• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP (RETARDASI MENTAL) Definisi retardasi mental Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegansi yang kurang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP (RETARDASI MENTAL) Definisi retardasi mental Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegansi yang kurang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5 2.1.1 Definisi retardasi mental

Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegansi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).

Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah ketidakmampuan individu untuk menunjukkan kualitas, ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak/berbuat atau memecahkan masalah atau tugas yang dihadapinya (intelegansi yang terbelakang). Yang disebut retardasi mental juga bisa di bilang dengan oligrofenia, oligo adalah orang yang berkekurangan atau tidak mempunyai banyak tingkat kejiwaan yang normal. Kemampuan atau keefektifan seseorang dalam memenuhi standar kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial yang diharapkan untuk usia dan budaya kelompoknya (Muhith, 2015).

Retardasi mental adalah anak yang memerlukan penanganan khusus karena adanya gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak.

Berkaitan dengan istilah disability, maka anak retardasi mental adalah anak yang memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motoric atau ADHD (Desiningrum, 2016).

Retardasi mental merupakan salah satu gangguan mental yang terjadi pada anak. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal serta ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Mustikawati, Anggorowati, & Mugianingrum, 2015).

(2)

Tabel 2-1 Klasifikasi Retardasi Mental

Menurut (Jamaris, 2018) klasifikasi dikelompokkan menjadi:

Table 2.1.2 Klarifikasi Retardasi Mental

Kelompok IQ Istilah

pendidikan

Kemampuan

Sebelumnya Saat ini Stanford Binet

Wech sler

Moron Mild 52-68 55-75 Educable (mampu didik)

Dapat mencapai

kemampuan anak usia 7- 12 tahun

Dapat menguasai kemampuan akademik setingkat kls 4 sekolah dasar

Dapat menolong diri sendiri dan memiliki keterampilan adaptasi sosial

Dapat melakukan

pekerjaan yang sedehana (unskilled work)

Imbecile Moder ate

36-51 40-54 Trainable (mampu latih)

Dapat mencapai

kemampuan anak usia usia 2-7 tahun

Dapat menguasai keterampilan akademik dasar secara terbatas Dapat menolong diri sendiri dan memiliki keterampilan sosial secara terbatas

(3)

pendidikan

Dapat melakukan

pekerjaan sederhana dan rutin dengan supervisi penuh

Idiot Severe 20-35 25-39 Mampu rawat

Dapat mencapai

kemampuan anak berusia 2 tahun

Selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam segala bidang kebutuhan hidup

Profou nd

19 ke bawah

24 ke bawa h

Mampu rawat

Tidak dapat mencapai kemampuan anak usia 2 tahun

2.1.2 Epidemiologi

Menurut Riskesdas (2018) Angka kejadian yang sebenarnya anak yang mengalami retardasi mental jauh lebih tinggi dari pada angka yang dilaporkan, hal ini disebabkan karena kurangnya fasilitas kesehatan, susahnya mendeteksi retardasi mental ringan pada anak –anak karena keabsahan alat tesnya, serta hanya kasus retardasi mental berat saja yang biasanya sering terdeteksi. Prevalens retardasi mental pada tahun 2018 ada 3,6% terdapat di perkotaan, 2,9% ada di pedesaan, dengan laki-laki 3,4% dan perempuan 3,1%.

pada anak-anak usia 5-9 tahun 2,5%, 10-14 tahun 3,5%, dan 15-17 tahun 4,2%.

2.1.3 Etiologi

Faktor-faktor penyebab Retardasi Mental menurut Anggraini (2019) Adalah faktor keturunan (genetic) atau retardasi mental primer. Faktor yang mempengaruhi bayi ketika masih di dalam kandungan biasa disebut faktor sekunder. Adapun penyebab retardasi mental sebagai berikut:

(4)

1. Keadaaan dimana bayi mengalami kerusakan dibagian otak yang mengakibatkan infeksi di intracranial disebabkan oleh beberapa obat, serum ataupun zat-zat toksik.

2. Trauma atau penyebab fisik dapat menimbulkan kelainan yang berakibat retardasi pada anak. Hal ini diakibatkan oleh rudapaksa atau kekerasan fisik yang dilakukan sejak bayi baru lahir.

3. Gangguan yang dialami oleh anak misalnya pertumbuhan yang tidak sesuai, kurangnya gizi seimbang, terganggunya metabolisme tubuh.

4. Neoplasma mengakibatkan anak mengalami retardasi mental hal ini disebabkan oleh penyakit yang menyerang otak sewaktu postnatal.

