LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I
PENGOPERASIAN RICE MILLING UNIT TWO PHASE DI PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL DI KECAMATAN MAJENANG
Oleh:
Fiqi Uswatun Khasanah NIM 07.16.20.033
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
NAMA : FIQI USWATUN KHASANAH
NIM : 07.16.20.033
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
JUDUL LAPORAN : PENGOPERASIAN RICE MILLING UNIT TWO PHASE DI PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL DI KECAMATAN MAJENANG
Menyetujui:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2
Dr. Mardison S., S.TP., M.Si Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. Agricomm.
NIP. 19770328 200501 1 003 NIP. 19860421 200912 1 006
Mengetahui Kepala Program Studi
Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc.
NIP. 19800419 200501 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat, ridha, dan karunianya sehingga Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini dapat diselesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang selalu menjadi teladan bagi umatnya.
Kegiatan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini dilakukan sesuai tugas dan arahan yang diberikan sebagai syarat untuk dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan I. Penulis menyadari atas ketidaksempurnaan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapangan I ini. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini.
Dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan I ini., khususnya kepada :
1. Dr. Muharfiza, S.TP., M.Si. selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia
2. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI).
3. Dr. Mardison S., S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing I
4. Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. Agricomm.selaku dosen pembimbing II
5. Tasrini, S.P selaku koordinator penyuluh BPP Majenang pada masa aktif jabatannya
6. Eko Budhiarto, S.P selaku koordinator penyuluh BPP Majenang 7. Pratiwi Nur Larasati selaku pembimbing Eksternal
8. Dede Wahyudin selaku pemilik usaha penggilingan padi Sri Jaya 9. Keluarga besar dan staff Balai Penyuluhan Pertanian Majenang 10. Ketua Gapoktan dan kelompok tani desa Padangsari
11.Seluruh Petani di kecamatan Majenang yang sudah membantu jalannya kegiatan PKL I
12. Orang tua beserta keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa 13.Sahabat masa SMP yang selalu memberikan dukungan dan doa dalam
kegiatan PKL I
iv
14.Teman-teman mahasiswa PEPI lainnya yang sudah membantu dan memberikan dukungan dalam kegiatan PKL I
Penulis menyadari tidak adanya kesempurnaan segala suatu yang ada didunia kecuali Tuhan yang maha esa, sehingga penulis berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan I dengan dukungan dan doa yang telah diberikan.
Tangerang, Agustus 2022
Penulis
v DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Gabah... 3
B. Beras ... 3
C. Mesin Penggilingan Padi atau Rice Milling Unit ... 5
D. Bagian-Bagian Utama Mesin Penggiling Padi atau Rice Milling Unit ... 6
E. Pengendalian Resiko Kerja di Penggilingan Padi Two Phase ... 11
BAB III METODE PELAKSANAAN ... 13
A. Waktu dan Tempat ... 13
B. Materi Kegiatan ... 13
C. Rencana Kegiatan ... 15
D. Prosedur Pelaksanaan ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
A. Gambaran Umum Lokasi PKL ... 19
B. Pengoperasian Mesin Rice Milling Unit Two Phase ... 26
C. Resiko Kerja Di Penggilingan Padi Rice Milling Unit Two Phase... 33
BAB V PENUTUP ... 38
A. Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. SNI 6128:2020 ... 4
Tabel 2. Materi Praktik Kerja Lapangan I di BPP Majenang ... 13
Tabel 3. Rencana Pelaksanaan PKL I di BPP Majenang ... 15
Tabel 4. Luas wilayah tiap desa ... 22
Tabel 5. Luas lahan sawah di Majenang ... 23
Tabel 6. Luas lahan kering di Majenang ... 24
Tabel 7. Jenis dan jumlah alsin pertanian di BPP Majenang ... 25
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gabah... 3
Gambar 2. Pemutuan Beras ... 4
Gambar 3. Rice Milling Unit One Phase ... 5
Gambar 4. Rice milling unit two phase ... 6
Gambar 5. Mesin Husker ... 7
Gambar 6. Mesin Polisher ... 8
Gambar 7. Motor Penggerak Bensin ... 9
Gambar 8. Motor Diesel ... 9
Gambar 9. Rubber Roll ... 10
Gambar 10. Peta Kecamatan Majenang ... 19
Gambar 11. Pengecekan Air ... 26
Gambar 12. Pengecekan Solar ... 26
Gambar 13. Pengecekan Oli. ... 27
Gambar 14. Pengecekan rubber roll ... 27
Gambar 15. Pengecekan ban penggerak mesin ... 28
Gambar 16. Menghidupkan mesin ... 28
Gambar 17. Menimbang padi ... 29
Gambar 18. Memasukkan padi ke input mesin husker ... 29
Gambar 19. Pengaturan kerapatan rubber roll ... 30
Gambar 20. Pengaturan ayakan ... 31
Gambar 21. Pengaturan handel penekan ... 32
Gambar 22. Mewadahi beras kedalam karung ... 32
Gambar 23. Menjahit karung beras ... 33
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian PKL I ………40 Lampiran 2. Lembar konsultasi ………..46 Lampiran 3. Nilai pembimbing eksternal ………..47
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Alat penggilingan padi yang berkembang di masyarakat sebelum menggunakan mesin penggilingan adalah alat penggilingan manual yang merupakan awal dari cara memproduksi beras. Cara penggilingan ini menghasilkan kehancuran beras sangat tinggi sehingga rendemennya rendah.
Semakin berkembangnya zaman maka teknologi penggilingan padi tentunya semakin berkembang, seperti mesin penggilingan padi atau rice milling unit.
Penggilingan padi menjadi sentra utama dalam proses produksi beras, karena memproses gabah menjadi beras sehingga siap untuk dikonsumsi.
Mesin Rice Milling Unit (RMU) atau penggiling padi adalah mesin pengupas kulit gabah menjadi beras. Menurut PP no 65 tahun 1971 Penggilingan Padi atau Rice Milling Unit adalah seperangkat lengkap alat yang digerakkan tenaga mesin untuk menggiling padi atau gabah menjadi beras sosoh. Mesin pengilingan padi dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) tipe penggilingan satu langkah (one phase) yaitu mesin dengan proses pemecah kulit dan penyosoh menyatu sekaligus, gabah masuk dari kotak masuk dan keluar sudah menjadi beras putih dan (2) tipe penggilingan dua langkah (two phase) yaitu mesin dengan proses berlangsung 2 tahap, yaitu proses pemecahan kulit gabah dan penyosohan dilakukan secara terpisah.
Praktik Kerja Lapang I adalah kegiatan mahasiswa secara langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu Lembaga Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian yaitu di Balai Penyuluhan Pertanian. Maka dari itu pentingnya PKL yang dilakukan oleh mahasiswa adalah untuk menjadikan pengalaman dalam pengoperasian mesin rice milling unit secara langsung di dalam suatu industri yang dapat membuat mahasiswa menerapkan teori yang telah dipelajari di bangku kuliah pada permasalahan nyata di dunia kerja.
2 B. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui sistem kerja mesin Rice Milling Unit Two Phase
2. Meningkatkan kemampuan praktis mengenai pengeporesian Rice Milling Unit Two Phase
3. Mengetahui resiko kerja di penggilingan padi Rice Milling Unit Two Phase 4. Mengetahui sistem kerja BPP Majenang
C. Manfaat
Manfaat yang didapat dari kegiatan praktik kerja lapangan ini yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai cara pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase
2. Meningkatkan pengetahuan mengenai sistem kerja mesin Rice Milling Unit Two Phase
3. Meningkatkan pengetahuan mengenai resiko kerja di penggilingan padi Rice Milling Unit Two Phase
4. Meningkatkan pengetahuan mengenai sistem kerja suatu BPP terutama BPP Majenang
3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Gabah
Gabah merupakan buah padi yang telah dirontokan dari malai (jerami) (Rahardi et al., 2013). Gabah merupakan komoditas hasil produksi padi yang menjadi bahan pangan pokok di Indonesia. (Harini, 2013). Hasil tanaman padi yang berupa gabah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu genetik, kondisi abiotik dan biotik. Beberapa penelitian diketahui bahwa hasil gabah kering panen (GKP) sangat dipengaruhi oleh kesesuaian varietas yang ditanam, keberadaan dan keparahan serangan hama penyakit dan kondisi lingkungan tumbuh (musim, ketersediaan air, pemupukan yang sesuai, kerebahan tanaman karena angin dsb.) (Sudir dan Sutaryo, 2011). Gabah dibedakan menjadi dua yaitu Gabah kering panen (GKP) yang memiliki kadar air 20 – 27% dan Gabah Kering Giling (GKG) yang memiliki kadar air 14%. (Prasetyo et al., 2008)
Gambar 1. Gabah
(Sumber: bantennews.co.id)
B. Beras
Beras adalah hasil olah dari produk pertanian yang disebut padi (Oryza sativa). Beras diklasifikasikan berdasarkan jenisnya menjadi beras putih, beras ketan, dan beras merah.
SNI Beras merupakan standar yang berlaku secara nasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI) 6128:2020 beras merupakan revisi dari SNI 6128:2015. Standar ini bertujuan untuk menetapkan mutu beras yang beredar di pasaran, menjamin keamanan pangan, dan mewujudkan persaingan pasar yang sehat.
4 Berikut tabel SNI terbaru tahun 2020:
Tabel 1. SNI 6128:2020
Komponen mutu Satuan Premium Medium 1 Medium 2
Butir kepala (minimal) % 85,00 80,00 75,00
Butir patah (maksimal) % 14,50 18,00 22,00
Butir menir (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Butir
meraha/putihb/hitamc (maksimal)
% 0,50 2,00 3,00
Butir rusak (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Butir kapur (maksimal) % 0,50 2,00 3,00
Benda asing (maksimal) % 0,01 0,02 0,03
Butir gabah (maksimal) (butir/100 g) 1,00 2,00 3,00
a untuk beras putih atau beras ketan (beras ketan hitam dan beras ketan putih)
b untuk beras merah dan beras hitam
c untuk beras merah
(sumber: SNI 6128:2020)
Berdasarkan SNI yang ada tertera SNI pemutuan beras dimana dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Butir kepala adalah butir beras dengan ukuran lebih besar 80% bagian dari butir beras utuh
2. Butir patah adalah butir beras yang ukurannya berkisar antara 20%-80% dari bagian beras utuh
3. Butir menir adalah butir beras dengan ukuran kurang dari 20% bagian dari butir beras utuh
Gambar 2. Pemutuan Beras
(sumber: SNI 6128:2020)
5
Mutu beras yang dihasilkan dalam proses penggilingan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kadar air, verietas beras dan proses penggilingan yang dilakukan.
C. Mesin Penggilingan Padi atau Rice Milling Unit
Penggilingan padi atau Rice Milling Unit adalah mesin yang digunakan dalam proses pengolahan penggilingan padi menjadi beras. Penggilingan padi memiliki 2 jenis diantaranya yaitu:
1. Penggilingan Padi Satu Unit atau Rice Milling Unit (One Phase)
Penggilingan padi satu unit (one phase) adalah mesin dengan proses pemecah kulit dan penyosoh menyatu sekaligus, gabah masuk dari kotak masuk dan keluar sudah menjadi beras putih.
Gambar 3. Rice Milling Unit One Phase
(sumber: https://www.dawnagromachinery.com/6n2018g/)
2. Penggilingan Padi Dua Unit atau Rice Milling Unit (Two Phase)
Tipe penggilingan dua langkah (two phase) yaitu mesin dengan proses berlangsung 2 tahap, yaitu proses pemecahan kulit gabah dan penyosohan dilakukan secara terpisah.
6
Gambar 4. Rice milling unit two phase
(sumber: https://atekateknik.com/rice-milling-plant-harga-dan-spesifikasi-terlengkap/)
D. Bagian-Bagian Utama Mesin Penggiling Padi atau Rice Milling Unit Mesin penggiling padi atau rice milling unit terutama mesin rice milling unit two phase memiliki bagian-bagian utama dalam unitnya. Berikut bagian- bagian utama mesin rice milling unit;
1.
Mesin Pemecah Kulit Gabah (Paddy Husker)Mesin pemecah kulit gabah (Paddy Husker) Bagian utama dari mesin ini adalah sepasang karet (Rubber roll). Ketika beroperasi, rol karet ini akan bergerak berlawanan sehingga dapat memecah gabah yang melalui celah antara keduanya. Mesin ini dilengkapi dengan corong pengumpan gabah (hopper).
Lubang masuk gabah dapat diatur bukaannya dengan dimensi lubang. Mesin pemecah kulit gabah (paddy husker) bekerja untuk memecahkan dan mengelupas kulit gabah kering giling menjadi beras pecah kulit. Dalam proses penggilingan mesin ini limbah yang didapatkan yaitu sekam.
7
Gambar 5. Mesin Husker (sumber: www.agroniaga.com)
2.
Mesin Penyosoh Beras (Rice Polisher)Mesin penyosoh beras (Rice Polisher) Bagian pengumpan rice polisher adalah sebuah corong (hopper) dengan fungsi penampung beras pecah kulitsebelum masuk rumah penggiling. Bagian output adalah bagian pengeluaran beras, didalam mesin terdapat seperangkat mesin polisher yang bekerja memutar dan memutihkan beras. Tingkat keputihan beras dapat diatur dengan ulir yang tersedia, jika semakin kencang dalam penyetelan ulir maka akan semakin putih beras, semakin longgar beras tidak terlalu putih. Hasil dari mesin polisher ini adalah beras yang siap konsumsi adapun limbahnya berupa dedak.
8
Gambar 6. Mesin Polisher
(sumber: direktoriukm.com)
3.
Motor PenggerakMotor Bensin adalah motor yang menggunakan bahan bakar bensin, dimana motor bensin dibedakan menjadi 2 jenis yaitu motor bensin 4 langkah dan 2 langkah. Motor bensin (Spark Ignition Engine) merupakan mesin pengonversi energi tak langsung, yaitu energi bahan bakar menjadi energi panas dan kemudian baru menjadi energi mekanis. Bahan bakar motor bensin adalah bensin atau isoktan. Sistem siklus kerja motor bensin dibedakan atas motor bensin dua langkah (two stroke) dan empat langkah (four stroke). Biasanya motor bensin ini digunakan untuk menggerakkan penggilangan padi satu unit yang kecil.
