• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

N/A
N/A
Naisyiah P Abdullah Maradhy

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

EVALUASI PELAKSANAAN PENYULUHAN PERTANIAN

SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO

OLEH

SITI MASITA FACHRIE, S.TP.

NIP.19960718 202012 2 002

DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GOWA

2023

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. MANFAAT... 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 3

A. BUDIDAYA PADI SISTEM LEGOWO………..3

B. EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN ... 6

C. MODEL EVALUASI ... 7

D. TAHAPAN EVALUASI ... 8

E. TAHAPAN EVALUASI ... 8

BAB III METODE EVALUASI... 11

A. POPULASI DAN SAMPEL ... 11

B. INSTRUMENT... 11

C. ANALISI DATA... 11

BAB IV HASIL EVALUASI KURSU TANI ... 12

A. HASIL ... 12

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prioritas utama pembangunan pertanian adalah menyediakan pangan bagi seluruh penduduk yang terus meningkat. Bila dikaitkan dengan keterjaminan pangan ini menyiratkan pula perlunya pertumbuhan ekonomi disertai oleh pemerataan sehingga daya beli masyarakat meningkat dan distribusi pangan lebih merata. Permintaan akan komoditas pangan akan terus meningkat sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk serta perkembangan industri dan pakan. Disisi lain, upaya untuk meningkatkan pendapatan petani terus dilakukan agar mereka tetap meningkatkan produksi usaha taninya.

Peningkatan produktivitas usahatani tanaman padi sangat dibutuhkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan rakyat Indonesia. Dimana padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia. Untuk itu Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2009:10) menciptakan komponen teknologi PTT yaitu pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, sistem tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. kesinergisan komponen PTT mampu meningkatkan produktifitas padi.

Menurut BP2TP (2009:49) bahwa sistem tanam legowo merupakan salah satu komponen PTT pada padi sawah yang memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:

1. Dengan adanya ruangan terbuka yang lebih lebar diantara dua kelompok barisan tanaman akan memperbanyak cahaya matahari masuk ke setiap rumpun tanaman padi sehingga meningkatkan aktifitas fotosintesis yang berdampak pada peningkatan produktifitas tanaman.

2. Dengan sistem tanam bersaf/berbaris ini memberi kemudahan petani dalam pengelolaan usahataninya seperti: pemupukan susulan, menyiang, pelaksanaan pengendalian hama dan penyakit (penyemprotan). Disamping itu juga lebih mudah mengendalikan hama

(4)

tikus.

3. Meningkatnya jumlah tanaman pada kedua bagian pinggir untuk setiap kelompok tanaman, akan meningkatkan jumlah populasi tanaman per hektar, sehingga berpeluang untuk meningkatkan produktifitas tanaman per satuan luas.

Keuntungan tersebut diperoleh berdasarkan hasil penelitian oleh balai pengkajian teknologi pertanian, namun dalam penerapannya untuk transfer teknologi tersebut yaitu dari balai ke petani belum tentu akan memperoleh keuntungan yang sama seperti hasil penelitian balai tersebut. Maka dalam penerapannya ke petani dibutuhkan evaluasi.

Dalam Rencana Kerja Tahunan Penyuluh (RKTP) tertuang rencana kegiatan penyuluhan “BUDIDAYA PADI SISTEM LOGOWO” yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan petani. Untuk mengetahui pencapaian tujuan penyuluhan tersebut serta mengetahui kinerja pelaksanaan penyuluhan, maka dilakukan evaluasi pelaksanaan penyuluhan pertanian pada kegiatan penyuluhan tersebut.

B. Tujuan

Tujuan evaluasi pelaksanaan penyuluhan ini adalah 1. Untuk mengetahui pencapaian tujuan penyuluhan

2. Untuk mengetahui persepsi sasaran penyuluhan tentang kinerja pelaksanaan penyuluhan

C. Manfaat

Sebagai bahan masukan dalam rangka perbaikan pelaksanaan Penyuluhan dimasa akan datang

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.

Budidaya Padi Sistem Legowo

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi-tingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami defisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman subur ialah tanaman yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan.

Adapun menanam padi dapat dilakukan di sawah dengan pengairan sepanjang musim dan ada juga yang ditanam di tanah tegalan (tanah kering). Terdapat beberapa teknik dalam melakukan sistem budidaya padi salah satunya dengan cara sistem legowo.

Berdasarkan Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2009:1) bahwa cara tanam jajar legowo 2:1 adalah cara tanam berselang- seling dua baris dan satu baris dikosongkan. Cara tanam ini telah banyak diterapkan petani karena memberikan beberapa keuntungan, antara lain:

✓ Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).

✓ Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33%/ha.

✓ Meningkatkan produktifitas padi 12-22%.

✓ Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah.

✓ Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, pengumpulan keong emas atau untuk mina padi;

✓ Penggunaan pupuk lebih efisien.

✓ Dapat meningkatkan pendapatan usahatani antara 30-50%.

(6)

Untuk itu Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (2009:10) menciptakan komponen teknologi PTT yaitu pengelolaan tanaman terpadu yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, sistem tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen :

1. Benih Padi

Benih padi yang digunakan adalah varietas unggul berlabel sesuai anjuran setempat dengan kebutuhan benih 25 kg/ha

2. Persemaian

Persemaian seluas 5% luas lahan yang akan ditanami. Pemeliharaan persemaian seperti pada cara tanam padi biasa. Umur persemaian 25-30 hari.

3. Pengolahan tanah

Tanah diolah sempurna (2 kali bajak dan 2 kali garu), dengan kedalaman olah 15-20 cm. Bersamaan dengan pengolahan tanah dilaksanakan perbaikan pintu pemasukan/pengeluaran dan perbaikan pematang, jangan sampai ada yang bocor.

4. Pembuatan caren dan saringan

Pembuatan caren palang dan melintang pada saat pengolahan tanah terakhir, lebar 40 - 45 cm dengan kedalaman 25 - 30 cm. Pada titik persilangan dibuat kolam pengungsian ukuran 1x1 m dengan kedalaman 30 cm. Pada setiap pintu pemasukan dan pengeluaran air pada setiap petakan dipasang saringan kawat dan slat pengatur tinggi permukaan air menggunakan bambu.

5. Penanaman padi

Cara tanam adalah jajar legowo 2:1 atau 4:1. Pada jajar legowo 2:1, setiap dua barisan tanam terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, tetapi jarak dalam barisan lebih rapat yaitu 10 cm. Pada jajar legowo 4:1. setiap empat barisan tanam

(7)

terdapat lorong selebar 40 cm, jarak antar barisan 20 cm, jarak dalam barisan tengah 20 cm, tetapi jarak dalam barisan pinggir lebih rapat yaitu 10 cm. Untuk mengatur jarak tanam digunakan caplak ukuran mata 20 cm. Pada jajar legowo 2:1 dicaplak satu arah saja, sedangkan pada jajar legowo 4:1 dicaplak kearah memanjang dan memotong.

6. Pengaturan air

Pengaturan air macak-macak 3-4 HST. Setelah 10-15 HST (sesudah penyiangan dan pemupukan susulan pertama) air dimasukkan mengikuti tinggi tanaman.

7. Pemupukan

Pupuk dasar diberikan secara disebar pada satu tanam padi dengan dosis 1/3 bagian Urea dan seluruh dosis SP-36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 15 HST (sesudah penyiangan) dan pupuk susulan kedua pada umur 45 HST. Dosis pupuk sesuai anjuran setempat.

8. Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada umur 10-15 HST (sebelum pemberian pupuk susulan pertama) dan selanjutnya tergantung keadaan gulma.

9. Pengendalian hama dan penyakit

Dengan konsep PHT, Hama seperti penggerek batang dikendalikan dengan Furadan 3G atau Dharmafur 34 dengan takaran 18-20 kg/ha. Hama lain seperti walang sangit, hama putih, dan wereng dikendalikan dengan penyemprotan Dharmabas dengan takaran 1-2 l/ha. Penyakit umum seperti tungro, kerdil kresek dikendalikan dengan sanitasi lingkungan bila masih di bawah ambang batas. Tetapi alangkah lebih baik pengendalian hama penyakit dilakukan dengan sistem pemantauan. Hindari penggunaan pestisida.

(8)

B. Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan (feed- back) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, Bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal-hal positif maupun negatif yang telah terjadi.

Pada dasarnya evaluasi penyuluhan pertanian dilakukan guna memenuhi keingintahuan kita dan keinginan kita untuk mencari kebenaran mengenai suatu program penyuluhan pertanian. Dengan demikian evaluasi penyuluhan petanian merupakan evaluasi program penyuluhan pertanian guna mengetahui pelaksanaan dan hasil dari program tersebut, apakah telah dilakukan dengan benar sesuai dengan tujuannya.

Sementara itu evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilaksanakan setiap saat selama program penyuluhan pertanian berlangsung. Evaluasi penyuluhan pertanian dapat dilakukan baik pada awal, ditengah atau pada akhir program penyuluhan. Dari hasil evaluasi-evaluasi tersebut, kita akan memperoleh gambaran seberapa jauh tujuan penyuluhan pertanian tercapai. Dalam hal ini, seberapa jauh perubahan perilaku petani dalam melakukan usaha tani, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi, agro industri, pemasaran. Semua ini terangkum didalam ungkapan “berusaha lebih baik dan usaha tani lebih menguntungkan. Dengan demikian evaluasi penyuluhan pertanian dimaksudkan untuk menentukan sejauh mana tujuan penyuluhan pertanian dicapai. untuk maksud tersebut dan agar evaluasi penyuluhan pertanian efisien diperlukan adanya proses yang sistematis. proses ini terdiri dari:

(9)

1. kegiatan untuk memperoleh informasi yang relevan.

2. kegiatan untuk menaksirkan data untuk mengambil keputusan.

Menurut Padmowihardjo (1999:13) bahwa evaluasi penyuluhan pertanian adalah sebuah proses yang sistematis untuk memperoleh informasi yang relevan tentang sejauhmana tujuan program penyuluhan pertanian di suatu wilayah dapat dicapai dan menafsirkan informasi atau data yang didapat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang kemudian digunakan untuk mengambil keputusan dan pertimbangan-pertimbangan terhadap program penyuluhan yang dilakukan.

Hasil dari evaluasi penyuluhan pertanian akan dapat digunakan untuk menentukan sejauhmana tujuan-tujuan penyuluhan pertanian tersebut dapat dicapai.

Dalam artian sejauhmana perubahan perilaku petani dalam bertani lebih baik dan berusaha tani lebih menguntungkan, yang kemudian untuk mewujudkan kehidupan keluarganya yang lebih sejahtera dan masyarakat yang lebih baik. Adapun ruang lingkup evaluasi penyuluhan pertanian terbagi menjadi tiga cakupan yaitu: evaluasi hasil, evaluasi metode, dan evaluasi saran dan prasarana.

• tujuan yang telah ditetapkan, tetapi juga untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut penting bagi peserta Penyuluhan dan bagaimana peserta mencapainya

• Mengingat luasnya tujuan dan obyek evaluasi, maka alat yang digunakan dalam pengukuran sangat beraneka ragam, tidak hanya terbatas pada tes, tetapi juga yang bukan tes.

C. Model Evaluasi

Secara normatif program penyuluhan sebagai bagian integral dari proses pengembangan sumberdaya manusia (SDM) menjadi penting dan strategis dalam mendukung visi dan misi organisasi. Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program penyuluhan, maka diperlukan suatu fungsi kontrol yang dikenal dengan evaluasi. Evaluasi

(10)

penyuluhan memiliki fungsi sebagai pengendali proses dan hasil program penyuluhan sehingga akan dapat dijamin suatu program penyuluhan yang sistematis, efektif dan efisien.

Evaluasi penyuluhan merupakan suatu proses untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam program penyuluhan. Evaluasi penyuluhan lebih difokuskan pada peninjauan kembali proses penyuluhan dan menilai hasil penyuluhan serta dampak penyuluhan yang dikaitkan dengan kinerja SDM.

dan belum mendapatkan penyuluhan. Contohnya, cara berusahatani dari peserta yang telah memperoleh penyuluhan dibandingkan dengan kelompok yang belum mendapatkan penyuluhan. Secara kualitatif, caraberusahataninya lebih baik

(2) Perbandingan antara sebelum dan sesudah penyuluhan. Kinerja antara sebelum dan sesudah penyuluhan dari kelompok yang sama diperbandingkan.

