LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa : Tanggal Praktik : Nomor Induk Mahasiswa : Ruang Praktik :
Masalah Kesehatan
Gangguan kognitif/Retardasi mental adalah sebuah istilah umum yang mencakup setiap jenis kesulitan atau difisiensi mental.
Retardasi mental adalah keterbatasan dalam kecerdasan atau kognitif yang dapat mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan. Hal ini ditandai dengan perkembangan yang abnormal yang dikaitkan dengan kesulitan untuk belajar dan proses adaptasi sosial pada anak dipengaruhi oleh genetik dari keluarganya disamping faktor gizi makana yang cukup (Sacharin, 1996).
Retardasi mental merupakan ketidakmampuan yang dikarakteristikkan dengan keterbatasan yang signifikan baik dalam fungsi intelektual dan perilaku penyesuaian diri anak dalam konseptual diri, sosial, dan kemampuan beradaptasi. Retardasi mental mulai terlihat pada usia sebelum 18 tahun, dengan ciri-ciri yaitu fungsi intelektual dibawah rata-rata (IQ<70-75).
Definisi retardasi mental yang digunakan di Indonesia adalah definisi menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III yaitu suatu keadaan perkembangan jiwa yang terganggu atau tidak lengkap, yang ditandai dengan terjadinya keterlambatan keterampilan selama masa perkembangan. Keterlambatan keterampilan ini sangat berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh pada penderita retardasi mental (Ramayumi, et al. 2014).
Defiisi RM pada anak di buat berdasarkan 3 komponen yang menilai fungsi intelektual, fungsinfungsi kekuatan dan kelemahan, serta usia pada saat diagnosis di buat (usia kurang dari 18 tahun).
A. Etiologi/ Faktor Risiko:
Penyebab retardasi mental dibagi menjadi beberapa kelompok:
1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
a. Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir.
b. Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir.
c. Cedera kepala yang berat.
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir) a. Rubella kongenitalis
b. Meningitis
c. Infeksi sitomegalovirus bawaan d. Ensefalitis
e. Toksoplasmosis kongenitalis f. Listeriosis
g. Infeksi HIV 3. Kelainan kromosom
a. Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindrom Down) b. Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindrom
Angelman, sindrom Prader-Willi)
c. Translokasi kromosom dan sindrom cri du chat 4. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
a. Galaktosemia b. Penyakit Tay-Sachs c. Fenilketonuria d. Sindroma Hunter e. Sindroma Hurler f. Sindroma Sanfilippo
g. Leukodistrofi metakromatik h. Adrenoleukodistrofi
i. Sindroma Lesch-Nyhan j. Sindroma Rett
k. Sklerosis tuberosa 5. Metabolik
a. Sindroma Reye
b. Dehidrasi hipernatremik c. Hipotiroid Kongenital
d. Hipoglikemia (diabetes mellitus yang tidak terkontrol dengan baik)
6. Keracunan
a. Pemakaian Alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
b. Keracunan metilmerkuri c. Keracunan timah hitam 7. Gizi
a. Kwashiokor b. Marasmus c. Malnutrisi d. Lingkungan e. Kemiskinan
f. Status ekonomi rendah g. Sindroma deprivasi B. Patofisiologi
Penyebab keterbelakangan mental dapat dibedakan menjadi penyebab prenatal, perinatal, dan postnatal.
Penyebab prenatal termasuk kelainan kromosom (trisomi 21 [sindrom Down], penyebab kerentanan perinatal mungkin terkait dengan masalah intrauterin seperti solusio plasenta, diabetes ibu dan kelahiran prematur, serta masalah neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intrakranial.
Penyebab pascanatal termasuk kondisi akibat trauma kepala, infeksi dan kelainan degeneratif serta hilangnya mielin .
, dan sindrom alkohol janin terjadi pada sepertiga kasus keterbelakangan mental.
Adanya masalah terkait, seperti palsi serebral, gangguan sensorik, psikosis, dan epilepsi, dikaitkan dengan keterbelakangan mental yang lebih parah.
Diagnosis keterbelakangan mental ditentukan sejak usia dini.
Prognosis jangka panjang pada akhirnya ditentukan oleh sejauh mana individu dapat berfungsi secara mandiri dalam masyarakat (yaitu, pekerjaan, hidup mandiri, keterampilan sosial) (Betz dan Sowden, 2009).
C. Manifestasi Klinis Gejala Retardasi Mental :
1. Mengalami keterlambatan perkembangan kognitif.
2. Mengalami keterlambatan perkembangan motoric, Kasar maupun halus.
3. Keterlambatan dalam kemampuan mengontrol diri.
4. Keterampilan komunikasi sangat terbatas.
5. sulit dan canggung dalam melakukan interaksi sosial.
