• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Averteberata Air Pada Proses Pencernaan Udang Di Udang Windu, Putih, dan Api-api

N/A
N/A
Nurhidayah

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Averteberata Air Pada Proses Pencernaan Udang Di Udang Windu, Putih, dan Api-api"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM AVERTEBRATA AIR

PENGAMATAN MORFOLIGI, ANATOMI DAN PENCERNAAN PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon), UDANG PUTIH (Litopenaeus

vannamei), DAN UDANG API-API (Metapenaeus monoceros)

OLEH :

NAMA : DINDA SULISTYA NURRAFITA NIM : 2110714120009

KELOMPOK : 2 (DUA)

ASISTEN : AKHMAD RIFANI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DANTEKNOLOGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN BANJARBARU

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga praktikan dapat menyelesaikan

“Laporan Praktikum Averteberata Air dan Pencernaan Pada Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Putih (Litopenaeus vannamei), dan Udang Api (Lysmata debelius)” dengan baik dan tepat waktu. Pada kesempatan ini praktikan mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terkait dalam penyusunan laporan ini, terutama kepada :

1. Ibu Dr.Ir. Hj. Rizmi Yunita, M.Si. yang menjadi dosen pembimbing dalam praktikum Averteberata Air dan Pencernaan Pada Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Putih (Litopenaeus vannamei), dan Udang Api (Metapenaeus monoceros).

2. Kaka-kakak asisten yang selalu sabar dan tabah membimbing saya dalam kegiatan praktikum.

3. Rekan-rekan serta pihak lain yang memberikan dorongan dan bantuan pada saat praktikum dan dalam penyusunan laporan hingga laporan ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Praktikan menyadari laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kriitk dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sebagai masukan untuk menyempurnakan laporan ini masih sangat praktikan harapkan.

Akhir kata semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi saya sendiri.

Banjarbaru, Oktober 2022

Praktikan

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Tujuan dan Kegunaan 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 6

3.1.Waktu dan Tempat 6

3.2.Alat dan Bahan 6

3.3.Prosedur Praktikum 7

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 9

4.1. Hasil 9

4.1.1. Klasifikasi Udang 9

a. Udang Windu (Penaeus monodon) 9

b. Udang Putih (Litopenaeus vannamei) 9

c. Udang Api-Api (Lysmata debelius) 10

4.1.2. Pengamatan Anatomi Luar dan Dalam (Morfologi, Insang dan Pencernaan) 18

4.2. Pembahasan 21

(4)

4

4.2.1. Udang Windu (Penaeus monodon) 21 4.2.2. Udang Putih (Litopenaeus vannamei) 21 4.2.3. Udang Api-Api (Lysmata debelius) 22

BAB 5. PENUTUP 25

5.1. Kesimpulan 25

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

3.1. Alat-Alat yang Digunakan 6

4.1. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Windu

(Penaeus monodon) 10

4.2. Pengamatan Insang Udang Windu (Penaeus monodon) 11 4.3. Pengamatan Pencernaan Udang Windu (Penaeus monodon) 12 4.4. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Putih

(Litopenaeus vannamei) 12 4.5. Pengamatan Insang Udang Putih (Litopenaeus vannamei) 13 4.6. Pengamatan Pencernaan Udang Putih (Litopenaeus vannamei) 14 4.7. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Api-Api

(Lysmata debelius) 14 4.8. Pengamatan Insang Udang Api-Api (Lysmata debelius) 15 4.9. Pengamatan Pencernaan Udang Api-Api (Lysmata debelius) 16

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

4.1. Bentuk Insang Udang Windu (Penaeus monodon) 11 4.2. Bagian-Bagian Pencernaan Windu (Penaeus monodon) 12 4.3. Bentuk Insang Udang Putih (Litopenaeus vannamei) 13 4.4. Bagian-Bagian Pencernaan Udang Putih

(Litopenaeus vannamei) 14

4.5. Bentuk Insang Udang Api-Api (Lysmata debelius) 15

(6)

6

4.6. Bagian-Bagian Pencernaan Udang Api-Api

(Lysmata debelius) 16

(7)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hasil laut yang melimpah. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis komoditi hasil laut utama yang sangat disukai oleh masyarakat dalam dan luar negeri. Udang sangat cocok untuk perairan Indonesia karena kondisi habitat terumbu karang yang tumbuh subur serta suhu rata-rata 28o C yang memungkinkan udang untuk bertumbuh dan berkembangbiak, seperti udang karang. Beberapa jenis udang yang telah diindentifikasi adalah udang Kentangan (Panulirus ornatus), udang batu (Panulirus penicillatus), udang Pantung (Panulirus homarus) udang Kendal (Panulirus versicolor).

