LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DISPEPSIA DI RUANG CENDRAWASIH RSUD SK LERIK KOTA KUPANG
OLEH
NAMA : SHERLY AUGUSTYN NIM : PO.5303211231473 KELAS : PROFESI NERS
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik
Maria Agustina Making,S.Kep.,Ns.,M.Kep Hendrimina M.H. Suki,S.Kep.,Ns
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHAP PROFESI TAHUN 2023
A. Konsep Dispepsia 1. Pengertian
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati.
Kondisi ini dianggap gangguan didalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan sekeliling.Reaksi ini menimbulkan ketidakseimbangan metabolisme, dan seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30- 50 tahun (Mardalena, 2018).
Dispepsia adalah suatu kondisi medis yang di tandai dengan nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau ulu hati (Irianto, 2015). Adapun penyakit dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang berhubungan dengan makan atau keluhan yang berhubungan dengan gangguan saluran cerna.
Oktaviana dan Anan (2018) mengaggaskan dispepsia termasuk salah satu jenis penyakit yang tidak menular namun akibat paparan penyakit tersebut dapat menyebabkan moralitas yang sangat tinggi.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu dyspepsia organik dan Dispepsia fungsional (Mardalena, 2018).
a) Dispepsia organic
Dispepsia organik artinya dispepsia yang penyebabnya sudah pasti.
Dispepsia jenis ini jarang ditemukan pada pasien usia lebih dari 40 tahun.
Penyebabnya antara lain sebagai berikut:
1) Dispepsia tukak (ulcus-like dispepsia). Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan/perut kosong.
2) Dispepsia tidak tukak. Gejalanya sama dengan Dispepsia tukak, bisa pada pasien gastritis, duodenitis, tetapi pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda tukak.
3) Refluks gastroesofagus. Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi terutama setelah makan.
4) Penyakit saluran empedu. Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu kanan dan punggung.
5) Karsinoma
a. Kanker esofagus. Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan,perasaan penuh diperut, penurunan berat badan, anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.
b. Kanker lambung.Jenis yang paling umum terjadi adalah adenokarsinoma atau tumor epitel. Keluhan berupa rasa tidak nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan, dan perasaan kembung setelah makan.
c. Kanker pankreas. Gejala yang paling umum antara lain penurunan berat badan, ikterik, dan nyeri daerah punggung atau epigastrik.
d. Kanker hepar. Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin menyebar ke scapula kanan, penurunan berat badan, epigastrik terasa penuh dan anoreksia.
e. Obat-obatan golongan Non Steroid Inflamamatory Drugs (NISD) dengan keluhan berupa rasa sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan muntah.
f. Pankreatitis, keluhan berupa nyeri mendadak yang menjalarkepunggung, perut terasa makin tegang dan kencang.
g. Sindrom malabsorpsi, keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus dan perut kembung.
h. Gangguan metabolisme adalah kondisi dimana tubuh menghasilkan nutrisi yang berlebihan atau yang kurang bagi tubuh.
b) Dispepsia fungsional
Dispepsia ini tidak memunculkan kelainan organik melainkan kelainan fungsi dari saluran cerna. Penyebabnya antara lain:
1) Faktor asam lambung, pasien biasanya sensitive terhadap kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut menimbulkan nyeri.
2) Kelainan psikis, stress dan faktor lingkungan. Stres dan faktor lingkungan berperan penting pada kelainan fungsional saluran cerna, menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, klan vaskularisasi.
3) Gangguan motilitas. Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin dipengaruhi oleh susunan saraf pusat, gangguan motilitas di antaranya pengosongan lambung lambat, abnormalitas kontraktif, refluks gastroduodenal.
4) Penyebab lain-lainnya seperti adanya kuman Helicobacter- pylori, gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung, konsumsi banyak makan berlemak, kopi, alkohol, rokok, perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu lama (Mardalena, 2018).
3. Manifestasi Klinis
Haryono (2017), menjelaskan bahwa tanda dan gejala dispepsia yang mungkin muncul antara lain:
a) Nyeri perut (abdominal discomfort) b) Rasa perih di ulu hati
c) Mual, kadang-kadang sampai muntah d) Nafsu makan berkurang
e) Rasa lekas kenyang f) Perut kembung
g) Rasa panas di dada dan perut.
