• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Trauma Orbital

N/A
N/A
Dian Gallu

Academic year: 2024

Membagikan " Asuhan Keperawatan Trauma Orbital"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ORBITAL

(2)

BAB II KONSEP TEORI 2.1 KONSEP TEORI

2.1.1 Definisi

Trauma orbital adalah cedera yang terjadi akibat dari tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan luka pda mata. Trauma orbital adalah cidera pada dinding orbita yang dapat mengenai tulang fasial dan jaringan lunak disekitarnya. Fraktur dapat disertai dengan trauma pada isi orbita, struktur intrakranial dan sinus paranasal.

Fraktur dinding orbita terisolasi atau lebih dikenal dengan istilah blow out fracture (BOF) merupakan kejadian yang sering pada trauma fasial akibat jatuh, perkelahian, kecelakaan lalu lintas atau cidera olahraga.

Rongga Orbita adalah suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.

Trauma mata adalah rusaknya jaringan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata, atau rongga mata karena adanya benda tajam ataupun tumpul yang mengenai mata dengan keras/cepat ataupun lambat.

2.1.2 Klasifikasi Trauma Orbita

Trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan non mekanik 1. Trauma Mekanik

a. Trauma tumpul

Trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Trauma tumpul dapat menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus.

b. Trauma tajam

(3)

Trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke dalam bola mata.

2. Non Mekanik a. Trauma Kimia

 Trauma kimia asam yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.

 Trauma kimia basa yaitu trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.

b. Trauma Fisis

 Trauma termal misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

 Trauma bahan radioaktif misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

2.1.2 Anatomi Orbita

Orbita merupakan rongga yang dibentuk oleh tulang dan berisi bola mata, otot ekstraokular, saraf, lemak, dan pembuluh darah. Orbita berbentuk seperti buah pear dengan bagian apeks di posterior. Orbita memiliki volume sebesar 30 cm2. Dinding orbita terdiri dari bagian atap, dasar, dinding medial, dan lateral yang dibentuk oleh 7 tulang seperti pada gambar 2.1.

Dasar orbita dibentuk oleh os zygomatikus, os maxillaris, dan os palatina.

Dinding medial dibentuk oleh os lakrimalis, os ethmoidalis, os maxillaris, dan os sphenoidalis ala minor. Atap orbita dibentuk oleh os frontalis, os sphenoidalis ala minor sedangkan dinding lateral oleh os zygomatikus dan os sphenoidalis ala mayor.

Tinggi dinding medial setengah dari ketinggian dinding lateral orbita.

2.1.3 Etiologi

(4)

a. Mekanik, meliputi:

1. Trauma oleh benda tumpul, misalnya:

Terkena tonjokan tangan, terkena lemparan batu, terkena lemparan bola, dll 2. Trauma oleh benda tajam, misalnya:

Terkena pecahan kaca, terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu, lempengan alumunium, seng, dll

b. Non Mekanik, meliputi:

1. Trauma oleh bahan kimia:

Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras, coustic soda, kaporit, baygon, dll 2. Trauma fisis

 Trauma termik (hipermetik) misalnya terkena percikan api dan terkena air panas.

 Trauma radiasi misalnya terkena sinar ultra violet, sinar infra merah, sinar ionisasi dan sinar X.

2.1.3 Patofisiologi

Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan non mekanik, semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik seperti: rasa sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur, perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.

Trauma oleh bahan kimia basa menyebabkan proses penyabunan membrane sel disertai dehidrasi sel. Terjaadi kerusakan jaringan yang menembus sampai ke lapisan yang lebih dalam dengan cepat dan berlangsung terus hingga kerusakan terus terjadi lama setelah trauma. Terbentuk koagulase yang akan menambah kerusakan kolagen kornea. Bila menembus bola mata, akan merusak retina dan berakhir dengan kebutaan. Bahan kaustik soda dapat menebus bilik mata depan dalam waktu 7 detik.

Bahan kimia asam menyebabkan pengendapan atau pengumpalan protein permukaan sel, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi tidak akan destruktif seperti alkali. Asam membentuk suatu sawar prespitat pada jaringan yang terkena, sehingga membatasi kerusakan lebih lanjut. Konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan yang lebih dalam seperti trauma alkali.

(5)

2.1.4 Patway

2.1.5 Manisfestasi Klinis

Meski mata merupakan organ yang sangat terlindung dalam orbita, mata dapat mengalami cedera. Cedera yang dapat terjadi antara lain :

a) Tajam penglihatan yang menurun b) Tekanan bola mata rendah

c) Bilikmata dangkal

d) Bentuk dan letak pupil berubah

e) Terlihat adanya ruptur pada cornea atau sclera

f) Terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata iris, lensa, badan kaca atau retina

g) Kunjungtiva kemotis

h) perdarahan didalam rongga orbita i) gangguan gerakan bola mata.

j) proptosis (akibat perdarahan intraorbital) k) perubahan posisi bola mata.

2.1.6 Komplikasi

1) Enophtalmos, kondisi di mana mata terlihat cekung ke dalam orbita akibat pergeseran atau fraktur pada tulang orbita.

2) Diplopia, kondisi di mana penderita melihat ganda akibat gangguan pada koordinasi gerakan mata.

3) Gangguan penglihatan, trauma orbital dapat menyebabkan gangguan penglihatan, seperti edema retina, hyphema, dan bahkan kehilangan penglihatan.

(6)

4) Cedera bola mata terbuka, fraktur orbital dapat berhubungan dengan cedera mata terbuka, yang dapat menyebabkan komplikasi serius pada mata.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Fisik: dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan menggunakankartu Snellen dan indikator pengukur ketajaman penglihatan lain seperti cahaya dan gerak anggota tubuh.

2) Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.

3) Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.

4) Pemeriksaan fundus yang didilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler.

5) Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.

6) Pemeriksaan CT-Scan dan USG B-scan

7) Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu dalam menegakkan diagnosa

2.1.8 Penatalaksanaan

a. Trauma Mata Benda Tumpul

 Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna membantu keluarnya hifema dari mata.

 Berikan kompres es.

 Pemantauan ketajam penglihatan.

 Batasi pergerakan mata untuk menurunkan kemungkinan perdarahan ulang.

(7)

 Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.

 Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.

b. Trauma mata benda tajam

1. Penatalaksanaan sebelum tiba di Rumah Sakit

 Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

 Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

 Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

 Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

2. Penatalaksanaan setelah tiba di Rumah Sakit

 Pemberian antibiotik spektrum luas.

 Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.

 Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

 Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).

 Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

c. Trauma mata bahan kimia 1) Trauma alkali

 Irigasi secepatnya dengan air mengalir. Bila tersedia, sebaiknya dengan larutan garam fisiologis yang isotonis minimal selama 15 menit. Lebih lama lebih baik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan swab kapas.

 Antibiotik lokal untuk mencegah infeksi.

 Sikoplegik (sulfas atropin 1%) 3x1 tetes perhari.

(8)

 Steroid secara lokal atau sistemik diberikan bila peradangan sangat hebat, pemberian setelah 2 minggu dapat menghambat epitilisasi.

 Analgesik dan anatetik topikal dapat diberikan.

2) Trauma Asam

 Irigasi secepatnya dengan air mengalir atau larutan garam

fisiologis minimal 15 menit. Lebih lama lebih bik. Irigasi sebersih mungkin termasuk daerah forniks dengan menggunakan swab kapas.

 Antibiotik topikal untuk mencegah infeksi.

 Sikloplegik (sulfa atropin 1%) bila terjadi ulkus kornea atau kerusakan lebih dalam.

2.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.2.1 Pengkajian

1) Identitas klien meliputi : (Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, nomor registrasi)

2) Keluhan utama

Klien biasanya mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri pada mata, danketerbatasan gerak mata.

3) Riwayat penyakit sebelumnya

Riwayat penyakit yang mungkin diderita klien 4) Riwayat penyakit sekarang

Yang perlu dikaji adalah jenis trauma, bahan yang menyebabkan trauma, lama terkena trauma, dan tindakan apa yang sudah dilakukan pada saat trauma terjadi dan sebelum dibawa ke RS.

5) Riwayat psikososial

Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan konsep diri dan ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan

(9)

penglihatan yang menetap atau mungkin kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.

6) Pemeriksaan fisik

a) Tanda-tanda Vital (nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan) b) Pemeriksaan persistem

1. B1(Breath) :disertai gangguan pernapasan jika trauma menyebar ke mukosa hidung.

2. B2 (Blood) :perdarahan jika trauma melibatkan organ tubuh lain selain struktur mata.

3. B3 (Brain) :pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO (tekanan intraokular).

4. B4 (Bladder) :kebutuhan eliminasi dalam batas normal.

5. B5 (Bowel) :idak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.

6. B6 (Bone) :ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.

c) Pemeriksaan khusus pada mata :

 Posisi mata: dikaji simetris / tidak, apakah exaptalamus.

 Alis mata bulu mata dan kelopak mata.

 Respon tutup mata dan berkedip.

 Visus (menurun atau tidak ada).

 Gerakan bola mata (terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bolam mata).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi pasca trauma 2) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan

penglihatan

2.2.3 Intervensi

(10)

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi 1 Nyeri kronis

berhubungan dengan kondisi pasca trauma

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri menurun

Manajemen nyeri observasi

- Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, identitas nyeri.

- Identifikasi respon nyeri non verbal

- Monitor keberhasilan terapi komplementar yang sudah di berikan

- Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri - Pertimbangkan jenis dan sumber

nyeri dalam pemelihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri - Anjurkan memonitoring nyeri

secara mandiri

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2 Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam

(11)

penglihatan diharapkan nyeri menurun

2.2.4 Implementasi 2.2.5 Evaluasi

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Trauma extrensik yaitu akibat adanya fraktur atau ruptur ligamen sedangkan trauma intrisik berupa adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang

Trauma extrensik yaitu akibat adanya fraktur atau ruptur ligamen sedangkan trauma intrisik berupa adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang

Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from without (dari

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda

Trauma thorax adalah luka atau cedera mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan

6  Indikasi umumnya pada fraktur humerus dengan non-union infeksi, defek atau kehilangan tulang, dengan luka bakar, serta pada luka terbuka dengan cedera jaringan lunak yang

• LUKA ATAU CEDERA YANG MENGENAI RONGGA THORAKS LUKA ATAU CEDERA YANG MENGENAI RONGGA

KESIMPULAN Trauma okuli  trauma atau cedera pada matakerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan rongga orbita mengganggu fungsi mata akibat kecelakaan di rumah,