• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pemanenan Hasil Hutan

N/A
N/A
Mda Dava

Academic year: 2023

Membagikan "Laporan Pemanenan Hasil Hutan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pemanenan Hasil Hutan

Pemanenan Hasil Hutan (Universitas Tadulako)

Laporan Pemanenan Hasil Hutan

Pemanenan Hasil Hutan (Universitas Tadulako)

(2)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Pemanenan kayu merupakan proses pemindahan hasil hutan berupa kayu dari hutan atau tempat tumbuhnya menuju pasar atau tempat pemanfaatannya, sehingga kayu tersebut berguna bagi manusia (Nugroho 1995). Conway (1982) menyatakan bahwa pemanenan merupakan serangkaian kegiatan untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan. Sedangkan pemanenan hasil hutan merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai peruntukkannya (Mujetahid 2010).

Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, penyaradan, pembagian batang dengan sistem cut to lenght, muat bongkar, dan pengangkutan. Masing-masing aspek kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan cara manual, semi mekanis, dan mekanis dengan peralatan yang dissuaikan. Menurut Yuniawati (2007), sistem pemanenan kayu secara mekanis banyak dipilih karena menghasilkan produktivitas yang tinggi dibandingkan seara manual. Hal tersebut karena keterbatasan tenaga kerja yang umum terjadi di luar Pulau Jawa dengan areal hutan yang luas. Selain itu, penggunaan perlatan pemanenan membantu perusahaan mempercepat proses pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh tenaga manusia dengan keterbatasan tenaga kerja, efisiensi, keamanan dan faktor ekonomi lainnya. Salah satu peralatan mekanis yang digunakan adalah chainsaw. Dari hasil penelitian kebanyakan menunjukkan bahwa penggunaan

(3)

chainsaw dapat meningkatkan produktivitas penebangan yang berarti produksi kayu

meningkat sehingga keungkinan besar nilai efisiensi pemanfaatan kayu dapat meningkat (Suhartana 2006).

Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil, dan meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi local dan regional. Data yang diperlukan dalam pemanenan adalah data potensi dan kondisi kawasan hutan, serta data kondisi masyarakat sekitar.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja sarana dan prasarana dalam pemanenan ? 2. Bagaimana perencanaan pemanenan ?

3. Bagaimana proses pemanenan ? 4. Bagaimana proses penyaradan ?

5. Bagaimana proses pemuatan dan pembongkaran?

I.3 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum pemanenan yang dilakukan adalah untuk mengetahui teknik dari proses penebangan pohon serta pohon yang sudah dapat di tebang dalam segi umur maupun potensinya.

(4)

Kegunaannya adalah menambah pengalaman dan pengetahuan dalam proses pemanenan hasil hutan.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemanenan

Pemanenan adalah keputusan untuk menetapkan seperangkat kegiatan yang akan dilakukan pada masa datang, sedangkan Conway 1982 menuliskan perencanaan pemanenan adalah tindakan yang perlu dilakukan di masa datang yang diatur Beranda berdasarkan tahapan pemanenan yang paling efisien dengan teknologi yang telah ditentukan dan dilaksanakan pada saat yang ditetapkan untuk mengeluarkan kayu dari hutan (Staaf dan Wiksten, 1984).

Menurut Brown 1958 yang perlu dilakukan dalam perencanaan adalah pembangunan jaringan angkutan, kebijakan financial, dan kemudian menetapkan biaya financial. Namun menurut Wackerman 1966 agar tenaga kerja menjadi perhatian jika wilayah jauh. Dengan adanya rencana maka kegiatan dapat teratur dan hasil dapat diukur, teratur artinya tahapan kegiatan harmonis dan saling mendukung, sedangkan terukur merupakan tiap tahap dapat dinilai keberhasilannya.menurut Conway 1982 dibuat rencana pemanenan karena akan dapat merekatkan semua tahapan kegiatan pemanenan,atau mengintegrasikan semua kegiatan pemanenan secara utuh.selain itu untuk mengidentifikasi kendala dan hambatan yang kelak terjadi dengan tidak mengavaikan keterlibatan aspek social.