4. Patofisiologi
Patofisiologi Dispepsia adalah faktor lingkungan, terutama berhubungan dengan infeksi helicobacter pylori, penggunaan obat- obatan anti-inflamasi non-steroid (OAINS) pada kelompok resiko tinggi. Asam lambung dan gangguan motorik gastrointestinal. Faktor-faktor resiko secara epidemiologis untuk terinfeksi H. pylori adalah orang yang terlahir di Negara berkembang, status sosial ekonomi yang rendah, kondisi lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan, makanan dan air yang tidak higenis (Bayupurnama, 2019).
Menghancurkan lapisan mukosa lambung
Mengganggu pembentukan mukosa lambung
Memproduksi bikarbonat HCO3
Inflamasi menurun
Kekurangan volume cairan Kafein
H. Pilury Obat-obatan OAINS
(Ibuprofen, meloxicam)
Erosi mukosa lambung
Menurunkan tonus dan peristaltik lambung
Mukosa lambung kehilangan integritas jaringan
Perdarahan
Mual
Refluk isi duodenum ke lambung
Dorongan ekpulsi isi lambung ke mulut 5. Pathway
Melekat pada epitel lambung
Menurunkan barrier lambung terhadap
asam dan pepsin
Menyebabkan difusi kembali asam lambung & pepsin
Sumber: Bayupurnama, 2019 & SDKI PPNI, 2017
Anoreksia Nyeri epigastrium
Defisit Nutrisi Nyeri Akut
Menurunkan sensori untuk
makan
Muntah
Kekurangan volume cairan
6. Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap atau HDL tes ini juga sering di sebut tes hematologi.
Pemeriksaan jenis sel darah termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Pemeriksaan darah dalam tinja dan urin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi, pada pemeriksaan tinja, jika tampak cair dan berlendir, atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan menderita malabsorpsi.
Seoramg yang diduga menderita dispepsia tukak sebaiknya di periksa asam lambung pada karsinoma saluran pencernaan perlu di periksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa Carcinoembryonic antigen (CEA) dugaan karsinoma prankeas perlu diperiksa CA 19-9. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam batas normal (Haryono,2017).
2) Radiologi
Pemeriksaan radiologi banyak menunjang diagnosa suatu penyakit maka, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi terhadap saluran makan bagian atas Sebaiknya menggunakan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagus yang menurun terutama di bagian distal tampak anti-peristaltik di antrum yang masuk ke intestine. Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan
terlihat gambar yang disebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak umumnya regular, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di lambung secara radiologi, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung berubah (Haryono, 2017).
3) Endoskopi (Esofago-gastro-doudenoskopi)
Sesuai definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau tidak spesifik. Dengan endoskopi dapat dilakukan pemeriksaan biopsy mukosa untuk mengetahui keadaan patologis mukoasa lambung yang disebabkan oleh bakteri H.pylori atau disebut tes CLO (Mardalena, 2018).
4) USG (Ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak di manfaatkan untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat di gunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang berat pun dapat dimanfaatkan (Haryono, 2017).
7. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Dispepsia mengenal beberapa golongan obat menurut (Haryono, 2017) yaitu :
a) Antasida
Obat antasida di gunakan untuk menetralkan asam lambung atau mengikat cairan lambung. Dipakai untuk mengobati penyakit pada saluran pencernaan yang di akibatkan asam lambung, seperti tukak pada esofagus,lambung, atau usus dengan gejala seperti nyeri lambung,mual, muntah dan muntah.
Pemakaian ini sebaiknya juga terus-menerus, sifatnya sistematik, untuk mengurangi nyeri.
b) Antagonis reseptor
Golongan obat ini banyak digunakan untuk megobati orgaik atau esensial tukak peptic. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor antara lain simentidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidine.
c) Penghambat pompa asam
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhirdari proses sekresi asam lambug. Obat-obat yang termasuk golongan PPI (proton pump inhibitor) adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.
d) Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatan produksi mucus dan meningkatan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective) yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas.
e) Golongan prokinetic
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, donperidon dan metoklopramid, golongan ini cukup efektif untuk mengobati Dispepsia fungsional dan refluks esophagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).