Averteberata air adalah cabang ilmu yang mempelajari mengenai hewan yang tidak mempunyai tulang belakang. Averteberata air mempelajari bagaimana morfologi, fisiologi, termasuk system pernapasan dan pergerakan hewan, dan juga cara makan, serta system reproduksi, nilai ekonomis, dan juga klasifikasi masing-masing phyla.

Averteberata air memiliki beragam jenis yang banyak, sementara untuk ukuran ditemui dari ukuran terkecil yaitu micron hingga ukuran meter, dari yang memiliki bentuk yang sederhana hingga bentuk yang kompleks. Berdasarkan lingkungannya, ada yang berada didarat, perairan payau, perairan tawar, atau laut, bahkan terdapat didaerah yang ekstrim contohnya pada perairan dengan kadar garam yang tinggi.

Peranan averteberata air secara langsung berkaitan dengan dunia perikanan dan kelautan baik secara langsung atau secara tidak langsung sebagai penompang ekosistem perairan, baik sebagai pakan ikan seperti tubifex, cladocera, dan rotifer; hidup sebagai parasit misalnya dari Gyrodactylus

(8)

8

(Platyhelminthes), Trichodina (Protozoa), dan Lernae (Crustacea); dan masih banyak lagi peran averteberata yang lainnya.

1.2.Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan praktikum kali ini sebagai berikut :

1. Mengamati dan mengetahui morfologi luar tubuh udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Litopenaeus vannamei), dan udang Api (Lysmata debelius).

2. Mengamati dan mengetahui insang pada udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Litopenaeus vannamei), dan udang Api (Lysmata debelius).

3. Mengamati dan mengetahui organ pencernaan pada udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Litopenaeus vannamei), dan udang Api (Lysmata debelius).

(9)

BAB 2. TINJAU PUSTAKA

Secara etimologi istilah morfologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal dari gabungan kata morphe yang berarti ‘bentuk’, dan logos yang berarti

‘ilmu’. Di dalam linguistik, ilmu morfologi digunakan untuk menganalisis satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari tentang morfem dan kata. Selain itu, morfologi juga mempelajari seluk beluk kata serta pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan bentuk kata pada golongan dan arti kata. Dari keterangan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa morfologi adalah ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukannya (Wahyu K.A.S. 2018).

Anatomi berasal dari bahasa Yunani “anatomia”, yang berarti memotong atau lebih tepat dalam bahasan ini mengandung arti struktur atau susunan atau juga bagian atau komponen. Dalam kamus besar bahasa indonesia “Anatomi adalah hal yang melukiskan letak dan hubungan abagianbagian tubuh manusia, binatang atau tumbuhan atau bisa juga diartikan uraian yang mendalam tentang sesuatu”.

(Moha.K, 2021).

Anatomi dan fisiologi adalah dua cabang ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi tubuh. Anatomi dan fisiologi saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Anatomi dan fisiologi adalah dasar untuk mempelajari bagian tubuh dan bagaimana fungsinya. Anatomi berarti akan mempelajari struktur sedangkan fisiologi akan mempelajari fungsinya (Sumiyati, dkk, 2021).

