LAPORAN MAGANG
MERDEKA BELAJAR KAMPUAS MERDEKA (MBKM) PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Dengan Judul : (Praktur Radius Ulna)
Disusun Oleh :
PANGGRASIUS TOKOMONOWIR NIM, A012820086
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) JAYAPURA TAHUN 2023/2024
HALAMAN PENGESAHAN
KEGIATAN PROGRAM MAGANG DI RSUD KAB. MAPPI
Disusun Oleh :
PANGGRASIUS TOKOMONOWIR NIM, A012820086
Diketahui Oleh :
kepala Program Studi Keperawatan
Ns, Nasriyanti, M, Kep.
NIDN, 1406068901
Dosen Pembimbing Pembimbimng Lahan
Fenska Makulaina, S,Kep,Ns,.MH.,Kes Maria Salima, S.Kep,.Ns,.M.K.M NIP. 19770512 200312 2 017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjaktakan kepada Tuhan yang maha Esa atas berkat dan rahamat- nya
Dapat menyelesaikan laporan hasil magang/Kreja praktek (KP) Program Merdeka belajar kampus merdeka saya membuat laporan magang/kerja praktek (KP) program Merdeka belajar kampus merdaeka ini di lakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan nilai magang/kerja praktek (KP) Program merdeka belajar kampus merdeka pada program studi S1.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah sulut bagi saya untuk menyelesaikan laporan hasil magang/kerja praktik (KP) Program merdeka belajar kampus merdeka ini oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Selaku ketua program Studi S1 keperawatan sekaligus dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk bombing saya menyelesaikan laporan hasil
magang/kerja praktek (KP) Program merdeka belajar kampus merdeka ini.
2. Selaku pendamping Magang Program Merdeka belajar Kampus Merdeka di RSUD Kab. Mappi
3. Dan seterusnya.
Akhir kata saya harapkan semoga tuhan yang maha Esah berkenan membalas segalah
kebaikan semua pihak yang telah membantu dan semoga laporan hasil magang/kerja praktek (KP) Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka ini membawah manfaat.
Jayapura………2023
Panggrasius Tokomonowir
DAFTAR ISI
LAPORAN MAGANG... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... iv
BAB I LAPORAN PANDAHULUHAN... 1
A. KONSEP DASAR PRAKTUR RADIUS ULNA... 1
1. Pengertian... 2
2. Etiologi... 2
3. Patofisiologi... 3
4. Klasifikasi... 3
5. Manifestasi klinik... 4
6. Komplikasi... 4
7. Pemeriksaan penunjang... 5
8. Penatalaksanaan... 5
BAB II KONSEP KEPERAWATAN... 6
B. KONSEP KEPERAWATAN PRAKTUR RADIUS ULNA... 6
1. Pengkajian... 6
2. Diagnosa Keperawatan... 7
3. Intervensi... 7
4. Implementasi... 8
5. Evaluasi dan Dokumentasi... 9
BAB III ASKEP PENGKAJIAN PASIEN... 9
1. Pengkajian... 10
2. Analisa Data... 10
3. Diagnosa Keperawatan... 11
4. Rencana Asuhan Keperawatan... 11
5. Implementasi Keperawatan... 12
6. Evaluasi Keperawatan... 12
Patofisiologi dan penyimpangan KDM... 13
DAFTAR PUSTAKA... 13
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP KEPERAWATAN FRAKTUR RADIUS ULNA
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau rawan yang umumnya di sebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2019). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis i jenis dan luasnya. Fraktur dapat dan luasnya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya bkan pukulan langsung, gaya meremuk meremuk, gerakan punter mendadak, dan dak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem.
Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, pada tulang, baik berupa tra baik berupa trauma langsung dan uma langsung dan trauma tidak trauma tidak langsung.
a. Klasifikasi
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicular, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidak komlpitan fraktur.
a. Fraktur komplit (garis patah melalui penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah.
