar DO yang terdapat dalam air dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

a. Menghitung Faktor Tio (F1)

... (2.3)

b. Faktor Koreks

... (2.4)

c. Oksigen Terlarut

... (2.5)

BOD (Biological Oxygen Demand) didefinisikan sebagai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang ada di dalam air. Uji BOD dibutuhkan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk maupun perindustrian. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya dari proses oksidasi (Ristyana 2022).

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri, serta untuk mendesain sistem-sistem pengolahan biologis yang tepat untuk air yang tercemar tersebut (Pamungkas,

F1

=

0,025Ntlo

Konsentrasi F2

=

50×Vsampel

Vsampel−4 F2

=

Konsentrasi F2

50

DO = F1 × F2 × Ntio1

(17)

2016). Tingginya kadar BOD dalam suatu perairan biasanya ditunjukkan dengan tingginya kandungan mikroorganisme dalam perairan tersebut.

Rumus yang digunakan untuk menghitung BOD adalah:

a. Oksigen terlarut (D00) setelah proses pengenceran

DO=F1× F2× Ntio1 ...(2.6) b. Oksigen terlarut (D00) setelah proses inkubasi

DO=F1× F2× Ntio2 ...(2.7)

2.5 Status Mutu Air

Dalam KepMenLHK No. 27 Tahun 2021, status mutu air diukur menggunakan suatu pendekatan ilmiah dan terstandar yang dikenal sebagai Indeks Kualitas Air (IKA). IKA merupakan salah satu komponen penyusun Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, bersama dengan indeks kualitas udara dan indeks kualitas tutupan lahan. IKA digunakan untuk menilai sejauh mana kualitas air di suatu wilayah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan untuk mendukung fungsi dan peruntukannya, seperti untuk air minum, perikanan, atau rekreasi.

Tujuan dan Manfaat Penentuan status mutu air ini bertujuan untuk:

- Menjadi dasar pengambilan kebijakan lingkungan, terutama dalam perencanaan pemulihan kualitas air.

- Memberikan informasi kepada publik tentang kondisi lingkungan hidup di wilayahnya.

- Menjadi indikator keberhasilan program pengelolaan lingkungan, seperti pengendalian pencemaran air.

Berikut cara menentukan indeks kualitas air:

Penilaian mutu air dilakukan dengan menghitung indeks dari beberapa parameter kimia dan fisika yang mewakili kondisi pencemaran suatu badan air (misalnya sungai atau danau). Setiap parameter dibandingkan dengan baku mutu

(18)

nasional, dan hasilnya dikonversi menjadi nilai indeks yang mencerminkan tingkat kualitas air.

Nilai Indeks Kualitas Air

Status Mutu Air

Makna Umum

80 – 100 Baik Air dalam kondisi sangat layak dan minim pencemaran

65 – <80 Sedang Air masih layak, namun mulai tercemar ringan

45 – <65 Cemar

Ringan Terdapat pencemaran, namun belum parah

25 – <45 Cemar

Sedang Tingkat pencemaran sedang, perlu penanganan

<25 Cemar Berat

Air sangat tercemar, tidak layak untuk sebagian besar penggunaan

Gambar 1.1 Nilai Indeks Kualitas Air

Dengan pendekatan ini, pemerintah dapat menilai efektivitas pengelolaan lingkungan secara berkelanjutan dan mendorong peningkatan kualitas air di seluruh wilayah Indonesia.

2.6 Indeks Kualitas Air

(19)

Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat pembuangan limbah yang tidak terkendali disepanjang sungai sehingga tidak sesuai dengan daya dukung sungai.

Kualitas air dipengaruhi oleh tata guna lahan. Tercemarnya kualitas air sehingga terjadi perubahan kualitas perairan sungai disebabkan oleh pemanfaatan lahan, faktor hidrologi serta aktivitas manusia sehingga terjadi pencemaran pada perairan sungai. Tercemarnya kualitas perairan berasal dari industri dan kegiatan rumah tangga. Maka dari itu pentingnya melakukan pemantauan kualitas air penting dilakukan guna mengetahui perubahan kondisi kualitas perairan dan menjawab permasalahan yang spesifik. Air limbah yang masuk ke perairan dari berbagai macam kegiatan menyebabkan langkanya kualitas perairan yang memenuhi standar standar mutu yang ditetapkan. (Rouhillah, Rizki Faulianur, and Fira Fazila 2024)

Berikut bagaimana cara mengetahui kondisi sampel air aliran sungai berdasarkan Indeks Kualitas Air:

Untuk memahami kondisi air sungai melalui Indeks Kualitas Air, pertama- tama diperlukan sampel air yang mewakili aliran sungai tersebut. Sampel ini biasanya diambil dari lokasi tertentu yang dianggap mencerminkan kondisi umum sungai, misalnya dari titik yang dekat permukiman, area pertanian, atau kawasan industri. Setelah air diambil, sampel tersebut dianalisis untuk melihat sejauh mana air tersebut mendukung kehidupan, aman bagi manusia, atau layak digunakan untuk aktivitas tertentu. Analisis ini dilakukan dengan mengamati karakteristik fisik dan kimia air. Misalnya, jika air terlalu asam atau terlalu basa, itu bisa berbahaya bagi ikan atau tumbuhan air. Jika oksigen yang larut di dalam air sangat sedikit, organisme air akan kesulitan bernapas dan mungkin tidak bisa bertahan hidup.

Sebaliknya, jika air memiliki terlalu banyak zat organik atau limbah, maka air itu bisa mendorong pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan dan menyebabkan bau tidak sedap.

Semua hasil pengukuran ini kemudian diolah menjadi sebuah angka menggunakan rumus Indeks Kualitas Air. Proses perhitungannya melibatkan pembobotan, karena tidak semua parameter memiliki dampak yang sama terhadap ekosistem. Misalnya, keberadaan oksigen dalam air sering kali dianggap lebih

(20)

penting daripada tingkat kekeruhan. Setelah nilai indeks dihitung, angka ini digunakan untuk menentukan kondisi air: apakah air tersebut tergolong baik, sedang, tercemar ringan, tercemar berat, atau bahkan sangat tercemar. Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya mengetahui bahwa air itu bersih atau kotor, tetapi juga bisa memahami sejauh mana air itu layak digunakan untuk berbagai keperluan, seperti konsumsi, irigasi, atau habitat makhluk hidup. Indeks Kualitas Air menjadi cara ilmiah yang terukur untuk menilai dan membandingkan kondisi sungai dari waktu ke waktu atau dari satu lokasi ke lokasi lain.

Berikut adalah tabel rentang status mutu air berdasarkan dua metode umum:

NSF-WQI dan STORET:

Tabel Rentang Indeks Kualitas Air – Metode NSF-WQI Rentang Nilai IKA

(WQI)

Status Mutu Air Keterangan

91 – 100 Sangat Baik Layak untuk konsumsi

langsung

71 – 90 Baik Layak untuk aktivitas

perikanan & rekreasi

51 – 70 Cukup Perlu pengolahan untuk

digunakan

26 – 50 Buruk Tidak layak untuk

sebagian besar penggunaan

0 – 25 Sangat Buruk Tercemar berat, perlu

tindakan serius

Tabel Rentang Nilai STORET

Skor Total Status Mutu Air Keterangan

0 Baik Memenuhi seluruh baku

mutu

-1 sampai -10 Cukup Sedikit melebihi baku

(21)

mutu

-11 sampai -30 Buruk Beberapa parameter

melebihi batas

≤ -31 Sangat Buruk Mayoritas parameter

tercemar

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Didik Meiliyadi, Lalu, and dan Bahtiar. 2023. “Analisis Kualitas Air Minum Di Daerah Lingsar Kabupaten Lombok Barat Berdasarkan Baku Mutu Air Minum Menggunakan Parameter Fisika Dan Kimia Analysis of Drinking Water Quality in Lingsar Area, West Lombok Regency According With Drinking Water Quality Stand.” J. Sains Dasar 12(1): 9–17.

Djana, Miftahul. 2023. “Analisis Kualitas Air Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Di Kecamatan Natar Hajimena Lampung Selatan.” Jurnal Redoks 8(1): 81–87. doi:10.31851/redoks.v8i1.11853.

Guiseppina, Maria. 2024. “Uji Sederhana Kualitas Air Dalam Rumah Tangga.”

Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian 3(7): 597–603.

doi:10.58344/locus.v3i7.2980.

Muhammad Ryan Nur Rochim, and Firra Rosiariawari. 2023. “Analisa Instalasi Pengolahan Air Terhadap Pemakaian Tawas Dan Kualitas Air Produksi.”

INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi 2(3): 572–80.

doi:10.55123/insologi.v2i3.1942.

Nakkir, Muhammad, Masruhi, and Rustam Efendi. 2023. “Pengukuran Suhu Air Menggunakan Data Logger Berbasis Arduino.” Jurnal Mekanova :

Mekanikal, Inovasi dan Teknologi 9(1): 310–14.

https://www.researchgate.net/publication/372221118.

(22)

Ristyana, Listyaningrum. 2022. “Analisis Kandungan DO, BOD, COD, TS, TDS, TSS Dan Analisis Karakteristik Fisikokimia Limbah Cair Industri Tahu Di UMKM Daerah Imogiri Barat Yogyakarta Ristyana Listyaningrum.”

Universitas Ahmad Dahlan (June).

Rouhillah, Rizki Faulianur, and Fira Fazila. 2024. “Alat Monitoring Kualitas Air Minum Menggunakan Sensor TDS Berbasis Internet of Things.” J-

Innovation 12(2): 43–47. doi:10.55600/jipa.v12i2.212.

Sari, Dian, Seti Arza, Fiona Fiona, Novita Novita, Ega Ega, and Bambang Darmawan. 2024. “ANALISIS KANDUNGAN KARBON DIOKSIDA DAN PH PADA AIR.” Journal of Food Security and Agroindustry 2(2): 44–

48. doi:10.58184/jfsa.v2i2.279.

Studi, Program, S- Kesehatan Masyarakat, and Stikes Al- Ma. 2025. “ANALISIS KUALITAS SUMBER MATA AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN PARAMETER KIMIA Terdapat Di Dalam Dan Atau Berasal Dari Sumber Air Dan Terdapat Di Atas Permukaan Tanah , Tidak Termasuk Air Laut Dan Air Bawah Berdasarkan Data Dari World Health Organizat.”

10: 86–100.

Zahrany, Fathiyyah, Lutfiah Rahma, Sekar Kinasih, Uswatun Rina Pamungkas, and Arka Yanitama. 2022. “Analisis Kebisingan Pada Ruang Kuliah Dan Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang.” Proceeding Seminar Nasional IPA: 254–61.

Beno, J, A.P Silen, and M Yanti. 2023. “No 主観的健康感を中心とした在宅 高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.” Braz Dent J. 33(1): 1–12.

Ahmad Didik Meiliyadi, Lalu, and dan Bahtiar. 2023. “Analisis Kualitas Air Minum Di Daerah Lingsar Kabupaten Lombok Barat Berdasarkan Baku Mutu Air Minum Menggunakan Parameter Fisika Dan Kimia Analysis of Drinking Water Quality in Lingsar Area, West Lombok Regency According With Drinking Water Quality Stand.” J. Sains Dasar 12(1): 9–17.

(23)

Djana, Miftahul. 2023. “Analisis Kualitas Air Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Di Kecamatan Natar Hajimena Lampung Selatan.” Jurnal Redoks 8(1): 81–87. doi:10.31851/redoks.v8i1.11853.

Guiseppina, Maria. 2024. “Uji Sederhana Kualitas Air Dalam Rumah Tangga.”

Jurnal Locus Penelitian dan Pengabdian 3(7): 597–603.

doi:10.58344/locus.v3i7.2980.