Data ekspor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tercatat bahwa volume ekspor udang periode Januari – Juni 2016 naik 8,5% dari 96,685 ton menjadi 107,539 ton. Dari sisi nilainya juga naik sekitar 10,6% dari US$ 851,199 menjadi US$ 882,092 (Kementrian Kelautan dan Perikanan 2016). Udang di ekspor dalam bentuk udang beku segar, yang telah mengalami cold storage setelah melalui pemisahan kepala dan kulit. Industri udang beku segar mengakibatkan adanya

(10)

10

limbah berupa kepala (carapace) dan kulit (peeled) yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. Limbah yang industri dapat mencapai 25 % dari total produksi. Sampai saat ini hasil samping tersebut dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kerupuk, petis, terasi, pupuk, dan pakan, tetapi jumlah yang dimanfaatkan hanya 30% dari jumlah limbah yang ada (KKP, 2016).

Udang adalah kelompok hewan tidak bertulang belakang yang tidak lepas dari peraian dimana alat pernapasan yang digunakan adalah berupa insang serta menggunakan kaki renang dan kaki jalan sebagai alat geraknya.

Habitat udang ada dua tempat yaitu air tawar dan air laut. Udang yang hidup di air tawar, misalnya Macrobrachiumsp.dan udang yanghidup di air laut, misalnya Penaeussp. Udang air tawar mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, salah satunya sebagai komponen mata rantai makanan. Selain itu juga berperan sebagai pemakan bangkai dan detritus di perairan. Rantai makanan akan terganggu jika kehilangan salah satu komponennya (Fahlevi M.M. dkk,2021).

Udang merupakan salah satu bahan makanan sumber protein hewani bermutu tinggi yang sangat perikanan adalah udang windu (Penaus monodon) Komoditas perikanan ini merupakan salah satu produk ekspor Indonesia dengan negara tujuan utama adalah Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat (Mahmud et al., 2013).

Udang sebagai salah satu organisme dari famili Crustacea yang kaya senyawa bioaktif penting bagi kesehatan manusia. Udang mengandung senyawa bioaktif seperti omega-3, mineral, lemak, kitin, karotenoid (astaksantin) serta vitamin. Senyawa bioaktif ini mempunyai kemampuan mencegah penyakit pada tubuh serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi. Protein adalah makromolekul yang tersusun atas asam amino yang terdapat dalam semua makhluk hidup baik tingkat rendah maupun tinggi dengan fungsi sebagai katalisator, pengangkut, dan penyimpan molekul lain. Makanan laut seperti ikan dan udang merupakan sumber makanan yang kaya akan asam amino. Asam amino yang umumnya terdapat pada udang adalah asam glutamat, asam aspartat, arginin, lisin, leusin, glisin dan alanin.

Udang mengandung banyak nutrisi, sehingga mudah rusak dan akan mengalami penurunan kualitas serta mempunyai umur simpan yang singkat.

(11)

Udang termasuk hewan euryhaline, yang mampu beradaptasi dengan perubahan tekanan osmose lingkungannya, namun udang juga memerlukan kondisi optimal untuk mengatur osmoregulasinya. Salinitas media air pemeliharaan udang berpengaruh pada tekanan osmotik, konsentrasi sodium dan klorin dalam haemolim (Saptiani & Pebrianto, 2013).

Udang vannamei memiliki nilai ekonomis terbesar, pernyataan ini didukung oleh petani yang telah kami jumpai di lokasi. Petani lebih suka membudidayakan vannamei karena panen yang lebih cepat dan lebih menguntungkan. Menurut Fariyanto (2012:126) di Indonesia, dalam dekade terakhir ini budidaya udang dikembangkan secara mantap dalam rangka menanggapi permintaan pasar udang dunia. Pengembangan budidaya udang vannamei semakin pesat menggantikan budidaya udang lainnya, alasan utama beralihnya pembudidayaan udang lain ke udang vannamei antara lain adalah laju pertumbuhan udang vannameiyang cepatserta kerentanan yang rendahterhadap penyakit. Hal ini ditunjukkan mulai menurunnya produksi industri budidaya udanglainnyaakibat patogen viral yang menyerang udang, produksi udang kemudian meningkat lagi dengan pesat setelah di budidayakannya udang vannamei.

Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditasunggu lan Indonesia dalam upaya menghasilkan devisa negara yang berasal darikelompok non migas. Kondisi laut yang luas dan iklim tropis di Indonesiamen dukung pertumbuhan dan perkembangan udang windu (Penaeus monodon).Sekarang ini, udang windu semakin sulit untuk didapat secara alami.

Penyebabutama adalah ketersediaan benih yang kurang serta adanya bakteri yang menghambat pertumbuhan udang khususnya pada larva. Sehingga dilakukanberba gai cara agar produksi udang windu tetap berjalan. Salah satunya adalah penerapan

(12)

12

sistem budidaya atau pembenihan udang windu secara intensi yang dimulai sejak pertengahan tahun 1986 (Agustina, 2013).

Udang api-api (M. monoceros) disebut, udang dogol, udang werus, udang kasap, udang kader. Dalam perdagangan, dikenal sebagai endeavor prawn. Udang jenis ini memiliki kulit yang kasat dan keras, berwarna coklat muda sedikit tembus cahaya, kadang berwarna kemerah-merahan, berbintik-bintik merah. Ujung kaki dan ekor berwarna kemerah-merahan, kecuali dua kaki pertama yang berwarna putih (Dahlan.A.M. dkk, 2017).

(13)

BAB 3. METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari sabtu, tanggal 29 Oktober 2022, pukul 07.30 WITA – 09.00 WITA Yang bertempat di Laboratorim Ikhtiologi, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang diguakan pada parktikum ini dapat dilihat pada table 3.1. sebagai berikut:

Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunaka pada praktikum Pengamatan Morfologi, Anatomi dan Pencernaan pada Udang Windu (Penaeus monodon), Udang Putih (Litopenaeus vannamei), dan Udang Api (Lysmata debelius) beserta kegunaannya.

No Alat dan Bahan Kegunaan Alat

1 Pinset, alat bedah lainnya Untuk membantu proses pembedahan udang

2 Styrofoam Tempat meletakan udang

3 Timbangan Mengukur berat udang

4 Penggaris Mengukur panjang udang

5 Plastik sampah Membuang sampah

6 Tissue Untuk membersikan meja, alat bedah dan lainnya 7 Lembar kerja praktikum Mencatat hasil yang sudah diamati

8 Buku dan Alat tulis Mencatat hasil sementara Bahan

1 Udang Windu Bahan pengamatan

2 Udang Putih Bahan Pengamatan

3 Udang Api-Api Bahan Pengamatan

(14)

14 3.3. Prosedur Praktikum

Prosedur kegiatan praktikum pengamatan anatomi kelas Crustacea (Udang), yakni sebagai berikut :

3.3.1. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh

1. Menyiapkan udang segar atau masih hidup, catat nama local, nama ilmiah dan nama perdagangan ikan yang dijadikan sampel dalam praktikum Averteberata Air.

2. Lakukan pengukuran panjang dan berat ikan yang dijadikan sampel pengamatan praktikum Averteberata Air.

3. Gunakan styrofoam untuk alas udang sampel. Foto udang sampel dengam bagian kepala menghadap sebelah kiri. Letakan penggaris dibawah udang sampel tersebut, gunakan penggaris untuk mengukur panjang total yang dimulai dengan 0 cm sampai sirip ekor udang sampel tersebut.

4. Amati bentuk tubuh udang. Tubuh udang dibedakan menjadi (gabungan antara kepala dan dada (sefalotorak) serta perut (abdomen). Tubuh dilindungi oleh kerangka luar yang tersusun atas kitin dan gerak kalsium.

5. Amati sefalotorak dan temukan bagian-bagian karaps/karakap, lekuk servikal, areolar, brankiostega, mata, antennule, antenna, rostrum, skafognatit.

6. Menghitung jumlah segmen yang menyusun sefalotorak.

7. Mengamati abdomen dan hitung berapa jumlah segmen yang menyusun abdomen.

8. Menghitung ada berapa banyak kaki jalan dan kaki renang pada udang sempel.

9. Membandingkan antara kaki jalan dan kaki renang udang sempel.

3.3.2. Pengamatan Insang Udang

1. Buka bagian karapas/karakap pada udang sempel.

2. Amati insang yang ada dibagian belakang karapas tersebut.

3. Kemudian gambar insang udang sempel dilembar kerja praktikum.

3.3.3. Pengamatan Pencernaan Udang

1. Buka bagian karapas abdomen pada udang sampel.

(15)

2. Bedah bagian abdomen dari atas sehingga dapat melihat usus pada udang sempel.

3. Bedah bagian sefalotorak dan amati terdapat organ apa saja yang ada dialamnya.

4. Gambar semua organ yang ditemukan dilembar kerja praktikum.

(16)

16

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1. Klasifikasi Udang

a. Udang Windu (Panaeus monodon)

Gambar udang windu (Penaeus monodon)

Adapun klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) sebagai berikut:

Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Family : Penaeidae Genus : Penaeus

Species : Penaeus monodon

(17)

b. Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Gambar Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Adapun,klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) meliputi:

Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Filum : Artrhopoda Sub filum : Crustacea Kelas : Malascostraca Sub kelas : Eumalacostraca Super ordo : Eucarida Ordo : Decapoda Sub ordo : Dendrobrachiata Infra ordo : Penaeidea Super famili : Penaeioidea Famili : Penaeidae Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

(18)

18

c. Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros)

Gambar Udang Api-Api (Metapenaeus Monoceros)

Adapun klasifikasi udang api-api (Metapenaeus monoceros) Klasifikasi Udang Api :

Kerajaan : Animalia Filum : Arthropoda Sub-filum : Crustacea eKelas : Malacostraca Sub-kelas : Eumalacostraca Bangsa : Decapoda

Sub-bangsa : Dendrobranchiata Keluarga : Penaeidae

Genus : Metapenaeus

Spesies : Metapenaeus Monoceros

4.1.2. Pengamatan Anatomi Luar dan Dalam (Morfologi, Insang, dan Pencernaan)

Hasil yang didapat dari parktikum kali ini dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4.1. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Windu (Penaeus monodon).

Keterangan Uraian

Panjang total udang 18,5 CM

(19)

Berat udang 1,5 Gram Jumlah segmen penyusun sefalotorak 6

Perbedaan antenna dan antenula Antena sebagai panca indra sedangkan antennule sebagai alat untuk mencari makan Jumlah segmen penyusun abdomen 3

Fungsi telson Sebagai penyeimbang

Jumlah kaki jalan udang dan jumlah maxillapoda

Kaki jalan udang berjumlah 5 pasang dan maxillapoda berjumlah 1 pasang

Urutan dijumpai sumpit besar (cheal) pada kaki jalan dan fungsinya

Chela dijumpai pada urutan ke 2, fungsinya yaitu untuk membantu penyerangan

Jumlah pasang kaki renang udang dan fungsi lain dari kaki renang (swimmerets)

Kaki renang berjumlah 5 pasang, untuk fungsinya sendiri yaitu untuk membantu merangka/ menempel diperairan.

Tabel 4.2. Pengamatan Insang Udang Windu (Penaeus monodon).

Keterangan Uraian

Letak insang udang Letak insang udang terletak dibagian dalam karapas.

Gambar 4.1. Bentuk Insang Udang Windu (Penaeus monodon).

Keterangan : a. Insang

(20)

20

Tabel 4.3. Pengamatan Pencernaan Udang Windu (Penaeus monodon).

Keterangan Uraian

Organ-organ penyusun system pencernaan udang urut dari mulut sampai anus

Mulut-kerongkongan-lambung-usus-anus

Gambar 4.2. Gambar Bagian-Bagian Pencernaan Udang Windu (Penaeus monodon).

Keterangan :

a. Mulut c. Lambung e. Anus

b. Kerongkongan d. Usus

Tabel 4.4. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Keterangan Uraian

Panjang total udang 16 cm

Berat udang 0,9 gr

Jumlah segmen penyusun sefalotorak 1

Perbedaan antenna dan antenula Antena sebagai panca indra sedangkan antennule sebagai alat untuk mencari makan Jumlah segmen penyusun abdomen 6

Fungsi telson Sebagai penyeimbang

Jumlah kaki jalan udang dan jumlah maxillapoda

Kaki jalan udang berjumlah 7 pasang dan maxillapoda berjumlah 1 pasang

Urutan dijumpai sumpit besar (cheal) pada kaki jalan dan fungsinya

Chela dijumpai pada urutan ke 2, fungsinya yaitu untuk membantu penyerangan

(21)

Jumlah pasang kaki renang udang dan fungsi lain dari kaki renang (swimmerets)

Kaki renang berjumlah 5 pasang, untuk fungsinya sendiri yaitu untuk membantu merangka/ menempel diperairan.