(3) Estimasi peserta terhadap presentase pengaruh penyuluhan. Inilah perhitungan yang paling mudah dilakukan. Peserta penyuluhan diminta untuk mengungkapkan berapa persentase pengaruh penyuluhan terhadap perbaikan cara berusahatani.

D. Tahapan Evaluasi

Langkah 1 : Persiapan Evaluasi

Pada langkah ini terdapat tiga kegiatan pokok yang berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi yaitu : menentukan tujuan atau maksud evaluasi, merumuskan informasi yang akan dicari atau memfokuskan evaluasi dan menentukan cara pengumpulan data.

Beberapa kriteria yang digunakan dalam merumuskan tujuan evaluasi adalah : (1) kejelasan, (2) keterukuran, (3) kegunaan dan kemanfaatan, (4) relevansi dan kesesuaian atau compatibility. Jadi tujuan evaluasi harus jelas, terukur, berguna, relevan dan sesuai dengan kebutuhan pengembangan program Penyuluhan.

Dalam merumuskan informasi atau memfokuskan evaluasi harus berdasarkan kepada tujuan evaluasi. Terdapat beberapa metode dalam merumuskan pertanyaan evaluasi yaitu :

(11)

(1) menganalisis objek, (2) menggunakan kerangka teoritis, (3) memanfaatkan keahlian dan pengalaman dari luar, (4) berinteraksi dengan audien kunci.

Menentukan cara pengumpulan data, misalnya survei atau yang lain, ditentukan pula pendekatan dalam pengumpulan data. Terdapat beberapa prosedur pengumpulan data dengan pendekatan kuantitatif, misalnya observasi, tes, survei atau lainnya.

Langkah 2 : Mengembangkan Instrumen

Setelah metode pengumpulan data ditentukan, selanjutnya ditentukan pula bentuk instrumen yang akan digunakan serta kepada siapa instrumen tersebut ditujukan (respondennya). Terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh instrumen evaluasi sebagai berikut : (1) validitas adalah keabsahan instrumen dalam mengukur apa yang seharusnya diukur, (2) reliabilitas adalah ketetapan hasil yang diperoleh, misalnya bila melakukan pengukuran dengan orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau orang yang lain dalam waktu yang sama, (3) objektivitas adalah upaya penerjemahan hasil pengukuran dalam bilangan atau pemberian skor tidak terpengaruh oleh siapa yang melakukan, (4) standarisasi untuk memastikan evaluator mempunyai persepsi yang sama dalam mengukur karena adanya petunjuk khusus pengisian data, (5) relevansi adalah kepatuhan untuk mengembangkan berbagai pertanyaan agar sesuai dengan maksud instrumen, (6) mudah digunakan.

Langkah 3 : Mengumpulkan Data

Dalam melakukan pengumpulan data ini dilakukan dengan berbeda-beda pada masing-masing level. Pada level reaksi data yangg dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Kemudian pada level pembelajaran data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dengan menggunakan tes. Selanjutnya pada level perilaku, data yang dikumpulkan melalui observasi atau dapat juga dengan rencana aksi (action plan), yaitu rencana tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peserta penyuluhan

(12)

dalam mengimplementasikan hasil penyuluhan yang telah diikuti. Dalam hal ini para peserta harus mempunyai suatu sasaran peningkatan kinerja/kompetensi yang bersangkutan yang kemudian diukur dengan mengunakan patokan kinerja/kompetensi yang bersangkutan.

Kemudian yang terakhir, yaitu pada level hasil atau dampak, pada data yang dikumpulkan dapat melalui atasan, peserta penyuluhan, bawahan atau rekan kerja (client).

Langkah 4 : Mengolah dan Menganalisis Data

Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah berikutnya adalah mengolah dan menganalisis data.Dalam menganalisis data dan menafsirkannya (menginterpretasikan) harus berdasarkan hasil data yang telah berhasil didapatkan.Kemudian menyajikannya dalam bentuk yang mudah dipahami dan komunikatif.

Langkah 5 : Menyusun Laporan

Melaporkan merupakan langkah terakhir kegiatan evaluasi penyuluhan. Laporan disusun dengan format yang telah disepakati oleh tim. Langkah terakhir evaluasi ini erat kaitannya dengan tujuan diadakannya evaluasi. Langkah-langkah tersebut dapat dengan digunakan untuk menjawab sejauh mana evaluasi penyuluhan yang akan dilakukan dan bagaimana pelaksanaan proses penyuluhan dari awal hingga akhir sehingga memberikan hasil untuk improvisasi pada kegiatan penyuluhan selanjutnya.

BAB III

(13)

METODE EVALUASI A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada kegiatan ini petani peserta penyuluhan sebanyak 20 orang.

2. Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara sensus, dengan demikian jumlah responden atau sampel dari kegiatan evaluasi penyuluhan ini sebanyak 20 orang.

3. Lokasi Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di lokasi pelaksanaan kegiatan yaitu di kelompok tani Julu Pamai II Kelurahan Malakaji Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa.

B. Instrument

Instrument yang digunakan pada kegiatan evaluasi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengukur pencapaian tujuan penyuluhan digunakan instrument test tertutup (pernyataan benar/salah 5 soal) yang terkait dengan substansi materi penyuluhan. Evaluasi ini dilakukan sebelum dan sesudah penyuluhan (soal terlampir).

2. Untuk mengukur dan menilai kinerja pelaksanaan penyuluhan yang menyangkut materi penyuluhan, metode penyuluhan, penguasa materi, cara menyampaikan materi, penggunaan media. Instrument yang digunakan berupa kuesioner (kuesioner terlampir).

C. Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif.

1. Kategori

Kategori untuk tingkat kinerja hasil penyuluhan adalah sebagai berikut:

Tingkat Penerapan Kategori

8,7% - 10%

7,5% - 8,7%

6,2% - 7,5%

5% - 6,2%

<5%

Sangat Baik Baik

Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik BAB. IV

HASIL EVALUASI KEGIATAN KURSUS TANI SELEKSI BENIH

(14)

A. HASIL

Kegiatan evaluasi diikuti oleh 20 orang peserta yang mana sampel diambil dari perwakilan anggota kelompok tani yang belum pernah melaksanakan penanaman padi dengan sistem jajar legowo.

Tahap 1 menentukan tujuan indicator - Kemampuan koginitif (pengetahuan)

No. Tujuan Indikator

1. Meningkatnya

pengetahuan petani tentang sistem tanam jajar legowo

- Petani mengetahui tentang cara sistem tanam jajar legowo yang benar

- Kemampuan Efektif (Sikap)

No. Tujuan Indikator

1. Meningkatnya keyakinan petani untuk mau melakukan sistem tanam jajar legowo

- Petani mau mempraktekkan cara sistem tanam jajar legowo

Tahap 2: Menyusun Instrumen

- Untuk mengetahui kemampuan dalam pengetahuan dibuatkan pernyataan soal benar/salah sebanyak 13 nomor dengan memilih salah satu yang benar dengan cara dicontreng/disilang.

No. Tujuan Benar Salah

1. Cara tanam legowo

merupakan cara tanam padi

sawah yang memiliki

beberapa barisan tanam yang diselingi oleh beberapa baris kosong

2. Bibit padi bagusnya

dipindahkan dari persemaian berusia diatas 21 hari

3. Pemupukan padi lebih baik menggunakan cara sebar agar pupuknya merata.

4. Pemupukan dasar tanaman padi lebih baik

(15)

menggunakan pupuk NPK (Pupuk Kujang)

5. Memberantas tikus dapat dilakukan dengan cara menggunakan klerat, pengasapan dan pembersihan rumput- rumput di sekitar lubang tikus.