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang di timbulkan).
a. Fraktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu:
1) Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak dan ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur terbuka (Open/compound,) bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu : 1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif
6. Berdasarkan bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma.
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang..
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya:
1) Tidak adanya dislokasi.
2) Adanya dislokasi
3) At axim : membentuk sudut.
4) t lotus : fragmen tulang berjauhan.
5) At longitudinal : berjauhan memanjang.
6) At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
8. Berdasarkan Posisi fraktur
Tulang terbagi menjadi tiga bagian antara lain : 1/3 proksimal, 1/3 medial, dan 1/3 distal.
9. Fraktur Kelelahan : Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
10. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
c. Anatomi Fisiologi tulang lengan
Lengan atas tersusun dari tulang lengan atas, tulang lengan bawah, dan tulang tangan.(Sloane 2018)
Fungsi tulang adalah sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk tubuh,untuk memberikan suatu sistem pengungkit, yang digerakan oleh kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut, sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium
dan elemen- elemen lain, untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit dalam sumsum merah tulang tertentu.(Watson 2018)
1. Tulang tulang lengan bawah
a. Tulang Ulna
Menurut Hartanto (2019) ulna adalah tulang stabilisator pada lengan bawah, terletak medial dan merupakan tulang yang lebih panjang dari dua tulang lengan bawah. Ulna adalah tulang medial antebrachium. Ujung proksimal ulna besar dan disebut olecranon, struktur ini membentuk tonjolan siku. Corpus ulna mengecil dari atas ke bawah.
b. Tulang Radius
Radius terletak di lateral dan merupakan tulang yang lebih pendek dari dari dua tulang di lengan bawah. Ujung proksimalnya meliputi caput pendek, collum, dan tuberositas yang menghadap ke medial. Corpus radii, berbeda dengan ulna, secara bertahap membesar saat ke distal. Ujung distal radius berbentuk sisi empat ketika dipotong melintang. Processus styloideus radii lebih besar daripada
processus styloideus ulnae dan memanjang jauh ke distal. Hubungan tersebut memiliki kepentingan klinis ketika ulna dan/atau radius mengalami fraktur (Hartanto, 2019).
1. DEFINISI PRAKTUR RADIUS ULNA
Fraktur Radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi.(Brunner, & Suddarth, Buku Ajar medical Bedah, 2019).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna, pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang. (Manjoer 2019).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.(Sjamsuhidajat &
Dee jong 2020).
Fraktur radius dan ulna dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengah, atau 1/3 distal. Fraktur dapat terjadi pada salah satu tulang ulna atau radius saja dengan atau tanpa dislokasi sendi.Fraktur radius ulna biasanya terjadi pada anak- anak. ( Muttaqin, 2020).
Fraktur os radius dan fraktus os ulna adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan. Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut.
(Alex 2021).
Fraktur radius ulna biasanya terjadi karena trauma langsung sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi. Hal ini dikarenakan adanya mekanisme refleks jatuh di mana lengan akan menahan badan dengan posisi siku agak menekuk. (Busiasmina, Heryati & Attamimi, 2021).
2. ETIOLOGI
Menurut Nampira (2018) fraktur batang radius dan ulna biasanya terjadi karena cedera langsung pada lengan bawah, kecelakaan lalu lintas, atau jatuh dengan lengan teregang. Fraktur radius dan ulna biasanya merupakan akibat cedera hebat. Cedera langsung biasanya menyebabkan fraktur transversa pada tinggi yang sama, biasanya di sepertiga tengah tulang (Hartanto, 2019).