Tabel 3.1. Pengamatan Insang Udang Putih (Litopenaeus vannamei).

Keterangan Uraian

Letak insang udang Letak insang udang terletak dibagian dalam karapas.

Gambar 4.3. Bentuk Insang Udang Udang Putih (Litopenaeus vannamei).

Keterangan : a. Insang

Tabel 3.2. Pengamatan Pencernaan Udang Putih (Litopenaeus vannamei).

Keterangan Uraian

Organ-organ penyusun system pencernaan udang urut dari mulut sampai anus

Mulut-kerongkongan-lambung-usus-anus

(22)

22

Gambar 4.4. Gambar Bagian-Bagian Pencernaan Udang Putih (Litopenaeus vannamei).

Keterangan :

a. Mulut c. Lambung e. Anus

b. Kerongkongan d. Usus

Tabel 4. Pengamatan Morfologi Luar Tubuh Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros).

Keterangan Uraian

Panjang total udang 12 cm

Berat udang 0,3 gr

Jumlah segmen penyusun sefalotorak 1

Perbedaan antenna dan antenula Antena sebagai panca indra sedangkan antennule sebagai alat untuk mencari makan Jumlah segmen penyusun abdomen 6

Fungsi telson Sebagai penyeimbang

Jumlah kaki jalan udang dan jumlah maxillapoda

Kaki jalan udang berjumlah 7 pasang dan maxillapoda berjumlah 1 pasang

Urutan dijumpai sumpit besar (cheal) pada kaki jalan dan fungsinya

Chela dijumpai pada urutan ke 1, fungsinya yaitu untuk membantu penyerangan

Jumlah pasang kaki renang udang dan fungsi lain dari kaki renang (swimmerets)

Kaki renang berjumlah 5 pasang, untuk fungsinya sendiri yaitu untuk membantu merangka/ menempel diperairan.

Tabel 4.1. Pengamatan Insang Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros).

Keterangan Uraian

(23)

Letak insang udang Letak insang udang terletak dibagian dalam karapas.

Gambar 4.5. Bentuk Insang Udang Udang Api-Appi (Metapenaeus monoceros).

Keterangan : a. Insang

Tabel 4.2. Pengamatan Pencernaan Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros).

Keterangan Uraian

Organ-organ penyusun system pencernaan udang urut dari mulut sampai anus

Mulut-kerongkongan-lambung-usus-anus

Gambar 4.6. Gambar Bagian-Bagian Pencernaan Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros).

Keterangan :

(24)

24

a. Mulut c. Lambung e. Anus

b. Kerongkongan d. Usus

4.2. Pembahasan

4.2.1. Udang Windu (Penaeus monodon).

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan udang Penaeus monodon memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 18,5 cm, berat udang 1,5 gram berwarna hijau kebiruan. Tubuh udang windu terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 6 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 3 segmen.

Bagian kepala, dada terdapat anggota-anggota tubuh lain yang berpasang – pasangan berturut-turut dari muka kebelakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala (Scophocerit), sungut besar (antenna), rahang (mandibulla), alat-alat pembantu rahang (maxilla) yang terdiri dari dua pasang maxillipoda yang terdiri atas lima pasang, dan kaki jalan (periopoda) yang terdiri atas lima pasang, tiga pasang kaki jalan yang pertama ujung-ujungnya bercapit yang dinamakan chela.

Bagian perut terdapat lima pasang kaki renang (pleopoda), pada ruas ke enam kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda).

Ujung ruas keenam kearah belakang membentuk ekor (telson). Udang windu termasuk hewan heterosexual yaitu mempunyai jenis kelamin jantan dan betina yang dapat dibedakan dengan jelas. Jenis udang windu betina dapat diketahui dengan adanya telikum pada kaki jalan ke-4 dan ke-5. Telikum berupa garis tipis dan akan melebar setelah terjadi fertilisasi. Sementara jenis kelamin udang windu jantan dapat diketahui dengan adanya petasma yaitu tonjolan diantara kaki renang pertama. Udang windu bersifat omnivora dan seringkali bersifat kanibal karena memakan udang yang sedang moulting.

Udang windu tergolong hewan nocturnal karena sebagian besaraktifitasnya seperti makan dilakukan malam hari. Kulit udang windu tidak elastis dan akan berganti kulit selama pertumbuhan. Frekuensi pergantian kulit

(25)

ditentukan oleh jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, usia dan kondisi lingkungan. Setelah kulit lama terlepas udang windu dalam kondisi lemah karena udang baru belum mengeras. Pada saat ini udang mengalami pertumbuhan sangat pesat diikuti dengan penyerapan sejumlah air, semakin cepat udang berganti kulit maka pertumbuhan semakin cepat.

4.2.2. Udang Putih (Litopenaeus vannamei)

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan udang Litopenaeus vannamei memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 16 cm, berat udang 0,6 gram berwarna putih mengkilap. Tubuh udang putih terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 1 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen.

Kepala udang putih terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang putih juga dilengkapi dengan satu pasang maxillipoda dan tujuh pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang putih terdiri dari enam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropuds (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.

4.2.3. Udang Api-Api (Metapenaeus monoceros).

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan udang api- api memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 12 cm, berat udang 0,3 gram berwarna coklat muda. Tubuh udang api-api terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor.

Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 1 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen.

(26)

26

Kepala udang api-api terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan dua pasang maxillae. Kepala udang api-api juga dilengkapi dengan satu pasang maxillipoda dan tujuh pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda). Sedangkan pada bagian perut (abdomen) udang api-api terdiri dari enam ruas dan pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropuds (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson.

(27)

BAB 5. PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari parktikum kali ini antara lain ; 1. Udang windu memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 18,5 cm, berat

udang 1,5 gram berwarna hijau kebiruan. Tubuh udang windu terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 6 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 3 segmen. Udang putih memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 16 cm, berat udang 0,6 gram berwarna putih mengkilap. Tubuh udang putih terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor. Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 1 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen. Udang api-api memiliki ciri-ciri antara lain panjang totalnya 12 cm, berat udang 0,3 gram berwarna coklat muda. Tubuh udang api-api terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian kepala hingga dada dan abdomen yang meliputi bagian perut dan ekor.

Bagian kepala dada disebut cephalothorax, dibungkus kulit kitin yang tebal yang disebut carapace. Bagian ini terdiri dari kepala dengan 1 segmen . Bagian abdomen terdiri atas 6 segmen.

2. Sama seperti ikan, udang juga bernafas menggunakan insang kecuali udang kecil yang bernafas menggunakan seluruh permukaan tubuhnya. Insang merupakan organ pernapasan utama pada udang dan dapat berguna untuk menyerap mineral serta mengeksresikan amonia. Letak insang pada udang yang diamati terletak dibagian belakang karapas.

(28)

28

3. Sistem pencernaan udang yang diamati dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan anus. Di dalam lambung terdapat alat kitin yang berguna untuk menggilas makanan. Makanan udang adalah udang-udang kecil gastropoda atau larva insekta atau bahan-bahan lainnya yang rapuh.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan dalam praktikum kali ini, sebaiknya dalam proses pengamatan insang udang dan pengamatan pencernaan udang disediakan loupe atau kaca pembesar agar para praktikan dapat melihat dengan jelas insang dan organ pencernaan yang ada didalam tubuh udang tersebut.

(29)

DAFTAR PUSTAKA Yanuhar, U. 2018. AVERTEBERATA. UB Press, Malang

Fahrianto. 2012. Pengertian Usaha Tambak Udang. EdisiKedua Jilid 1. Jakarta:

Indonesia.

Mahmud, U. K., Sumantadinata. dan Pandjaitan, N. H. 2013. Pengkajian Usaha Tambak Udang Windu Tradisional di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.

Technical Report, Jurusan Budidaya Perairan,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fahlevi, M.M, Mahrudin, Utami, H.N. 2021. Keragaman Udang di Wilayah Sungai Pasang Surut. Bioma 3(2). Banjarmasin.

Sumiyati, dkk. 2021. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Yayasan kita menulis.

Moha, K. 202. Anatomi kurikulum. Al Urwatul Wutsqa 1(1). Makasar.

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). 2016. MEA Centre.Sektor Lelautan dan Perikanan.Diakses : November 2022.

Saptiani, G & C.A. Pebrianto. 2013. Total haemosit udang windu (Penaeus monodon) pada berbagai stadia molt dan osmolaritas. Prosiding Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Jilid II 31 Agustus 2013. Yogyakarta. Semnaskan_UGM/Biologi Perikanan (BP-21): 1- 6.

Agustina, Sri., (2013). Pembuatan Kitosan Dari Cangkang Udang Dan Aplikasinya Sebagai Adsorben Untuk Menurunkan Kadar Logam Cu. Seminar Nasional FMIPA 2013, IKIP Mataram.

Dahlan.A.M. dkk. (2017). Nisbah Kelamin dan Ukuran Pertama Kali Matang Gonad Udang Api-Api (Metapaneus Monoceros) Di Perairan Desa Nisombalia, Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros. Jurnal SINTEK Pertenakan dan Perikanan 1(1);52-56. Makkasar.

(30)

30 LAMPIRAN

Foto pengamatan organ dalam atau pencernaan udang (abdomen)

Foto utuh udang api-api (Metapenaeus monoceros)

Foto utuh udang windu (Penaeus monodon)

(31)

Foto insang pada udang

Foto utuh udang putih (Litopenaeus vannamei)

Foto pengamatan organ dalam atau pencernaan udan (sefalotorak)

Gambar

Tabel 3.1. Alat dan bahan yang digunaka pada praktikum Pengamatan Morfologi,  Anatomi  dan  Pencernaan  pada  Udang  Windu  (Penaeus  monodon),  Udang  Putih  (Litopenaeus vannamei), dan Udang Api (Lysmata debelius) beserta kegunaannya
Gambar udang windu (Penaeus monodon)
Gambar Udang Putih (Litopenaeus vannamei)
Gambar Udang Api-Api (Metapenaeus Monoceros)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian tiram bakau (Crassostrea sp) dalam mereduksi logam berat Cu pada air pemeliharaan serta badan udang windu (Panaeus monodon fabr) dilakukan selama 10

Suatu Kajian Penggunaan Natrium Alginat pada Proses Pembekuan Udang Windu (Penaeus monodon Fab.)1. (Di bawah bimbingan RUDY R. NITIBASKARA sebagai ketua dan RUDDY SUWANDI

Vibrio harueyi diisolasi dari air pemeliharaan larva udang windu stadia zoca-2 pada panti benih skala rumah tangga (bachyarcl hatchery) udang di I-oka Penelitian Perikanan

Pengaruh komposisi jenis bakteri probiotik terhadap kualitas air dan sintasan pasca larva udang windu pada skala laboratorium dalam Rachmansyah A.. Nadjib

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan biofilter tiram, rumput laut, dan bandeng mampu mempertahankan kondisi kualitas air tambak yang baik untuk pertumbuhan udang windu

Pada tabel tersebut terlihat bahwa sintasan udang windu tertinggi pada perlakuan C (pemberian probiotik pada minggu ke-IV sampai akhir penelitian) yaitu 70% disusul

yang terperangkap pada penggunaan atraktan air rendaman udang windu dengan konsentrasi 20% selama 6 hari pemaparan di 30 rumah sampel yaitu sebanyak 145 ekor dengan jumlah

Dibanding hasil pentokolan udang windu yang pernah dilakukan sebelumnya pada petak pentokolan yang sama namun tidak dilengkapi dengan sistim aerasi dan naungan daun kelapa, suhu air