6. Penyiangan tanaman padi sebaiknya dilakukan sebanyak 4 kali selama musim tanam.

7. Penyiangan pertama sebaiknya dilakukan pada saat tanaman padi berusia 23 hari setelah tanam.

8. Penyiangan kedua sebaiknya dilakukan saat tanaman padi berusia berusia 30 hari setelah tanam.

9. Tanaman padi mulai diganggu hama tikus pada usia 20 hari setelah tanam.

10. Pemupukan pertama sebaiknya dilakukan pada saat tanaman padi berusia 25 hari setelah tanam.

11. Pemupukan kedua sebaiknya dilakukan pada saat tanaman padi berusia 43 hari setelah tanam.

12. Pengendalian wereng pada tanaman padi dapat dilakukan dengan cara disemprot dengan pestisida (applaud 10 WP).

TABEL UJI VALIDITAS VARIABEL DEPENDEN (Pengetahuan Petani Sistem Legowo)

Responden Nomor Kuesioner Total Bobot nilai

1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 9 120 7.5

2 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 6 12 9

3 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 7 12 5.8

4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 10 12 8.3

(16)

5 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 7 12 5.8

6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 11 12 9.1

7 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 9 12 7.5

8 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 8 12 6

9 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 8 12 6

10 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 6 12 7

11 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 9 12 7.5

12 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10 12 8.3

13 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 11 12 9.1

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 11 12 9.1

15 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 9 12 7.5

16 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 6 12 8

17 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 8 12 6

18 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 9 12 7.5

19 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 7 12 5.8

20 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 7 12 5.8

TOTAL 158 240 42

RATA-RATA 7

Untuk mengukur tingkat pengetahuan petani, peneliti menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari penyuluh tentang materi penyuluhan yang telah diberikan kepada petani serta BP2TP (2009:10) mengenai sistem legowo yang terdapat pada komponen teknologi PTT (pengelolaan tanaman terpadu) yang terdiri dari varietas unggul, persemaian, bibit muda, system tanam legowo 4:1, pemupukan berimbang, penggunaan bahan organik, pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Hal tersebut digunakanuntuk mengukur seberapa jauh penyerapan petani mengenai materi yang telah diberikan oleh penyuluh.

Materi yang telah disampaikan penyuluh mengenai sistem legowo, dibuat menjadi 11 pertanyaan. Adapun pengetahuan petani dibagi menjadi tiga kriteria yang telah disesuaikan dengan bobot pertanyaan masing-masing yang dianjurkan oleh pihak penyuluh yaitu kriteria rendah, kriteria cukup dan kriteria tinggi. Setelah mendapatkan penyuluhan dari petugas lapangan, sebanyak 10 orang (20%) petani berada pada tingkat kriteria tinggi mengenai

(17)

sistem legowo, adapun pada kriteria tersebut petani dapat menjawab pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan pola PTT sistem legowo yang meliputi : pemahaman mengenai definisi dari tanam legowo, pemupukan dengan cara disebar agar pupuknya dapat merata ke tanaman, mengetahui hama pengganggu pada tanaman padi, pupuk urea merupakan pupuk yang mudah larut didalam air, memberantas tikus dengan cara menggunakan klerat dan pembersihan rumput sekitar tanaman, menggunakan pupuk NPK sebagai pupuk dasar pada tanaman padi, melakukan penyiangan pada tanaman padi sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung, melakukan penyiangan pertama pada usia 14 hari setelah tanam, memberikan pupuk sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung, memberikan pemupukan pertama pada usia 15 hari setelah tanam, melakukan pemupukan kedua pada usia 45 hari setelah tanam.

Pada kriteria tinggi mayoritas petani 10 orang (20%) menjawab pertanyaan nomor 8 mengenai waktu penyiangan pertama yang dilakukan pada tanaman padi saat usia tanaman padi 15 HST dan 7 orang (14%) menjawab pertanyaan nomor 2 mengenai usia bibit yang baik dipindahkan dari persemaian pada saat 21 hari setelah semai, adapun pertanyaan tersebut memiliki bobot tinggi sebesar 14 yang diberikan oleh penyuluh. Sedangkan untuk bobot yang cukup tinggi diberikan oleh penyuluh mengenai sifat pupuk urea sebesar 13 dan pertanyaan nomor 3 tersebut hanya dijawab oleh minoritas petani yaitu 4 orang (8%), jika dilihat dari karakteristik petani pada kriteria tinggi, mayoritas petani berada pada usia 48-56 tahun dan memperoleh pendidikan pada tingkatan SD.

(18)

Untuk kriteria lainnya terbagi ke dalam kriteria rendah, pada tahapan rendah petani dapat menjawab mengenai legowo 0-3 pertanyaan diantaranya : pupuk diberikan dengan cara sebar agar pupuknya merata, pupuk urea merupakan pupuk yang mudah larut didalam air, menggunakan pupuk NPK sebagai pupuk dasar pada tanaman padi, memberantas tikus dengan cara menggunakan klerat dan pembersihan rumput sekitar tanaman, melakukan pemupukan sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung, pemupukan pertama diberikan saat tanaman padi berusia 15 HST, mengetahui hama pengganggu pada tanaman padi, Pada kriteria rendah mayoritas petani 4 orang (8%) menjawab pertanyaan nomor 2 mengenai usia bibit yang baik dipindahkan dari persemaian pada saat 21 hari setelah semai dan sedikitnya 1 orang (2%) menjawab pertanyaan nomor 4 mengenai pemupukan yang baik dengan cara sebar, pertanyaan tersebut memiliki bobot tinggi yang diberikan oleh penyuluh sebesar 14 dan 11. Jika dilihat dari karakteristik petani pada kriteria rendah, mayoritas petani berada pada usia 48-56 tahun dan tidak menyelesaikan bangku sekolah SD.

Sedangkan kriteria cukup petani dapat menjawab 4-6 pertanyaan mengenai sistem legowo yang diajukan oleh peneliti, diantaranya : pemahaman mengenai definisi dari tanam legowo, pemupukan dengan cara disebar agar pupuknya dapat merata ke tanaman, mengetahui hama pengganggu pada tanaman padi, pupuk urea merupakan pupuk yang mudah larut didalam air, memberantas tikus dengan cara menggunakan klerat dan pembersihan rumput sekitar tanaman, menggunakan pupuk NPK sebagai pupuk dasar pada tanaman padi, melakukan penyiangan pada tanaman padi sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung, melakukan penyiangan pertama pada usia 14 hari setelah tanam, memberikan pupuk sebanyak 2 kali selama musim tanam berlangsung, memberikan pemupukan pertama pada usia 15 hari setelah tanam, melakukan pemupukan kedua pada usia 45 hari setelah tanam.

(19)

17 Pada kriteria cukup mayoritas petani 19 orang (38%) menjawab pertanyaan nomor 8 mengenai penyiangan pertama tanaman padi pada usia 14 HST, adapun pertanyaan tersebut memiliki bobot tinggi yang diberikan oleh penyuluh sebesar 14.

Sedangkan pertanyaan nomor 11 mengenai pemupukan kedua dilakukan pada usia 45 HST sedikitnya dijawab oleh 15 orang (30%) petani, dan memiliki bobot rendah sebesar 5. Dengan melihat dari karakteristik petani pada kriteria cukup, mayoritas petani berada pada usia 57-71 tahun dan memperoleh pendidikan SD.

Dilihat dari jawaban pertanyaan yang dijawab oleh petani mengenai sistem legowo ternyata petani dapat menyerap materi penting yang diberikan oleh penyuluh dengan melihat dari bobot pertanyaan tersebut yang telah diberikan oleh penyuluh mengenai legowo. Adapun penyebarannya dapat dilihat pada tabel dibawah.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan sedikitnya petani yang memiliki tingkat penerapan tinggi pada kategori petani dengan kategori lahan lebih luas dikarenakan petani sudah cukup puas dengan hasil

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pengaruh penggunaan jenis pupuk anorganik yang dikombinasikan dengan pupuk organik pada berbagai sistem tanam jajar legowo

Hal ini menunjukan bahwa tingkat adopsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo belum maksimal, karena petani kurang mencari informasi di luar desa dan

Hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasi petani dalam program seribu hektar sistem jajar legowo di Kecamatan Karangpandan Kabupa- ten

Bagaimana tingkat adopsi teknologi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo. 2:1 di

53 Penerapan sistem tanam jajar legowo yang berada dalam kategori tinggi misalnya seperti, Pengetahuan petani tentang teknologi sistem tanam jajar legowo, sistem tanam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi petani terhadap sistem tanam jajar legowo di Desa Sangkima Kecamatan Sangatta Selatan., Kabupaten Kutai

Jumlah petani responden yang tidak tepat dalam mengadopsi sistem tanam padi Jajar Legowo dalam tahap pemeriksaan kurang memperhatikan anjuran melakukan pemeriksaan