Penyebab yang paling sering adalah trauma misalnya jatuh, cidera,
penganiayaan; terdapat riwayat fraktur sebelumnya atau memiliki riwayat fraktur saat yang tidak meyakinkan; atau diakibatkan oleh beberapa fraktur ringan karena kelemahan tulang, osteoporosis, individu yang mengalami tumor tulang bagian antebrachii, infeksi atau penyakit lainnya, hal ini dinamakan fraktur patologis;
atau bisa juga diakibatkan oleh fraktur stress yaitu terjadi pada tulang yang normal akibat stress tingkat rendah yang berkepanjangan atau berulang misalnya pada atlet-atlet olahraga, karena kekuatan otot meningkat lebih cepat daripada kekuatan tulang, individu mampu melakukan aktifitas melebihi tingkat sebelumnya
walaupun mungkin tulang tidak mampu menunjang peningkatan tekanan.
(Corwin, 2019)
Dari faktor penyebab diatas, berpengaruh ketika terjadi tekanan dari luar ke tulang. Tulang itu bersifat rapuh hanya memiliki sedikit kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Suatu keadaan ketika apabila ada tekanan eksternal yang datang lebih besar dari kemampuan tahanan tulang dan resistensi tulang untuk melawan tekanan berpindah mengikuti gaya tekanan tersebut (Muscari, 2019).
Disaat demikian itu, terjadilah trauma yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.Setelah fraktur terjadi, peritoneum, pembuluh darah, saraf dalam korteks marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.Kemudian timbul pendarahan pada sekitar patahan dan dalam jaringan lunak yang ada di dalamnya sehingga terbentuk hematoma pada rongga medulla tulang, edema, dan nekrokrik sehingga terjadi gangguan hantaran ke bagian distal tubuh.
(Suratun 2022).
Etiologi patah tulang menurut (Suratun, 2018) adalah : a. Fraktur akibat peristiwa trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya. Jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur mungkin tidak ada.
Fraktur dapat disebabkan oleh trauma, antara lain : 1) Trauma langsung
Bila fraktur terjadi ditempat dimana bagian tersebut terdapat ruda paksa, misalnya benturan atau pukulan pada tulang yang
mengakibatkan fraktur.
2) Trauma tidak langsung
Misalnya pasien jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi, dapat terjadi fraktur pada pergelangan tangan, suprakondiskuler, klavikula.
3) Trauma ringan
Dapat menyebabkan fraktur bila tulang itu sendiri sudah rapuh.Selain itu fraktur juga disebabkan olehkarena metastase dari tumor, infeksi, osteoporosis, atau karena tarikan spontan otot yang kuat.
b. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang jika bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu mengabsobsi energi atau kekuatan yang menimapnya.
c. Fraktur Patologis
Adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau ostepororsis.
3. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya fraktur radius dan ulna adalah tangan dalam keadaan outstretched, sendi siku dalam posisi ektensi, dan lengan bawah dalam posisi supinasi. Fraktur dapat terjadi akibat trauma langsung atau karena hiperpronasi (pemutaran lengan bawah kearah dalam) dengan tangan dalam keadaan
outstretche.
Fraktur pada batang radius dan ulna (pada batang lengan bawah) biasanya terjadi pada anak-anak usia 10 tahun (5-13 tahun) .Baik radius maupun ulna keduanya dapat mengalami patah. Pada setiap ketinggian, biasanya akan mengalami pergeseran bila kedua tulang patah.Adanya fraktur dapat
menyebabkan atau menimbulkan kerusakan pada beberapa bagian.Kerusakan pada periosteum dan sumsum tulang dapat mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang. Sumsum kuning yang keluar akibat fraktur terbuka masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti aliran darah sehingga
mengakibatkan emboli lemak. Apabila emboli lemak ini sampai padpat terjadia pembuluh darah yang sempit dimana diameter emboli lebih besar daripada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan.