Penebangan merupakan salah satu bagian utama dari kegiatan pemanenan hutan yang bertujuan untuk mengambil kayu dari tegakan secara keseluruhan atau hanya sebagian besar tajuk. Namun, penebangan kayu termasuk aktivitas yang mencakup

(6)

tidak hanya memotong pohon, namun juga transportasi dan pemrosesan di tempat (misal pemotongan hingga ukuran kecil). Pohon yang dipotong tidak selalu batang utamanya, namun juga cabang yang berukuran besar dengan meninggalkan batang utamanya sehingga pohon tetap hidup. Sedangkan penebangan pohon penuh berarti memanfaatkan semua bagian pohon yang berkayu.untuk itu dilaksanakan praktikum perencanaan pemanenan hutan sehingga kegiatan pemanenan dapat di optimalkan dan lebih lestari secara ekologi sosial maupun ekonomi.Penebangan dapat dilakukan dengan menggunakna peralatan seperti gergaji rantai, gergaji tangan, kapak, dan gergaji. Dalam kegiatan tersebut membutuhkan perencanaan yang matang karena semakin besar diameter pohon yang ditebang semakin sulit pula menentukan arah rebah. Ketelitian penentuan arah rebah menjadi sangat penting karena pohon-pohon besar memiliki nilai tinggi (Suparto 1982). Chainsaw dianggap paling praktis karena muda dipindah-pindahkan, terutama yang digerakkan dengan motor bensin.

Suhartana (2005) menyebutkan bahwa dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan chainsaw dapat meningkatkan produktivitas penebangan yang berarti produksi kayu meningkat serta diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu. Sebelum bekerja menggunakan chainsaw, pengguna harus mengetahui terlebih dahulu apa saja komponenkomponen yang ada pada chainsaw, termasuk komponen safety, dan mengetahui bagaimana prosedur kerja penggunaan chainsaw. Selain itu sebelum penggunaan, operator juga harus memahami alat-alat pelindung diri (APD) apa saja yang harus dikenakan untuk meningkatkan kapasitas keamanan dan keselamatan selama bekerja. Dalam aplikasinya metode penggunakan

(7)

chainsaw harus dimulai dari memperhatikan pemeriksaan kondisi chainsaw apakah dalam keadaan baik atau tidak, hingga chainsaw siap digunakan.

2.2 Perencanaan dan Prosedur Penebangan

Menurut Junus,dkk. (1989), rencana karya atau rencana-rencana lain dalam pengelolaan dan pengusahaan hutan perlu diadakan inventarisasi hutan yang lazimnya disebut Timber cruising. Timber cruising dapat dilakukan dengan berbagai cara teknik sampling (random sampling, systematic sampling dan lain-lain). Di kehutanan cara yang dianggap baik (resmi) dipergunakan adalah sampling sistematik dengan jalur coba atau plot.

Perencanaan yang tepat, baik di tingkat nasional, unit pengelolaan hutan maupun tingkat operasional akan mengurangi biaya ekonomi dan lingkungan yang merupakan komponen penting dari pengelolaan hutan jangka panjang secara lestari (Departemen Kehutanan, 2003).

Berdasarkan Pedoman RIL Indonesia prosedur penebangan diurutkan sebagai berikut.

1. Penebangan dimulai sesuai dengan urutan atau pola penebangan yang telah direncanakan di atas peta.

2. Pemeriksaan keadaan lokasi penebangan, penentuan arah rebah pohon, persiapan tempat kerja, pembuatan jalur penyelamatan dan pemberi peringatan.

3. Pembuatan takik rebah dan takik balas pada tunggak serendah mungkin

(8)

4. Pembersihan batang dari cabang-cabang dan pemotongan tajuk pohon 5. Pembersihan batang dari banir pohon

6. Pengukuran dan pemotongan batang sesuai dengan permintaan perusahaan 7. Memasang nomor pohon pada tunggak dan pada ujung batang log

8. Membuka jalur winching

9. Menuju pohon lain yang akan ditebang (Elias dkk, 2008).

2.3 Penyaradan

Penyaradan adalah proses penarikan kayu dari permukaan tanah dengan alat transportasi dengan menggunakan hewan atau peralatan mekanis. Kayu ditarik langsung diatas tanah dengan menggunakan sumber tenaga yang digunakan.

Efektifitas penggunaan sumber tenaga mungkin akan mengakibatkan dampak bagi lantai hutan berupa pembersihan permukaan. Penggunaan hewan sebagai sumber energi ketika digunakan dalam system penyaradan terbatas pada kemiringan lapangan, kondisi permukaan, ukuran dan bentuk kayu. Kemiringan yang ideal adalah lebih kecil sama dengan 3%, jika lebih maka hewan akan kesulitan melakukan penyaradan (Stenzel, 1985).

Penyaradan kayu dengan menggunakan trktor sangat popular dalam kegiatan pemanenan kayu di hutan alam (HPH) di Indonesia. Penyaradan dengan cara ini sudah dimulai pada tahun 1970-an. Untuk menghindari kerusakan lingkungan, penggunaan traktor pada daerah yang mempunyai lereng lebih dari 30%, walaupun

(9)

secara mekanis traktor masih mampu bekerja pada kemiringan sampai 40% (Muhdi, 2006).

Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyaradan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan diatas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahun sebelum kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini berlaku untuk penyaradan yang menggunakan traktor (Muhdi, 2006).

2.4 Alternatif Meminimalisasi Kerusakan

Untuk mengurangi kerusakan pada pohon dan kerugian ekonomi dari kegiatan operasional penyadaran traktor maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan rancangan jalan sarad yang dirancang sebelumnya ternyata lebih menguntungkan dari segi ekonomi dan segi ekologi. Jalan sarad yang dirancang sebelumnya juga akan memudahkan penebang untuk mengarahkan kayu yang akan ditebang sehingga akan lebih mudah bagi traktor untuk menyaradnya tanpa membuat manuver-manuver yang akan merugikan (Elias, 1997).

Pada saat ini teknologi untuk meminimalkankan kerusakan lingkungan akibat akibat penebangan kayu yang sudah ada yakni yang dikenal dengan Reduced Impact Logging, teknik operasi yang kurang tepat atau terencana akan mengakibatkan

(10)

kerusakan lingkungan (hutan rusak, pemadatan tanah dan terjadinya pengendapan akibat terjadinya erosi tanah). Untuk meminimalkan kerusakan tersebut dilakukan dengan merencanakan logging yang baik dan teknik operasi yang tepat dan terkendali. Reduced Impact Logging adalah pemanenan kayu yang didasarkan pada rancangan kedepan dari tegakan yang akann dipanen yang didasari rencana yang akurat untuk digunakan dalam perencanaan dan digunakan untuk mendisain lay out dari petak-petak tebang dan unit-unit inventarisasi serta digunakan untuk merencanakan operasi pemanenan kayu (Elias, 1997).

Arah rebah yang terbaik adalah yang mendekati atau menjauhi jalan sarad dengan membentuk sudut 300-450 (pola sirip ikan) atau arah rebah dalam posisi sejajar di atas jalan sarad dengan arah berlawanan dengan arah penyaradan. Bila memungkinkan, arah rebah pohon diarahkan ke tempat kosong dan pada tajuk pohon yang sudah ditebang sebelumnya (maksimal 3). Pada areal curam, arah rebah menyerong kesamping lereng (sepanjang kontur). Hindarkan pohon rebah memotong sungai atau masuk areal kawasan lindung dan kerusakan pada pohon inti permudaan dan pohon lindung (Elias dkk, 2008).

(11)

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun praktikum pemanenan hasil hutan dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 13 Mei 2017, pada pukul 10.00 sampai dengan selesai yang dilaksanakan di Desa Bakubakulu, Kecamatan Palolo, Kabubaten Sigi.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Klinometer sebagai alat ukur tinggi, Meteran roll sebagai alat mengukur jarak, Pita ukur sebagai alat pengukur diameter, Chainsaw sebagai alat untuk menebang pohon, Alat tulis sebagai prasarana pendukung terciptanya data. Bahan yang digunakan adalah Pohon Kemiri (Aleurites Moluccana).

3.3 Data dan Pengumpulan Data No

Uraian data Pengumpulan data

1. Sarana dan prasarana Chainsaw : di dapatkan dari pemilik lahan

Bensin : didapatkan dari penjual bensin

Oli : didapatkan dari penjual oli

Parang : di dapatkan dari pemilik lahan

Klinometer : didapatkan dari mahasiswa

Pita ukur : didapatkan dari mahasiswa

Meteran roll : didapatkan dari mahasiswa 2. Perencanaan

pemanenan

Dalam perencanaan pemanenan hal yang perlu dilakukan adalah pengumpulan data tentang pohon yang akan di tebang. Adapun kriteria yang

(12)

di perlukan adalah :

Tinggi total

Tinggi bebas cabang

Diameter

Volume pohon 3. Tahap proses

Pemanenan

Proses pemanenan dilakukan dengan menentukan arah jatuh pohon, membuat takik rebah, dan membuat takik balas.

4. Tahap penyaradan Berdasarkan kondisi lapangan maka dapat diperkirakan metode panyaradan yang digunakan adalah menggunakan hewan dan kendaraan ringan seperti motor.

5. Tahap pemuatan dan pembongkaran

Untuk melakukan pemuatan dan pembongkaran kayu perlu adanya surat surat pada umumnya dilakukan dengan truk pengangkut.

3.4 Analisis data

Dalam proses penebangan, data yang dibutuhkan dalam praktikum pemanenan hasil hutan adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Tebangan, yaitu pengambilan data parameter pohon yang meliputi : a. Diameter

d=kπ

Dimana :

D = diameter (m) k = keliling pohon

π = 3,14 (tetapan b. Tinggi Total

(13)

T.total = %ha+%hb 100 x JD Dimana :

Jd = jarak datar (m) ha = helling atas (%) hb = helling bawah (%)

c. Tinggi Bebas Cabang (TBC)

TBC = heling atas(ha)−heling bawah(hb)

100

x

JD

TBC = tinggi bebas cabang (m) Jd = jarak datar (m)

ha = helling atas (%) hb = helling bawah (%)

d. Volume V = 1

4. π . d2. h . f

V = volume d = diameter

fk = faktor koreksi (tetapan) π = 3,14 (tetapan)

(14)

h = tinggi bebas cabang

2. Penebangan. Pada kegiatan penebangan ini dilakukan penentuan arah jatuh pohon, membuat takik rebah, dan membuat takik balas.

Takik rebah :

-alas takik = 1/5 – 1/3 (dbh) -atap takik = 450

Takik balas :

-1/10 diameter pohon dari garis perpanjang alas takik

3. Pemangkasan. Kegiatan ini dilakukan untuk menghilangkan ranting dan bagian yang tidak penting yang terdapat pada pohon

4. Pengukuran. Pengukuran ini dilakukan untuk membagi log menjadi beberapa sortiman.

5. Pembagian batang. Pembagian batang ini di lakukan berdasarkan kebutuhan pabrik yang akan memproduksinya.

6. Penyaradan. Penyaradan dilakukan dari tempat lokasi penebangan ke TPn.

7. Selanjutnya dilakukan kegiatan muat bongkar. Dalam pemuatan dan pembongkaran, Izin usaha dalam pemuatan ke industri hanya diberikan kepada pengusaha yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(15)

a. Perorangan Warga Negara Indonesia, Badan Hukum Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Koperasi, yang didirikan khusus untuk usaha itu;

b. memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk Badan Hukum Indonesia atau Kartu Tanda Penduduk bagi Warga Negara Indonesia perorangan yang mengajukan permohonan izin usaha angkutan sungai dan danau;

c. pernyataan tertulis sanggup memiliki sekurang-kurangnya 1 (satu) unit kapal yang memenuhi persyaratan teknis / kelaikan sesuai dengan peruntukan dan rencana trayek yang akan dilayani, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

d. memiliki surat keterangan domisili perusahaan / pemilik;

e. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

(16)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Sarana Prasarana

Sebelum dilakukan penebangan hal yang harus disiapkan yaitu persiapan tenaga kerja, Peralatan, Sarana Prasarana Kerja dan Regu Kerja Tebangan yang meliputi.

1. Mempersiapkan tenaga kerja (Blandong, Penyarad) termasuk kegiatan penyuluhan/pemberitahuan kepada masyarakat setempat bekerjasama dengan Kepala Desa dan atau Pemimpin informalnya.

2. Mempersiapkan alat-alat kerja antara lain Gergaji Potong, Gergaji Rantai (chain saw). Gergaji Busur (frame dan blade), Kikir, Tempat Gergaji, Alat giwaran, Rantai Sarad, Meteran, Phi band, Kawat Penyogok, Cat, Ter, Batu Asah, Tirfor, Cangkul, Ganco dan Parang

3. Mempersiapkan perlengkapan babagan antara lain Meja, Kursi, Almari, Buku, P3K, Kalender, Lampu Kapal, Jerigen minyak tanah, Gentong air minum, Papan pengumuman (Plang tebangan , Papan Peringatan/larangan),Papan Kemajuan Pekerjaan.

4. Mempersiapkan kebutuhan administrasi tebangan antara lain buku pembantu, buku klepper, buku klem, tabel isi, alat-alat tulis, dan blangko-blanko model yang disesuaikan dengan ketentuan tata usaha hasil hutan yang berlaku.

Dalam praktikum kali ini sarana prasaran yang di siapkan adalah beberapa alat untuk memudahkan pengukuran pohon yang akan di tebang seperti Clinometer, Pita Ukur,

(17)

dan juga meteran roll. Selain beberapa alat di atas ada pula juga alat untuk memudahkan proses penebangan seperti Chain Saw dan Parang.

4.2 Persiapan Penebangan

Pada dasarnya kegiatan penebangan pohon terdiri dari 3 kegiatan, yaitu :

1. Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah. Tujuannya adalah untuk mempermudah kegiatan penebangan dan mencegah terjadinya kecelakaan selama kegiatan penebangan.

2. Penentuan arah rebah.

3. Pembuatan takik rebah dan takik balas.

Pada praktikum kali ini persiapan pohon yang akan di tebang yang pertama adalah mengukur keliling pohon tersebut. Selanjutnya praktikan juga di haruskan mengukur pohon sebelum di tebang. setelah itu praktikan dapat menentukan arah rebah, takik rebah dan takik balas.

Hasil perhitungan TT (tinggi total), TBC (tinggi bebas cabang) dan Volume Pohon Kemiri (Aleurites Moluccana) ditentukan :

1) Diameter d=k

π = 143

3,14

=

45,5 cm = 0,455 m

2) Tinggi Total

T.total = Jd x ( %atas+%bawah

100

)

(18)

= 13 x ( 56 %+182 % 100

)

= 13 x 238 % 100

= 13 x 2,38

= 30,94 m

3) Tinggi Bebas Cabang (TBC)

TBC = heling atasheling bawah

100

x

JD

=

(

100 %100+56 % ) x 13 m = 20,28 m

4) Volume V = 1

4. π . d2. h . f

=

¼.

3,14.(0,455)2.20,28.0,8 = 2,63663 m3

4.3 Proses Penebangan

Proses penebangan dalam tahapan perencanaan pada umumnya dimulai dengan perencanaan arah rebah pohon. Arah rebah pohon direncanakan hanya untuk pohon-

(19)

pohon komersil yang siap tebang, yakni yang berdiameter ≥30 cm. Perencanaan arah rebah pohon ini diperlukan untuk aplikasi penebangan yang meminimalkan dampak.

Arah rebah pohon atau derajat arah rebah disesuaikan dengan kondisi sekitar pohon yang akan ditebang kecondongan pohon, dan arah tajuk dominan. Kondisi sekitar pohon yang dimaksud adalah banyaknya permudaan pohon, mulai dari semai, pancang, tiang dan pohon lain yang ada di sekitar pohon yang akan ditebang.

Pertimbangan kondisi sekitar ini bertujuan untuk mengurangi dampak berupa kerusakan pada permudaan pohon atau vegetasi tersebut. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakan permudaan menjadi salah satu indikator tingkat keramahan penebangan terhadap lingkungan. Sementara itu, kecondongan pohon dan arah tajuk dominan juga menjadi pertimbangan dalam penentuan arah rebah pohon. Pohon yang memiliki kecondongan dan arah tajuk dominan pada arah tertentu, akan lebih baik dalam penebangannya diarahkan ke arah tersebut. Hal ini bertujuan selain untuk mempermudah dalam proses penebangan juga mengurangi resiko bahaya penebang berupa perebahan tidak sesuai arah rebah yang diinginkan penebang.

Dalam praktikum kali ini pohon yang akan di tebang terlebih dahulu di ikatkan tali pada bagian atas pohon tersebut yang berguna sebagai alat untuk menarik pohon tersebut ketika penebangan berlangsung. Selanjutnya penebangan dimulai dengan membuat arah rebah ke arah punggung bukit untuk mengurangi kerusakan kayu ketika di tebang.

4.4 Proses Penyaradan

(20)

Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyardan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahunsebelum kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Pada praktikum kali ini proses penyaradan dapat di lakukan menggunakan tenaga manusia, hewan, ataupun kendaraan ringan (dalam hal ini kendaraan yang di maksud adalah motor). Proses penyaradan kayu tesebut hanya berjarak sekitar 400 meter ketempat penyimpanan kayu sementara (TPn). Hal ini di karenakan jalan setelah TPn sudah bisa di lalui oleh kendaraan berat seperti mobil.

4.5 Pemuatan dan Pembongkaran

Tahap pemuatan dan pembongkaran di tempat praktikum sebelum keluar menuju tempat industri harus mempunyai surat keterangan dari desa setempat sebagai bukti bahwa kayu yang dimuat adalah kayu yang mempunya ligelitas. Hal itu juga berlaku sesaat sebelum penebangan dilakukan. Surat keterangan yang diberikan harus berisi data mengenai jumlah atau volume kayu yang dimuat dan harus ada tanda tangan dari aparat desa yang bertanggung jawab seperti Kepala Desa. Hal itu sebagai syarat yang harus dipersiapkan agar dalam pemuatan kayu menuju tempat industri berjalan lancar.

(21)

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Sarana prasaran yang di siapkan adalah beberapa alat untuk memudahkan pengukuran pohon yang akan di tebang seperti Clinometer, Pita Ukur, dan juga meteran roll. Selain beberapa alat di atas ada pula juga alat untuk memudahkan proses penebangan seperti Chain Saw dan Parang.

2. Persiapan pohon yang akan di tebang yang pertama adalah mengukur keliling pohon tersebut. Selanjutnya praktikan juga di haruskan mengukur pohon sebelum di tebang. setelah itu praktikan dapat menentukan arah rebah, takik rebah dan takik balas.

3. Pohon yang akan di tebang terlebih dahulu di ikatkan tali pada bagian atas pohon tersebut yang berguna sebagai alat untuk menarik pohon tersebut ketika penebangan berlangsung. Selanjutnya penebangan dimulai dengan membuat arah rebah ke arah punggung bukit untuk mengurangi kerusakan kayu ketika di tebang.

4. Proses penyaradan dapat di lakukan menggunakan tenaga manusia, hewan, ataupun kendaraan ringan (dalam hal ini kendaraan yang di maksud adalah motor). Proses penyaradan kayu tesebut hanya berjarak sekitar 400 meter

(22)

ketempat penyimpanan kayu sementara (TPn). Hal ini di karenakan jalan setelah TPn sudah bisa di lalui oleh kendaraan berat seperti mobil

5.2 Saran

Pada praktek selanjutnya di harapkan praktikan lebih memperhatikan dan mempelajari lebih jauh lagi mengenai pemanenan agar tidak keliru saat melakukan praktikum. Selanjunya di harapkan pula untuk menambah jumlah pohon yang akan di tebang agar lebih efektif dalam pengukuran pohon.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Conway S. 1982. Timber Cutting Practices. Principle of Timber Harvesting Revised.

New York (US): Miller Freeman Publication, Inc.

Mujetahid A. 2010. Analisis biaya penebangan pada Hutan Jati Rakyat di Kabupatn Bone. Perennial. 6(2) : 108-115. Bogor (ID) : BPPK.

Nugroho B. 1995. Perencanaan Pemanenan Kayu. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.

Staff, K. A. G. And N. A. Wiksten. 1984. Tree Harvesting Techniques. Martinus Nijhoff/D. R. W. Junk Publisher. Dondrecht Netherland.

Suhartana S. 2006. Efisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan: Studi kasus di PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 24(1):63-67, Februari 2006. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan.

Suhartana S, Yuniawati. 2005. Meningkatkan produksi kayu pinus mealui penebangan serendah mungkin: Studi kasus di KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Info Hasil Hutan. 11(2) : 87-96. Bogor (ID) Pusat Penelitian dan dan Pengembangan Hasil Hutan.

Suparto RS. 1982. Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Wackerman AE. 1966. Harvesting Timber Crops. New York (US): Mc Graw Hill Book Company Inc.

Yuniawati. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat dan efisien pada penebangan: Studi kasus di satu perusahaan hutan di Kalimantan Timur. Jurnal Rimba Kalimantan. 12(1):62-66, Juni 2007. Kalimantan

(24)

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon. Arah rebah yang benar akan menghasilkan kayu sesuai dengan yang diinginkan dan kecelakan kerja

Kegiatan pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan secara simultan merupakan faktor penyebab kerusakan tegakan tinggal

Dari analisis ini akan dihasilkan tambahan data atribut yang berguna untuk perencanaan pemanenan kayu, yaitu : luas areal tebangan (ha), potensi petak tebang (m3),

Kerusakan tegakan tingkat tiang dan pohon rata rata per hektar akibat pemanenan kayu teknik konvensional dan RIL masing masing sebesar 133,0 pohon (33,15%) dan 83,3 pohon

Kegiatan penebangan di Hutan rakyat adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon dalam tegakan yang sudah cukup umur dan sudah laku di pasaran, yaitu pohon yang memiliki

Tetapi ada juga yang tujuannya sampai menyediakan kayu olahan (yang merupakan tujuan ganda) Dalam buku berikut yang dimaksud dengan tujuan sistem pemanenan hasil

Skidder Sebuah Skidder adalah setiap jenis alat berat yang digunakan dalam pengerjaan penebangan untuk menarik pohon yang telah dipotong dari hutan industri dalam proses yang disebut

Prinsip-prinsip sistem silvikultur Tebang Rumpang TR yaitu: Sistem silvikultur untuk tegakan tidak selamanya  Teknik pemanenan dengan tebang kelompok rumpang secara teratur dan