• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM K3 APAR

N/A
N/A
A1-2-Sulhairul

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM K3 APAR "

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK III KELAS C51

SULHAIRUL (14120220003)

FADHILAH FITRIYAH RAMADHANI (14120220077) MUHAMMAD SAHID H SELENG (14120220113)

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2025

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan segala kerendahan hati, kami awali laporan ini dengan ungkapan syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT. Berkat rahmat dan izin-Nya, kami akhirnya berhasil menyelesaikan laporan praktikum berjudul

"Alat Pemadam Api Ringan (APAR)" ini sebuah proses yang tidak hanya menguji ketelitian, tetapi juga kesabaran.

Kami juga menyampaikan salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, panutan sejati yang telah membawa petunjuk hidup penuh cahaya bagi umat manusia. Di balik tersusunnya laporan ini, ada banyak pihak yang telah berjasa. Kepada dosen pengampu yang telah membagikan ilmu, membuka wawasan, dan membimbing dengan penuh perhatian, kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Tanpa arahan beliau, praktikum ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Makassar, 18 April 2025

Penulis

(3)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ... 6

B. Dasar Hukum Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Lokasi dan Waktu ... 22

B. Alat ... 22

C. Prinsip Kerja ... 22

D. Prosedur Kerja ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Hasil ... 25

B. Pembahasan ... 26

BAB V PENUTUP ... 28

A. Kesimpulan ... 28

B. Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan menimbulkan kerugian besar, baik materiil maupun korban jiwa. Oleh karena itu, upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran menjadi aspek penting dalam manajemen risiko di berbagai lingkungan, termasuk perkantoran, industri, dan fasilitas umum. Salah satu alat yang digunakan dalam upaya tersebut adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR), yang berfungsi sebagai sistem proteksi kebakaran aktif untuk mengendalikan kebakaran pada tahap awal.(Azizah et al., 2023)

Kebakaran merupakan salah satu bentuk kedaruratan yang dapat menyebabkan kerugian besar, baik dari segi materi, lingkungan, maupun korban jiwa. Di Indonesia, insiden kebakaran masih menjadi salah satu peristiwa yang sering terjadi, baik di lingkungan permukiman, perkantoran, industri, maupun fasilitas umum lainnya. Menurut data dari Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta tahun 2022, tercatat lebih dari 1.300 kasus kebakaran terjadi di wilayah tersebut, yang sebagian besar disebabkan oleh kelalaian manusia dan gangguan instalasi listrik (Azizah et al., 2023). Hal ini menegaskan pentingnya sistem proteksi kebakaran yang handal, terutama dalam

(5)

2

bentuk alat pemadam kebakaran yang mudah dijangkau dan dioperasikan.

Salah satu alat utama dalam sistem proteksi kebakaran aktif adalah Alat Pemadam Api Ringan (APAR). APAR dirancang untuk digunakan pada tahap awal kebakaran, yang memungkinkan penghuni atau petugas keamanan untuk segera mengendalikan api sebelum berkembang menjadi kebakaran besar. Keberadaan APAR di setiap gedung, baik gedung bertingkat maupun bangunan kecil, merupakan suatu keharusan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang keselamatan kerja dan perlindungan kebakaran. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.

PER.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. (Hasanah, 2020)

Tidak hanya dari sisi teknis pemasangan, namun pemahaman dan keterampilan pengguna dalam mengoperasikan APAR juga menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan karyawan terhadap prosedur penggunaan APAR dan kecepatan respons dalam menangani simulasi kebakaran. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan APAR saja tidak cukup, namun harus diikuti dengan pelatihan rutin serta sosialisasi penggunaan yang tepat kepada seluruh penghuni atau pekerja di suatu gedung.(Hasanah, 2020)

(6)

3

Tidak hanya dari sisi teknis pemasangan, namun pemahaman dan keterampilan pengguna dalam mengoperasikan APAR juga menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan karyawan terhadap prosedur penggunaan APAR dan kecepatan respons dalam menangani simulasi kebakaran. Hal ini mengindikasikan bahwa keberadaan APAR saja tidak cukup, namun harus diikuti dengan pelatihan rutin serta sosialisasi penggunaan yang tepat kepada seluruh penghuni atau pekerja di suatu gedung.(Sofia et al., 2024)