Kerusakan pada otot atau jaringan lunak dapat menimbulkan nyeri yang hebat karena adanya spasme otot di sekitarnya.Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri mengakibatkan perubahan sumsum tulang (fragmentasi tulang) dan dapat menekan persyaratan di daerah tulang yang fraktur sehingga menimbulkan gangguan syaraf ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Medianus. Jika kerusakan terjadi pada otot sbb:
a. M. Pronator Teres : mengakibatkan ketidak mampuan pronasi lengan bawah.
b. M. fleksus kapi radialis : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi dan abduksi pergelangan tangan.
c. M. Palmaris longus : mengakibatkan ketidak mampuan fleksi pergelangan tangan.
d. M. fleksor digitorum superfisialis: mengakibatkan ketidak mampuan fleksi dua falang proksimal dan pergelangan tangan.
e. M. fleksor polisis longus : mengakibatkan ketidak mampuan fleksi semua sendi jempol.
f. M. pronator kuadratus : mengakibatkan ketidak mampuan pronator lengan bawah.
g. M. abductor polisisi brevis: mengakibatkan ketidakmampuan abduksi jempol.
h. M. oponens polisis : mengakibatkan ketidak mampuan fleksi falang proksimal jempol.
Pada tulang radius ulna juga dipersyarafi oleh nervus Ulnaris. Jika kerusakan terjadi pada otot:
1) M.Fleksor karpi ulnaris: mengakibatkan ketidak mampuan fleksi dan adfuksi pergelangan tangan.
2) M. abductor polisis : mengakibatkan ketidakmampuan adduksi jempol.
3) M. Abductor digiti minimi : mengakibatkan ketidakmampuan fleksi falang proksimal jempol.
4) M.oponenes digiti minimi: mengakibatkan ketidak mampuan oposisi terhadap kelingking.
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur antebrachii :
a. Fraktur antebrachii, yaitu fraktur pada kedua tulang radius dan ulna b. Fraktur ulna (nightstick fractur), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna c. Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan
dislokasi sendi Radioulna proksimal.
d. Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
e. Fraktur Galeazzi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi radioulna distal.
5. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala dari praktur antara lain: (Smeltzer & Bere, 2018) a. Nyeri hebat di tempat praktur.
b. Nyeri akan timbul selama fragmen tulang belum diimobilisasi.
Nyeri ini timbul karena ketika tulang tersebut patah, otot akan mengalami spasme.
c. Adanya pemendekan tulang
Hal ini diakibatkan oleh kontraksi otot yang melekat di atas dan di bawah fraktur.
d. Pembengkakan dan Perubahan
Warna Hal ini terjadi karena adanya respon inflamasi. Saat terjadi fraktur, fragmen tulang yang patah akan turut melukai jaringan sekitarnya sehingga terjadi respon inflamasi yang diawali dengan vasodilatasi pembuluh darah dan pelepasan mediator-mediator.
e. Hilangnya fungsi radius-ulna f. Deformitas
g. Krepitasi
Pada anamnesis selalu ditemukannya deformitas pada daerah sekitar radius- ulna pada tangan klien (helmi,2018).
a. Look: pada fase awal trauma, klien akan meringis kesakitan. Terlihat adanya deformitas pada lengan bawah klien. Apabila didapatkan nyeri dan deformitas pada lengan bawah maka perlu dikaji adanya perubahan nadi, perfusi yang tidak baik(akral dingin pada lesi), dan CRT >3 detik dimana hal ini merupakan tanda
tanda peringatan tentang terjadinya kompartemen sindrom. Sering didapatkan kasus fraktur radius-ulna dengan komplikasi lebih lanjut.
b. Feel: adanya keluhan nyeri misal skala 6, nyeri tekan dan krepitasi, sensasi masih terasa di area distal.
c. Move:gerak fleksi ekstensi elbow terbatas, pronasi supinasi terbatas . 6. KOMPIKASI
Komplikasi fraktur radius ulna diklasifikasikan sebagai komplikasi cepat (saat cedera), awal (dalam beberapa jam atau hari), dan lambat (dalam beberapa minggu atau bulan).
a. Komplikasi Cepat Fraktur Radius Ulna, meliputi:
1) Perdarahan, kehilangan darah dari tulang yang mengalami fraktur, termasuk juga kehilangan darah dari kerusakan pada jaringan sekitar tulang yang mengalami fraktur.
2) Kerusakan arteri saraf brachialis yang terletak di dekat radius ulna.
b. Komplikasi Awal Radius Ulna, meliputi:
1) Emboli lemak yang terjadi terutama pada bagian yang mengalami fraktur radius ulna
2) Masalah imobilisasi lokal (misalnya ulkus dekubitus, trombosis vena profunda, infeksi dada).
3) Sindrom kompartemen.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi menggunakan sinar rongen (x-ray) digunakan untuk mendapatkan gambaran spesifik terkait keadaan dan kedudukan tulang, maka digunakan kedudukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan karena adanya patologi yang dicari berupa superposisi. Permintaan x-ray harus didasari pada adanya permintaan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksan ini didapatkan adanya garis patah pada tulang batang humerus pada foto polos.
Hal yang harus dibaca pada x-ray harus meliputi 6 A yaitu:
1) Anatomi 2) Articular 3) Alignment
4) Angulation 5) Apeks 6) Apposition
Selain foto polos x-ray ada kemungkinan perlu teknik kusus seperti Computed tomografi-scanning (CT-scan) : menggambarkan potongan secara transfersal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b. Pemeriksaan laboraturium
1) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Alkalin fosfat meningkat pada kerusakan tulang karena menunjukan bahwakegiatan osteoblast dalam membentuk tulang.
3) Enzyme otot seperti keratin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5) aspartate amino transferase (AST), aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tualang.
c. Pemeriksaan lain yang mungkin dilakukan.
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dantest sensitifitasn yang mungkin mengindikasikan terjadinya infeksi oleh mikroorganisme.
2) Biopsy tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan oleh dugaan terjadinya infeksi.
3) Arthroscopy: didapatkan trauma jaringan ikat yang rusak atau sobel karena trauma yang berlebihan.
4) Indium imaging: pada pemeriksaan ini akan diadapatkan infeksi pada tulang.
5) MRI: menggambarkan kerusakan pada semua jaringan akibat oleh fraktur, termasuk jaringan lunak, dan tulang.
d. Komplikasi lambat meliputi:
a) Deformitas.
b) Osteoarthritis sekunder (sendi).
c) Nekrosis asepsis dan atau avaskular dapat terjadi terutama setela fraktur pada tulang seperti radius ulna Terjadi akibat gangguan suplai darah ke tulang tersebut setelah fraktur.
8. PENATALAKSANAAN
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering
terjadi.Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif.Fraktur yang tidak disertai perubahan posisi ekstra artikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari
ulnadapat diatasi secara efektif dengan primary care provider.Fraktur distal radius umumnya terjadi pada anak- anak dan remaja, serta mudah sembuh pada
kebanyakan kasus.
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1) Rekognisis atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
2) Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.
3) Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau 4) menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.
Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut dapat kembali normal.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN FRAKTUR RADIUS ULNA B. KONSEP KEPERAWAN FRAKTUR RADIUS ULNA
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien fraktur menurut Doengoes, (2020) diperoleh data sebagai berikut:
a. Aktivitas (Istirahat).
Tanda : Keterbatasan / kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri).
b. Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri)
atau hipotensi (kehilangan darah), takikardia (respon stress, hipovolemia), penurunan / tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera : pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena pembengkakan jaringan atau massa hepatoma pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Gejala :Hilang sensasi, spasme otot, kebas / kesemutan (panastesis) Tanda Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi, spasme otot, terlihat kelemahan / hilang fungsi, agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri atau trauma).
d. Nyeri/ Kenyamana
Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang : dapat berkurang pada imobilisasi, tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme / kram otot (setelah imobilisasi).
e. Keamanan
Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perubahan warna, pendarahan, pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
f. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan rontgen : Menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma.
2) Skan tulang, tomogram, skan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi jaringan lunak.
3) Arteriogram : Dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
4) Hitung darah lengkap: Ht mungkin meningkat
5) (hemokonsentrasi). Peningkatan jumlah SOP adalah respon stress setelah trauma.
6) Kreatinin: Traumaotot meningkatkan beban kreatinin untuk kirens ginjal.
7) Profil koagulasi: Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cedera hati. (Doengoes, 2020).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Risiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, salah interprestasi informasi/tidak mengenal sumber informasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).
1) Pertahankan tirah baring atau ekstremitas sesuai indikasi, berikan sokongan sendi di atas dan di bawah fraktur bila bergerak.
2) Letakkan papan di bawah tempat tidur, pertahankan posisi netral pada bagian yang sakit dengan bantal pasir, gulungan trochanter, papan kaki.
a) Kaji integritas alat fiksasi eksternal.
b) Kaji tulang foto atau evaluasi.
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan spasme otot gerakan ragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas.
1) Kaji tingkat nyeri, lokasi nyeri, kedalaman, karakteristik serta intensitas 2) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips,
pemberat, traksi.
3) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
4) Berikan alternatif tindakan kenyamanan misalnya : pijatan dan perubahan posisi.
5) Ajarkan menggunakan teknik manajemen stress misalnya : relaksasi progresif, latihan nafas dalam.
6) Kolaborasi, berikan analgetik sesuai program.
c. Kurangpengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi,prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengankurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi/tidak mengenal sumber informasi.
1) Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan dating.
2) Beri penguat metode mobilotas dan ambulasi sesuai program dengan fisioterapi bila diindikasikan.
3) Anjurkan penggunaan buck spalk.
4) Buat daftar perkembangan aktifitas sejauh mana klien dapat melakukan tindakan mandiri dan yang memerlukan bantuan.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi / pelaksanaan keperawatan merupakan inisiatif dari perencanaan tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing oders untuk mambantu klien mencapai tujuan yang diharapkankan. Selama tahap pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun kolaborasi.
Dalam pelaksanaan tindakan langkah langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasiakn dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberikan tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah perencanaan keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip objektifitas, reliabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evalusi proses/formatif adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil/sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan, dan dilakukan pada akhir asuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner . 2002 . Asuhan Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta Doenges . 2020 . Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC : Jakarta.
Doenges,M. A., Moorhouse, M. F.,& Geissler, A.C (2021). Rencana Asuhan
Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: EGC.
Donna L. Wong 2019.Pathofisiologi Konsep Klinisk Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Efendy . 2020 . Fraktur Batang Femur. Dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bagian Bedah FKUI.
Faradisi (2018). Kondas fraktur kolumna femur. http://healthreference-
ilham.blogspot.com/2019/07/kondas-fraktur-collum-femur.html. . Diperoleh pada tanggal 18 Oktober 2017
Ignatavicius, Donna D . 2018 . Terapi dan rehabilitasi Fraktur. Jakarta. EGC. Mansjoer.
2019 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI.
Oswari E . 2017 . Asuhan Keperawatan dengan Fraktur Femu . http://www.kfoes.cn/index . php/article/girls/2 0 8 - 09 - 24/ 103.h tml. Diperoleh pada tanggal 12 April 2017.
Price, A & L. Wilson . 2019 . Klien Gangguan Sistem Muskuluskeletal. Jakarta. EGC.
Price . 2023 . Bedah Primer Trauma. Jakarta. EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.
http://satriaperwira.wordpress.com/2018/01/28/fraktur-femur/ tanggal akses 20 April 2017 Ropyanto, 2018. Keperawatan Medikal Bedah . EGC . Jakarta Depkes RI, 2020 . Asuhan Keperawatan Fraktur Femur . Jakarata Musliha, 2022 Buku Ajar Medikal Bedah . Jakarta Maryam, dkk, 2019 . Bedah Primer Trauma . EGC . Jakarta