B.Konsep Asuhan Keperawatan Dispepsia 8. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Sri Mulya Ningsih, 2018).
a) Identitas pasien
Identitas pasien meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku, bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Penjelasan pasien tentang nyeri yang dirasakan.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian.Pasien yang mengalami kanker payudara umumnya merasakan atau mengeluh nyeri.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu ini berisi tentang pengalaman penyakit sebelumya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita sekarang dan apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya
e) Kesehatan keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita penyakit yang sama seperti pasien, karena penyebab kanker payudara salah satu faktornya adalah keturunan.
f) Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan waktu serangan. Berikut penjelasan tentang pengkajian nyeri:
P :Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Q :Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau tumpul.
R :Region atau lokasi, yaitu perjalanan ke bagian lain.
S :Severity atau keparahan, yaitu intenstias nyeri.
T :Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi nyeri.
g) Riwayat nyeri
Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut dengan cara atau kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawat memahami makna nyeri pada pasien, pengkajian riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain (Huzaifah, 2017).:
1) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa memberikan bantuan dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa menandai bagian tubuh mana yang dirasakan nyeri.
2) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya paling banyak menggunkan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5 atau 0-10.
Angka ‘0’ menandakan tidak adanya nyeri dan angka tertinggi adalah nyeri ‘terhebat’ yang dirasakan pasien.
3) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti, tertusuk- tusuk, teriris benda tajam, di setrum dan rasa terbakar. Perawat dapat mencatat kata-kata yang digunakan pasien dalam menggambarkan nyerinya.
4) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval nyeri.
Maka, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir kali muncul.
5) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Seperti, aktivitas berlebih yang mengakibatkan timbulnya nyeri dada, selain itu faktor lingkungan, suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap nyeri, stersor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.
6) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang menyertai, seperti mual, muntah,dan pusing.
7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu perawat dalam memahami perspektif pasien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri, yaitu pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan dan aktivitas diwaktu senggang.
8) Sumber koping: setiap individu memliki strategi koping berbeda beda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh agama dan budaya.
9) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi, bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, dan faktor lainnya.
Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien (Sri Mulya Ningsih, 2018).
h) Pemerikasaan fisik
Pemerikasaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.
a) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan pada setiap pemeriksaan.
b) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit, hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan warna dan ada tidaknya edema.
c) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi pasien, memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama sebagai akibat dari nyeri.
d) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien apabila kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan palpasi untuk mengetahui area spesifik dari nyeri.
e) Pemerikasaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat bantu dalam menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan etiologi nyeri.
9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien gangguan kebutuhan rasa nyaman akibat nyeri yang dirasakan pasien adalah:
1) Nyeri akut a) Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b) Penyebab
- Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma) - Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
c) Gejala dan Tanda Mayor - Subjektif: Mengeluh nyeri - Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri) 3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat 5. Sulit tidur
d) Gejala dan Tanda Minor - Objektif :
1. Tekanan darah meningkat 2. Pola napas berubah 3. Nafsu makan berubah 4. Proses berfikit terganggu 5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri 7. Diaphoresis
2) Ganguan Rasa Nyaman a) Definisi
Gangguan rasa nyaman adaalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual, linkungan dan sosial.
b) Penyebab
1. Gejala penyakit 2. Kurang pengendalian
3. Ketidakadekuatan sumber daya (mis. Dukungan financial, sosial, dan pengetahuan)
4. Kurangnya privasi
5. Gangguan stimulus lingkungan
6. Efek samping terapi (mis. Medikasi, radiasi, kemoterapi) 7. Gangguan adaptasi kehamilan
c) Gejala dan Tanda Mayor
- Subjektif (mengeluh tidak nyaman) - Objektif ( gelisah )
d) Gejala dan Tanda Minor - Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur 2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual 6. Mengeluh lelah - Objektif
1. Menunjukkan gejala distress 2. Tampak merintih/menangis 3. Pola eliminasi berubah 4. Postur tubuh berubah 5. Iritabilitas
3) Hipertermia
a) Definisi : Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal b) Penyebab
- Dehidrasi
- Proses penyakit (mis.infeksi, kanker) - Terpapar lingkungan panas
- Ketidaksuaian pakaian dengan suhu lingkungan - Peningkatan laju metabolism
- Respon trauma - Aktivitas berlebihan - penggunaan inkubaor c) Gejala dan tanda mayor :
suhu tubuh diatas normal d) Gejala dan tanda minor :
- Kulit merah - Takipnea - Takikardia
- Kulit terasa hangat
3. Rencena Keperawatan
NO SDKI SLKI SIKI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri intervensi keperawatan Observasi
x24 jam maka 1. Identifikasi lokasi, Tingkat nyeri menurun karakterisitik, durasi, dengan kriteria hasil : frekuensi, dan 1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun 2. Identifikasi skala
2. Terjadi penurunan nyeri
skala nyeri 3. Monitor penggunaan 3. Meringis menurun efek samping 4. Proses berfikir analgetik
membaik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
Teknik relaksasi
nafas dalam,
kompres
hangat/dingin, tens, hipnosis, akupresure, terapi musik, dan terapi pijat)
2. Fasilitas istirahat dan Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan Manajemen Nyeri nyaman intervensi keperawatan Observasi
x24 jam diharapkan 1. Identifikasi lokasi, gangguan rasa nyaman karakterisitik, durasi, nyeri teratasi dengan frekuensi, dan kriteria hasil : intensitas nyeri 1. Kesejahhteraan fisik 2. Identifikasi skala
dan psikologis nyeri
meningkat 3. Monitor penggunaan 2. Perawatan sesuai efek samping
kebutuhan meningkat analgetik 3. Rileks meningkat Terapeutik
4. Keluhan tidak 1. Berikan teknik nyaman menurun nonfarmakologi 5. Gelisah menurun untuk mengurangi 6. Mual menurun rasa nyeri ( mis.
7. Merintih menurun Teknik relaksasi
nafas dalam,
kompres
hangat/dingin, tens, hipnosis, akupresure, terapi musik, dan terapi pijat)
2. Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 2. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik
3 Hipertermia Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan
Termoregulasi (L.14134) membaik dengan Kriteria Hasil :
- Menggigil menurun
- Kulit merah
menurun
- Kejang menurun - Pucat menurun - Takikardia menurun - Takipnea menurun - Bradikardi menurun - Hipoksia menurun
- Suhu tubuh
membaik
- Suhu kulit membaik - Kadar glukosa darah
membaik
Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia
(mis.dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan incubator) - Monitor suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit - Monitor haluaran urine - Monitor komplikasi
akibat hipertermia Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basashi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral - Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih)
Edukasi
- Anjurkan tirah baring Kolaborasi
- Kolaborasi cairan elektroli dan intravena, jika perlu.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan manidiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain tetapi tetap dengan menggunakan SOP tindakan keperawatan. Tindakan kolaborasi adalah yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain (Sri Mulya Ningsih, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah hasil dari perkembangan kesehatan pasien, dengan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawat dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Huzaifah, 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Bayupurnama. P. 2019. Dispepsia dan Penyakit Refluks Gastroesofageal.
Dewi dkk., (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri Di RSUD Denpasar. Diperoleh pada tanggal 04 Maret 2023 dari http://repositoy.poltekkes-denpasar.ac.id
Haryono, Rudi. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan Yogyakarta: Gosyen Publishing
Haswita dan Sulistyawati (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri. Diperoleh dari http://elib.stikesmuhgombong.ac.id
Huzaifah. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Tn H Khususnya Pada Tn H Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Wilayah Puskesmas Grogol I. Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiah Surakarta. Diperoleh tanggal 0 4 s e p t e m b e r 2 0 2 3 , dari http://eprints.ums.ac.id
Jakarta: EGC,
Mardalena, Ida. 2018. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ningsih, Sri Mulya. (2018). Studi Asuhan Keperawatan pada Pasien Gastritis Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Perawatan RSAD. DR. R. Ismoyo Kota Kendari. Diperoleh pada tanggal 04 September 2023 dari http://repository.poltekkes-kdi.ac.id
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indiktor Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI