• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1 PEMANFAATAN ALAT MESIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1 PEMANFAATAN ALAT MESIN"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1

PEMANFAATAN ALAT MESIN RICE MILLING UNIT DI BPP MUNGKID KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh Lisa Ariyanti Safitri

NIM 07.16.20.035

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) 1

NAMA : LISA ARIYANTI SAFITRI

NIM : 07.16.20.035

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JUDUL PROPOSAL : PEMANFAATAN ALAT MESIN RICE MILLING UNIT (RMU) DI BPP MUNGKID KABUPATEN MAGELANG

Menyetujui

Dr. Mardison S, S.TP., M.Si NIP. 19770328 200501 1 003

Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agr.

NIP. 19860421 200912 1 006

Menyetujui

Mona Nur M., S.TP., M.Sc.

NIP. 19800419 200501 2 001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 yang berjudul

“Pemanfaatan Alat Mesin Rice Milling Unit di BPP Mungkid Kabupaten Magelang” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa semoga tetap tercurah pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW.

Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal PKL 1 ini secara maksimal, khususnya kepada :

1. Dr. Murhafiza, STP., M.Si. selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia

2. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc. selaku Kepala Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

3. Dr. Mardison Suhil, S.TP., M.Si. selaku pembimbing I

4. Bapak Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agr selaku pembimbing II

5. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Mungkid Kabupaten Magelang 6. Ibu Sri Rahayu, SPKP. selaku kepala koordinasi BPP Mungkid.

7. Bapak Dedy Kurniadi, S.ST. Selaku pembimbing eksternal serta segenap Bapak/Ibu penyuluh BPP Mungkid.

8. Ibu Suprihatin selaku anggota Gapoktan dan pengurus lumbung pangan Desa Rambeanak.

9. Kedua Orangtua dan seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian laporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik serta saran akan sangat diterima demi laporan yang lebih baik lagi kedepannya. Demikian yang dapat penulis sampaikan, besar harapan agar laporan berjudul “Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 di BPP Kecamatan Mungkid” dapat diterima serta dapat digunakan sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan intelektual bangsa.

Magelang, Agustus 2022

Penulis

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kegiatan Penanganan Pascapanen Padi ... 3

2.2 Penggilingan Padi ... 4

2.3 Rice Milling Unit (RMU) ... 5

BAB III METODOLOGI ... 15

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan kegiatan PKL... 15

3.2 Materi Kegiatan ... 15

3.3 Prosedur Pelaksanaan ... 17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Gambaran dan Informasi Umum Lokasi PKL ... 22

4.1.1 BPP Mungkid ... 22

4.1.2 Potensi Lahan ... 25

4.1.3 Luas Lahan Dan Luas Tanam di Desa/Kelurahan Kecamatan Mungkid25 4.1.4 Profil Lumbung Pangan Desa Rambeanak ... 27

4.2 Hasil Kegiatan ... 28

4.2.1 Konstruksi Alat Mesin ... 28

4.2.2 Bagian Alat Mesin ... 29

4.2.3 Mekanisme Kerja ... 30

4.2.4 Penerapan Prinsip Keamanan, Keselamatan Dan Kesehatan Kerja .... 34

4.2.5 Uji Kinerja Mesin ... 37

4.2.6 Pembersihan Dan Perawatan ... 39

4.2.7 Analisis Kendala Yang Ditemukan Dan Solusinya ... 42

4.3 Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ... 45

4.3.1 Mengikuti Kegiatan Penyuluhan Subsidi Pupuk ... 45

(5)

4.3.2 Membantu Dalam Melakukan Validasi Data Kartu Tani Untuk Kebutuhan

Pupuk 2023 ... 46

4.3.3 Mengikuti Kegiatan Pemanenan... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50

(6)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 1 Susut Panen Beras di Indonesia (%) ... 3

Tabel 2 Materi kegiatan PKL ... 15

Tabel 3 Matriks rencana pelaksanaan ... 17

Tabel 4 kelembagaan dan luas wilayah Kecamatan Mungkid ... 23

Tabel 5 Struktur keanggotaan dan pembagian wilayah kerja penyuluh BPP Mungkid ... 24

Tabel 6 Luas data/kelurahan di Kecamatan Mungkid tahun 2019 ... 25 Tabel 7 Luas tanam, puso dan panen tanaman padi Kecamatan Mungkid 2019 26

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1 Mesin penggilingan padi Rice Milling Unit ... 5

Gambar 2 Mesin pemecah kulit gabah dan aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll ... 9

Gambar 3 Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller ... 10

Gambar 4 Lokasi wilayah kerja bpp mungkid ... 15

Gambar 5. BPP Kecamatan Mungkid ... 22

Gambar 6 Konstruksi rice milling unit ... 28

Gambar 7 pengecekan alat dan kerangka ... 30

Gambar 8 Pengecekan ketersediaan air radiator dan bahan bakar ... 31

Gambar 9 Memasukan bahan kedalam hopper ... 31

Gambar 10 Penampungan husker ... 32

Gambar 11 mesin paddy separator ... 32

Gambar 12 Unit polisher 1 ... 33

Gambar 13 unit polisher 2 ... 33

Gambar 14 Unit pengeluaran beras ... 34

Gambar 15 Kondisi didalam bangunan ... 35

Gambar 16 Operator yang sedang menjalankan mesin ... 36

Gambar 17 Pembersihan area sekitar alat mesin ... 39

Gambar 18 Pembersihan kerangka alat ... 40

Gambar 19 Pembersihan unit polisher ... 40

Gambar 20 Pembersihan unit kerangka polisher ... 41

Gambar 21 Pembersihan unit separator menggunakan sapu ... 41

Gambar 22 Pembersihan unit separator menggunakan lap kain ... 42

Gambar 23 Penyuluhan RDKK dan Subsidi pupuk ... 45

Gambar 24 validasi data kartu tani untuk kebutuhan pupuk 2022 ... 46

Gambar 25 Pemanenan padi menggunakan combine ... 46

Gambar 26 Pemanenan padi secara manual ... 47

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Harian (Logbook) kegiatan PKL 1 ... 52 Lampiran 2 Format Lembar Konsultasi ... 54 Lampiran 3 Blanko Penilaian Pelaksanaan PKL 1 ... 55

(9)

BAB I. PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang

Pascapanen dan pengolahan hasil pertanian merupakan sektor penting yang harus dikembangkan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah industri. Komoditas utama kebutuhan pangan masyarakat khususnya di Indonesia ialah beras yang berasal dari tanaman padi. Masalah utama yang dihadapi oleh petani dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya kehilangan hasil selama pascapanen maupun pengolahan (Hasbullah dan Dewi, 2009). Pengembangan teknologi pertanian sangat dibutuhkan utuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan demikian teknologi yang modern dalam penanganan pascapanen merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi peningkatan produksi karena akan menghasilkan kualitas bahan baik dengan rendemen lebih tinggi. (Syahputri, 2016)

(Hasbullah dan Dewi, 2009) menyatakan bahwa Penggilingan beras merupakan suatu proses pascapanen yang berfungsi sebagai mata rantai akhir dari proses produksi beras dan menjadi salah satu tahapan penting dalam kegiatan pascapanen dan pengolahan padi menjadi beras. Salah satu teknologi tinggi dalam tahapan penggilingan padi adalah mesin Rice Milling Unit yang mana alat mesin tersebut merupakan alat mesin pertanian yang yang berfungsi untuk memisahkan dan melepaskan beras dari kulit gabah sehingga menjadi beras yang bersih. Rice Milling Unit (RMU) terdiri dari satu rangkaian unit penggilingan mencakup unit pengupasan kulit, penyosoh, dan pemisah sekam (Novriadi, 2012)

Kegiatan pertanian komoditas padi tersebar diseluruh penjuru negeri salah satunya di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Kabupaten Magelang menempatkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan daerah yang didukung dengan ketersediaan lahan pertanian yang cukup luas terutama komoditas padi.

Kegiatan pascapanen dibantu, difasilitasi, dan diawasi oleh Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang salah satunya yaitu BPP Kecamatan Mungkid. Salah satu penunjang kegiatan pascapanen hingga distribusi di BPP Kecamatan Mungkid adalah adanya alat mesin berbasis teknologi tepat guna yang digunakan dalam prosesnya seperti proses pascapanen dalam kegiatan penggilingan padi.