9
Gambar 7. Motor Penggerak Bensin
(sumber: www.bukalapak.com)
Diesel adalah motor penggerak yang menggunakan bahan bakar solar, dimana daya maksimum yang dihasilkan oleh diesel yaitu 30 DK dengan putaran poros sebesar 2400 rpm. Diesel digunakan untuk menggerakkan mesin pemecah kulit (husker) dan mesin penyosoh (polisher).
Gambar 8. Motor Diesel
(sumber:www.teknikmart.com)
10
4.
Rol Karet/Rubber rollRol karet gilingan padi terbuat dari kompon karet alam, sintetis atau campurannya yang dipres dan direkatkan pada rol logam serta divulkanisasi.
Bahan tidak boleh mengandung scrap atau reclaimed rubber. Rol karet gilingan padi yang diproduksi dan banyak terdapat di pasaran saat ini terdapat dalam 4 tipe ukuran sesuai dengan kapasitas mesin yang diproduksi, yakni tipe I rol dengan lebar 21 inch untuk kapasitas 400 kg 500 kg, tipe II rol dengan lebar 4 inch (lubang kecil) untuk kapasitas 700 800 kg gabah/jam, tipe Il rol dengan lebar 4 inch (lubang besar) untuk kapasitas 800 - 1000 kg gabah/jam dan tipe IV rol dengan lebar 6 inch untuk kapasitas 900 1250 kg gabah/jam. Adapun warna rol karet umumnya abu-abu, hijau gelap dan coklat.
Sesuai dengan fungsinya maka rol karet harus mempunyai faktor penentu mutu yang menjamin penggunaannya. Menurut LS 8427 1977, Spesification For Rubber Roll For Paddy Dehusker, persyaratan untuk rol karet ditetapkan bagi 2 tipe rol yaitu rol karet warna hitam ( tipe A) dan rol karet warna putih atau warna lain selain hitam (tipe B), sebagai berikut: Tegangan putus ditetapkan minimum sebesar 11,8 MPa (11,8 N/mm) untuk rol tipe A dan 8,5 MPa (8,8 N/mm²) untuk rol tipe B, sedangkan perpanjangan putus ditentukan minimum sebesar 150%
dan 130% untuk rol tipe A dan tipe B. Kekerasan untuk kedua tipe rol ditentukan antara 80-95 IRHD, sedangkan penurunan kekerasan setelah pengusangan pada suhu 80± 2⸰C tidak boleh lebih dari 10 IRHD.
Gambar 9. Rubber Roll
(sumber: www.agrotera.id)
11
E. Pengendalian Resiko Kerja di Penggilingan Padi Two Phase
Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja dan manusia pada umumnya. Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 463/MEN/1993 menjelaskan definisi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja serta orang lain yang berada di tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan sehat dan selamat, selain itu upaya keselamatan dan kesehatan kerja agar setiap sumber produksi yang ada di perusahaan dapat digunakan secara aman dan efisien.
Pengertian risiko menurut AS/NZS 4360:2004 menerangkan bahwa risiko merupakan peluang atau kemungkinan yang dapat menimbukan dampak pada suatu sasaran atau objek. Risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa serta konsekuensi yang dapat ditimbulkan.
Sedangkan menurut (Asiyanto, 2005) risiko merupakan peristiwa yang tidak pasti sehingga risiko yang dapat diidentifikasi harus dibuat suatu perencanaan yang baik untuk meminimalisir peristiwa yang terjadi.
Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis, banyak terdapat teknik yang digunakan dalam melakukan manajemen risiko tergantung bagaimana tipe risikonya. Sebagian besar memiliki rangkaian kegiatan yang sama yaitu identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian.
Proses ini dapat diterapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk maupun aset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen risiko dapat dilakukan pada tahap pelaksanaan maupun operasional kegiatan (Djunaedi, 2005).
Berikut merupakan pelaksanaan prosedur K3 yang diperlukan di dalam industri penggilingan padi:
a. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu.
Berbagai jenis kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda.
12 b. Alat pelindung kepala
Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada mesin-mesin yang berputar, topi melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran pully atau ban dari mesin penggiling.
c. Alat pelindung telinga
Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin yang bising.
d. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-macam bahan disesuaikan kebutuhan. Yang sering dijumpai adalah Sarung tangan kain, digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam lainnya.
e. Alat pelindung kaki
Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam atau terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
f. Pelindung pernafasan
Alat pelindung pernafasan adalah bagian dari alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun ataupun korasi.
13 BAB III
METODE PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat
Tempat pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan I (PKL) dilakukan di balai penyuluhan pertanian Majenang yang beralamat di Margasari, Jenang, Kec. Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53257. Waktu pelaksanaan PKL dimulai dari 11 Juli sampai 5 Agustus 2022.
B. Materi Kegiatan
Materi kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I ini diperoleh dengan menggunakan metode deskriptif melalui kegiatan analisis data sekunder yang diperoleh dari BPP Majenang dan analisis data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan praktik lapangan.
Berikut ini adalah rincian materi kegiatan yang akan dilaksanakan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I:
Tabel 2. Materi Praktik Kerja Lapangan I di BPP Majenang
No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output 1. Keadaan dan
informasi umum BPP Majenang dan Penggilingan Padi di Desa Padangsari
a) Profil, sejarah dan perkembangan b) Posisi dan denah c) Tata letak (lay out) d) Struktur organisasi e) Personalia, tenaga kerja dan kualifikasi f) Tata hubungan kerja
pegawai (jam kerja, jumlah shift, dan lain- lain)
Deskripsi BPP Majenang
2. Identifikasi dan pendataan teknis Alsintan Pascapanen yang ada di Bawah naungan BPP
a) Mengidentifikasi jumlah dan jenis Alsintan yang ada serta sumbernya b) Menghitung jumlah
Deskripsi jumlah dan jenis Alsin Pascapanen
14
Majenang Alsintan pascapanen
yang baik dan layak pakai
c) Identifikasi cakupan luas areal yang
dilayani Alsin Pascapanen 3. Perawatan,
pembersihan Alsintan Pascapanen
a) Percobaan operasi Alsintan pascapanen sesuai jenis dan peruntukannya di garasi/workshop b) Melakukan perawatan,
pembersihan Alsintan pascapanen
Pengalaman operasional dan perawatan
4. Proses pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase
Mengidentifikasi cara pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase
Mengetahui langkah langkah pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase
15 C. Rencana Kegiatan
Berikut ini merupakan rencana kegiatan yang akan dilakukan saat pelaksanaan PKL I di BPP Majenang:
Tabel 3. Rencana Pelaksanaan PKL I di BPP Majenang No Materi kegiatan
Waktu (Minggu)
I II III IV
1. Keadaan dan informasi umum BPP Majenang
2.
Identifikasi dan
pendataan teknis Alsintan Pascapanen
yang ada di Bawah naungan BPP Majenang
3. Perawatan, pembersihan Alsintan Pascapanen
4.
Proses pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase
16 D. Prosedur Pelaksanaan
Prosedur pelaksanaan PKL I merupakan langkah-langkah atau urutan urutan kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun prosedur pelaksanaan PKL I ini yaitu :
Survei Lapangan
Rumusan Masalah
Tujuan
Pengumpulan data
Data Sekunder:
1.Literatur Terdahulu 2.Data BPP Majenang Data primer:
1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi
Analisis data
Hasil analisis
kesimpulan
Selesai Mulai
17 1. Survei Lapangan
Survei lapangan dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi aspek-aspek penting dalam mengevaluasi dan mengidentifikasi BPP yang akan dijadikan tempat praktik kerja lapangan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukana di BPP Majenang didapatkan hasil berupa alat dan mesin yang menunjang dalam kegiatan praktik kerja lapangan. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan praktik kerja lapangan di BPP tersebut.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang ditemukan saat melakukan survei lapangan.
Rumusan masalah ini dibuat untuk mengetahui permasalahan apa saja yang terdapat dilapangan sehingga nantinya akan didapatkan solusi dari masalah tersebut.
3. Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktik kerja lapangan ini adalah fokus dalam penelitian yang dijadikan topik dalam pelaporan ini. Tujuan utama dari kegiatan praktik kerja lapangan ini yaitu untuk mengoperasian mesin rice milling unit two phase.
4. Pengumpulan Data
Data yang didapat ada dua jenis yaitu:
1. Data Primer yaitu data yang didapatkan melalui pengamatan secara langsung di lapangan yang disesuaikan dengan kebutuhan analisis data.
Data primer yang diperoleh berupa data hasil percobaan dan juga data berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber yang menguasai dibidang tersebut.
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dan studi literatur yang sesuai dengan kebutuhan analisis data
5. Analisis Data
Data yang didapatkan dalam kegiatan praktik kerja lapangan dianalis secara deskriptif. Penganalisisan data dilakukan dengan teliti dan melalui bimbingan dari dosen pembimbing.
6. Hasil Analisis
Setelah dilakukannya analisis data maka didapatkan hasil dari analisis tersebut yang nantinya didapatkan teori ataupun pendapat baru mengenai pengoperasian mesin rice miliing unit two phase.
18 7. Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan setelah dilakukannya analisis data dan sudah mendapatkan hasil tersebut. Kesimpulan ini dapat dijadikan sebagai acuan baru dalam pengoperasian pengoperasian mesin rice miliing unit two phase
19 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi PKL
1. Profil Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Majenang
Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Majenang merupakan salah satu dari 24 BPP yang berada di wilayah Kabupaten Cilacap dengan alamat di Jl. Margasari desa Jenang, kecamatan Majenang, kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Terletak pada 7o17’45,15” S dan 108o44’59,95” E.
BPP Kecamatan Majenang dibentuk pada tahun 1971, berada dibawah naungan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap. Batas wilayah administratif kecamatan majenang adalah sebagai berikut:
a. Sebelah utara : Kabupaten Brebes b. Sebelah selatan : Kecamatan Cipari c. Sebelah barat : Kecamatan Wanareja d. Sebelah timur : Kecamatan Cimanggu
Gambar 10. Peta Kecamatan Majenang
20
Jumlah pegawai/personalia yang tersedia di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Majenang terdiri dari 6 Penyuluh Pertanian Lapangan dimana 1 orang sebagai koordinator serta merangkap sebagai penyuluh supervise dan penyuluh wilayah binaan, 1 penyuluh programa, 1 penyuluh bagian sumber daya dan 3 penyuluh pertanian lapangan wilayah binaan dan Petugas Pengendali Organisme Penganggu Tanaman (POPT). Berikut merupakan struktur organisasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Majenang Tahun 2022.
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) KECAMATAN MAJENANG
Koordinator BPP Kecamatan Majenang
Tasrini, S.P
POPT
Kecamatan Majenang Arlinda R, Amd.P
Penyuluh Supervisi Tasrini, S.P Penyuluh Sumber
Daya
Eko Budhiarto, S.Pt Penyuluh
Programa Asikin, S.Pt
Penyuluh Wilbin Tasrini, S.P
Penyuluh Wilbin Eko Budhiarto, S.Pt
Penyuluh Wilbin Asikin S.Pt
Penyuluh Wilbin Deviana Ayu,
S.P Penyuluh Wilbin
Andika Adhi K.
Amd.
Penyuluh Wilbin Pratiwi Nur L, S.P
21
BPP Kecamatan Majenang ini menaungi 185 Kelompok Tani, 17 Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), 20 Kelompok Wanita Tani (KWT) dan 40 P3A berbadan hukum yang tersebar di seluruh wilayah kecamatan Majenang.
2. Kondisi Geografis Lokasi PKL 1
Secara umum kondisi topografi kecamatan Majenang berupa dataran, perbukitan dan pegunungan dengan wilayah hilir 35% ketinggian berkisar 24 - 30 mdpl dan wilayah hulu 65% dengan ketinggian sebesar 200 - 465 mdpl. Wilayah dataran di kecamatan Majenang di dominasi oleh lahan persawahan sedangkan untuk wilayah pegunungan sebagian persawahan, tegalan, perkebunan dan perhutanan.
Sementara kondisi klimatologi kecamatan Majenang menurut analisis Oldeman termasuk kategori C3 yaitu wilayah iklim agak basah. Pada kategori ini berarti kecamatan majenang memiliki 7 bulan basah, 1 bulan lembab dan 4 bulan kering.
22 3. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Majenang
1. Rincian Luas Wilayah
Luas wilayah kecamatan majenang terbagi dalam 17 Desa dengan luas keseluruhan mencapai 14.262.002 Ha. Berikut merupakan tabel rincian luas wilayah tiap desa di administrasi kecamatan majenang:
Tabel 4. Luas wilayah tiap desa
No Desa Luas Wilayah Persentase
1. Pahonjean 932.010 6,53%
2. Salebu 1.307.500 9,17%
3. Cibeunying 1.043.700 7,32%
4. Jenang 326.510 2,29%
5. Sindangsari 288.006 2,02%
6. Cilopadang 443.008 3,11%
7. Bener 1.037.150 7,27%
8. Boja 1.062.000 7,45%
9. Ujungbarang 1.667.788 11,69%
10. Pangadegan 739.221 5,18%
11. Sepatnunggal 498.150 3,49%
12. Sadabumi 1.006.642 7,06%
13. Sadahayu 1.546.890 10,85%
14. Mulyadadi 442.820 3,10%
15. Padangjaya 470.576 3,30%
16. Padangsari 687.004 4,82%
17. Mulyasari 763.001 5,35%
Jumlah 14.262.002 100%
Sumber (Kecamatan Majenang Dalam Angka 2020)
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwasanya luasan wilayah desa di kecamatan majenang sangat beragam dengan wilayah adiministrasi paling luas berada di desa ujungbarang dengan persentase luasan sebesar 11,69% dan wilayah administrasi terkecil berada di desa sindangsari dengan persentase luasan sebesar 2,02%.