6. Tingkat intelegensi atau kecerdasan rendah.
7. Perubahan fisik yang abnormal misalnya, mikrosefali, down syndrome.
8. Wajah hipertelorisme dan eskspresi wajah tumpul.
PATWAYS
Keterlambatan Perkembangan Mototrik Kasar
Faktor Pascanatal Faktor Perinatal
Faktor Pranatal
1. Trauma 2.Infeksi 3. Keracunan 4. Lingkungan 5. Metabolik 1. Abrupsio
plasenta 2. Diabetes maternal 3. Kelahiran prematur 1.Infeksi
2. Kelainan kromosom 3. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan 4. Keracunan 5. Gizi
Kerusakan Pada Fungsi Otak
Hemisfer Kiri Hemisfer kanan
Keterlambatan Perkembangan Kognitif Keterlambatan
Perkembangan Sosial
Keterlambatan Perkembangan Bahasa Keterlambatan
Perkembangan Motorik Halus
1. Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri
2. Minat melakukan perawatan diri kurang
1. Apraksia (tidak mampu melakukan gerakan yg telah dipelajari) 2. Disleksia (gangguan membaca) 3. Sulit menyusun kalimat 4. Sulit
mengungkapkan kata-kata
1. Kontak mata kurang
2. Perilaku tidak sesuai usia 3. Kurang responsif/tertari k pada orang lain
1. Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran 2. Bergantung pada orang lain 3. Sulit
memahami komunikasi 4. Tidak mampu mempelajari ketrampilan baru 5. Tidak mampu melakukan kemampuan yg 1. Sulit berkonsentrasi
2. Bingung 3. Gelisah
4. Perilaku berlebihan 5. Perilaku tidak konsisten 6. Tidak mampu melakukan atau perilaku khas usia Anak
Masalah Keperawatan - Defisit Perawatan Diri
- Gangguan Tumbuh Kembang - Ansietas
- Kurang Pengetahuan
- Koping Keluarga Tidak Efektif - Gangguan Komunikasi Verbal - Gangguan Interaksi Sosial - Isolasi Sosial
- Ketidakberdayaan - Risiko Cidera
Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Hasil
Pemeriksaan kromosom
Pemeriksaan urin, serum atau titer virus Pemeriksaan logam berat dalam darah Test diagnostik seperti : EEG, CT Scan untuk indentifikasi abnormalitas
perkembangan
jaringan otak. Injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan.
Terapi Terapi Berbicara
Terapi Okupasi Terapi Perilaku Terapi Kognitif Terapi Ortomolekuler Terapi Bermain Terapi Behavior
D. Penatalaksanaan : 1. Medis
Penatalaksanaan Retardasi Mental Penatalaksanaan bagi anak retardasi mental terdiri dari dua, yaitu penatalaksaan untuk anak retardasi mental itu sendiri dan penatalaksanaan untuk keluarganya sebagai caregiver bagi anak retardasi mental (Suprapto, 2018).
a. Psikoterapi
Penatalaksanaan psikoterapi dilaksanakan dalam bentuk latihan dan pendidikan yang biasanya diterima di sekolah luar biasa. Psikoterapi dapat
1. Gangguan interaksi sosial 2. Isolasi sosial Keluarga
Anak Defisit
perawatan diri
1. Ansietas 2. Kurang pengetahuan 3. Koping keluarga tidak efektif Gangguan
tumbuh
kembang 1.Ketidakberda
yaan
2. Risiko cidera Gangguan
komunikasi verbal
diberikan kepada anak retardasi mental baik secara individu maupun kelompok.
Psikoterapi yang dapat dilakukan antara lain terapi baca, bicara, musik, okusi, perilaku, bermain, dan terapi-terapi lainnya yang dapat menunjang pemaksimalan kemampuan anak (Suprapto, 2018).
b. Psikoedukasi
Psikoedukasi merupakan pemberian wawasan dan dukungan kepada keluarga tanpa unsur paksaan (Dani, 2022). Terapi ini dilakukan untuk mengatasi rasa bersalah, frustasi, perasaan tidak berdaya dan perasaan marah pada anak. Selain itu disini orang tua dapat berbagi informasi terkait yang dialami anak kepada tenaga kesehatan.
c. Psikofarmaka
Terapi fakmakologi dipilih bukan sebagai terapi utama dalam
penatalaksanaaan anak dengan retardasi mental. Pada terapi ini tidak ada obat khsusus yang diberikan pada anak retardasi mental. Namun, pengobatan diberikan apabila anak mengalami keluhan seperti gelisah, deskruktif, dan hiperaktif
(Suprapto, 2018).
2. Keperawatan/ Proses Asuhan Keperawatan (Diagnosis s.d Intervensi Keperawatan)
Nursing Care Plan (NCP)
No. Diagnosis
Keperawatan (SDKI)
SLKI SIKI
Daftar Pustaka