Masyarakat sekitar mengembangkan usaha dengan mengandalkan mesin Rice Milling Unit (RMU) yang dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah produksi beras, besarnya rendemen giling, dan meminimalisir kehilangan hasil serta susut

(10)

dalam penggilingan (Ginting dan Devika, 2020). Berkaitan dengan hal tersebut, perlu pemahaman dan pengkajian lebih lanjut dalam usaha penggilingan padi dengan mesin Rice Milling Unit (RMU) secara menyeluruh.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 di BPP Kecamatan Mungkid yaitu:

1.2.1 Meningkatkan kompetensi dan keterampilan serta berkomunikasi dan kerja sama dengan petani, pengusaha dan lembaga pertanian terkait yang dapat digunakan sebagai bekal sebelum terjun langsung ke dunia kerja sesungguhnya.

1.2.2 Mampu mempelajari dan menerapkan secara teoritis materi yang telah dipelajari dalam perkuliahan berkaitan dengan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) secara nyata dilapangan.

1.2.3 Manambah wawasan tentang mekanisme proses penggilingan padi menggunakan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang digunakan pada industri sekitar daerah binaan BPP Kecamatan Mungkid.

1.2.4 Mampu melakukan pengoperasian alat mesin Rice Milling Unit (RMU).

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilakukan adalah:

1.3.1 Mengetahui proses pengimplementasian pengetahuan serta keterampilan mahasiswa secara teknis berdasarkan bekerja secara nyata di lapangan.

1.3.2 Mengetahui proses penanganan pasca panen komoditas padi utamanya pada tahapan penggilingan padi yang dilakukan di daerah desa binaan BPP Kecamatan Mungkid.

1.3.3 Mengetahui penggunaan dan mekanisme proses penggilingan padi dengan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang dilakukan di daerah desa binaan BPP Kecamatan Mungkid.

1.3.4 Mengetahui optimalisasi penggunaan alat mesin Rice Milling Unit (RMU) di daerah desa binaan BPP Kecamatan Mungkid.

(11)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Kegiatan Penanganan Pascapanen Padi

Menurut (Wahyuni, 2014) kegiatan pascapanen hasil pertanian merupakan tahapan yang dimulai sejak pemanenan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, holtikultura, perkebunan sampai produk siap untuk dipasarkan. Salah satu tanaman pangan yang cukup popular dan menjadi komoditas utama sumber bahan pangan ialah padi. Pemanenan padi sebaiknya dilakukan pada umur panen yang tepat dan ditunjang dengan cara panen yang benar sehingga dapat menghasilkan produk gabah dan beras yang bermutu baik (Tjahjohutomo dalam Wahyuni, 2014). Pemanenan dan perlakuan pascapanen perlu diperhatikan agar dapat mempertahankan mutu dan kualitas produk yang nantinya dapat lebih diterima oleh konsumen.

Penanganan pascapanen padi yang dilakukan oleh petani meliputi tindakan yang terbagi atas dua tahapan yaitu kegiatan petani diluar sawah yang meliputi tahapan pengumpulan padi dan perontokan padi. Tahapan selanjutnya yaitu kegiatan petani diluar sawah yang meliputi tahapan pengeringan gabah dan penggilingan gabah. Penggilingan padi yang mengkonveksi Gabah Kering Giling (GKG) menjadi beras merupakan tahapan kritis yang berpengaruh dalam penentuan susut pascapanen sehingga mutu akhir beras ditentukan pada tahapan ini (Sutrisno, 2007). Hal tersebut menunjukkan bahwa penanganan pascapanen mempunyai peranan sangat luas guna mengatasi beberapa kendala yang dihadapi petani. Penanganan yang kurang hati-hati akan berpengaruh terhadap mutu dan penampilan produk yang akan mengakibatkan penurunan kualitas dan hasil penerimaan oleh konsumen.

(Ditjendral dalam Wahyuni, 2014) mengungkapkan bahwa penanganan pascapanen padi meliputi beberapa tahapan yang mana dalam setiap tahapan pasti terjadi susut atau kehilangan hasil. Besarnya nilai susut berbeda-beda dan berubah-ubah sesuai perlakuan yang didapatkan produk oleh petani serta menurut kebudayaan suatu daerah tertentu. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil rendemen dan susut hasil panen adalah varietas padi, kondisi iklim setempat dan kondisi pertanian di masing-masing daerah.

Tabel 1 Susut Panen Beras di Indonesia (%)

Kegiatan Musim 86/87 Musim 1995 Musim 1996

Pemanenan 9,00 9,48 10,12

(12)

Perontokan 5,84 4,81 4,81

Trans Lapang 0,45 0,24 0,36

Pengeringan 1,72 2,18 2,17

Penggilingan 2,91 2,46 2,04

Penyimpanan 1,38 1,43 0,42

Total 21,30 20,60 19,92

Sumber : Anonimous dalam Sutrisno (2007)

2.2 Penggilingan Padi

Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama dalam kegiatan pascapanen. Persatuan Penggilingan Padi Indonesia (PERPADI) menyatakan bahwa saat ini terdapat 110.000 penggilingan padi yang mengolah sekitar 58 juta ton Gabah Giling Kering (GKG) per tahunnya.

Sekitar 80% diantaranya adalah berskala kecil dengan produksi rata-rata kurang dari 5 ton per hari. Setyono (dalam Swastika, 2012) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya di 5 provinsi yang ada di Indonesia, 90% penggilingan padi memiliki hasil produksi beras dengan kualitas rendah dengan kadar pecah lebih dari 25%. Selain hal tersebut diungkapkan bahwa adanya kinerja yang rendah dari konfigurasi mesin penggilingan padi di Indonesia menyebabkan susut hasil yang lumayan tinggi dengan angka yang dirasa cukup fantastic akibat penerapan dari teknologi pengeringan dan penggilingan yang kurang tepat.

Teknologi penggilingan sangat berpengaruh dalam penentuan mutu kualitas produk beras yang dihasilkan. Terdapat dua fase dalam kegiatan penggilingan padi yaitu fase pelepasan kulit atau sekam yang menghasilkan beras pecah kulit dan penyosohan untuk mendapatkan beras bersih siap distribusi. Menurut (Swastika, 2012) terdapat dua jenis teknologi yang sudah mulai diterapkan yaitu teknologi single pass dan double pass atau multiple pass. Pada teknologi single press terdiri dari sekali pemecahan kulit dan penyosohan. Mesin penggilingan umumnya terdiri atas satu alat pemecah dan satu polisher. Teknologi double atau multiple pass adalah teknologi dimana gabah setelah satu kali dipecah diayak untuk memisahkan beras Pecah Kulit (PK) dengan gabah yang belum menjadi PK. Gabah yang belum menjadi beras PK dimasukkan kembali ke husker agar seluruhnya terkupas menjadi beras PK.

Beras PK kemudian disosoh minimal dua kali. Penyosohan berfungsi sebagai

(13)

pemutihan dan pembersihan beras. Hasil akhir proses ini akan didapatkan beras retak minimal dan beras kepala maksimal sehingga menjadikan rendemen menjadi lebih tinggi. (Perpadi dalam Swastika, 2012)

2.3 Rice Milling Unit (RMU)

Rice Milling Unit merupakan alat mesin yang bergerak dalam bidang pengolahan gabah yaitu pada tahapan penggilingan gabah menjadi beras yang berbasis teknologi mesin. Alat mesin ini tergolong dalam dua tipe yaitu Rice Milling Unit One Pass dan Rice Milling Two Pass dengan pembeda sistem kerja dari alat tersebut. Berikut merupakan sketsa alat mesin Rice Milling Unit secara sederhana.

Gambar 1 Mesin penggilingan padi Rice Milling Unit (Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Keterangan : 1. Hopper padi 2. Saringan 3. Kepala hulling 4. Winnower

5. Ruang beras pecah kulit 6. Ruang pemutih beras 7. Pintu keluar beras putih 8. Pengatur keluaran beras 9. Pintu beras darurat

10. Kipas penghembus sekam

(14)

11. Kipas polisher 12. Corong sekam 13. Pulley utama

14. Feed shutter pengupas gabah 15. Feed shutter pemutih beras 16. Tuas penggerak saringan

17. Lager penggerak saringan

Rice Milling Unit One pass merupakan proses penggilingan padi dimana unit pengupasan kulit dan penyosohan berada dalam satu alat mesin dan berlangsung menjadi satu prosesnya sehingga ketika bahan dimasukkan kemudian bahan keluar akan langsung menjadi beras bersih. Mesin ini terdiri dari beberapa alat mesin dengan banyak fungsi dan disatukan secara harmoni dengan tenaga penggerak tunggal. Di dalam RMU sesungguhnya terdapat bagian mesin yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi memisahkan Beras Pecah Kulit (BPK) dan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang berfungsi mengeluarkan gabah yang belum terkupas untuk dikembalikan ke pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan bagian mesin yang berfungsi melakukan pemisahan berdasarkan jenis fisik beras.