Sehingga otak mengalami peradangan dan merusak beberapa sel di dalamnya.

5. Bayi yang lahir prenatal sering mengalami efek kongenital yang sering kali tidak dapat diketahui penyebabnya.

6. Kelainan yang dibawa sejak lahir (kromosom) juga memperlambat tumbuh kembang anak sejak di dalam kandungan.

7. Retardasi pada anak sangat berkaitan dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram, sehingga anak mengalami kekurangan gizi.

8. Sosial budaya mengakibatkan anak mengalami defripasi psikososial.

2.2 Konsep Peran Keluarga Terhadap Anak Retardasi Mental

Keluarga merupakan suatu kelompok yang dapat menimbulkan, mencegah, memperbaiki atau mengabaikan masalah-masalah kesehatan dalam kelompok sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai penyelesaiannya Akan dipengaruhi oleh keluarga. Salah satu tugas keluarga di bidang kesehatan adalah memelihara kesehatan anggota keluarganya dan memberi perawatan serta dukungan kepada anggota keluarga yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang terlalu mudah (Fithria, 2011).

Peran ibu dalam membimbing anak retardasi mental untuk mencapai suatu penyesuaian diri sebagai landasan awal dalam menghadapi kehidupan masyarakat yang lebih luas diantaranya yaitu, memberikan dorongan pada anak yang berkaitan dengan berbagai keterampilan yang harus dimiliki,

(5)

dapat mendorong anak mampu berhubungan dengan orang lain dan yang terpenting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar (Fithria, 2011).

Ayah Sebagai kepala keluarga berperan sebagai sumber penghasilan dan pembentuk karakter keluarga. Selain itu ayah juga merupakan pelindung anggota keluarganya sehingga terciptalah suasana nyaman dan aman bagi isteri maupun anak-anaknya. Hal ini dikarenakan seorang ayah dianggap sebagai contoh keberhasilan bagi seorang anak, terutama dalam menyelesaikan permasalahan dan tantangan yang dialami sang anak. Nilai- nilai yang dimiliki seorang ayah, seperti tanggung jawab, gigih, kritis, serta logis dapat terinternalisasi dalam diri anak ketika sang ayah turut berperan dalam perkembangan anak (Novita et al., n.d.).

2.3 Perkembangan anak retardasi mental

Pada anak berkebutuhan khusus atau retardasi mental bersifat abnormal, yaitu terdapat penundaan tumbuh kembang yang biasanya tampak di usia balita seperti baru bisa berjalan di usia 3 tahun. Hal lain yang menjadi dasar anak tergolong berkebutuhan khusus yaitu ciri-ciri tumbuh-kembang anak yang tidak muncul (absent) sesuai usia perkembangannya seperti belum mampu mengucapkan satu katapun di usia 3 tahun, atau terdapat penyimpangan tumbuh-kembang seperti perilaku echolalia atau membeo pada anak retardasi mental (Desiningrum, 2016).

2.4 Strategi dalam mengasuh anak retardasi mental

Menurut (Ariani, Soeselo, dan Surilena 2014) mengasuh tumbuh kembang anak dengan retardasi mental dapat dilakukan dengan beberapa strategi antara lain

a. Tipe A

Orang tua dianjurkan untuk anak mendapatkan kebebasan dalam melakukan segala hal yang dapat dipertanggung jawabkan oleh anak hal ini dilakukan untuk melatih agar mampu mengetahui diri sendiri dan

(6)

bersosialisasi dengan orang lain, hal ini disebut dengan authoritative (demokratis)

b. Tipe B

Orang tua dapat memberikan perintah kepada anak agar mampu melatih kemandirian dan melatih anak berinteraksi dengan orang tuanya , ini sering disebut otoriter

c. Tipe C

Sering disebut permissive yang dimaksud dengan orang tua memberikan kebebasan penuh oleh anak segala keputusan dan tangung jawab diberikan kepada anak

d. Tipe D

Orang tua mengasuh dengan kolabirasi tipe a, tipe b, tipe c. Dibedakan menjadi 2, yang pertama adalah neglectful yaitu orang tua sama sekali tidak melibatkan anak dalam kehidupannya. Yang kedua indulgent orang tua memberikan kontrol yang sangat kurang. Pada tipe d ini anak cenderung kurang memiliki hal positif untuk mengontrol dirinya.

2.4.1 Pencegahan

Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya retardasi mental), atau sekunder (mengurangi manifestasi klinis retardasi mental).

Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan metabolisme, kelainan genetic.

Retardasi mental dalam kebanyakan kasus tidak dapat dicegah. Pencegahan dapat berupa pencegahan primer (mencegah timbulnya) dan pencegahan sekunder (mengurangi perburukan gejala) (Sularyo & Kadim, 2016a).

Beberapa contoh pencegahan primer, mengobati gangguan metabolisme seperti fenilketonuria (PKU), galaktosemia, dan hipotiroidisme bawaan dapat diobati sebelum menyebabkan keterbelakangan mental. Kondisi ini dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan darah sederhana setelah bayi lahir. Tes selama kehamilan juga dapat dilakukan untuk menilai apakah bayi memiliki kelainan kromosom seperti sindrom Down atau tidak. Anak-anak yang mengalami gangguan metabolisme biasanya mendapatkan perawatan dengan obat-obatan atau melakukan diet khusus. Jika perawatan dimulai sejak dini,

(7)

Alkohol Janin (Fetal Alcohol Syndrome) juga dapat dicegah dengan tidak mengonsumsi alkohol selama kehamilan(Sularyo & Kadim, 2016b).

2.4.2 Peran Keluarga

Anak retardasi mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan energy dan kepercayaan dalam diri anak retardasi mental untuk lebih berusaha meningkatkan kemampuan yang dimiliki. Orang tua memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik maupun mental sehingga dalam hal ini anak yang mengalami retardasi mental sangat membutuhkan peran orang tua dalam membentuk karakter, bersosialisasi dengan orang lain, dan mendidik anak agar lebih mandiri (Syahda, 2018).

pentingnya peran keluarga atau orang tua bagi peningkatan pendidikan di rumah, maka keluarga atau orang tua harus melakukan hal-hal sebagai berikut

(1) Membimbing dan menolong diri sendiri (2) Membimbing hubungan sosial

(3) Membimbing kegiatan ekonomi produktif (4) Memberikan teguran dan pujian

(5) Membimbing kesehatan (6) Membimbing seksual

Dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan peran keluarga dengan kemampuan merawat diri pada anak yang mengalami gangguan perkembangan retardasi mental (Saifudin, 2013).

2.4.3 Hambatan keluarga dalam mengasuh anak retrdasi mental

Menurut Fithriya dan Lestari (2014) hambatan yang sering dialami orang tua secara umum dapat dilihat bahwa anak sulit berinteraki sehingga orang tua harus mengajarkan dengan kesabaran. Selain itu orang tua harus melatih emosi dan fungsi kognitif pada anak menjadi salah satu tantangan yang cukup besar karena keterbatasan anak.

Menurut (Empati, Rachmawati, & Masykur, 2016) Salah satu anak retardasi mental / tunagrahita adalah down syndrome. Perkembangan yang lambat merupakan ciri utama pada anak down syndrome. Selain itu

(8)

Penyandang down syndromememiliki fitur wajah yang khas, termasuk lipatan-lipatan di sudut, mata sipit yang cenderung mengarah ke atas, hidung yang rata, wajah seperti orang mongol, dan mulut kecil dengan langit-langit datar sehingga lidah mereka sedikit terjulur keluar. Pada anak down syndromepada umumnya dapat dengan mudah melipat dan melengkungkan tubuhnya, padahal anak normal tidak dapat melakukan hal tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Tesis yang berjudul “ PENGARUH PROFESIONALITAS DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP PEMBELAJARAN EFEKTIFDI MTS PLUS WALISONGO KABUPATEN LAMPUNG UTARA ” , ditulis olehAl

Profil Kesehatan Kabupaten Kebumen Tahun 2009 memuat berbagai data tentang kesehatan, yang meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan, dan sumber daya

Mahasiswa baru yang berasal dari luar Jawa Timur berjumlah 36 mahasiswa atau 24 % dari keseluruhan jumlah mahasiswa baru Fakultas Psikologi Universitas Islam

5) Produksi tanaman hias bunga adalah jumlah output atau hasil panen tanaman hias bunga dari luas lahan tertentu selama satu kali musim tanam yang diukur dalam

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba dan arus kas memiliki pengaruh yang signifikan dalam memprediksi kondisi keuangan yang terjadi pada seluruh

Beberapa senyawa kompleks dari ion logam Zn(II), Cd(II) dan Hg(II) dengan ligan monodentat dari unsur golongan 15, terutama nitrogen, dan Hg(II) dengan ligan

Akibatnya makanan tidak dapat melewati usus dan tertahan di saluran bagian atas.Hal ini menyebabkan terjadinya muntah yang berulang untuk mengeluarkan makanan tadi

Sekolah di jenjang pendidikan dan jenis kejuruan dapat bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang