• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE-2 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN HOLISTIK PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KETIDAKNYAMANAN VARISES

N/A
N/A
ayuk sel

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN MINGGU KE-2 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN HOLISTIK PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KETIDAKNYAMANAN VARISES"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

TRIMESTER III DENGAN KETIDAKNYAMANAN VARISES

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik pada Kehamilan

Oleh:

Sella Dwi Oktaviani NIM P01740523040

Pembimbing Akademik

Ade Zayu Cempaka Sari , SST, M.Ke b NIP. 19902222015032005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

2023/2024

(2)

“ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KETIDAKNYAMANAN VARISES”

Oleh

Sella Dwi Oktaviani NIM P01740523040

Menyetujui,

Pembimbing Akademik

Ade Zayu Cempaka Sari , SST, M.Ke b NIP. 19902222015032005

Pembimbing Lahan

Herma Nelis, Amd. Keb

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Diah Eka Nugraheni, SST . , M. Keb NIP. 198012102002122002

i

(3)

karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Kehamilan. Laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu dan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bunda Yuniarti,SST,M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

2. Bunda Diah Eka Nugraheni,M,Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

3. Bunda Ade Zayu Cempaka Sari, SST., M.Keb selaku dosen Pembimbing Akademik.

4. Bunda Herma Nelis, Amd., Keb selaku Pembimbing Lahan Praktik.

Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan pendahuluan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, Desember 2023

Penyusun

ii

(4)

DAFTAR ISI...iii

I. KAJIAN TEORI...1

A. Konsep Dasar Kehamilan...1

1. Pengertian Kehamilan...1

2. Tanda Gejala Kehamilan...1

3. Perubahan Fisiologis Kehamilan Trimester III...1

4. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III...4

5. Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III...4

B. Konsep Dasar Ketidaknyamanan Varises...7

1. Pengertian...7

2. Anatmoni dan Fisiologis Vena Tungkai Bawah...8

3. Etiologi...9

4. Faktor Risiko...11

5. Patofisiologi...12

6. Klasifikasi dan Gambaran Klinis...14

7. Gejala...16

8. Penatalaksanaan dan Pencegahan...17

9. Pengaruh Varises Terhadap Persalinan...19

10. Faktor-faktor terjadinya varises... 11. Faktor-faktor terjadinya varises...20

II. Konsep Askeb Dengan Ketidaknyamanan Varises...22

DAFTAR PUSTAKA...29

iii

(5)

1. Pengertian kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional.

Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua15 minggu (minggu ke- 13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Susanti & Ulpawati, 2022).

2. Tanda Gejala Kehamilan

a. Tanda yang tidak pasti (probable signs) / tanda mungkin kehamilan yaitu amenorhea, mual dan muntah, quickening, keluhan kencing, konstipasi, perubahan berat badan, perubahan temperatur suhu basal, perubahan warna kulit, perubahan payudara, perubahan pada uterus, tanda piskacek’s,perubahan- perubahan pada serviks

b. Tanda pasti kehamilan yaitu denyut Jantung Janin (DJJ), palpasi dan Pemeriksaan diagnostik kehamilan seperti rontgenografi, ultrasonografi (USG), fetal Electrografi (FCG) dan tes Laboratorium/ Tes Kehamilan

3. Perubahan fisiologis kehamilan trimester III

Ada beberapa perubahan fisiologi dalam kehamilan trimester III yaitu (Prawirohardjo, 2010) :

a. Uterus

Pada usia kehamilan trimester 3 frekuensi dan kekuatan

1

(6)

kontraksi otot segmen atas rahim semakin meningkat. Oleh karena dapat menyebabkan segmen bawah rahim itu segmen bawah rahim menjadi lebih lebar dan tipis. Selama hamil uterus akan berubah menjadi suatuorgan yang mampu menampung janin, plasenta dan amnion. Pada akhir kehamilan berat uterus rata-rata 1100 gram dan peningkatan uterus 30x22,5x20 cm.

b. Payudara

Payudara tampak membesar, putting susu menonjol, areola menghitam dan mengeluarkan cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum.

c. Vagina

Pada saat hamil vagima akan terlihat beerwarna keunguan dengan tanda Chadwick. Dinding vagina mengalami banyak perubahan dan mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi sel otot polos, perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding vagina.

d. Sistem Endokrin

Pada usia kehamilan trimester 3 kadar hormone estrogen akan meningkat sedangkan progesterone semakin sedikit. Estrogen bersifat merangsang uterus untuk berkontraksi, sedangkan progesteron menjaga otot rahim agar tetap rileks selama kehamilan. Hormon oksitosin dan prolaktin pada saat kehamilan aterm sampai masa menyusui akan meningkat berfungsi sebagai perangsang produksi ASI.

e. Sistem Muskuloskeletal

Terjadi lordosis progresif pada kehamilan akibat kompensasi pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai yang

(7)

akhirnya membuat ibu merasakan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.

f. Sistem Kardiovaskuler

Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi telentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya terjadi penurunan preload. Dan cardiac output, sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran.

Penekanan pada aorta akan mengurangi penekanna darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trimester terakhir posisi telentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring.

g. Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-kadang akan mengenai perut yang dikenal striae gravidarum.

h. Perubahan Metabolik

Selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg, pada trimester 2 dan trimester 3 pada perempuan gizi baik dianjurkan menambah kenaikan berat badan sebesar 0,4 kg perminggu, sementara pada perempuan dengan gizi kurang dianjurkan menaikan berat badan 0,5 kg per minggu.

i. Sistem Pencernaan

Perubahan akan terjadi pada motilitas otot polos pada traktus digestivus dan penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis

(8)

yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bagian bawah.

j. Sistem Perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan menghilang dengan semakin tuanya kehamilan.

4. Perubahan psikologi kehamilan trimester III

Trimester ketiga seringkali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.

Kadang -kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu - waktu. lni menyebabkan ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. lbu seringkali merasa khawatir atau takut kalaukalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.

Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu, ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu sangat memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Periode ini juga

(9)

disebut periode menunggu dan waspada sebab merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya (Nababan, 2021).

5. Tanda bahaya kehamilan trimester III

Ada beberapa tanda bahaya di kehamilan trimester ketiga, yang perlu diwaspadai oleh ibu hamil, yaitu (Mekarsari, 2022):

a. Perdarahan

Perdarahan yang terjadi selama kehamilan punya berbagai arti yang berbeda. Jika kondisi ini dialami pada trimester ketiga, kemungkinan penyebabnya adalah karena adanya solusio plasenta dan plasenta previa. Solusio plasenta adalah kondisi medis yang ditandai saat sebagian atau seluruh plasenta terlepas dari dinding rahim, sebelum masa persalinan tiba.

Sementara itu, plasenta previa terjadi ketika sebagian atau seluruh plasenta, menutupi sebagian maupun seluruh leher rahim (serviks). Kedua kondisi terkait plasenta tersebut sama sama akan menimbulkan perdarahan vagina. Jika mengalaminya, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter kandungan, karena ini bisa menjadi tanda bahaya kehamilan di trimester ketiga.

b. Kontraksi di Awal Trimester ke 3

Salah satu tanda khas datangnya waktu persalinan adalah timbulnya kontraksi, yang kemudian diiringi dengan melebarnya leher rahim. Namun, terkadang kontraksi juga bisa terasa saat usia kehamilan baru saja memasuki awal trimester ketiga.

Kondisi ini dikenal dengan sebutan kontraksi palsu (kontraksi Braxton-Hicks) dan kontraksi persalinan prodromal. Kedua jenis kontraksi tersebut memang

(10)

belum mengarah pada persalinan yang sesungguhnya, tetapi bisa menimbulkan rasa tidak nyaman, terlebih ketika intensitas kontraksi berubah semakin kuat.

Jika kehamilan sudah mulai atau sudah memasuki trimester akhir, dan merasakan seperti muncul kontraksi, tanpa disertai dengan tanda persalinan lainnya, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.

c. Sakit Kepala dan Sakit Perut

Sebenarnya, wajar jika ibu hamil tiba-tiba merasakan sakit kepala atau sakit perut di trimester ketiga kehamilan. Kelelahan mungkin merupakan penyebab utamanya. Namun, jangan anggap remeh jika muncul sakit kepala, sakit perut, sesak napas, gangguan penglihatan, hingga beberapa anggota tubuh mudah memar dan membengkak pada waktu yang bersamaan.

Sebab, serentetan gejala tersebut bisa merujuk pada kondisi preeklampsia, yang merupakan komplikasi kehamilan berbahaya. Preeklampsia adalah kondisi yang membuat tekanan darah meningkat pesat, diiringi dengan kerusakan organ-organ di dalam tubuh. Ginjal adalah salah satu organ yang menjadi sasaran preeklampsia. Akibatnya, jumlah protein di dalam urine akan jadi meningkat, karena ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya dengan baik.

d. Mual dan Muntah Parah

Sangat umum mengalami mual saat hamil. Jika menjadi parah, itu mungkin lebih serius bahkan menjadi tanda bahaya. “Terutama jika Ibu tidak bisa makan dan minum apapun sehingga berisiko mengalami dehidrasi,”

(11)

kata Peter Bernstein, MD, dokter kandungan di New York Albert Einstein College of Medicine and Montefiore Medical Center. Bila mual yang parah, beritahu dokter kandungan atau bidan yang mungkin akan meresepkan obat atau menyarankan untuk mengubah pola makan.

e.

Penurunan Gerakan Bayi secara Signifikan

Apa artinya jika Si Kecil dalam kandungan yang sebelumnya aktif tampak sedikit energi? Hal tersebut mungkin normal. Asisten professor kedokteran ibu dan janin di Fakultas Kedokteran Universitas Texas, Nicole Ruddock, MD mengungkapkan bila terjadi perhentian tersebut maka coba Ibu meminum sesuatu yang dingin atau makan sesuatu. Kemudian, berbaringlah di sisi untuk melihat apakah hal tersebut membuat Si Kecil bergerak. Lalu, coba menghitung tendangan Si Kecil.

Tidak ada jumlah gerakan yang optimal tetapi Ibu harus menetapkan garis dasar sebagai aturan umum, Ibu harus menghitung setidaknya memiliki 10 tendangan atau lebih dalam kurun waktu dua jam.

B. Konsep dasar Varises 1. Pengertian

Varises(venavarikosa)adalah pelebaran dari vena superfisial yang menonjol dan berliku-liku pada ekstremitas bawah, sering pada distribusi anatomis dari vena safena magna dan parva.Penyakit ini menimbulkan rasa sakit yang bermacam-macam dan tidak semua perawatan dapat diterapkan padavarises.Biasanya varises terjadi pada tangan dan kaki, namun pada beberapa orang dapat terjadi di tempat- tempat lain seperti pada lambung, rectum (usus besar dekat

(12)

anus), vagina, skrotum dan vulva (bibir kemaluan).Sekitar 20-30% wanita mengalami varises, terutama pada kehamilan gatal-gatal atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan adalah ciri-ciri varises yang paling mudah di kenali.

2. Anatomi dan Fisiologi Vena Tungkai Bawah

Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis, vena profunda, vv komunikans (perforantes).Sistem superfisialis sendiri terdiri dari vena safena magna dan vena safena parva.Keduanya memiliki arti klinis yang sangat penting karena memiliki predisposesiterjadinya varises yang membutuhkan pembedahan.

Vena safena magna merupakan vena terpanjang di tubuh, mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta kulit sisi medial tungkai.Vena ini merupakan vena yang paling sering menderita varises vena tungkai.Vena safena magna keluar dari ujung medial jaringan vena dorsalis pedis. Vena ini berjalan di sebelah anterior maleolus medialis, sepanjang aspek anteromedial betis (bersama dengan nervus safenus), pindah ke posterior selebar tangan di belakang patela pada lutut dan kemudian berjalan ke depan dan menaiki bagian anteromedial paha. Pembuluh ini menembus fasia kribriformis dan mengalir ke v.femoralis pada hiatus safenus.Bagian terminal v.safena magna biasanya mendapat percabangan superfisialis dari genitalia eksterna dan dinding bawah abdomen.Dalam pembedahan, hal ini bisa membantu membedakan v.safena dari femoralis karena satu-satunya vena yang mengalir ke v.femoralis adalah v.safena. Cabang-cabang femoralis anteromedial dan posterolateral(lateral aksesorius), dari aspek

(13)

medial dan lateral paha, kadang-kadang juga mengalir ke v.safena magna di bawah hiatus safenus.

Vena safena magna berhubungan dengan sistem vena profunda di beberapa tempat melalui vena perforantes (penghubung). Vena perforantes (penghubung) adalah vena yang menghubungkan vena superfisial ke vena profunda, yaitu dengan cara langsung menembus fasia (direct communicating vein). Vena ini mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda. Bila katup ini tidak berfungsi (mengalami kegagalan) maka aliran darah akan terbalik sehingga tekanan vena superfisial makin tinggi dan varises dengan mudah akan terbentuk. Hubungan ini biasanya terjadi di atas dan di bawah maleolus medialis, di area gaiter, di regio pertengahan betis, di bawah lutut, dan satu hubungan panjang pada paha bawah.Katup-katup pada perforator mengarah ke dalam sehingga darah mengalir dari sistem superfisialis ke sistem profunda dari mana kemudian darah dipompa keatas dibantu oleh kontraksi otot betis.

Akibatnya sistem profunda memiliki tekanan yang lebih tinggi daripada superfisialis, sehingga bila katup perforator mengalami kerusakan, tekanan yang meningkat diteruskan ke siste superfisialis sehingga terjadi varises pada system ini

(14)

Gambar 1. Anatomi susunan vena tungkai bawah 3. Etiologi

Berbagai faktor intrinsik berupa kondisi patologis dan ekstrinsik yaitu faktor lingkungan bergabung menciptakan spektrum yang luas dari penyakit vena.Penyebab terbanyak dari varises vena adalah oleh karena peningkatan tekanan vena superfisialis, namun pada beberapa penderita pembentukan varises vena ini sudah terjadi saat lahir dimana sudah terjadi kelenahan pada dinding pembuluh darah vena walaupun tidak adanya peningkatan tekanan vena. Pada pasien ini juga didapatkan distensi abnormal vena di lengan dan tangan.

Herediter merupakan faktor penting yang mendasari terjadinya kegagalan katup primer, namun faktor genetik spesifik yang bertanggung jawab terhadap terjadi varises masih belum diketahui. Pada penderita yang memiliki riwayat refluks pada safenofemoral junction (tempat dimana v Safena Magna bergabung dengan v. femoralis kommunis) akan memiliki risiko dua kali lipat. Pada penderita kembar monozigot, sekitar 75 %

(15)

kasus terjadi pada pasangan kembarnya.angka prevalensi varises vena pada wanita sebesar 43 % sedangakan pada laki-laki sebesar 19 %.

Keadaan tertentu seperti berdiri terlalu lama akan memicu terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dalam vena hal ini akan menyebakan distensi vena kronis dan inkopetensi katup vena sekunder dalam sistem vena superfisialis. Jika katup penghubung vena dalam dengan vena superfisialis di bagian proksimal menjadi inkopeten, maka akan terjadi perpindahan tekanan tinggi dalam vena dalam ke sistem vena superfisialis dan kondisi ini secara progresif menjadi irreversibel dalam waktu singkat.