Muhammad Ryan Nur Rochim, and Firra Rosiariawari. 2023. “Analisa Instalasi Pengolahan Air Terhadap Pemakaian Tawas Dan Kualitas Air Produksi.”

INSOLOGI: Jurnal Sains dan Teknologi 2(3): 572–80.

doi:10.55123/insologi.v2i3.1942.

Nakkir, Muhammad, Masruhi, and Rustam Efendi. 2023. “Pengukuran Suhu Air Menggunakan Data Logger Berbasis Arduino.” Jurnal Mekanova :

Mekanikal, Inovasi dan Teknologi 9(1): 310–14.

https://www.researchgate.net/publication/372221118.

Ristyana, Listyaningrum. 2022. “Analisis Kandungan DO, BOD, COD, TS, TDS, TSS Dan Analisis Karakteristik Fisikokimia Limbah Cair Industri Tahu Di UMKM Daerah Imogiri Barat Yogyakarta Ristyana Listyaningrum.”

Universitas Ahmad Dahlan (June).

Rouhillah, Rizki Faulianur, and Fira Fazila. 2024. “Alat Monitoring Kualitas Air Minum Menggunakan Sensor TDS Berbasis Internet of Things.” J-

Innovation 12(2): 43–47. doi:10.55600/jipa.v12i2.212.

Sari, Dian, Seti Arza, Fiona Fiona, Novita Novita, Ega Ega, and Bambang Darmawan. 2024. “ANALISIS KANDUNGAN KARBON DIOKSIDA DAN PH PADA AIR.” Journal of Food Security and Agroindustry 2(2): 44–

48. doi:10.58184/jfsa.v2i2.279.

Studi, Program, S- Kesehatan Masyarakat, and Stikes Al- Ma. 2025. “ANALISIS KUALITAS SUMBER MATA AIR BERDASARKAN PARAMETER FISIKA DAN PARAMETER KIMIA Terdapat Di Dalam Dan Atau Berasal

(24)

Dari Sumber Air Dan Terdapat Di Atas Permukaan Tanah , Tidak Termasuk Air Laut Dan Air Bawah Berdasarkan Data Dari World Health Organizat.”

10: 86–100.

Zahrany, Fathiyyah, Lutfiah Rahma, Sekar Kinasih, Uswatun Rina Pamungkas, and Arka Yanitama. 2022. “Analisis Kebisingan Pada Ruang Kuliah Dan Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang.” Proceeding Seminar Nasional IPA: 254–61.

Gambar

Tabel Rentang pH
Gambar 1.1   Nilai Indeks Kualitas Air
Tabel Rentang Indeks Kualitas Air – Metode NSF-WQI Rentang Nilai IKA
Tabel Rentang Nilai STORET

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ Studi Kualitas Air Sungai Sudimoro Di Mojokerto Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos Sebagai Sumber.. Belajar Biologi adalah hasil

Pengelolaan sumber daya air sering berfokus pada pemenuhan kebutuhan air yang meningkat tanpa memperhitungkan secara memadai kebutuhan untuk melindungi kualitas dan

Dalam upaya mendukung pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat terutama pada wilayah kepulauan khususnya Pulau Merbau, maka analisis kualitas sumber air diperlukan untuk

Pengelolaan sumber daya air sering berfokus pada pemenuhan kebutuhan air yang meningkat tanpa memperhitungkan secara memadai kebutuhan untuk melindungi kualitas dan

Untuk mengetahui besar pengaruh Kapasitas Sumber Daya Manusia (X1) dan Peran Auditor Internal (X2) terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Y) pada SKPD Kota Sungai

Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan

Bentuk peran serta masyarakat yang tinggal di sekitar Sungai Sani dalam kegiatan pengelolaan kualitas sumber daya air adalah dengan memberikan sumbangan berbentuk tenaga aktif mengikuti

Dokumen ini membahas tentang pentingnya air sebagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui, khususnya dalam konteks wilayah pesisir dan implikasinya terhadap kehidupan manusia serta