23 2. Luas lahan sawah
Berikut merupakan tabel luas lahan sawah di masing – masing desa berdasarkan jenis pengairan yang diterapkan:
Tabel 5. Luas lahan sawah di Majenang Lahan Sawah
No Desa Irigasi
Teknis
Irigasi Semi Teknis
Irigasi Sederhana
Tadah Hujan
Lain - lain
1. Pahonjean - 497,40 - 18,00 15,00
2. Salebu - 221,60 129,00 - 19,00
3. Cibeunying - 182,67 1,13 - -
4. Mulyadadi - 272,35 - 5,00 7,05
5. Jenang - 132,30 - - -
6. Mulyasari - 331,90 - 5,00 -
7. Sindangsari - 33,00 - - -
8. Padangjaya - 287,40 - - -
9. Padangsari - 410,10 - - 19,00
10. Cilopadang - 237,75 1,25 - -
11. Bener - 10,00 82,00 - -
12. Sepatnunggal - - 61,85 1,15 -
13. Sedahayu - - 89,25 9,25 -
14. Sedabumi - - 218,75 5,25 -
15. Pangadegan - - 77,00 3,10 -
16. Boja - 290,05 164,65 3,00 -
17. Ujungbarang - - 60,00 5,00 -
Sumber (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Majenang)
24 3. Lahan kering
Berikut merupakan tabel luas lahan kering di masing – masing desa berdasarkan jenis pengairan yang diterapkan:
Tabel 6. Luas lahan kering di Majenang
Lahan Kering
No Desa Pekara
ngan
Kebun Hutan Negara
Lain lain
Lain - lain
1. Pahonjean - 497,40 - 18,00 15,00
2. Salebu - 221,60 129,00 - 19,00
3. Cibeunying - 182,67 1,13 - -
4. Mulyadadi - 272,35 - 5,00 7,05
5. Jenang - 132,30 - - -
6. Mulyasari - 331,90 - 5,00 -
7. Sindangsari - 33,00 - - -
8. Padangjaya - 287,40 - - -
9. Padangsari - 410,10 - - 19,00
10. Cilopadang - 237,75 1,25 - -
11. Bener - 10,00 82,00 - -
12. Sepatnunggal - - 61,85 1,15 -
13. Sedahayu - - 89,25 9,25 -
14. Sedabumi - - 218,75 5,25 -
15. Pangadegan - - 77,00 3,10 -
16. Boja - 290,05 164,65 3,00 -
17. Ujungbarang - - 60,00 5,00 -
Sumber (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Majenang)
25
4. Sebaran Alat Mesin Pertanian Di Wilayah Kecamatan Majenang
Berikut merupakan tabel jenis dan jumlah alat mesin pertanian yang berada di naungan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Majenang:
Tabel 7. Jenis dan jumlah alsin pertanian di BPP Majenang
No Jenis Alsintan Jumlah
(unit/buah)
Kondisi
baik Kurang baik
1. Traktor roda 4 1 1 -
2. Traktor roda 2 207 180 -
3. Cultivator 2 2 27
4. Pompa air 173 150 23
5. Alat pencacah organic 1 1 -
6. Mesin tanam 6 5 1
7. Mesin panen 2 1 1
8. Rice Milling Unit 160 150 10
9. Mesin pengering 1 1 -
10. Hand sprayer 2.960 2.750 210
11. Cangkul 31.556 30.550 1.006
12. Sabit 31.825 31.225 600
Sumber (Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Majenang 2018)
26
B. Pengoperasian Mesin Rice Milling Unit Two Phase
Proses penggilingan gabah menjadi beras dimulai dari pengupasan kulit gabah sampai dengan menjadi beras sosoh siap konsumsi. Proses pengoperasian Mesin Rice Milling Unit Two Phase adalah sebagai berikut:
1. Pengecekan Air, Solar, Oli mesin, Rubber roll dan Ban penggerak mesin.
a. Pengecekan terhadap air mesin diesel Rice Milling Unit adalah agar ketika mesin disel beroperasi mesin tetap dalam keadaan dingin dan tidak overheat.
Gambar 11. Pengecekan Air
b. Pengecekan terhadap Solar dilakukan untuk memastikan keadaan bahan bakar mencukupi dalam proses pengoperasian mesin.
Gambar 12. Pengecekan Solar
27
c. Pengecekan terhadap oli mesin dilakukan untuk memastikan keadaan mesin sebagai fungsi dari oli yaitu melumasi, mendinginkan dan membersihkan agar komponen-komponen mesin yang bergerak supaya tetap berfungsi sesuai dengan tugas masing-masing.
Gambar 13. Pengecekan Oli.
d. Pengecekan terhadap rubber roll dilakukan untuk memastikan keadaan karet dari rubber roll masih memadai atau masih tebal untuk dilakukannya proses penggilingan padi.
Gambar 14. Pengecekan rubber roll
28
e. Pengecekan terhadap Ban penggerak mesin dilakukan untuk memastikan ban tidak akan terselip saat dilakukannya proses pengoperasian mesin, dimana proses pengecekan ini dilakukan dengan memberi pelumas pada ban.
Gambar 15. Pengecekan ban penggerak mesin 2. Menghidupkan mesin
Proses menghidupkan mesin yang dilakukan pada industri penggilingan padi skala kecil ini dilakukan dengan cara menstarter kunci start layaknya menghidupkan mobil. Mesin RMU yang digunakan dalam praktik mengoperasikan mesin RMU merupakan mesin yang sudah dimodifikasi sehingga dalam proses menghidupkan mesin tidak perlu lagi di engkol. Sebelum mesin digunakan untuk menggiling padi mesin dipanaskan terlebih dahulu agar mesin bekerja secara optimal serta untuk mengecek bunyi mesin, getaran mesin apakah normal atau tidak.
Gambar 16. Menghidupkan mesin
29 3. Menimbang padi
Kegiatan penimbangan padi yang dilakukan berfungsi untuk mengetahui bahan yang masuk lalu dibandingnkan dengan hasil dari penggilingan padi yang nantinya akan dihitung rendemen hasil gilingan.
Gambar 17. Menimbang padi 4. Memasukan padi ke input husker
Proses memasukkan padi kedalam input mesin agar padi dapat tergiling pada mesin RMU skala kecil ini dilakukan dengan memasukan padi kelubang yang tersedia dibagian bawah, sehingga padi tidak perlu lagi di panggul untuk dimasukkan kedalam hopper mesin husker. Padi yang sudah masuk kedalam lubang input akan menuju keatas melalui lift mesin yang nantinya akan masuk kedalam hopper mesin husker.
Gambar 18. Memasukkan padi ke input mesin husker
30 5. Mengatur kerapatan rubber roll
Ketika padi yang sudah masuk mesin husker, padi akan tergiling untuk mengupas kulit padi. Pengupasan kulit padi dimesin dengan cara menggerus padi diantara dua rubber roll. Untuk menentukan tingkat banyak sedikitnya padi yang terkelupas dilakukan pengaturan kerapatan rubber roll. Semakin rapat rubber roll semakin banyak kulit padi yang terkelupas tetapi dapat mengakibatkan mesin selip dan padi patah. Sedangkan semakin renggang kerapatan rubber roll maka semakin sedikit padi yang terkelupas kulitnya.