Setiap orang khususnya wanita rentan menderita varises vena tungkai, hal ini dikarenakan pada wanita secara periodik terjadi distensi dinding dan katup vena akibat pengaruh peningkatan hormon progrestron.Kehamilan meningkatkan kerentangan menderita varises karena pengaruh faktor hormonal dalam sirkulasi yang dihubungkan dengan kehamilan. Hormon ini akan meningkatkan kemampuan distensi dinding vena dan melunakkan daun katup vena. Pada saat bersamaan, vena harus mengakomodasikan peningkatan volume darah sirkulasi.Pada akhir kehamilan terjadi penekanan vena cava inferior akibat dari uterus yang membesar.Penekanan pada vena.cara inferior selanjutnya akan menyebabkan hipertensi vena dan distensi vena tungkai sekunder.

Berdasarkan mekanisme tersebut varises vena pada kehamilan mungkin akan menghilang setelah proses kelahiran.

Pengobatan pada varises yang sudah ada sebelum kehamilan akan

(16)

menekan pembentukan varises pada vena yang lain selama kehamilan.

Umur merupakan faktor risiko independen dari varises.Umur tua terjadi atropi pada lamina elastis dari pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos meninggalkan kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami dilatasi.

Varises vena juga dapat terjadi apabila penekanan akibat adanya obstruksi. Obstruksi akan menciptakan jalur baypass yang penting dalam aliran darah vena ke sirkulasi sentral, maka dalam keadaan vena yang mengalami varises tidak dianjurkan untuk di ablasi.

4. Faktor Resiko

Ada kecenderungan turunan untuk mengalami varises, yang diperparah dengan pertambahan berat badan, pertambahan usia, kehamilan kembar, dan aktivitas yang memerlukan posisi berdiri atau duduk dalam waktu yang lama (Reeder, 2011).

5. Patofisiologi

Varises vena pada kehamilan paling sering disebabkan oleh karena adanya tekanan dari uterus dan perubahan hormonal yang menyebabkan dinding pembuluh darah dan katupnya menjadi lunak dan lemur.Peningkatan tekanan disebabkan oleh terjadinya insufisiensi vena dengan adanya refluks yang melewati katup vena profunda maupun vena superfisialis. Penyebab obstruksi ini dapat karena

(17)

thrombosis intravascular atau akibat adanya penekanan dari luar pembuluh darah.

Pada saat hamil, terjadi peningkatan hormone progesterone yang mengakibatkan perubahan fisik dan psikis.

Payudara ibu akan membesar, tubuh terasa lemas, pusing ,mual dan lainnya. Berbarengan dengan itu, elastititas pembulih darah, arteri maupun vena semakin bertambah lentur dan akibatnya pembuluh darah terutama vena jadi tambah besar dan melebar.

Pada keadaan normal katup vena bekerja satu arah dalam mengalirkan darah vena naik keatas dan masuk kedalam.Pertama darah dikumpulkan dalam kapiler vena superfisialis kemudian dialirkan ke pembuluh vena yang lebih besar, akhirnya melewati katup vena ke vena profunda yang kemudian ke sirkulasi sentral menuju jantung dan paru.Vena superfisial terletak suprafasial, sedangkan vena vena profunda terletak di dalam fasia dan otot. Vena perforata mengijinkan adanya aliran darah dari vena superfisial ke vena profunda.

Di dalam kompartemen otot, vena profunda akan mengalirkan darah naik keatas melawan gravitasi dibantu oleh adanya kontraksi otot yang menghasikan suatu mekanisme pompa otot. Pompa ini akan meningkatkan tekanan dalam vena profunda sekitar 5 atm. Tekanan sebesar 5 atm tidak akan menimbulkan distensi pada vena profunda dan selain itu karena vena profunda terletak di dalam fasia yang mencegah distensi berlebihan. Tekanan dalam vena superfisial normalnya sangat rendah, apabila mendapat paparan tekanan tinggi yang berlebihan akan

(18)

menyebabkan distensi dan perubahan bentuk menjadi berkelok-kelok.

Peningkatan tekanan di dalam lumen paling sering disebabkan oleh terjadinya insufisiensi vena dengan adanya refluks yang melewati katup vena yang inkompeten baik terjadi pada vena profunda maupun pada vena superficial.Peningkatan tekanan vena yang bersifat kronis juga dapat disebabkan oleh adanya obstruksi aliran darah vena.Penyebab obstruksi ini dapat oleh karena thrombosis intravaskular atau akibat adanya penekanan dari luar pembuluh darah. Pada pasien dengan varises oleh karena obstruksi tidak boleh dilakukan ablasi pada varisesnya karena segera menghilang setelah penyebab obstruksi dihilangkan.

Kegagalan katup pada vena superfisal paling umum disebabkan oleh karena peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah oleh adanya insufisiensi vena. Penyebab lain yang mungkin dapat memicu kegagalan katup vena yaitu adanya trauma langsung pada vena adanya kelainan katup karena thrombosis. Bila vena superficial ini terpapar dengan adanya tekanan tinggi dalam pembuluh darah , pembuluh vena ini akan mengalami dilatasi yang kemudian terus membesar sampai katup vena satu sama lain tidak dapat saling betemu.

6. Klasifikasi dan Gambaran Klinis

Varises tungkai terdiri dari varises primer dan varises sekunder. Varises primer terjadi jika katup system vena superfisial (v.saphena magna,v.

(19)

Saphenaparvadanvv .perforantes)gagal menutup sebagaimana mestinya,sehingga akan terjadi refluks kearah bawah dan terjadi dilatasi vena yang kronis, sedangkan profunda masih normal.Varises sekunder terjadi akibat system profunda mengalami thrombosis / tromboflebitis, sumbatan vena profunda karena tumor / trauma atau adanya fistula arterovenosa, yang semula keadaan katupnya normal selanjutnya terjadi kompesansi pelebaran pada vena superficial.

Secaraklinis varises tungkai dikelompokkan berdasarkan jenisnya,yaitu :

a. Varises trunkal

Merupakan varises v.saphena magna dan v.saphena parva, diameter lebih dari 8 mm, warna biru - biru kehijauan.

b. Varises retikuler

Varises yang mengenai cabang v.saphena magna atau v.saphena parva yang umumnya kecil dan berkelok-kelok, diameter 2 - 8 mm. warna biru - biru kehijauan.

c. Varises kapiler

Merupakan vena subkutis yang tampak sebagai kelompok serabut halus dari pembuluh darah, diameter 0,1 – 1 mm, warna merah, atau sianotik (jarang).

Menurut klasifikasi Clinical, Etiological, Anatomic, Pathophysiologic (CEAP) varises vena tungkai dibagi berdasarkan berat ringan manifestasi klinisnya, yaitu :

1. Derajat 0 : Tidak terlihat atau teraba tanda gangguan vena

2. Derajat 1 : Telangiektasis, Vena retrikuler 3. Derajat 2 : Varises Vena

(20)

4. Derajat 3 : Edem tanpa perubahan kulit

5. Derajat 4 : kulit akibatgangguan vena(pigmentasi, dermatitis statis, lipodermatoskelrosis) 6. Derajat 5 : kulit seperti di atas dengan

ulkusyang sudah Sembuh.

7. Derajat 6 : Perubahan kulit sepertidiatas dengan ulkus aktif

Gambar3.Klasifikasi CEAP derajat 1, vena retikular

Gambar4.Klasifikasi CEAP derajat 1, telangiektasis

(21)

Gambar5.Klasifikasi CEAP derajat 2, varises vena

Berdasarkan dengan berat ringannya, varises vena tungkai dibagi atas empat stadium,yaitu :

1. Stadium I

Keluhan samar (tidakkhas) rasa berat, mudah lelah pada tungkai setelah berdiri atau duduk lama. Gambaran pelebaran vena berwarna kebiruan tak jelas

2. Stadium II

Mulai tampak pelebaran vena, palpebel, dan menonjol 3. Stadium III

Varises tampak jelas,memanjang,berkelok-kelok pada paha atau tungkai bawah.Dapat disertai telangi ektasis/spider vein

4. Stadium IV

Terjadi kelainan kulit dan atau ulkus karena sindrom insufisiensi vena menahun

7. Gejala varises

Pada umumnya varises tidak menyebabkan gejala yang terlihat hanyalah penonjolan pembuluh darah di bawah kulit atau mukosa. Pada varises vagina, pelebaran pembuluh darah akan terlihat di bawah lapisan selaput lender vagina.

Pada sebagian penederitas varises, terutama varises pada kaki, kaki akan terasa sangat berat, lelah dan nyeri yang bertambah apabila ia banyak berdiri atau berdiri atau duduk.

Gatal-gatal atau perubahan warna kulit menjadi kebiruan juga merupakan cirri-ciri varsises.

8. Penatalaksanaan dan Pencegahan a. Kaus Kaki Kompresi(Stocking)

(22)

Kaus kaki kompresi membantu memperbaiki gejala dan keadaan hemodinamik pasien dengan varises vena dan mengilangkan edema. Kaus kaki dengan tekanan 20- 30mmHg (gradeII) memberikan hasil yang maksimal.Pada penelitian didapatkan sekitar37-47%

pasien yang menggunakan kaus kaki ini selama1tahun setelah menderita DVT mencegah terjadi ulkus pada kaki.Kekurangan menggunakan kaos kaki ini adalah dari segi harga yang relatif mahal, kurangnya pendidikan pasien,dan kosmetik yang kurang baik. Pada penelitian random izecontrolledtrial compression menggunakan stoking(gradeIdanII) dibandingkan dengan kontrol penggunaan kaus kaki ini mengurangi terjadinya refluksVSM dan mengurangi keluhan dan gejala varises pada wanita hamil namun tidak ada perbedaan terhadapa pembentukan varises vena.

b. Angkat kaki

Sering-seringlah mengangkat kaki pada saat sedang tidur atau duduk. Saat tidur, letakan kaki diatas bantal , saat duduk , luruskan kaki sedikit lebih tinggi dan bokong.

Cara ini diharapkan dapat mempelancar aliran darah karenan beban yang harus ditopang kaki berkurang.Selain itu, jangan terlalu lama berdiri atau duduk juga jangan biarkan kaki menggantung pada saat duduk.Menaikan kaki di atas bantal sehingga posisi kepala lebih rendah merupakan langkah pencegahan. Posisi itu memungkinkan

c. Posisi Tidur Berganti-gantian

Posisi tidur sebaiknya tak hanya satu posisi saja tetapi berganti-gantian. Minsalnya, miring ke kiri, miring

(23)

ke kanan, bila masih memungkinkan terlentang atau setengah duduk juga boleh. Posisi yang berganti-ganti itu untuk menghindari tekanan pada pembuluh darah di satu tempat.Disarankan untuk tidur dengan posisi miring ke kiri supaya pembuluh darah baik yang menuju jantung yang terletak di belakang rahim agak ke kanan tidak tertekan.

d. Olahraga

Pilihlah olahraga yang cocok untuk ibu hamil, seperti senam hamil yoga, jalan-jalan pagi, senam ringan, dan renang.Olahraga dapat melancarkan peredaran darah sehingga varises bisa dikurangi.

e. Konsumsi makanan sehat

Perbanyak asupan yang mengandung antioksidan alami seperti buah dan sayur segar. Makanan yang tinggi serat juga bisa mencegah varsises pada anus (wasir/ambient/dan vaigan)

f. Pakaian hamil yang nyaman

Kenankan pakian hamil yang nyaman, jangan terlalu ketat dan sempit sehngga sirkulasi darah akan terganggu. Sebaiknya jangan pula menggunakan sepatu hak tinggi, atau maksimal 2 cm, selain tidak nyaman untuk ibu hamil, juga menyebabkan aliran darah terhambat.

9. Pengaruh Varises pada saat persalinan.

Varises pada saat hamil biasanya muncul kapan saja, entah pada kehamilan trimester pertama, kedua ataupun ketiga.

Semakin tua usia kehamilan, varises akan semakin parah

(24)

karena bendungan dari rahim yang kian besar semakin kuat.

Apalagi jika sebagian kepala janin sudah turun ke rongga panggul aliran darah dari bawah ke atas semakin tidak lancar yang mengakibatkan varises semakin besar dan bertumbuh parah.

Resiko varises semakin besar pada wanita yang pernah hamil dan melahirkan anak lebih dari 2 kali, juga pada wanita hamil usia> 40 tahun. Hal ini disebabkan adanya arteriosclerosis (penebalan dinding pembuluh darah) yang dialami berdampak pada dinding pembuluh darah yang kehilangan elastitasnya. Kekakuan ini akan menghambat aliran vena semakin memudahkan varises muncul.

Bila varisesnya berat akan dikhawatirkan ibu akan mengalami pendarahan hebat saat persalinan. Bila tertekan tubuh bayi yang akan lahir , maka geseknya dapat membuat varises pecah dan mengeluarkan darah. Selain itu pada saat mengejanpun bisa saja pembuluh darah pecah karena otot-otot diseputar vagina menegang dan keras. Pendarahan hebat ini bisa berdampak ibu kehilangan banyak darah , lemas ibu sulit berkerja sama sehingga persalinan menjadi lebih lama.

Persalinan lama dikhawatirkan akan membahayakan keselamatan ibu dan janin.

Ibu hamil yang mengalami varises vagina, masih dapat melalui persalinan normal, namun apabila varises pada vagina yang diderita cukup berat, biasanya dokter menyarankan tindakan operasi sesar untuk meminimalisir resiko pecahnya dinding pembuluh darah akibat Trauma/laserasi jalan pada saat bayi lahir. Varises vagina jika lambat terdeteksi dapat

(25)

mengakibatkan perdarahan yang menyebabkan kematian si ibu.

10. Faktor-faktor penyebab munculnya varises maupun faktor resiko, yaitu :

a. Faktor hormonal

Pada saat hamil terjadi peningkatan hormone progesterone yang membuat elastic dinding pembuluh darah bertambah sehingga dinding pembuluh darah (baik arteri maupun vena) makin lentur yang berakibat pembuluh darah jadi tambah besar dan melebar. Di satu sisi pelebaran pembuluh darah ini perlu untuk memenuhi kebutuhan janin, yakni agar aliran darah dan volume darah tersuplai dengan baik, hingga pertumbuhan janin normal.

b. Tekanan rahim

Tekanan rahim juga ikut dalam memunculkan varises.

Perut yang semakin membesar akan menghambat kerja pembuluh darah. Umumnya varises terjadi di daerah panggul dan angota gerak bagian bawah.Hal ini karena pembuluh darah di daerah inilah yang berhubungan eratbdengan rahim.

c. Berdiri terlalu lama

Ibu hamil Karena tuntunan pekerjaan/keadaan setiap hari harus berdiri diam dalam waktu lama atau justru duduk terus tanpa banyak bergerak juga lebih berpeluang mengalami varises.Ini terjadi karena gravitasi membuat otot-otot berkerja keras memompakan daeah ke atas.

d. Kegemukan

(26)

Wanita hamil yang mengalami pertambahan berat badan lebih dari 12-15 kg akan membebani aliran pembuluh darah pada kaki.

e. Keturunan

Orangtua yang mengalami varises saat hamil beresiko menurunkan hal yang sama kepada anaknya.

(27)

A. Pengkajian Data Subyektif 1. Identitas

a. Nama

Untuk mengetahui nama klien berguna untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan sehingga tidak terlihat kaku dan lebih akrab.

b. Umur

Umur perlu dikaji guna mengetahui umur klien yang akan diberikan asuhan.

c. Agama

Menanyakan agama klien dan berbagai praktik agama yang dijalani. Informasi ini dapat menuntun ke suatu diskusi tentang pentingnya agama dalam kehidupan klien, tradisi keagamaan dalam kehamilan dan kelahiran, perasaan tentang jenis kelamin tenaga kesehatan dan pada beberapa kasus, penggunaan produk darah.

d. Pendidikan

Menanyakan pendidikan tertinggi yang klien tamatkan.

Informasi ini membantu klinis memahami klien sebagai individu dan memberi gambaran kemampuan baca tulisnya.

e. Suku/ Bangsa : Ras, etnis, dan keturunan

Harus diidentifikasi dalam rangka memberikan perawatan yang peka budaya kepada klien dan mengidentifikasi wanita atau keluarga yang memiliki kondisi resesif otosom dengan insiden yang tinggi pada populasi tertentu. Jika

22

(28)

23

(29)

f. Pekerjaan

Untuk mengetahui pekerjaan klien adalah penting untuk mengetahui apakah klien berada dalam keadaan masih sekolah, bekerja dan status ekonomi keluarga.

g. Alamat

Alamat rumah klien perlu diketahui bidan untuk lebih memudahkan saat pertolongan persalinan dan untuk mengetahui jarak rumah dengan tempat rujukan.

2. Data Subyektif

a. Alasan Kunjungan

Untuk mengetahui alasan wanita datang ke tempat bidan/ klinik, yang diungkapkan dengan kata-katanya sendiri. Tujuan kunjungan biasanya untuk mendapatkan diagnosis ada/tidaknya kehamilan, mendapatkan perawatan kehamilan, menentukan usia kehamilan dan perkiraaan persalinan, menentukan status kesehatan ibu dan janin dan menentukan rencana pemeriksaan/penatalaksanaan lainnya.

b. Keluhan Utama

Alasan kenapa klien datang ke tempat bidan. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh klien serta menanyakan sejak kapan hal tersebut dikeluhkan klien. Mendengarkan keluhan klien sangat penting untuk pemeriksaan.

c. Riwayat Kesehatan

Data dari riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda (warning akan adanya penyulit). Riwayat Kesehatan ini meliputi riwayat kesehatan klien sekarang dan terdahulu dan riwayat kesehatan keluarga.

d. Riwayat Obstetri : 1) Menarche

Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi.

Wanita haid pertama kali umumnya sekitar 12-16 tahun. Hal

(30)

ini dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi, bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum.

2) Siklus Haid

Siklus haid adalah jarak antara haid yang dialami dengan haid berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23-32 hari, siklus haid yang normal adalah 28 hari.

3) Lamanya Haid

Lamanya haid yang normal adalah ± 7 hari. Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah abnormal dan kemungkinan adanya gangguan ataupun penyakit yang mempengaruhi.

4) Volume

Data ini menjelaskan seberapa banyak darah yang dikeluarkan. Sebagai acuan biasanya digunakan kriteria banyak, sedang dan sedikit. Biasanya untuk menggali lebih dalam pasien ditanya sampai berapa kali ganti pembalut dalam sehari. Normalnya yaitu 2 kali ganti pembalut dalam sehari. Apabila darahnya terlalu berlebih, itu berarti telah menunjukan gejala kelainan banyaknya darah haid.

b. Pola pemenuhan sehari-hari 1) Nutrisi

Data ini penting untuk diketahui agar bisa mendapatkan bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya

2) Eliminasi

(a) BAB : Dikaji frekuensinya (BAB nya teratur atau tidak, jika mengatakan terlalu sering dan feses cair bisa dicurigai mengalami diare dan jika terlalu jarang BAB serta feses kering dan keras, dicurigai klien mengalami konstipasi), warnanya (normalnya warna feses berwarna kuning kecoklatan).

(b) BAK : Dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih dalam sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih

(31)

dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang masuk, atau juga karena adanya tekanan dinding vesika urinaria.

Warna urine (normalnya urine berwarna bening, jka urine berwarna keruh dicurigai klien menderita DM karena urin keruh disebabkan adanya penumpukan glukosa), bau urine (bau urine normalnya seperti bau Amonia (NH3).

(c) Aktivitas : Data ini memberikan gambaran tentang seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.

(d) Istirahat : Jadwal istirahat perlu diperhatikan karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.

(e) Personal Hygiene : Kebersihan jasmani sangat penting karena saat hamil banyak berkeringat terutama di daerah lipatan kulit. Mandi 2-3x sehari membantu kebersihan badan dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya dari bahan yang dapat menyerap keringat, sehingga badan selalu kering terutama di daerah lipatan kulit.

B. Pengkajian Data Obyektif

Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Langkah-langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Umum a. Keadaan umum

b. Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan kriterianya adalah sebagai berikut :

1) Baik

(32)

Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan.

2) Lemah

Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.

c. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari keadaan komposmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar).

d. Tanda – Tanda Vital

1) Tekanan darah : normal 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.

2) Nadi : denyut nadi 60-100 kali per menit.

3) Pernafasan: normal 12 - 20 kali per menit.

4) Suhu : suhu normal 36,5-37,2 derajat Celcius.

5) Berat badan 6) Tinggi badan.

7) LILA : normal ≥ 23,5 cm.

8) IMT : IMT untuk memprediksi derajat lemak tubuh dan pengukurannya direkomendasikan federal untuk mengklarifikasi kelebihan berat badan dan obesitas. Cara mengukur IMT dihitung dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badannya dalam meter (kg/m2).

e. Status Present 1) Kepala

Dikaji ukuran, bentuk, kontur, kesimetrisan kepala, kesimetrisan wajah, lokasi struktur.

(33)

2) Rambut

Dikaji warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak.

3) Muka

Dikaji apakah pucat atau tidak.

4) Telinga

Dikaji ada pembesaran atau tidak, ketajaman pendengaran, letak telinga di kepala, bentuk, ada tonjolan atau tidak, ada rabas pada aurikula dan autium atau tidak, edema atau tidak, adalesi atau tidak, adanya sumbatan atau benda asing pada saluran pendengaran eksterna atau tidak.

5) Mata

Dikaji kelopak mata edema atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak, warna konjungtiva, warna sklera, ukuran dan bentuk serta kesamaan pupil.

6) Hidung

Dikaji adanya fascuping hidung atau tidak, kesimetrisan, ukuran, letak, rongga hidung bebas sumbatan atau tidak, ada polip atau tidak, ada tanda-tanda infeksi atau tidak.

7) Mulut Dikaji :

(a) Bibir (warna dan integritas jaringan seperti lembab / kering)

(b) Lidah (warna, kebersihan)

(c) Gigi (kebersihan, karies, gangguan pada mulut).

8) Leher

Dikaji kesimetrisan, ada/tidaknya nyeri tekan, ada/tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe, dan ada/tidaknya bendungan vena jugularis.

9) Ketiak

Dikaji tentang ada/tidaknya pembesaran kelenjar limfe.

10) Dada

(34)

Dikaji bentuk, simetris atau tidak, bentuk dan keimetrisan payudara, bunyi/denyut jantung, ada/tidaknya gangguan pernafasan (auskultasi).

11) Ekstremitas 12) Genitalia eksterna 13) Anus

2. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium : Pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor rhesus, golongan darah, Hb dan penyakit rubella.

C. Diagnosa atau Masalah

Pada langkah ini bidan menganalisis data dasar yang diperoleh pada langkah pertama, menginterpretasikan secara logis sehingga dapat dirumuskan diagnosa dan masalah. Diagnosa disesuaikan dengan nomenklatur kebidanan.

D. Rencana Tindakan

Pelaksanaan asuhan yang dilakukan sesuai dengan apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultural, atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap klien tersebut harus mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan.

(35)

Corwin, E.J 2015. Buku Saku Patofisologi (Edisi 3). Jakarta : ECG.

Depkes RI.2012. Profil Kesehatan Indonesia 2011.Jakarta : Depkes RI

Dikes NTB.2017. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017. Mataram : Dinas Kesehatan NTB.

Dahlan, M.S 2015. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Jakarta : Salemba Medika.

Ilmiah, W. S.2015.Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:

Nuha Medika.

Irianto, K.2014. Panduan Lengkap Biologi Reproduksi Manusia (Human Reproductive Biology) untuk Paramedis dan Nonmedis. Bandung:

Alfabeta.

Kemenkes RI.2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Ibu Nifas dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakan Kemenkes RI

Mekarsari, H. (2022, Juni 30). Tanda Bahaya Masa Kehamilan Trimester ke 3. Nababan, L. (2021). Modul Ajar PSIKOLOGI KEHAMILAN, Persalinan, Nifas.

Bengkulu.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Muslihatun,NurWafi.2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta : Fitramaya

Saleha, S.2009. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika Sukarni K, I. & ZH, M.2013.Kehamilan, Persalinan dan Nifas dilengkapi dengan Patologi.Yogyakarta: Nuha Medika.

Sumiyati.,& Latifah, H.2015.Studi Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya selama masa nifas (Di Desa Pomahan Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 2015).

Susanti, & Ulpawati. (2022). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Buku Pintar Ibu Hamil. Jawa Tengah: UREKA MEDIA AKSARA.

Notoatmojo, 2012.Buku Ajar Penelitian, Jakarta.

29

(36)

30

Gambar

Gambar 1. Anatomi susunan vena tungkai bawah 3. Etiologi

Referensi

Dokumen terkait

Berkembangnya paru-paru ,pada alveoli akan terjadi peningkatan tekanan oksigen. Sebaliknya tekanan karbon dioksida akan mengalami penuurunan. Hal ini menyebabkan

Pada trimester 3 bentuk kecemasan pada ibu hamil yaitu keraguan dapat bersalin secara normal, ketakutan tidak mampu menahan rasa sakit saat persalinan, kesehatan

Penulis memberikan asuhan dengan menjelaskan tentang cara menagatasi ketidak nyaman yang di rasakan oleh ibu seperti sering mengalami BAK yaitu disarankan untuk

(3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, penanganan

W umur 26 tahun G2P1A0Ah1 hamil trimester III usia kehamilan 38 +1 minggu dengan kehamilan normal dengan ketidaknyamanan punggung pegel-pegel, kram pada kaki dan rasa

Tunika intima di pembuluh darah vena terdapat katup yang berbentuk lipatan setengah bulan yang terbuat dari lapisan endothelium dan diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus

Seorang bidan harus membuat ibu tenang dan dapat mengatasi ketidaknyamanan ibu hamil trimester III seperti memberikan asuhan pada ibu hamil yang mengeluh sering kencing dengan

Salah satu manfaat dari senam hamil yaitu dapat membantu dalam metabolisme tubuh selama kehamilan, membantu fungsi jantung sehingga para ibu hamil akan merasa lebih sehat dan tidak