• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

N/A
N/A
Desy

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Praktik Profesi Keperawatan Dasar Dosen Pengampu : Ns. Dewi Aryanti, S.Kep, M.Sc

Disusun Oleh : D

esy Adilla Afifah P2.06.20.6.24.0.09

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN DAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

2024

TTD CI

(2)

A. Konsep Teoritis

1. Pengertian Penyakit

Post partum adalah waktu yang dimulai setelah placenta lahir dan berakhir kira- kira 6 minggu. Seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil) dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Pasca melahirkan (masa nifas) merupakan masa atau keadaan selama enam minggu atau 40 hari. Pada masa ini, ibu mengalami perubahan fisik dan alat-alat reproduksi yang kembali kekeadaan sebelum hamil (Wulan &

Gurusinga, 2012).

2. Etiologi

Menurut (Leniwita & Anggraini, 2019), yang menyebabkan terjadinya persalinan masih belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang kompleks antara lain :

a. Teori Penurunan Hormon

1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.

b. Teori Plasenta Menjadi Tua

Akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori Distensi Rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot ra him, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.

d. Teori Iritasi Mekanik

Dibelakang serviks terletak ganglion serviks (Fleksus Frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

e. Induksi Partus (induction of labour)

Induksi partus merupakan upaya agar persalinandapat berlangsung baik sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang (stimulasi) timbulnya his. Induksi partus dilakukan berdasarkan indikasi yang ada pada ibu dan janinnya, seperti:

(3)

1) Indikasi Ibu

Terdapat komplikasi kehamilan seperti preeklampsia atau Eklampsia.

2) Indikasi janin

Kehamilan lewat waktu, plasenta previa, solusio plasenta, kematian intrauterine, kematian berulang dalam rahim, kelainan kongenital, ketuban pecah dini, keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin, pimigravida tua, perdarahan antepartum.

3. Anatomi dan Fisiologi

Uterus atau rahim pada manusia hanya terdapat pada organ reproduksi perempuan. Rahim berbentuk seperti buah peer atau buah alpukat dengan ukuran panjang sekitar 7-7,5 cm dan panjang sekitar 5,25 cm dengan tebal sekitar 2,5 cm dan tebal dinding rahim sebesar 1,25 cm.

Terdapat 3 bagian utama pada rahim manusia. Bagian Fundus, Korpus dan bagian Serviks. Funuds merupakan bagian paling atas proksimal pada rahim. Pada bagian ini terdapat saluran Tuba Fallopi yang menghubungkan rahim dengan ovarium.

Bagian korpus merupakan bagian rahim yang paling besar. Korpus berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya janin di dalam rahim, yaitu di dalam rongga rahim atau Kavum Uteri. Bagian Ketiga dari rahim disebut juga dengan Serviks. Serviks berfungsi memproduksi.

4. Tanda dan Gejala

Setelah persalinan selesai yang bermula dari lahirnya janin beserta plasentanya.

(4)

5. Patofisiologis (Pahtway)

Sumber: (Nova & Zagoto, 2020; Wahyuni, 2018)

Vagina & Laktasi Taking in Taking Hold Letting go

Perubahan Psikologis

Perubahan pada payudara

Ruptur Jaringan ibu Ibu

fokus pada Prolaktin ↑ bayi

Personal hygiene

Gangguan pola tidur D.0055 ASI keluar Penyempitan pada duktus

Pembentukan ASI

Payudara bengkak Menyusui tidak efektif D.0029 Resiko

infeksi D.0142 Nyeri

akut D.0077

Defisit pengetahuan

D.0111 Peningkatan

kontraksi

Resiko gangguan perlekatan

D.0127 Belajar

perawatan diri dan bayi Proses I

nvolusi Uterus

Postpartum

Perubahan Fisiologis

(5)

6. Pemeriksaan Diagnostic

Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, (2008):

1) Pemerikasaan umum: tensi, nadi, keluhan dan sebagainya 2) Keadaan umum: TTV, selera makan dll

3) Payudara: air susu, putting

4) Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum 5) Sekres yang keluar atau lochea

6) Keadaan alat kandungan

Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001 1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum

2. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan postpartum menurut Wahyuningsih, 2019 yaitu :

a. 2 jam post partum harus dilakukan observasi secara ketat (memungkinan terjadi perdarahan dan komplikasi), yang dibagi dalam 1 jam pertama 4 kali obsevasi setiap 15 menit dan 1 jam kedua 2 kali setiap 30 menit

b. 6-8 jam setelah persalinan :, usahakan untuk miring kanan dan kiri serta fasilitasi istirahat dan tidur yang tenang

c. Hari ke- 1-2 : memberikan penkes mengenai kesiapan menjadi orang tua, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahanperubahan yang terjadi pada masa nifas

d.

Hari ke- 2 : mulai latihan duduk Hari ke- 3 : diperbolehkan latihan berdiri dan berjalan

8. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Dasar Ibu

Menurut (Heryani, 2012), kompikasi yang bisa terjadi pada ibu dimasa nifas an tara lain:

a. Perdarahan pascapartum

Kehilangan darah lebih dari 500mL setelah kelahiran bayi. Hal ini terjadi dikarenakan atonia uterus, laserasi, atau tertinggalnya bagian plasenta.

b. Infeksi puerperalis

Infeksi yang terjadi di dalam struktur yang berhubungan dengan persalinan setelah melahirkan. Infeksi ini disebabkan oleh kebersihan kurang terjaga,

(6)

kelahiran sesar, atau pertmbuhan flora lokal yang berlebihan.

c. Mastitis

Pembengkakkan jaringan payudara yang disebabkan oleh infeksi atau statis ASI dalam duktus.

B. Konsep Asuhan Keperawatan I. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi yang berkesinambungan, dianalisa dan diinterpretasikan serta diidentifikasi secara mendalam. Sumber data pengkajian diperoleh dari anamnesa (wawancara), pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik, data dokumentasi (Dion dan Betan, 2013 : 64).

A.Biodata

a. Identitas klien : Nama, umur, alamat, status perkawinan, agama, suku, Pendidikan, pekerjaan, no register, diagnosa medis, tanggal masuk dan tanggal pengkajian

b. Identitas penanggung jawab : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan pasien dan alamat

B. Alasan Masuk RS

Keluhan yang dirasakan atau dialami klien yang menyebaban klien atau keluarga mencari bantuan kesehatan/masuk rumah sakit

C. Riwayat Kesehatan Sekarang

Kronologis dari penyakit yang diderita saat ini D. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyaki yang dialami klien E. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit yang di derita anggota keluarga F. Riwayat Obstetri Ginekologi

Meliputiriwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kontrasepsi dan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

G. Data Biologis

Meliputi aktivitas kehidupan sehari hari klien/ aktivity daily living (ADL) dan pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

H. Data Psikososial Spiritual

Untuk mengeahui hubungan sosial klien dan Untuk mengetahu spritual klien.

(7)

I. Data Penunjang

Pemeriksaan yang dapat menjadi penunjang dalam kehamilan ektopik.

J. Pengobatan

Terapi yang di berikan kepada klien.

II. Analisa Data

Analis Data Analisis data adalah proses pengolahan data untuk tujuan menemukan informasi yang berguna yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk memecahkan suatu masalah.

III. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Akut (D.0077) 2. Risiko Infeksi (D.0142)

3. Menyusui Tidak Efektif (D.0029) 4. Defisit Pengetahuan (D.0111)

5. Resiko gangguan perlekatan (D.0127) 6. Gangguan pola tidur (D.0055)

IV. Intervensi/Perencanaan

Perencanaan tindakan keperawatan adalah salah satu tahap dari proses keperawatan dimulai dari proses keperawatan dimulai dari penentuan tujuan, penetapan standar dan kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah ( Dion dan Betan, 2013 : 65). Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas diagnosa berdasarkan berat ringannya masalah yang mengancam jiwa pasien adalah sebagai berikut :

NO. Diagnosa Keperawatan

(SDKI)

Tujuan (SLKI)

Intervensi (SLKI)

1. DX. 1. Tingkat nyeri (L.08066) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil :

Manajemen nyeri (I.08238) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

(8)

1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis menurun 3. Sikap protektif

menurun

4. Gelisah menurun 5. Kesulitan tidur

menurun

6. Menarik diri menurun 7. Berfokus pada diri

sendiri menurun 8. Diaforesis menurun 9. Perasaan depresi

(tertekan) menurun 10. Perasaan takut

mengalami cedera berulang menurun 11. Anoreksia menurun 12. Frekuensi nadi

membaik

13. Pola napas membaik 14. Tekanan darah

membaik

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor yang

memperberat dan

memperingan nyeri

5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya

terhadap respon nyeri

7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9. Monitor efek samping penggunaan analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan

sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi

1. Jelaskan penyebab periode dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan

(9)

nyeri

3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5. Ajarkan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. DX. 2. Tingkat Infeksi (L. 14137) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil :

1. Kebersihan tangan meningkat

2. Kebersihan badan meningkat

3. Demam menurun 4. Kemerahan

menurun 5. Nyeri menurun 6. Bengkak menurun 7. Cairan berbau

busuk menurun 1.

Pencegahan Infeksi (I.14539) Tindakan :

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik Terapeutik

2. Batasi jumlah pengunjung 3. Berikan perawatan kulit pada

area edema

4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

5. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi Edukasi

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3. Ajarkan etika batuk

4. Ajarkan cara memeriksa

(10)

kondisi luka atau luka operasi 5. Anjurkan meningkatkan asupan

nutrisi

6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

3. DX. 3. Status Menyusui

(L.03029)

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan status menyusui membaik dengan kriteria hasil :

1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat

2. Kemampuan ibu

memposisikan bayi

dengan benar

meningkat

3. Miksi bayi lebih dari 8 kali/24 jam meningkat 4. Berat badan bayi

meningkat

5. Tetesan/pancaran ASI meningkat

6. Suplai ASI adekuat meningkat

7. Puting tidak lecet setelah 2 minggu melahirkan meningkat 8. Kepercayaan diri ibu

meningkat

9. Lecet pada puting

Edukasi Menyusui (I.12393) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima

informasi

2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui

Terapeutik

1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan

2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk

bertanya

4. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui

5. Libatkan sistem pendukung:

suami, keluarga, tenaga Kesehatan, dan masyarakat Edukasi

1. Berikan konseling menyusui 2. Jelaskan manfaat menyusui

bagi ibu dan bayi

3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan

(11)

menurun

10. Kelelahan maternal menurun

11. Kecemasan maternal menurun

perlekatan (latch on) dengan benar

4. Ajarkan perawatan payudara

antepartum dengan

mengkompres dengan kapas yang telah diberikan minyak kelapa

5. Ajarkan perawatan payudara post partum (mis: memerah ASI, pijat payudara, pijat oksitosin)

4. DX.4. Tingkat Pengetahuan (L.0 3029)

Setelah dilakukan Tindakan keperawatan tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil : 1. Perilaku sesuai anjuran

meningkat

2. Verbalisasi minat

dalam belajar

meningkat 3. Kemampuan

menjelaskan

pengetahuan tentang suatu topik meningkat 4. Kemampuan

menggambarkan pengalaman

sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 6. Pertanyaan tentang

Edukasi Kesehatan (I.12383) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima

informasi

2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

Terapeutik

1. Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan

2. Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan 3. Berikan kesempatan untuk

bertanya Edukasi

1. Jelaskan faktor risiko yang

dapat mempengaruhi

Kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih

(12)

masalah yang dihadapi menurun

7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun

dan sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

5. DX.5. Perlekatan (L.13122) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan perlekatan meningkat dengan kriteria hasil :

1. Mempraktikkan

perilaku sehat selama hamil meningkat

2. Menyiapkan

perlengkapan bayi sebelum kelahiran meningkat

3. Verbalisasi perasaan positif terhadap bayi meningkat

4. Mencium bayi

meningkat

5. Melakukan kontak mata dengan bayi meningkat 6. Berbicara dengan bayi

meningkat

7. Bermain dengan bayi meningkat

8. Berespons dengan isyarat bayi meningkat 9. Kekhawatiran

menjalankan peran orang tua menurun

Promosi Perlekatan (I.10342) Tindakan :

Observasi

1. Monitor kegiatan menyusui 2. Identifikasi kemampuan bayi

menghisap dan menelan ASI 3. Identifikasi payudara ibu (mis:

bengkak, puting lecet, mastitis, nyeri pada payudara)

4. Monitor perlekatan saat menyusui (mis: areola bagian bawah lebih kecil daripada areola bagian atas, mulut bayi terbuka lebar, bibir bayi berputar keluar dan dagu bayi menempel pada payudara ibu) Terapeutik

1. indari memegang kepala bayi 2. Diskusikan dengan ibu masalah

selama proses menyusui Edukasi

1. Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi

2. Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat menyentuh payudara ibu 3. Anjurkan bayi yang mendekati

kearah payudara ibu dari bagian

(13)

10. Konflik hubungan orang tua dan bayi/anak menurun

bawah

4. Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan jarinya seperti huruf "C" pada posisi jam 12-6 atau 3-9 saat mengarahkan ke mulut bayi 5. Anjurkan ibu untuk menyusui

menunggu mulut bayi terbuka lebar sehingga areola bagian bawah dapat masuk sempurna 6. Ajarkan ibu mengenali tanda

bayi siap menyusu

6. DX.6. Pola Tidur (L.05045) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan pola tidur membaik dengan kriteria hasil :

1. Keluhan sulit tidur menurun

2. Keluhan sering terjaga menurun

3. Keluhan tidak puas tidur menurun

4. Keluhan pola tidur berubah menurun 5. Keluhan istirahat tidak

cukup menurun

Dukungan Tidur (I.05174) Tindakan :

Observasi

1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur

2. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik dan/atau psikologis) 3. Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis: kopi, teh, alcohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air sebelum tidur)

4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik

1. Modifikasi lingkungan (mis:

pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur) 2. Batasi waktu tidur siang, jika

(14)

perlu

3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

4. Tetapkan jadwal tidur rutin 5. Lakukan prosedur untuk

meningkatkan kenyamanan (mis: pijat, pengaturan posisi, terapi akupresur)

6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau Tindakan untuk menunjang siklus tidur-terjaga Edukasi

1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit

2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

3. Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur REM 5. Ajarkan faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis:

psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja)

6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainnya

V. Implementasi

Implementasi merupakan melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan seperti ini, perawat

(15)

seharusnya tidak boleh bekerja sendiri dan melibatkan keluarga serta disiplin ilmu lain (Dion dan Betan, 2013 : 68).

VI. Evaluasi

Evaluasi bertujuan untuk melihat kemampuan keluarga dalam mencapai tujuan (Dion dan Betan, 2013 : 80).

DAFTAR PUSTAKA

Dion,Y., & Betan,Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Praktik.

Yogyakarta: Nuha Medika.

Heryani, R. (2012). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui. CV. TRANS INFO MEDIA.

Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul Keperawatan Maternitas. Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia.

(16)

Nova, S., & Zagoto, S. (2020). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Adapsi Psikologis pada Masa Nifas Di Klinik Pratama Afiyah Pekanbaru Tahun 2019. Jurnal Ilmu Kebidanan (Journal of Midwifery Sciences, 9(2), 108–113.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan K riteria Hasil Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Referensi

Dokumen terkait

Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator ( misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau eklamsia ); efek anestesia;

Kriteria hasil : mengungkapkan kebutuhan ibu pada masa post partum dan dapat melakukan aktivitas yang perlu dilakukan dan alasannya seperti perawatan bayi, menyusui,

Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air

Pada kala tiga TFU setinggi umbilikus dan beratnya 1000 gram. Selama 7-10 hari pertama mengalami involusi dengan cepat. Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen,

a) Sectio Caesarea Transperitonealis.. Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealisasi yang

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi

Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat1. Defisit perawatan diri

:rauma alan tera"hir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri uga menyebab"an perdarahan "arena terbu"anya pembuluh darah, penya"it