Maka dari itu pengaturan rubber roll yang seimbang kerapatannya agar mendapatkan hasil beras pecah kulit yang baik dan berkualitas. Pengaturan dilakukan dengan menarik opening lever ke arah kiri dengan hati-hati sehingga kedua rubbel roll mendekat, jarak yang tepat antara kedua rubber roll dapat diatur dengan memutar roll adjusting wheel ke kiri dan ke kanan hingga terasa pas dan keluaran padi menghasilkan beras pecah kulit yang baik dan berkualitas. Hasil keluaran mesin husker ini akan masuk kearah ayakan.
Gambar 19. Pengaturan kerapatan rubber roll 6. Mengatur ayakan
Ayakan berfungsi untuk memisahkan antara beras pecah kulit dengan padi yang masih utuh hasil keluaran mesin husker. Pengaturan ayakan bertujuan agar terpisahnya beras pecah kulit dengan padi yang masih utuh sesuai dengan outputnya dan padi yang masih utuh tidak tertahan diayakan dan turun kearah outputnya. Pengaturan dilakukan dengan cara memukul bagian ayakan dengan menggunakan kayu dan menggoyang kerangka
31
ayakan. Untuk beras pecah kulit akan turun melakui output dibagian belakang ayakan, dimana nantinya beras pecah kulit akan masuk mesin polisher. Untuk padi yang yang tidak terkelupas akan keluar melalui outputnya dibagian depan mesin, padi yang masih utuh ini akan masuk kembali ke mesin husker.
Gambar 20. Pengaturan ayakan 7. Mengatur ulir mesin polisher atau handel penekan
Beras pecah kulit hasil keluaran husker yang sudah terayak akan masuk kedalam mesin polisher untuk dijadikan beras poles yang siap dikonsumsi.
Beras yang dikonsumsi umumnya berwarna putih dan berukuran besar, untuk mendapatkan beras dengan hasil seperti itu dilakukan penyetelan pada ulir mesin polisher atau handel penekan. Fungsi dari handel penekan adalah untuk menekan piringan penahan agar beras tertahan dan tergiling dirumah polisher. Semakin kencanng penekanan handel maka beras akan semakin putih tetapi beresiko beras akan remuk. Semakin longgar handel penekan maka beras akan berwarna coklat dan beras tidak remuk sehingga mendapatkan hasil beras kepala. Maka dari itu untuk mendapatkan beras kepala dan berwarna putih perlu dilakukan pengaturan handel penekan dengan benar.
32
Gambar 21. Pengaturan handel penekan 8. Mempacking beras hasil gilingan kedalam karung
Beras hasil gilingan akan diwadahi karung dan ditimbang dengan bobot 50 kg. sesuai dengan pesanan berasnya. Karung yang digunakan adalah karung berbahan benang Polyprophylene (PP) dengan kekuatan tarik yang tinggi tetapi ringan.
Gambar 22. Mewadahi beras kedalam karung
Karung yang sudah berisi beras dengan bobot yang sudah tepat kemudian dijahit menggunakan mesin jahit karung.
33
Gambar 23. Menjahit karung beras
C. Resiko Kerja Di Penggilingan Padi Rice Milling Unit Two Phase
Kegiatan pengoperasian mesin Rice Milling Unit Two Phase yang dilakukan pada usaha penggilingan padi skala kecil terdapat resiko kerja yang berkemungkinan terjadi. Berikut resiko dan penanganan kecelakaan kerja yang ada di penggilingan padi skala menengah:
1. Resiko bahu terkilir saat memanggul padi dan tangan terkilir saat menuangkan padi ke input mesin
Pada proses produksi beras, padi yang masih didalam karung dilakukan penimbangan. Pada proses penimbangan inilah padi diangkat dari tempat awalnya ke tempat penimbang dengan cara di panggul dipundak. Resiko kerja yang terjadi yaitu bahu terkilir karena beban padi yang berat harus dipangggul dipundak, selain karena beban padi yang berat kesiapan tenaga kerja saat akan memanggul juga mempengaruhi. Maksudnya ialah tenaga kerja harus memiliki persiapan (ancang -ancang) saat akan memanggul padi dipundaknya.
Adapun penuangan padi kedalam input mesin husker juga memiliki resiko tangan terkilir karena menahan beban saat menuangkan padi. Berikut penanganan atau pertolongan pertama saat terkilir
1. Jangan menggerakkan bagian yang cedera 2. Tempel kompres dingin
3. Bebat bagian yang keseleo 4. Minum obat pereda nyeri 5. Bila perlu urut ke tukang pijat
34
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, pengendalian resiko yang dapat dilakukan untuk bahu terkilir yaitu dengan cara tenaga kerja melakukan pemanasan sebelum memanggul padi, dan atau dapat memanggul padi dengan bobot yang tidak terlalu berat. sedangkan untuk tangan yang terkilir dapat di kendalikan dengan cara memakai sarung tangan agar saat mengangkat karung tidak licin dan kesat sehingga tidak terpeleset ditangan, sehingga tangan tidak terkilir.
2. Resiko jatuh dari tangga saat mengatur handle penekan dan ayakan
Pengaturan handle dan ayakan yang dilakukan di mesin Rice Milling Unit Two Phase pada pabrik penggilingan padi skala kecil ini dilakukan dengan menaiki tangga yang terbuat dari papan kayu. Resiko kecelakaan yang terjadi saat mengatur handle penekan dan ayakan adalah terjatuh dari tangga akibat tergelincir atau ketidak hati-hatian tenaga kerja, serta tidak adanya pegangan yang nyaman untuk pekerja berpegangan saat mengatur handle penekan dan ayakan. Resiko akibat jatuh dari ketinggian ada beberapa hal antara lain: tangan atau kaki patah, terkilir dan luka berdarah.
Penanganan pertama pada resiko jatuh dengan tangan tau kaki patah yaitu:
1. Bawa korban ke tempat yang lebih luas 2. Bidai bagian yang patah dengan papan kayu 3. Segera bawa ke rumah sakit
Penangan pertama pada resiko jatuh dengan kaki atau tangan terkilir yaitu:
1. Jangan menggerakkan bagian yang cedera 2. Tempel kompres dingin
3. Bebat bagian yang keseleo 4. Minum obat pereda nyeri 5. Bila perlu urut ke tukang pijat
Penanganan pertama pada resiko jatuh dengan luka berdarah yaitu:
1. Bersihkan luka
2. Tutup luka dengan perban atau kain kasa 3. Oleskan salep antibiotik
4. Bila perlu bawa segera periksa ke rumah sakit
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut, dapat diberikan pegangan yang terbuat dari kayu yang kuat di tangga, agar pekerja dengan aman saat akan mengatur ayakan dan mengatur handle penekan.
35
3. Resiko sesak nafas karena debu hasil aktivitas giling padi
Dalam proses menggiling padi terdapat residu berupa debu-debu yang berterbangan ataupun dedak yang keluar dari outputnya berterbangan didalam pabrik penggilingan padi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sesak nafas karena terhirup oleh pekerja. Resiko sesak nafas ini dapat terjadi pada pabrik penggilingan padi skala kecil karena dalam proses penggilingan padi pekerja tidak menggunakan pengaman pernafasan berupa masker.
Penanganan bagi pekerja yang mengalami sesak nafas dapat dilakukan dengan cara:
1. Menyuruh korban melakukan pursed lip breathing yaitu dengan mengambil nafa melalui hidung kemudian menghembuskan melalui bibir yang sempit 2. Melakukan pernafasan diafragma yaitu duduk di kursi dengan lutut
ditekuk, bahu kepala dan leher rileks. Letakan tangan diatas perut kemudian tarik napas perlahan melalui hidung. Jika merasakan perut bergerak dibawah tangan saat mengeluarkan nafas, kencangkan otot dan pastikan perut terasa jatuh kedalam. Jika merasakan gerakan perut artinya pernafasan diafragma berhasil.
3. Jika sesak nafas berat sebaiknya bawa ke rumah sakit
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan menjamin kesehatan pekerja maka dapat dilakukan dengan cara tenaga kerja memakai masker setiap kali berada diarea penggilingan padi, agar terhindar dari menghirup udara yang tidak sehat dan berdebu.
4. Resiko penurunan pendengaran (tuli)
Kegiatan pengoperasian mesin RMU two phase yang dilakukan di penggilingan padi sekala kecil ini dilakukan dengan bantuan motor penggerak berupa diesel. Penggunaan motor penggerak ini mengakibatkan suara yang yang sangat keras sehingga beresiko para tenaga kerja yang terus menerus bekerja dalam angka waktu yang lama dapat mengalami penurunan pendengaran atau bahkan tuli.
Maka dari itu untuk mencegah hal tersebut terjadi maka perlunya penggunaan earplug atau penyumbat telinga. Sehingga telinga aman dan terlindungi.
5. Resiko mata terkena debu (kelilipan)
36
Dalam proses menggiling padi terdapat residu berupa debu-debu yang berterbangan ataupun dedak yang keluar dari outputnya berterbangan didalam pabrik penggilingan padi. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya mata terkena debu (kelilipan).
Berikut penangan yang dapat dilakukan kepada pekerja yang mengalami kelilipan:
1. Jangan langsung mengucek mata 2. Cuci tangan terlebih dahulu
3. Cari keberadaan benda asing yang pada mata dengan bantuan cermin 4. Ambil benda asing dengan perlahan
5. Jika serius segera ke rumah sakit
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya keselakaan kerja tersebut dapat dilakukan dengan cara para pekerja menggunakan kacamata kerja sebagi pelindung mata.
6. Resiko kaki memar tertimpa tembor (wadah beras)
Kegiatan proses packing beras kedalam karung merupakan kegiatan yang penting dimana beras yang awalnya berada diwadah tembor diangkat untuk dimasukkan beras kedalam karungnya. Dalam proses ini terdapat resiko tembor terjatuh dan mengenai kaki pekerja, yang dapat mengakibatkan kaki pekerja memar mengingat bahwa bahan pembuat tembor adalah besi, dan tembor memiliki bobot 2 kg.
Penangan kaki yang memar pada pekerja dapat dilakukan dengan cara:
1. Bawa korban ke tempat yang aman dan tetap tenang.
2. Kompres dengan air dingin pada bagian kaki yang memar.
3. Kompres bisa dilakukan selama 15-20 menit dan diulangi sebanyak 4-5 kali atau sesuai kebutuhan.
4. Jika mengeluh nyeri hebat, bisa memberikan anak obat parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya keselakaan kerja tersebut dapat dilakukan dengan cara para pekerja menggunakan sepatu safeti agar kaki dapat terlindungi.
7. Resiko kepala memar tertimpa kayu ayakan.
Kegiatan pengoperasian mesin RMU yang dilakukan kepala tentu saja tetap harus dilindungi, waluapun memiliki resiko kecil terluka. Bisa saja
37
dalam proses pengoperasian mesin RMU kepala tertimpa suatu benda yang dapat membuat kepala memar semisal tertimpa pemukul ayakan saat turun dari tangga setelah mengatur ayakan dan handle penekan.
Penangan yang dapat dilakukan untuk kepala yang memar yaitu:
1. Bawa korban ke tempat yang aman dan tetap tenang.
2. Kompres dengan air dingin pada bagian kepala yang memar.
3. Kompres bisa dilakukan selama 15-20 menit dan diulangi sebanyak 4-5 kali atau sesuai kebutuhan.
4. Jika mengeluh nyeri hebat, bisa memberikan anak obat parasetamol untuk mengurangi rasa sakit.
Maka dari itu untuk mencegah terjadinya keselakaan kerja tersebut dapat dilakukan dengan cara para pekerja menggunakan pelindung kepala yaitu helm kerja proyek.
38 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
1. Sistem kerja mesin RMU two phase yaitu memasukkan bahan berupa gabah ke input mesin husker, hasil keluaran mesin husker yaitu beras pecah kulit yang akan diteruskan ke ayakan dimana ayakan memiliki dua hasil keluaran yaitu beras pecah kulit dan gabah yang masih ada kulitnya, gabah yang masih ada kulitnya akan masuk kembali ke mesin husker dan beras pecah kulit akan masuk ke mesin polisher untuk di poles dan menjadi beras siap konsumsi.
2. Kegiatan pengoperasian mesin RMU yang dilakukan secara praktikal dapat tercapai sehingga menambah pengetahuan.
3. Peroses pengoperasian mesin RMU two phase pada penggilingan padi skala kecil memiliki resiko kerja berupa; bahu terkilir saat memanggul padi dan tangan terkilir saat menuangkan padi ke input mesin, resiko terjatuh dari tangga saat mengatur handle penekan dan ayakan, resiko sesak nafas karena debu hasil aktivitas giling padi, resiko mata terkena debu (kelilipan), resiko penurunan pendengaran (tuli), Resiko kaki memar tertimpa tembor (wadah beras), resiko kepala memar terkena kayu pemukul ayakan.
4. Sistem kerja BPP Majenang yaitu melakukan penyuluhan kepada petani di setiap desa yang ada, satu penyuluh mendapatkan dua desa sebagai wilayah binaan
B. Saran
Kegiatan pengoperasian RMU two phase sebaiknya menggunakan alat pelindung diri berdasarkan standar operasional prosedur untuk meminimalisir kecelakaan kerja.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aenunnisa, N. (2017). Pola Distribusi dan Margin Pemasaran Gabah di Kabupaten Karawang (Doctoral dissertation, PROGRAM STUDI S1 AGRIBISNIS, JURUSAN PERTANIAN).
Anonim. 2016. Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit).
Modul. Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku.
Anonim. ND. Pertolongan pertama saat terluka. Alodokter. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Ariani, H., Murad, M., & Abdullah, S. H. (2017). Analisis Teknis dan Ekonomi Rice Milling Unit One Phase (Studi Kasus di Ud. Beleke Maju Kabupaten Lombok Barat NTB). FLYWHEEL: Jurnal Teknik Mesin Untirta, 2(1).
BSN. 2020. SNI Beras 6128:2020.
Fitiriana, R. 2012. Kajian Risiko Keselamatan Kerja Pada Proses Overhaul Tanki Timbun L3 Di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju-Sungai Gerong Palembang Tahun 2011. Program Sarjana Reguler Kesehatan Masyarakat Skripsi, Universitas Indonesia
Herminiwati, H., & Yuniari, A. (1987). Penelitian untuk rol karet gilingan padi.
Majalah Kulit, Karet, dan Plastik, 2(5), 28-36.
Harahap, R. I. 2017. Penilaian Resiko Keselamatan Kerja Pada Pekerjaan Teknik Penggilingan Padi di PT. Belitang Panen Raya Kabupaten Oku Timur.
[Skripsi]. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sriwijaya.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 463/MEN/1993
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1982. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 1982. Tahun Bejana Tekanan Jakarta:
Sekretariat Negara
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. No. 65. 1971. Peraturan perusahaan Penggilingan Padi
Wiratmaja, I. G. (2010). Analisa unjuk kerja motor bensin akibat pemakaian biogasoline. Jurnal Energi Dan Manufaktur.
40 Lampiran 1. Jurnal Harian PKL 1
No. Hari/
Tanggal Kegiatan Foto Kegiatan
Paraf Pembimbing
Eksternal
Ket.
1. Senin, 11 Juli 2022
Melakukan perkenalan diri kepada keluarga besar BPP
Majenang BPP
Majenang
Mengikuti kegiatan gerakan
pengendalian hama wereng di desa
padangsari Desa
Padangsari
Mengikuti kegiatan pendataan
bangunan irigasi
Desa Padangsari
Mengikuti kegiatan pengubinan panen padi
Desa Jenang
2. Selasa, 12 Juli 2022
Mengantar surat permohonan melakukan PKL 1 kepada kepala dinas pertanian Cilacap
Cilacap Kota
41 3. Rabu
13 Juli 2022
Mengikuti kegiatan pendataan
bangunan irigasi di desa Padangjaya
Desa Padangjaya
4. Kamis 14 Juli 2022
Mengikuti kegiatan pendataan
bangunan irigasi
Desa Mulyasari
5. Jum’at 15 Juli 2022
Mengikuti kegiatan bimtek yang diselengarakan BPP Majenang mengenai riview pelaksanaan penyuluhan BPP Majenang
BPP Majenang
Melakukan
pendataan saluran irigasi
Desa cibeunying
6. Sabtu 16 Juli 2022
Mengikuti kegitan penyuluhan yang dilakukan PT.
Crowde untuk kelompok wanita tani desa
padangsari mengenai
pembuatan pupuk kompos
Desa padangsari
42 7. Senin
18 Juli 2022
Mengikuti kegitan pengubinan panen desa boja
Desa Boja
Melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing Dr. Mardison S., S.TP., M.Si
Via Zoom meeting
8. Selasa 19 Juli 2022
Mengikuti kegiatan penyuluhan
kelompok wanita tani mengenai pembuatan kokedama
Desa Jenang
9. Rabu 20 Juli 2022
Mengikuti kegiatan pengendalian hama tanaman padi (wereng) di desa
Padangjaya Desa
Padangjaya
Mengikuti kegiatan penyuluhan
kelompok wanita tani oleh PT.
Crowde mengenai ecoprint
Desa Jenang
10. Kamis 22 Juli 2022
Mengikuti kegiatan pendataan saluran irigasi
Desa Padangjaya
43 11. Jumat
21 Juli 2022
Mengikuti kegiatan studi banding sekolah lapang bersama kelompok tani margomulyo dengan PT Athaya yang berbasis Tani Organik
Kecamatan Kampung
Laut
12. Senin 25 Juli 2022
Mengikuti kegiatan pengubinan panen padi organik
Desa Boja
Melakukan pendampingan Kepala dinas pertanian Cilacap
panen padi organik Desa Boja
13. Selasa 26 Juli 2022
Melakukan pendampingan petani yang akan
membuat kartu tani BPP
Majenang
14. Rabu 27 Juli 2022
Melakukan kegiatan panen Rosella
BPP Majenang
15. Kamis 28 Juli 2022
Melakukan pendampingan Dosen untuk
monitoring BPP BPP
Majenang
44 Melakukan
pendampingan dosen ke tempat penggilingan padi
RMU Desa
Padangsari
Melakukan Pendampingan dosen ke rumah
ketua Gapoktan Desa
Padangsari
16. Jumat 29 Juli 2022
Melakukan praktik pengoperasian mesin Rice milling
Unit two phase Desa
Padangsari
17. Sabtu 30 Juli 2022
Mengikuti kegiatan penyuluhan
bersama kelompok
tani Desa
Padangsari
18.
Senin 1 Agustus
2022
Mengikuti kegiatan apel pagi
BPP Majenang
Mengerjakan laporan PKL I
BPP Majenang
45 19.
Selasa 2 Agustus
2022
Membuat larutan pupuk organik SAMHUMAT
Desa Padangsari
20.
Rabu 3 Agustus
2022
Mengerjakan laporan PKL I
BPP Majenang
21.
Kamis 4 Agustus
2022
Melakukan kegiatan monitoring hama wereng
Desa Cibeunying
22.
Jumat 5 Agustus
2022
Mengerjakan laporan PKL I
BPP Majenang
Melakukan
perpisahan dengan keluarga besar BPP
BPP Majenang
5 Agustus 2022 Fiqi Uswatun Khasanah
(………)
46 Lampiran 2. Lembar konsultasi
LEMBAR KONSULTASI PKL I
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN/TATA AIR PERTANIAN/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Nama : Fiqi Uswatun Khasanah
NIM : 07.16.20.033
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian Lokasi PKL I : BPP Majenang
Pembimbing Internal : 1. Dr. Mardison S., S.TP., M.Si
2. Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M. Agricomm.
Pembimbing Eksternal : Pratiwi Nur Larasati, S.P
No. Tanggal Materi Konsultasi Koreksi Pembimbing
Paraf Pembimbing
1. 4 Juli 2022 Konsultasi proposal PKL 2. 6 Juli 2022 Konsultasi proposal PKL 3. 18 Juli 2022Senin
Koonsultasi perubahan judul PKL dan monitoring
kegiatan PKL via zoom
5 Agustus 2022 Fiqi Uswatun Khasanah
(………)
47
Lampiran 3. Nilai Pembimbing Eksternal
NILAI PELAKSANAAN PKL I POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Nama : Fiqi Uswatun Khasanah
NIM : 07.16.20.033
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian Lokasi PKL I : BPP Majenang
No. Unsur Yang Dinilai Nilai
1 Kedisiplinan *) 95
2 Kreatifitas *) 95
3 Kemampuan Profesional *) 93
4 Hubungan dengan rekan kerja/ Kerjasama
*) 92
5 Tanggung Jawab *) 95
Jumlah 470
Rata-
Rata 94