2.3.1 Unjuk Kerja Mesin

Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit) oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku (2016) dijelaskan mengenai beberapa tahapan unjuk kerja diantaranya:

1. Motor Penggerak

Motor penggerak yang digunakan adalah motor diesel yang merupakan mesin kalor gas yang diperoleh dari proses pembakaran didalam mesin itu sendiri dan langsung digunakan untuk melakukan kerja mekanis. Pembakaran ini terjadi karena udara dikompresikan pada ruang dengan tekanan dan temperature melebihi suhu dan tekanan penyalaan bahan bakar itu sendiri dan mempunyai dua sistem kerja yang dibedakan atas dua langkah dan empat langkah. Berikut ini merupakan prinsip kerja motor diesel empat langkah.

(15)

- Langkah Hisap. Pada langkah ini katup masuk membuka dan katup buang tertutup. Udara mengalir ke dalam silinder.

- Langkah kompresi. Pada langkah ini kedua katup menutup, piston bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA) menekan udara yang ada dalam silinder. Sesaat sebelum mencapai TMA, bahan bakar diinjeksikan

- Langkah ekspansi. Karena injeksi bahan bakar ke dalam silinder yang bertemperatur tinggi, bahan bakar terbakar dan bereaksi menekan piston untuk melakukan kerja sampai piston mencapai TMB. Kedua katup tertutup pada langkah ini

- Langkah buang. Ketika piston hampir mencapai TMB, katup buang terbuka, katup masuk tetap tertutup. Ketika piston bergerak menuju TMA gas sisa pembakaran terbuang keluar ruang bakar. Akhir langkah ini adalah ketika piston mencapai TMA. Siklus kemudian berulang lagi.

2. Mesin pengupas/ pemecah kulit gabah (Husker)

Mesin ini membersihkan kulit gabah/sekam yang tercampur dalam beras pecah kulit. Mesin pengupas yang tersedia adalah jenis Engelberg, jenis rol karet, jenis under runner stone disc dan jenis sentrifugal. Mesin pengupas gabah yang paling umum digunakan saat ini adalah jenis rol karet, karena daya guna yang tinggi, efisien, mudah digunakan dan sederhana perawatannya. Terdapat 2 buah rol karet yang berputar berlawanan dengan kecepatan putar yang berbeda. Jarak antara 2 rol karet dapat diatur tergantung jenis gabah yang akan dikupas, biasanya 2/3 besarnya gabah. Diameter kedua rol karet sama bervariasi 300 – 500 mm dan lebar 120-500 mm.

3. Mesin pemisah gabah (separator)

Mesin pemisah gabah atau biasa disebut dengan separator ini berfungsi untuk memisahkan gabah dari beras pecah kulit. Mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit mempunyai 3 tipe yaitu :

a. Pemisah jenis kompartemen, terdiri dari dinding pemisah vertikal, papan luncur secara zigzag. Campuran gabah dan beras pecah kulit membentur papan pemisah zigzag tersebut, maka akan meluncur jatuh melalui papan luncur. Jika gabah yang lebih ringan akan terangkat keatas dan dikeluarkan melalui pintu keluaran dibagian

(16)

atas papan luncur. Sedangkan beras pecah kulit yang berada dibagian bawah dikeluarkan melalui pintu keluaran yang berada di bagian bawah papan luncuran.

b. Pemisah berdasarkan berat jenis. Pemisah ini banyak dipakai pada mesin-mesin penggiling terbaru. Pemisah jenis ini terdiri atas papan pemisah berbentuk bujur sangkar yang diletakkan miring pada bidang datar dengan sejumlah cekungan. Saat papan bergetar, gabah dan beras pecah kulit terpisah akibat dari perbedaan berat jenis.

c. Pemisah jenis layar/ type saringan, terdiri dari ayakan saringan yang bergetar, berjumlah 6-15 ayakan.

2.3.2 Prinsip kerja mesin

Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit) oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku (2016) dijelaskan mengenai Prinsip Kerja Mesin Penggilingan Padi/Gabah menjadi beras yang dimulai dengan pengupasan kulit gabah.

Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar kering gabah yang akan digiling mencapai 14%-14,5% ( Hardjosentono.M, dkk, 2000). Mesin pemecah kulit/sekam gabah kering giling berfungsi untuk memecahkan dan melepaskan kulit gabah.

Mesin pemecah kulit gabah yang banyak digunakan dewasa ini adalah mesin tipe rubber roll yang prinsip kerjanya memecah kulit gabah dengan cara memberikan tenaga tarik akibat kecepatan putar yang berbeda dari dua silinder karet yang dipasang berhadapan. Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan dan kelenturan silinder karet. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sama lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Biasanya gabah yang tidak terkupas akan dipisahkan dari beras pecah kulit dan dimasukkan lagi ke dalam pengumpan hingga semuanya terkupas. Gabah yang diumpankan ke dalam mesin pemecah kulit biasanya tidak seluruhnya terkupas. Besar kecilnya persentase gabah tidak terkupas ini tergantung pada penyetelan mesin. Bagian yang tidak terkupas tersebut harus dipisahkan dari beras pecah kulit untuk diumpankan kembali kedalam mesin pemecah kulit. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan

(17)

mesin pemisah gabah dari beras pecah kulit, yang dapat menyatu atau terpisah dengan mesin pemecah kulit.

Gambar 2 Mesin pemecah kulit gabah dan aliran bahan pada mesin pemecah kulit gabah tipe rubber roll

(Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Beras pecah kulit akan mengalami proses penyosohan yang dilakukan menggunakan mesin penyosoh atau disebut juga mesin pemutih. Hasil dari proses penyosohan adalah beras putih yang siap dipasarkan atau dimasak.

Mesin penyosoh yang umum digunakan di Indonesia adalah mesin tipe friksi jetpeller. Beras pecah kulit yang diumpankan ke dalam mesin ini didorong memasuki silinder dengan permukaan dalam tidak rata dan pada bagian dalamnya terdapat silinder lain yang lebih kecil dan mempunyai permukaan luar yang tidak rata serta berlubang-lubang. Beras pecah kulit akan berdesakan dan bergesekan dengan permukaan silinder yang tidak rata sehingga lapisan kulit arinya (aleuron) yang berwarna kecoklatan terkikis.

Mesin penyosoh dilengkapi dengan hembusan udara yang kuat dari dalam silinder kecil yang berlubang-lubang, sehingga mendorong dan melepaskan serbuk dedak dari permukaan beras dan dinding silinder untuk mendapatkan beras putih yang bersih dan menjaga kapasitas giling tidak menurun. Selain itu hembusan udara ini juga berfungsi untuk menjaga suhu beras tetap rendah selama proses penyosohan sehingga penurunan mutu akibat perubahan kimia (menyebabkan cracking pada beras) yang disebabkan oleh panas dapat dicegah.

(18)

Gambar 3 Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller

(Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)

Beras putih hasil proses penyosohan kemudian perlu dipisahkan menurut kelompok mutunya yaitu beras utuh dan beras kepala sebagai mutu terbaik, beras patah sebagai mutu kedua, dan beras menir sebagai mutu ketiga. Pemisahan dilakukan menggunakan mesin pengayak bertingkat (sifter) atau silinder pemisah (silinder separator). Ketiga macam mutu beras tadi akan dicampurkan kembali dengan perbandingan tertentu untuk menentukan harga jual sebelum beras dikemas bila akan dipasarkan. Pengemasan umumnya menggunakan karung plastik berukuran 50 kg. Penimbangan dilakukan secara manual, demikian pula penutupan karung, dapat dilakukan secara manual baik dengan atau pun tanpa bantuan alat penjahit portable.

2.3.3 Pemeliharaan mesin

Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit) oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku (2016) dijelaskan mengenai tujuan merawat mesin penggilingan padi adalah untuk menjaga agar alat tidak berkarat, tidak cepat rusak, dan setelah habis dipakai alat dibersihkan dari biji-bijian yang melekat pada mesin RMU. Matikan mesin setelah dipakai agar tahan lama dan hindarkan yang bisa membahayakan mesin, kemudian mesin yang dipakai harus benar-benar di jaga dengan baik. Perawatan mesin dilakukan secara teratur setiap harinya agar didapatkan kondisi mesin yang siap untuk melakukan produksi tanpa ada

(19)

kendala yang berarti. Untuk perawatan ringan maintenance dilakukan secara rutin dan untuk perawatan tingkat sedang dilakukan kurang lebih satu minggu sekali sedangkan untuk tingkat berat pada mesin penggerak dilakukan jika terjadi kerusakan saja.

1. Rubber roll (rol karet).

Rol karet pada main shaft akan lebih dulu habis, di karenakan perputarannya lebih cepat dari pada rol karet pasangannya. Tetapi agar derajat pengupasan tetap dapat di pertahankan (85 ~ 95%), maka rol karet pada main shaft harus selalu lebih tebal dari pada rol karet pasangannya dan setiap 2 ~ 3 hari sekali atau sesuai kebutuhan kedudukan rol karet supaya di pindahkan. Apabila kadar air ± 14 % dan gabah cukup bersih, maka kekuatan rol karet 6 inchi bisa mencapai ± 30

~ 35 ton gabah/pasang roll karet. Makin basah dan kotor gabah yang akan di giling maka makin cepat pula rol karet akan menjadi aus.

2. Air suction (kipas pelempar sekam).

Tiap bulan atau berkala setelah operasional, air suction (kipas pelempar sekam) supaya di buka dan di periksa. Sebab pada tangkai kipas kepala baut cepat habis karena aus terkikis oleh adanya gesekan dengan sekam. Dan ini sangat membahayakan bila kipas sampai terlepas, untuk itu segera ganti dengan yang baru. Apabila daun kipas ada yang rusak atau sobek jangan di lakukan pengelasan ini akan menimbulkan getaran pada shaft kipas yang berakibat bearing (lager) akan rusak. Segera ganti dengan kipas yang baru sesuai dengan setandart pabrik. Perhatian : Jangan dilakukan pengelasan bila daun kipas rusak sebab akan menimbulkan getaran yang tinggi yang di sebabkan tidak seimbangnya kipas yang berputar (un balance), segera ganti kipas dengan yang baru sesuai dengan standar pabrik.

3. Flat Belt

Flat belt yang digunakan tidak mesti sesuai panjangnya untuk itu perlu di potong sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan panjangnya.

pada saat penyambungan harap di perhatikan pada saat mengunci dengan kawat kancingan (kaitan gigi buaya), sambungan harus betul betul sempurna dan kawat kancingan harus betul betul rapi. Flat belt yang kendor tidak hanya menimbulkan banyak slip saja tetapi kapasitas pengupasan akan berkurang dan derajat pemisahan serta angin

(20)

pembuangan sekam akan berkurang juga. Dan sebaliknya kalau flat belt terlalu kencang (tegang) akan cepat merusakkan main shaft. Gunakan belt wax atau aspal encer untuk pemeliharaan.

4. Perawatan mesin penggerak

Untuk perawatan ringan dilakukan meliputi pengecekan pelumas mesin disetiap pagi sebelum mesin dinyalakan, mengecek bahan bakar mesin penggerak yaitu solar. Jika pelumas sudah tidak layak pakai yaitu ditandai dengan kekentalan oli yang menurun atau menjadi encer, operator melakukan penggantian pelumas mesin.

2.4 Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Sesuai dengan modul yang berjudul “Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit) oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian Betangkaluku (2016) dijelaskan mengenai K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang merupakan suatu pemikiran dan upaya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Dalam keadaan yang demikian maka penggunaan mesin-mesin, instalasi-instalasi modern serta bahan berbahaya mungkin makin meningkat. Masalah tersebut di atas akan sangat mempengaruhi dan mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan agar :

- Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya.

- Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman dan efisien.

- Proses produksi berjalan lancar.

Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu :

- Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semualapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupunkesehatan social.

- Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

(21)

- Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.

- Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuaidengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

Melaksanakan Prosedur K3 Badan kita terdiri dari beberapa bagian.

Semuanya harus terlindung diwaktu melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung tersebut antara lain :

a. Alat pelindung mata. Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu. Berbagai jenis kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda.

b. Alat pelindung kepala. Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada mesin-mesin yang berputar, topi melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran mesin bor atau rambut terkena percikan api pada saat mengelas.

c. Alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang bising, juga penahan bising dari letupan/letusan.

d. Alat pelindung hidung. Alat ini berguna terisapnya gas-gas yang beracun pada saat mengelas. Bahkan untuk tempat kerja khusus diperlukan masker (alat pelindung wajah)

e. Alat pelindung tangan. Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan. Yang sering dijumpai adalah

- Sarung tangan kain digunakan untuk memperkuat pegangan.

Hendaknya dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian- bagian mesin atau bahan logam lainnya.

- Sarung tangan kulit, sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman sudut pada pekerjaan pengecoran.

Perlengkapan ini dipakai pada saat harus mengangkat atau memegang bahan tsb.

- Sarung tangan karet terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel, perkhrom dsb. Sarung tangan ini menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau melindungi dari kepedasan cairan pada bak atau panik dimana pekerjaan tersebut berlangsung. Sarung tangan

(22)

karet digunakan pula untuk melindungi kerusakan kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan bagian-bagian mesin dengan menggunakan kompresor.

f. Alat pelindung kaki Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

g. Pelindung hidung dan mulut ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel, udara sering dikotori terutama akibat kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat semprotan cairan, akibat debu dan partikel lainnya yang lebih kecil.

Misalnya pengotoran pada pernafasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut dari proses pengecatan, asap yang timbul ketika pahat sedang digerinda dan asap ketika mengelas adalah salah satu contoh pengotoran udara yang terjadi. Pemakaian alat pelindung pernafasan ditentukan oleh jenis bahaya pengotoran udara.

(23)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan kegiatan PKL

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 dilaksanakan di BPP Kecamatan Mungkid yang beralamatkan di Jalan Kalangan Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang pada bulan Juli – Agustus 2022.

Gambar 4 Lokasi wilayah kerja bpp mungkid (sumber: google maps) 3.2 Materi Kegiatan

Materi kegiatan PKL sebagaimana tertuang dalam table berikut Tabel 2 Materi kegiatan PKL

No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output Kegiatan

1

Keadaan dan

informasi umum BPP Kecamatan Mungkid, serta organisasi dan manajemen

sumberdaya manusia.

- Sejarah dan perkembangan BPP Kecamatan Mungkid - Profile BPP Kecamatan Mungkid - Posisi dan denah

- Tata letak (layout) - Struktur organisasi

- Personalia, tenaga kerja dan kualifikasi Tata kerja pegawai

Gambaran dan informasi BPP

Kecamatan Mungkid

(24)

2 Jenis Alsintan yang ada di daerah binaan BPP Kecamatan Mungkid

- Mengidentifikasi jenis Alsintan yang ada dan layak untuk dipakai

Informasi data jenis Alsintan

3 Pemanfaatan Alsintan yang ada di daerah binaan BPP Kecamatan Mungkid

- Merekap data Alsintan bantuan pemerintah

- Menghitung kapasitas kerja Alsintan teoritis

- Menghitung kapasitas kerja Alsintan di lapangan.

Informasi data pemanfaatan

alsintan di lapangan 4 Proses optimalisasi

pemanfaatan Alsintan di lapangan

- Koordinasi dengan daerah binaan BPP Kecamatan Mungkid untuk memobilisasi Alsintan untuk mengolah hasil pascapanen

- Mendorong pemanfaatan Alsintan secara maksimal - Menetapkan target harian

pemanfaatan Alsintan

- Relokasi Alsintan yang tidak dimanfaatkan

Optimalisasi pemanfaatan

alsintan di lapangan

5 Mengoperasikan alsintan

Pengolahan Hasil Pertanian di lapangan

- Melakukan pengolahan hasil panen dengan Alsintan pengolahan hasil pertanian (Rice Milling Unit)

Pengalaman melakukan pengolahan hasil

panen menggunakan Rice Milling Unit.

(25)

6 Menerapkan prinsip Keamanan,

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di lapangan

- Memeriksa kelengkapan Alsintan sebelum

dioperasikan

- Mengoperasikan alsintan sesuai dengan SOP yang berlaku - Menerapkan prinsip K3 dalam

mengoperasikan Alsintan

Pengalaman dalam penerapan

prinsip K3 dalam mengoperasikan

Alsintan di Lapangan 7 Menganalisis

ekonomi dan kinerja Alsintan pengolahan hasil perranian di Lapangan

- Menghitung nilai input dan output penggunaan Rice Milling Unit

Hasil perhitungan nilai input dan output

kinerja Rice Milling Unit 8 Melaporkan hasil

analisis ekonomi dan kinerja Alsintan pengolahan hasil pertanain di lapangan

- Membuat laporan hasil analisis ekonomi dan kinerja Rice

Milling Unit. Laporan hasil

analisis ekonomi dan kinerja Rice

Milling Unit.

3.3 Prosedur Pelaksanaan

Tabel 3 Matriks rencana pelaksanaan

No Rencana Kegiatan Waktu (mingguan)

1 2 3 4

1.

Identifikasi keadaan dan informasi mengenai BPP Mungkid dan daerah disekitar binaannya.

2

Identifikasi Alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang terdapat di daerah binaan BPP Mungkid

3

Identifikasi pemanfaatan Alsintan Rice Milling Unit (RMU) yang digunakan di BPP Mungkid dan di daerah

binaannya

4 Analisis teknis pengoperasian dan

(26)

perawatan Rice Milling Unit (RMU)

5

Penyusunan hasil analisis-analisis yang dilakukan terhadap Rice Milling Unit (RMU)

(27)

Diagram Alir

MULAI

Studi Literatur Studi Lapangan

Rumusan Masalah

Tahapan Pengolahan dan analisis data

Tahapan Pengumpulan data

Analisis Teknis:

1. Analisis Lokasi produksi 2. Analisis Teknologi dan

mesin yang digunakan 3. Analisis mekanisme kerja

Analisis Teknis:

1. Efisiensi mesin 2. Efektifitas mesin

Hasil Analisis

Kesimpulan

Selesai

(28)

a. Suvei Lapangan

Survei lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi atau keadaan yang terdapat dilapangan, sehingga nantinya penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada. Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan di BBP Mungkid didapatkan hasil bahwa terdapat tempat penggilingan padi untuk petani .Adanya tempat penggilingan padi ini dapat memberikan nilai tambah, sehingga pada akhirnya keberadaan tempat penggilingan padi bagi petani dapat mendorong pertumbuhan produksi berasdan ekonomi petani sekitar BPP Mungkid. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan analisis teknis dan uji mesin pada proses penggilingan padi.

b. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan permasalahan yang ditemukan saat melakukan survei lapangan. Rumusan masalah ini dibuat untuk mengetahui permasalahan apa saja yang terdapat dilapangan sehingga nantinya akan didapatkan solusi dari masalah tersebut.

c. Tujuan

Tujuan adalah fokus terhadap permasalahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk menganlisis teknis dan uji mesin pada proses penggilingan padi untuk mendorong atau meningkatkan pertumbuhan produksi dan ekonomi petani sekitar BPP Mungkid.

d. Pengumpulan data

1) Data Primer Data primer yaitu data yang didapatkan melalui pengamatan secara langsung di lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis data. Data primer yang diperoleh berupa data hasil percobaan dan juga data berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber yang menguasai dibidang tersebut.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan studi literatur yang sesuai dengan kebutuhan analisis data

e. Analisis data

1) Analisis teknis adalah metode analisis yang menggunakan aspek teknis, diantaranya yaitu analisis layout (tata letak) produksi, analisis bahan penggiling, analisis teknologi yang digunakan dalam proses penggilingan padi, dan analisis tahapan proses penggilingan.

2) Uji kinerja mesin adalah metode yang digunakan untuk mengetahui spesifik dari mesin. Aspek yang ditinjau dari uji kinerja mesin adalah

(29)

Dimensi Mesin, Kapasitas Mesin, Efisiensi Mesin, Efektifitas Mesin, Uji Pelayanan.

f. Hasil analisis

Hasil analisis didapatkan setelah kumpulan data dianalisis. Dengan begitu didapatkan jawaban untuk meningkatkan efektifitas dan hasil produksi beras di daerah sekitar BPP Mungkid.

g. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan pernyataan singkat tentang hasil analisis yang telah dilakukan dan menjawab tujuan dari penulisan

(30)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran dan Informasi Umum Lokasi PKL 4.1.1 BPP Mungkid

Gambar 5. BPP Kecamatan Mungkid

Balai Penyuluh Pertanian (BPP) merupakan unit instansi yang menunjang kegiatan penyelenggaraan pertanian yang bergerak dan menaungi pada tingkat kecamatan suatu daerah. Dalam rangka mendukung tugas dan fungsi kelembagaan penyuluhan pertanian dibutuhkan sumber daya manusia dalam hal ini aparat Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), sarana prasarana, pendanaan sertastatus kedudukan lembaga yang kuat.

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sebagai sebuah lembaga yangdekat dengan masyarakat peran dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) sangat besar dalam upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan.

BPP Mungkid merupakan unit penunjang kegiatan pertanian yang berada di Kecamatan Mungkid dan beralamat di Jalan Kalangan Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang yang melaksanakan tugas pokok Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) dalam pelayanan informasi dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kehutanan pada tingkat desa dan kecamatan serta memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Menyusun programa dan rencana kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.

2. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi dan pasar

(31)

3. Mengembangkan teknologi spesifik local melalui kajian-kajian dan menjalin kemitraan dengan peneliti, penyuluh, petani dan LSM.

4. Memfasilitasi terselenggaranyakegiatan belajar bagi petani.

5. Menumbuhkembangkan kelembagaan petani.

6. Menyelenggarakan forum-forum pertemuan bagi petani, penyuluh dan pelaku agribisnis lainnya.

7. Menyelenggarakan evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian dan kehutanan di tingkat desa dan tingkat kecamatan.

A. Wilayah Kerja BPP Mungkid

Kecamatan mungkid merupakan daerah dengan luas wilayah 3.446.72 km2 yang terbagi atas 16 desa, 144 dusun. Luas lahan dari wilayah ini adalah 3025,05 Ha yang terdiri dari lahan pertanian dengan luas 2.116,85 Ha dan lahan non pertanian dengan luas 908,2 ha yang dikembangkan menjadi sektor lain seperti pekarangan dan perikanan.

Sector pertanian utama yang dikembangkan di daerah Kecamatan Mungkid adalah komoditas padi seluas 132 Ha dengan produksi rata- rata 17.688 kg pertahun.

Kecamatan mungkid terletak pada ketinggian 300-500 mdpl yang menjadikan wilayah ini memiliki potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan tanaman pangan utamanya komoditas padi sehingga lahan pertanian di wilayah ini didominasi dengan lahan sawah namun kemiringan lahan sawah tergolong landai antara 10-40 sehingga keadaan wilayah lahan bervariasi dengan tipe tanah regosol yang memiliki kedalaman tanah yang cukup yaitu 30 cm.

Wilayah kerja BPP Mungkid meliputi 14 desa dan 2 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Mungkid dengan perincian kelembagaan sebagai berikut

Tabel 4 kelembagaan dan luas wilayah Kecamatan Mungkid

No Desa/Kelurahan Jumkah Poktan

Jumla h KWT

Jumlah Gapoktan

Luas Wilayah

(ha)

1 Treko 3 1 1 133,00

2 Gondang 5 - 1 177,00

(32)

3 Senden 6 1 1 216,80

4 Pagersari 7 1 1 214,00

5 Bojong 7 1 1 255,00

6 Mungkid 3 1 1 171,00

7 Ambartawang 4 2 1 167,20

8 Blondo 4 1 1 230,00

9 Bumirejo 5 - 1 247,60

10 Sawitan 3 1 1 129,80

11 Rambeanak 8 1 1 282,00

12 Pabelan 6 1 1 348,00

13 Paremono 9 1 1 400,35

14 Ngrajek 4 - 1 301,10

15 Mendut 4 1 1 145,00

16 Progowati 7 - 1 280,87

Jumlah 85 13 16 -

Sumber: Badan Pusat Statisti (BPS) Kabupaten Mageelang

B. Struktur keanggotaan BPP Mungkid

Berikut merupakan struktur keanggotaan dan pembagian wilayah kerja bagi penyuluh pertanian di BPP Mungkid

Tabel 5 Struktur keanggotaan dan pembagian wilayah kerja penyuluh BPP Mungkid

No Nama Jabatan Wilayah kerja

(Desa) Ket.

1 Sri Rahayu, S.PKP. Koordinator

PP Kecamatan Mungkid PNS 2 Dian Rintawati,

A.Md. PP Paremono, Ngrajek,

Sawitan PNS

3 Dedy Kurniadi, S.ST. PP Mendut, Progowati,

Rambeanak PNS

4 Sarifah K, S.P PP Gondang, Pagersari PPPK 5 Leily Kurniawati PP Bojong, Mungkid PPPK

6 Tri Wuryanti S.P. PP Pabelan,

Ambartawang PPPK 7 Triana Purbandari PP Bumirejo, Blondo PPPK

(33)

8 Ahmad Saefudin PP Senden, Treko PPPK Sumber: Monografi BPP Kecamatan Mungkid

4.1.2 Potensi lahan

Berikut merupakana gambaran potensi lahan di wilayah Kecamatan Mungkid

1. Tanaman pangan

Tanaman pangan yang lebih dominan dikembangkan adalah komoditas padi dengan varietas yang sering ditanam adalah IR-64, Ciherang, Galur, Menthik Wangi, dan Ketan. Seluruh wilayah di kecamatan mungkid memilih komoditas padi sebagai tanaman pangan yang sering digarap dilahan sawah karena adanya kondisi lahan yang sesuai.

2. Holtikultura

Tanaman holtikultura atau perkebunan yang banyak ditanam dan dikembangkan di daerah mungkid adalah Cabe, Tomat, Kacang panjang dan jagung. Komoditas padi menjadi komoditas andalan di beberapa wilayahnya namun tanaman padi sering terserang penyakit pathek utamanya pada saat musing penghujan tiba. Petani juga menanam buah-buahab seperti pepaya, rambutan, dan mangga.

3. Perkebunan

Tanaman perkebunan yang banyak dikembangkan di wilayah Mungkid adalah tembakau yang mana biasanya ditanam pada akhir bulan maret atau awal bulan akhir hingga bulan Agustus atau September. Tanaman tembakau banyak berkembang di Desa Progowati, Rambeanak, Sawitan, Ngrajek, Paremono, dan Kelurahan Mendut. Tanaman perkebunan lain yang ikut dikembangkan yaitu kelapa.

4.1.3 Luas lahan dan Luas tanam di Desa/Kelurahan Kecamatan Mungkid

A. Luas Desa/Kelurahan dan persentase luas desa/kelurahan di kecamatan mungkid tahun 2019

Tabel 6 Luas data/kelurahan di Kecamatan Mungkid tahun 2019 No Desa/ Kelurahan Luas wilayah (km2) Persentase

1 Progowati 2,85 7,5

(34)

2 Mendut 1,45 3,8

3 Sawitan 1,29 3,3

4 Rambeanak 3,82 10

5 Ngrajek 1,85 4,8

6 Pabelan 3,48 9,1

7 Paremono 4,15 10,9

8 Bumirejo 3,01 7,9

9 Blondo 2,30 6,1

10 Ambartawang 2,08 5,4

11 Mungkid 1,71 4,5

12 Bojong 2,55 6,7

13 Pagersari 2,14 5,6

14 Senden 2,17 5,7

15 Treko 1,33 3,5

16 Gondang 1,77 4,6

Jumlah 37,95 100

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten magelang B. Luas Tanam, Luas puso dan luas panen tanaman padi menurut bulan di

kecamatan mungkid tahun 2019

Tabel 7 Luas tanam, puso dan panen tanaman padi Kecamatan Mungkid 2019

Bulan Luas tanam Luas puso Luas panen

Januari 486,4 0,0 380,5

Februari 438,3 0,0 174,3

Maret 368,9 0,0 425,7

April 395,9 0,0 472,0

Mei 471,0 0,0 485,5

Juni 278,4 0,0 399,7

Juli 641,5 0,0 346,8

Agustus 422,8 0,0 462,3

September 420,0 0,0 309,2

Oktober 311,1 0,0 545,2

November 175,3 0,0 499,9

Desember 273,5 0,0 449,8

Jumlah/total 4.683,1 0,0 4.950,9

Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan kabupaten magelang

(35)

4.1.4 Profil lumbung pangan desa Rambeanak

Lumbung pangan Desa Rambeanak merupakan lahan dan bangunan yang didapatkan dari bantuan Dinas serta didalamnya mencakup alat mesin Rice Milling Unit (RMU) satu fase yang memiliki satu unit elevator, satu unit separator dan dua unit penyosohan beras. Bantuan tersebut diberikan kepada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Hamparan Sejahtera yang berada di Desa Rambeanak.

Lahan yang digunakan untuk membangun lumbung padi merupakan lahan tanah bengkok perangkat desa. Alasan diberikannya bantuan lumbung pangan beserta kelengkapannya kepada gapoktan Hamparan Sejahtera karena dilihat adanya potensi yang tinggi dari komoditas hasil pertanian padi dari warga-warga sekitar sehingga diharapkan bantuan yang diberikan mampu mengoptimalkan hasil panen dan pemanfaatannya digunakan secara optimal oleh seluruh petani di Desa Rambeanak.

Lumbung pangan mulai dibangun pada tahun 2020 dan selesai pembangunan pada tahun 2021. Alat mesin Rice Milling Unit (RMU) yang diberikan merupakan unit RMU keluaranterbaru yaitu tahun 2021 oleh PT. Bina Barutama dengan kapasitas penggilingan sebesar 1,5 Ton. Lumbung desa juga dilengkapi dengan area lantai jemur yang masih memanfaatkan matahari sebagai sumber panasnya.

Lumbung pangan yang dikelola oleh Gapoktan Hamparan Sejahtera sudah mulai digunakan pada awal tahun 2022 oleh seorang anggota Gapoktan bernama Ibu Suprihatin namun manajemen secara kelompok dalam gapoktan belum berjalan untuk melanjutkan atau mengembangkan usaha penggilingan padi tersebut.

Ibu Suprihatin mengungkapkan bahwa beliau memutuskan untuk mulai memanfaatkan RMU yang tersedia karena seluruh bangunan dan alat mesin sudah selesai dibangun dan terpasang secara sistematis sehingga sayang apabila tidak segera dimanfaatkan dan hanya terbengkalai didalam ruangan saja. Hal tersebut yang membuat ibu Suprihatin mau mengelola usaha penggilingan padi seorang diri dengan bantuan satu orangoperator meskipun masih dalam keterbatasan.

(36)

4.2 Hasil Kegiatan

Mesin penggilingan padi/ Rice milling unit (RMU) dengan merek INARI tipe RMU01.5DE1 yang dibuat oleh PT. Bina Barutama pada tahun 2021 merupakan serangkaian unit mesin yang berfungsi untuk mengubah gabah menjadi beras putih dengan rangkaian mengupas kulit gabah dan menyosoh beras kupas kulit. Mesin ini terdiri dari beberapa unit mesin yang terpasang terintegrasi menjadi satu unit lengkap penggilingan gabah, yaitu terdiri dari : hopper, elevator, husker separator, 2 polisher, dan cyclone, dengan satu output keluaran hasil dan panel switch untuk penyalaan dan sistem kendali mesin. Motor penggerak yang digunakan yaitu motor diesel denganmerk dongfeng.

4.2.1 Konstruksi Alat Mesin

Gambar 6 Konstruksi rice milling unit

Keterangan

1. Motor Penggerak

2. Hopper atau pengumpanan gabah

(37)

3. Elevator 4. Panel Mesin

5. Husker atau bagian pemecah kulit gabah

6. Separator atau bagian penyaringan gabah pecah kulit 7. Polisher 1

8. Polisher 2

9. Pengeluaran hasil beras

4.2.2 Bagian alat mesin

A. Mesin Pemecah Kulit Gabah (Paddy Husker)

Bagian utama dari mesin ini adalah sepasang roll karet yang mana pada saat beroperasi keduanya akan bergerak berlawanan arah dengan kecepatan yang berbeda, sehingga dapat memecah gabah pada saat gabah berada diantara keduanya. Mesin pemecah kulit gabah ini dilengkapi dengan hopper yang pada bagian bawahnya memiliki plat yang dapat dibuka dan ditutup dan memiliki fungsi untuk mengatur aliran gabah yang akan masuk kedalam ruang pengupasan dan pemecahan kulit. Penutup kerangka mesin ini terdiri dari plat besi.

B. Mesin Pemisah Beras Pecah Kulit dan Gabah(Separator)

Mesin ini berfungsi untuk memisahkan beras pecah kulit (BPK) dan gabah yang keluar dari paddy husker menjadi tiga bagian yaitu BPK murni, BPK yang tercamppur dengan gabah dan gabah. Kemudian BPK yang tercampur dengan gabah dan gabah akan bercampur menjadi satu kesatuan dan diarahkan untuk kembali ke hopper. BPK murni akan diteruskan menuju unit separator. Bagian utama dari mesin ini adalah plat dengan jumlah 5 unit yang tersusun secara vertikal dan memiliki jarak tertentu.

C. Mesin penyosoh beras

Rangkaian mesin Rice Milling Unit yang digunakan dilengkapi dengan 2 unit penyosohan yang mana dari masing- masing unit penyosoh ini dilengkapi dengan komponen utama yaitu berupa silinder penyosoh. Silinder penyosoh memiliki fungsi untuk mengupas kulit ari gabah dengan sistem gesekan. Mesin ini

(38)

dilengkapi dengan blower yang digunakan untuk membantu membersihkan sisa bekatul yang menempel pada beras.

D. Bucket elevator

Rangkaian mesin Rice Milling Unit ini dilengkapi dengan 1 unit elevator dengan sumber daya penghantar motor listrik.

Elevator berfungsi untuk membwa gabah yang masuk melalui hopper dan menuju unit pengupasan kulit atau husker.

E. Kerangka mesin

Kerangka mesin ini berfungsi sebagai penutup dan melindungi bagian-bagian yang terdapat didalamnya. Bahan yang digunakan dalam pembuatan kerangka mesin ini adalah plat besi.

F. Motor penggerak

Rangkaian mesin penggilingan ini digerakkan dengan 2 unit motor diesel yang mana diesel pertama berfungsi untuk menggerakkan husker dan generator listrik yang selanjutnya akan menggerakan motor listrik. Diesel kedua berfungsi sebagai sumber daya penggerak polisher 1, polisher 2, dan blower bekatul.

4.2.3 Mekanisme kerja

1. Pengecekan alat dan kerangka

Gambar 7 pengecekan alat dan kerangka

Sebelum mesin dinyalakan terlebih dahulu melakukan pengecekan terhadap alat mesin apakah ada bagian yang kurang sesuai seperti kendur, terlepas dari bagiannya ataupun sangat kotor. Pastiakan seluruh bagian telah terpasang pada rangkaian alat mesin. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir kerusakan dan kecelakaan kerja yang mungkin timbul saat alat mesin beroperasi.

(39)

2. Pengecekan mesin

Gambar 8 Pengecekan ketersediaan air radiator dan bahan bakar

Mengecek ketersediaan air radiator dan juga bahan bakar, diisi sesuai kapasitas dan kebutuhan agar saat mesin beroperasi tidak kehabisan.

3. Penyalaan mesin

Menyalakan motor penggerak dan juga unit penyalaan kemudian ditunggu hingga putaran poros stabil.

4. Memasukkan gabah kedalam hopper bucket elevator.

Gambar 9 Memasukan bahan kedalam hopper

Setelah gabah masuk kedalam hopper maka gabah kemudian akan dibawa menuju unit pengumpan paddy husker melalui bucket elevator. Jangan lupa untuk membuka sekat sliding gate yang menjadi pemisah antara hopper dan elevator agar gabah dapat masuk dan diteruskan melalui elevator kedalam husker.

(40)

5. Gabah Pecah Kulit (GPK)

Setelah hopper paddy husker penuh atau dirasa cukup gabah yang tertampung didalamnya, sekat penutup (sliding gate) dibuka secara perlahan-lahan sehingga gabah akan jatuh melalui celah diantara dua roll karet sehingga kulit gabah akan pecah dan menghasilkan Gabah Pecah Kulit.

Gambar 10 Penampungan husker

6. Pengayakan gabah pecah kulit di paddy separator

Gabah yang telah terkupas dari kulitnya akan menjadi beras pecah kulit (BPK) akan keluar melalui bagian pengeluaran husker dan masuk kedalam bagain pemasukan paddy separator.

Gambar 11 mesin paddy separator

Gabah yang masuk akan dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu BPK murni, BPK yang tercampur dengan gabah dan gabah.BPK murni akan diteruskan menuju unit polisher 1, sedangkan BPK yang bercampur dengan gabah dan gabah akan dibawa kembali dan diarahkanmenuju paddy husker kembali untuk mengikuti proses dari awal.

7. Penyosohan beras pertama

Setelah hopper pada rice polisher 1 penuh atau dirasa cukup, GBK yang tertampung maka sliding gate atau plat pembuka hopper

(41)

rice polisher 1 dibuka sehingga BPK yang tertampung di hopper rice polisher akan jatuh ke unit penyosohan 1.

Gambar 12 Unit polisher 1

BPK akan mengalami pengupasan dengan kulit arinya karena adanya gesekan terhadap silinder penyosoh yang berputar. Kulit ari yang terkelupas (bekatul) akan keluar melalui saluran pengeluaran bekatul sedangkan beras akan jatuh kebawah menuju hopper rice polisher 2.

8. Penyosohan beras kedua

Setelah hopper pada rice polisher 2 penuh atau dirasa cukup beras yang tertampung, maka sliding gate atau plat pembuka hopper rice polisher 2 dibuka sehingga beras yang tertampung di hopper rice polisher 2 akan jatuh ke unit penyosohan 2 untuk dilakukan penyosohan kembali dan menghasilkan beras putih.

Gambar 13 unit polisher 2

Beras putih kemudian akan keluar melalui bagian pengeluaran dan ditampung menggunakan wadah tertentu, sedangkan bekatul yang

(42)

dihasilkan akan dihembuskan oleh blower penghisap dan dialirkan menuju ke siklon bekatul kemudian jatuh kedalam wadah penampungan.

Gambar 14 Unit pengeluaran beras

4.2.4 Penerapan prinsip Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

kuswardana, dkk (2017) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mengkibatkan kecelakaan kerja adalah faktor manusia, mesin, lingkungan, bahan, motode, dan pengukuran yang menjadi faktor penyebab dasar.

sebagain besar atau faktor utamanya yang mengakibatkan kecelakaan kerja adalah adanya konsentrasi yang kurang dalam bekerja dan tidak menerapkan prinsip keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja yang seharusnya serta ruang gerak dan tata bangunan yang kurang baik.

Yuliandi dan Ahman (2019) mengungkapkan bahwa upaya penerapan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pekerja sangat penting bagi pekerja pada saat melakukan aktivitas kerja terutama wilayah kerja dalam risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang tinggi.

Perlindungan tenaga kerja dari bahaya, kecelakaan dan penyakit akibat kerja mengacu pada Undang Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya pada alinea kelima tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 ayat 1 disebutkan bahwa Setiap pekerja/buruh memiliki hak yang sama untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatn kerja (Yusida dkk, 2017).

A. Bangunan

(43)

Bangunan yang digunakan dibangun pada lahan tanah bengkok Desa Rambeanak dengan luas sekitar 500 ubin yang dibangun pada tahun 2021 terletak di pinggir jalan sehingga strategis dan mudah dijangkau. Bangunan terbuat dari dinding dari semen dan bata sehingga dianggap kokoh. Tata letak mesin didalam bangunan ditempatkan sedemikian rupa mengikuti alur proses penggunaan alat mesin penggilingan. Lantai bangunan menggunakan keramik berwarna putih dengan alat pembersihan berupa sapu.

Gambar 15 Kondisi didalam bangunan

Menurut Zulfia (2014) bangunan untuk penanganan pascapanen memiliki persyaratan untuk menunjang keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, diantaranya adalah teknik dan bahan bangunan harus sesuai dengan jenis produk yang ditangani sehingga mudah dibersuhkan, tata letak alat mesin diatur sedemikian rupa sesuai dengan urutan proses penanganannya sehingga mewujudkan efisienitas, serta penerangan yang cukup sesuai dengan keperluan dan persyaratan.Kondisi didalam ruangan cenderung sempit dan minimalis, kondisi pencahayaan bersumber dari cahaya matahari yang masuk pada saat pintu dibuka, bantuan cahaya menggunakan 2 buah lampu didalam ruangan.

(44)

B. Pekerja

Gambar 16 Operator yang sedang menjalankan mesin

Pekerja atau penggilingan padi dijalankan oleh operator dengan kisaran usia 50 tahun, bekerja sesuai dengan waktu pemanggilan atau ketika ada bahan yang akan digilingkan. Pakaian yang digunakan hanya kaus dan celana utuk melindungi diri dari debu . pekerja tidak menggunakan masker atau pelindung saluran pernafasan dan juga tidak mengenakan alas kaki juga sarung tangan. Penerapan K3 penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dari pekerja dianggap kurang.

C. Alat dan Mesin

Alat dan mesin pengglingan padi yang digunakan dalam kondisi yang baik serta dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena tergolong masih baru dan hanya beberapa kali digunakan dalam satu bulan. Terdapat debu dan kotoran pada bagian dalam atau luar pada setiap unit mesin yang berasalh dari kotoran hasil penggilingan.

Sebelum dilaksanakan proses pengoperasian alat mesin terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap kondisi mesin meliputi bahan bakar, air radiator, sumber listrik dan kondisi bagian unit alat unitk memastikan mesin dapat beroperasi dan digunakan dengan baik pada saat proses penggilingan berlangsung.

D. Lingkungan

Bangunan penggilingan berdekatan dengan lapangan, rumah warga dan jalan raya namun kebisingan yang dihasilkan dapat diminimalisir karena suara mesin yang dihasilkan kedap didalam bangunan dan juga jaraknya tidak terlalu bersebelahan sehingga tidak

(45)

terlalu mengganggu penghuni rumah ataupun pengguna jalan. Sekam hasil penggilingan dibuang di belakangan rumah/bangunan dengan lahan yang cukup luas sehingga tidak berceceran di jalanan. Usaha penggilingan padi menhasilkan beberapa pencemaran lingkungan diantaranya debu, sekam, dedak. Sehingga rumah penggilingan padi memang seharusnya memiliki jarak yang cukup dengan rumah warga dan jalan raya agar pencemaran yang dihasilkan tidak mengganggu dan membahayakan sekitar.

4.2.5 Uji kinerja mesin

Pada pengujian ini digunakan bahan gabah ketan bersih (mp) sebanyak 2 kwintal gabah atau 200 kilogram dan beras yang dihasilkan adalah sebanyak 1,1 kwintal atau 110 kilogram. Mesin dinyalakan pada pukul 07.30 dan waktu pada pukul 07.36 gabah mulai dimasukkan kedalam hopper dan diteruskan masuk melalui elevator hingga berhenti pada 08.00 hingga benar-benar tidak ada atau gabah dari separator yang diteruskan kembali ke husker minimum. beras keluar melalui pengeluaran hasil dari pukul 07.50 hingga pukul 08.22 WIB. Sehingga bahan data tersebut akan digunakan sebagai dasar perhitungan beberapa kriteria pengujian mesin Rice Milling Unit (RMU) Yang digunakan.

A. Kapasitas pengumpanan (Kap)

Pada hasil pengujian untuk melakukan pengumpanan terhadap 200kg (Mp) gabah kedalam hopper dibutuhkan waktu 24 menit (t) sehingga kapasitas pengumpanan adalah sebagai berikut

(Kap) = 𝑀𝑝

𝑡 x 60 = 200𝑘𝑔

24 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 60 menit = 500 kg/jam

Kapasitas pengumpanan yang dihasilkan adalah sebesar 500 kg/jam. Hasil ini masih jauh dari kapasitas pengumpanan mesin yang tertera dalam panduan dan SOP yaitu sebesar 1,5 Ton perjam atau 1500 kg perjam. Dengan demikian, perbandingan hasil perhitungan kapasitas pengumpanan dengan kapasitas maksimum alat mesin adalah 1:3

(46)

B. Kapasitas optimum pengeluaran hasil (Kaph)

Pada hasil pengujian untuk menghasilkan beras yang

dikeluarkan melalui pengeluaran hasil terhadap 110kg (m) beras dibutuhkan waktu 32 menit (t) sehingga kapasitas optimum pengeluaran hasil adalah sebagai berikut

(Kaph) = 𝑀

𝑡 x 60 = 110𝑘𝑔

32 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 x 60 menit = 206,25 kg/jam

Kapasitas pengeluaran hasil optimum yang dihasilkan adalah sebesar 500 kg/jam.

C. Rendemen penggilingan (Rn)

Dalam satu kali pengoperasian gabah kering giling (GKG) sebanyak 200kg didapatkan hasil beras sosoh sebanyak 110 kg, sehingga rendemen penggilingan yang dinyatakan dalam

persentase adalah sebagai berikut:

(Rn) = 𝑚

𝐺𝐾𝐺 x 100%

= 110𝑘𝑔

200 𝑘𝑔 x 100%

= 55 %

D. Kebutuhan bahan bakar

Berdasarkan perhitungan selama waktu 70 menit dari pukul 07.57 bensin diisi full dan kemudian mesin berhenti dinyalakan pada pukul 09.07. pengukuran dilakukan dengan mencelupkan kayu kedalam tanki bensin dan kemudian diberi tanda sesuai ketinggian bensin didalam tanki.

Diketahui bahwa kapasitas tanki mesin adalah sebesar 18L dengan ketinggian bahan bakar dari dasar tanki adalah 29cm, setelah dinyalakan dalam waktu 70 menit dilakukan pengukuran ulang dengan mencelupkan kembali kayu kedalam tanki bahan bakar, didapatkan hasil ketinggian bensin selanjutnya adalah 19cm sehingga dapat dilakukan perhitungan

- Jumlah bahan bakar yang tersisa selama 70 menit mesin dinyalakan menggunakan perbandingan tersebut adalah sebagai berikut

(47)

29 𝑐𝑚

19 𝑐𝑚= 18 𝐿 𝐿 𝑠𝑖𝑠𝑎 342 L = 29 x Lsisa L sisa = 342 𝐿

29

= 11,79 Liter

- Jumlah bahan bakar yang digunakan

Jumlah bakan bakar dalam 70 menit penyalaan mesin adalah sebanyak 18 Liter – 11,79 Liter = 6,21 Liter

- Kebutuhan bahan bakar mesin

Kebutuhan bahan bakar mesin per jam adalah sebagai berikut Bb = 6,21 𝐿

70 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑥 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡

= 5,32 L/jam

4.2.6 Pembersihan dan perawatan

Pembersihan dan perawatan alat dilakukan agar alat tetap terjaga dari kebersihan sehingga lebih tahan lama dan menminimalisir bahaya yang mungkin ditimbulkan.

A. Membersihkan area sekitar alat mesin

Gambar 17 Pembersihan area sekitar alat mesin

Pembersihan area sekitar alat mesin untuk membersihkan lingkungan sekitar dari debu dan kotoran yang berserakan dibawahnya yaitu di lantai ataupun sarang laba-laba yang terbentuk pada sela-sela bagian alat. Pembersihan dapat dilakukan menggunakan sapu lantai atau sapu khusus untuk membersihkan sarang yang terletak di bagian atas.

(48)

B. Pembersihan kerangka alat mesin

Gambar 18 Pembersihan kerangka alat

Pembersihan kerangka alat mesin bertujuan untuk membersihkan kerangka alat mesin dari kotoran dan debu menempel yang berasal dari kotoran sisa penggilingan.

Pembersihan dapat dilakukan menggunakan lap basah dan kering untuk menjadikan kerangka tetap mengkilap.

C. Membersihkan bagian unit polisher

Gambar 19 Pembersihan unit polisher

Pembersihan pada bagian ini dilakukan dengan cara membuka tempat silinder polisher dan dibersihkan menggunakan kuas agar menghilangkan bekatul-bekatul sisa penggilingan yang masih menempel. Apabila dibiarkan terus menerus dan tidak dilakukan pembersihan secara rutin maka bekatul akan

(49)

menumpuk dan menjadi kerak yang susah dilepaskan dari bagian silinder polisher.

D. Pembersihan kerangka luar unit polisher

Gambar 20 Pembersihan unit kerangka polisher

Pembersihan pada bagian ini dilakukan dengan cara mengelap dengan kain kering dan kain basah serta utamanya pada kaca yanng terdapat pada bagian samping.

E. Pembersihan unit separator

Pembersihan pada bagian ini dilakukan dengan kain ataupun sapu untuk menyingkirkan sisa sekam atau gabah dan beras yang masih menempel di bagian unit separator karena hal tersebut dapat menghambat proses pengayakan.

Gambar 21 Pembersihan unit separator menggunakan sapu

Gambar

Gambar  1 Mesin penggilingan padi Rice Milling Unit        (Sumber: Modul Alsintan BBPP Betangkaluku, 2016)
Gambar  2 Mesin pemecah kulit gabah dan aliran bahan pada mesin  pemecah kulit gabah tipe rubber roll
Gambar  3 Mesin penyosoh beras pecah kulit tipe friksi jetpeller
Gambar  4 Lokasi wilayah kerja bpp mungkid (sumber: google maps)  3.2  Materi Kegiatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mesin pemindah atau scanner adalah alat elektronik yang berfungsi sebagai pemindah dokumen untuk disimpan di dalam memori komputer. Mesin scanner biasa digunakan

Balai Besar SumberDaya Lahan Pertanian menggunakan mesin scanner untuk memindai dokumen dalam bentuk hardcopy menjadi softcopy , biasanya mesin scanner ini

Untuk pengembangan sistem informasi yang telah dibuat, penulis menyarankan agar sistem dapat ditambah dengan fitur-fitur yang lebih komplit seperti : pencetakan

Mahasiswa yang telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan PKL dapat mengetahui ternyata pemanfaatan Teknologi di Perusahaan tempat PKL sudah cukup baik, hampir semua kegiatan umum

19 UPT dinas pertanian tingkat kecamatan pemerintah 5 tahun terakhir ▪ Menghitung kapasitas kerja alsintan teoristis ▪ Menghitung kapasitas kerja alsintan lapangan alsintan

Prediksi hasil pertanian seperti ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian di daerh yang laju pertumbuhan peduduknya tinggi seperti di Indonesia Colantoni A, 2018 Seiring dengan

Bahagia Jaya sejahter memiliki beberapa tahap dalam proses pembuatan desain mesin APPO Alat Pengolah Pupuk Organik yaitu, pertama menentukan kapasitas mesin yang akan dibuat, kedua

15 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan kegiatan PKL I yang telah dilaksanakan di UPJA Sumber Makmur, bahwa pemanfaatan dan pengoperasian mesin tanam menggunakan