Penggunaan APAR juga harus mempertimbangkan jenis kelas kebakaran yang dapat terjadi. Berdasarkan standar internasional, kebakaran diklasifikasikan menjadi beberapa kelas, seperti kelas A (bahan padat), kelas B (cairan mudah terbakar), kelas C (gas), dan kelas D (logam). Oleh karena itu, jenis media pemadam dalam APAR seperti serbuk kimia kering, karbon dioksida, air, dan busa memiliki peran dan fungsi yang berbeda sesuai dengan jenis kebakaran yang dihadapi. Kesalahan dalam memilih jenis APAR yang digunakan dapat menyebabkan ketidakefektifan dalam proses pemadaman api, bahkan berpotensi memperburuk keadaan.(Yulianto, 2023)

Lebih lanjut, evaluasi dan penempatan APAR yang tepat juga menjadi faktor penting dalam sistem mitigasi kebakaran. Studi menunjukkan bahwa banyak kasus kegagalan dalam penanganan awal

(7)

4

kebakaran disebabkan oleh kurangnya pemetaan ulang (re-mapping) lokasi APAR serta keterlambatan dalam perawatan dan pengecekan rutin alat tersebut. Dari studi tersebut, disimpulkan bahwa APAR harus dikelola secara profesional, dengan sistem inventarisasi yang jelas, pengecekan tekanan tabung berkala, serta penggantian media pemadam apabila masa pakainya sudah melewati batas yang ditentukan.(Yulianto, 2023)

Dengan demikian, penting bagi setiap lembaga atau institusi untuk tidak hanya memenuhi aspek legalitas dalam menyediakan APAR, tetapi juga memperhatikan efektivitas penggunaannya secara menyeluruh. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja atau hunian yang aman dan tanggap terhadap bahaya kebakaran sejak dini.(Yulianto, 2023)

(8)

5 B. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum I Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yaitu:

1. Tujuan Umum

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) bertujuan untuk memadamkan kebakaran secara dini agar kebakaran tidak membesar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

b. Untuk mengetahui bagian-bagian Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

c. Untuk mengetahui Kelasifikasi Kebakaran.

d. Untuk mengetahui langkah-langkah penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Secara benar.

(9)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

1. Pengertian Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) adalah perangkat pemadam kebakaran yang bersifat portable, ringan, dan mudah dioperasikan oleh satu orang untuk memadamkan api pada tahap awal kebakaran kecil. APAR dirancang agar dapat digunakan dengan cepat dan efektif untuk mencegah api membesar sehingga dapat mengurangi risiko kerusakan dan bahaya bagi keselamatan manusia.(Asvinia Ananta Zulatuva et al., 2023)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016, APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran. Sementara itu, Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Pasal 3 menegaskan bahwa bangunan gedung harus menyediakan jaminan keselamatan, termasuk perlindungan dari bahaya kebakaran dengan memasang APAR sebagai salah satu bentuk pengamanan. APAR dilengkapi dengan berbagai komponen seperti valve, tube, levers, pressure gauge, hose, nozzle, sabuk tabung, pin pengaman, bracket, dan media pemadam atau isi tabung.(Asvinia Ananta Zulatuva et al., 2023)

(10)

7

Mokh Afifudin (2015) dalam bukunya menjelaskan bahwa APAR berbentuk tabung ringan berisi media pemadam bertekanan tinggi, dengan berat antara 0,5 sampai 16 kilogram, yang digunakan dengan cara diarahkan secara menyapu ke titik api. APAR merupakan alat wajib yang harus tersedia di tempat umum dan instansi guna mencegah kebakaran yang dapat mengancam keselamatan pekerja dan aset perusahaan.

2. Teori Api

Gambar 1. Teori Fire Triangle Sumber: (Ardy, 2023)

Berdasarkan teori tersebut kebakaran terjadi karena dipengaruhi dengan adanya 3 faktor yakni.

a. Bahan bakar (fuel) adalah unsur bahan bakar baik padat, cair, ataupun gas yang dapat terbakar serta bercampur dengan oksigen.

b. Sumber panas (heat) adalah sebuah pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dengan oksigen.

(11)

8

c. Oksigen adalah unsur gas yang terkandung di dalam udara.

Selain itu didalam teori lain menyebutkan bahwa masih terdapat satu unsur ke-4 yang menjadi faktor terjadinya kebakaran.

Teori ini dikenal dengan teori fire tetrahedron. Teori fire tetrahedron merupakan teori pengembangan dari teori segitiga api dan ditemukan katika adanya unsur ke-4 yang menjadi faktor terjadinya kebakaran yang disebut dengan reaksi berantai. Apabla tidak terjadi reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus menerus, sebaliknya selama bahan bakar dan oksigen dalam jumlah yang cukup, serta selama temperatur mendukung, reaksi rantai akan meningkatkan reaksi pembakaran.(Rika Widianita, 2023)

3. Pengertian Kebakaran

Kebakaran merupakan suatu kejadian di mana api muncul dan berkembang secara tidak terkendali sehingga menimbulkan kerusakan dan bahaya bagi manusia, harta benda, maupun lingkungan sekitar. Api yang terjadi dalam kebakaran biasanya melibatkan tiga unsur utama, yaitu bahan bakar, sumber panas, dan oksigen yang saling bereaksi secara kimiawi menghasilkan nyala api yang menyebar. Selain itu, reaksi berantai juga berperan penting dalam mempertahankan keberlangsungan api tersebut sehingga sulit untuk dipadamkan.(Sari & Ayuningtyas, 2020)

(12)

9

Menurut (Sari & Ayuningtyas, 2020) kebakaran dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis bahan yang terbakar, yang secara umum dibagi menjadi beberapa kelas. Kelas A adalah kebakaran yang melibatkan bahan padat seperti kayu dan kertas, kelas B adalah kebakaran pada bahan cair mudah terbakar seperti bensin dan minyak, kelas C adalah kebakaran yang terjadi pada gas, kelas D pada logam, dan kelas K yang berkaitan dengan minyak dan lemak dapur. Pengelompokan ini penting untuk menentukan metode pemadaman yang tepat agar kebakaran dapat dikendalikan secara efektif dan aman.

4. Jenis-jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Pemilihan APAR sangat penting guna mencegah terjadinya kebakaran di perusahaan, salah memilih APAR juga sangat berisiko saat terjadinya kebakaran. Jenis APAR dibagi menjadi beberapa macam yaitu:

a. Alat Pemadam Api (APAR) Air / Water APAR Jenis Air (Water) adalah Jenis APAR yang disikan oleh Air dengan tekanan tinggi. APAR Jenis Air ini merupakan jenis APAR yang paling Ekonomis dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain, Karet, Plastik dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A). Tetapi akan sangat berbahaya jika dipergunakan

(13)

10

pada kebakaran yang dikarenakan Instalasi Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).

b. Alat Pemadam Api (APAR) Busa / Foam (AFFF) APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini efektif untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain, Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak, Alkohol, Solvent dan lain sebagainya (Kebakaran Jenis B).

c. Alat Pemadam Api (APAR) Serbuk Kimia / Dry Chemical Powder APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri dari serbuk kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-amonium danammonium sulphate. Serbuk kering Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya kebakaran.

APAR Jenis Dry Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran

(14)

11

seperti Kelas A, B dan C. APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan dalam Industri karena akan mengotori dan merusak peralatan produksi di sekitarnya. APAR Dry Chemical Powder umumnya digunakan pada mobil.

d. Alat Pemadam Api (APAR) Karbon Dioksida / Carbon Dioxide (CO2) APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan bahan Karbon Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR Karbon Dioksida sangat cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik yang bertegangan).(Saputra & Arrafat, 2025)

Gambar 2. Jenis Apar dan kegunaan nya Sumber: pormenakertrans RI No 4/MEN/1980

(15)

12

5. Rating Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Rating APAR adalah kemampuan alat pemadam untuk memadamkan kebakaran yang dituliskan dalam kode huruf dan angka contohnya 2A 10B, 3A 15B, 4A 20B dsb. “Huruf”

menunjukkan kelas kebakaran & “Nomor” menunjukkan ukuran / tingkatan api yang dapat dipadamkan.

Berdasarkan National Fire Protection Association (NFPA, 2022), rating atau klasifikasi APAR dibedakan atas kelas kebakarannya, yaitu :

a. APAR untuk kebakaran Kelas A

Kebakaran yang berasal dari bahan padat biasa yang mudah terbakar. Contoh : kertas, kayu, plstik, karet, dll.

APAR yang sesuai: Air, busa (foam), atau dry chemical powder.

b. APAR untuk kebakaran Kelas B

Kebakaran yang berasal dari bahan cair dan gas yang mudah menyala. Contoh : minyak tanah, bensin, solar, thinner, LNG, LPG, dll

APAR yang sesuai: Busa, karbon dioksida (CO₂), atau dry chemical powder.

c. APAR untuk kebakaran Kelas C

Kebakaran yang berasal dari peralatan listrik

(16)

13

APAR yang sesuai: Karbon dioksida (CO₂) atau dry chemical powder yang tidak menghantarkan listrik.

d. APAR untuk kebakaran Kelas D

Kebakaran yang berasal dari bahan logam padat. Contoh : magnesium, potasium, dll.

APAR yang sesuai: Dry powder khusus untuk logam.

e. APAR untuk kebakaran Kelas K

Kebakaran yang berasal dari bahan lemak dan minyak masakan.

APAR yang sesuai: Wet chemical (agen kimia basah yang mendinginkan dan menyelimuti permukaan minyak).(NFPA, 2022)

6. Syarat-syarat pemeliharaan dan pemasangan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

a. Syarat Pemeliharaan APAR

1) Pemeliharaan harus dilakukan secara rutin, minimal setiap bulan untuk pemeriksaan visual dan minimal dua kali setahun untuk pemeriksaan teknis lebih mendalam.

2) Pemeriksaan meliputi kondisi fisik tabung (bebas karat, penyok, dan kerusakan), tekanan tabung harus berada di zona hijau pada gauge tekanan.

3) Pastikan semua komponen seperti selang, katup, nozzle, dan bracket dalam kondisi baik dan tidak rusak.

(17)

14

4) APAR yang mengalami cacat atau kerusakan harus segera diperbaiki atau diganti agar selalu siap digunakan.

5) Pemeliharaan juga mencakup pembersihan tabung dari debu dan kotoran serta memastikan label dan petunjuk penggunaan masih jelas terbaca.

6) Dokumentasi pemeriksaan dan pemeliharaan harus dibuat dan disimpan sebagai bukti kepatuhan terhadap standar.(J.

Wahyu Kusumosusanto, 2022) b. Syarat Pemasangan APAR

1) APAR harus ditempatkan di lokasi yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dan mudah diambil saat terjadi kebakaran.

2) Jarak antar APAR tidak boleh lebih dari 15 meter, kecuali ditentukan lain oleh pengawas K3 atau ahli K3.

3) APAR harus dipasang dengan penguatan yang kuat, biasanya digantung di dinding menggunakan bracket khusus.

4) Tinggi pemasangan APAR dari lantai adalah sekitar 1,2 meter atau minimal 15 cm dari lantai agar mudah dijangkau.

5) APAR harus dilengkapi dengan tanda pemasangan yang jelas, berupa segitiga sama sisi berwarna merah dengan ukuran sisi 35 cm, huruf putih setinggi 3 cm, dan panah

(18)

15

putih setinggi 7,5 cm yang dipasang pada ketinggian 125 cm dari lantai tepat di atas APAR.

6) Semua tabung APAR sebaiknya berwarna merah untuk memudahkan identifikasi.

7) APAR tidak boleh dipasang di tempat dengan suhu ekstrem, misalnya di atas 49°C atau di bawah -44°C, dan jika ditempatkan di luar ruangan harus dilindungi dengan penutup khusus.(J. Wahyu Kusumosusanto, 2022)

7. Penempatan APAR

a. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), penempatan APAR harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut:

1) Lokasi yang Mudah Dilihat dan Diakses

APAR harus dipasang di tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau tanpa terhalang oleh benda apapun, sehingga dapat segera diambil saat terjadi kebakaran.

2) Ketinggian Pemasangan

APAR dipasang dengan posisi bagian paling atas (puncak tabung) pada ketinggian sekitar 1,2 meter (120 cm) dari permukaan lantai. Jika kondisi tidak memungkinkan, pemasangan minimal adalah 15 cm dari lantai agar tetap mudah dijangkau.

(19)

16 3) Jarak Antar APAR

Jarak antara satu APAR dengan APAR lainnya tidak boleh lebih dari 15 meter. Namun, jarak ini dapat disesuaikan berdasarkan rekomendasi dari pengawas atau ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

4) Pemberian Tanda Pemasangan

Di atas APAR harus dipasang tanda yang jelas berupa segitiga sama sisi berwarna merah dengan ukuran sisi 35 cm, huruf putih setinggi 3 cm, dan panah putih setinggi 7,5 cm. Tinggi tanda ini dipasang sekitar 125 cm dari lantai tepat di atas APAR.

5) Warna Tabung APAR

Semua tabung APAR wajib berwarna merah untuk memudahkan identifikasi dan konsistensi standar keselamatan.

6) Suhu Tempat Pemasangan

APAR tidak boleh dipasang di tempat dengan suhu ekstrem, yaitu suhu lebih dari 49°C atau kurang dari -44°C.

Jika ditempatkan di luar ruangan, APAR harus dilindungi dengan box khusus agar terhindar dari cuaca ekstrem yang dapat merusak alat.(Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, 1980)

(20)

17

b. Penempatan APAR menurut SOP Penggunaan dan Perawatan APAR Universitas Brawijaya (2021)

1) APAR harus ditempatkan di lokasi yang mudah terlihat dan mudah dijangkau oleh karyawan, serta dilengkapi dengan tanda atau rambu yang jelas agar cepat ditemukan saat keadaan darurat.

2) Jika dalam satu ruangan diperlukan lebih dari satu APAR, jarak antar APAR tidak boleh lebih dari 15 meter agar jangkauan pemadaman efektif.

3) APAR dipasang menggantung pada dinding dengan konstruksi penguat yang kuat, namun tidak boleh dikunci, digembok, atau diikat mati agar dapat segera diambil saat diperlukan.

4) Pemasangan APAR harus sedemikian rupa sehingga bagian paling atas tabung berada pada ketinggian sekitar 1,2 meter dari permukaan lantai. Jika kondisi dinding tidak memungkinkan, APAR dapat dipasang lebih rendah dengan syarat jarak dasar tabung minimal 15 cm dari lantai.

5) Penempatan APAR tidak boleh tertutup oleh benda lain dan tidak boleh dipasang berlawanan arah dengan pintu evakuasi agar tidak menghalangi jalur keluar.

6) APAR harus ditempatkan sesuai dengan jenis potensi bahaya kebakaran di lokasi tersebut. Contohnya, APAR

(21)

18

dengan media dry chemical (serbuk kimia) dipasang hampir di semua area kerja gedung, sedangkan APAR dengan media gas (seperti CO2) dipasang di tempat yang memiliki peralatan listrik atau elektronik. APAR dengan media air tidak boleh ditempatkan di ruangan dengan tegangan listrik tinggi karena air dapat menghantarkan listrik.

7) Di tempat kerja dengan potensi bahaya yang beragam, APAR multifungsi (media ABC) digunakan untuk mengantisipasi berbagai jenis kebakaran.(Brawijaya, 2021) c. Menurut NFPA 10 tahun 2021 tentang penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), terdapat beberapa ketentuan penting yang harus dipenuhi agar APAR dapat berfungsi efektif dalam keadaan darurat kebakaran:

1) Jarak Maksimal Akses ke APAR

Jarak maksimal yang diperbolehkan agar seseorang dapat mencapai APAR tidak boleh lebih dari 22,9 meter (75 kaki) untuk kebakaran kelas A (bahan padat non-logam). Untuk kebakaran kelas B (bahan cair dan gas mudah terbakar), jarak ini disesuaikan antara 9,1 meter hingga 15,25 meter tergantung tingkat bahaya yang ada di area tersebut.

Sedangkan untuk kebakaran kelas K (minyak dan lemak dapur), jarak maksimal penempatan APAR adalah sekitar 9,1 meter dari area berisiko.

(22)

19

2) Ketinggian Pemasangan APAR

APAR dengan berat kurang dari 18,14 kg harus dipasang dengan bagian atas tabung tidak lebih dari 1,53 meter dari lantai. Untuk APAR yang lebih berat, pemasangan maksimal adalah 1,07 meter dari lantai agar mudah diakses dan diambil saat darurat.

3) Penempatan di Lokasi yang Mudah Diakses dan Terlihat APAR harus dipasang di lokasi yang mudah dilihat dan mudah dijangkau, seperti koridor, pintu keluar, area kerja, dan tempat yang memiliki potensi kebakaran tinggi. Lokasi APAR tidak boleh terhalang oleh benda atau penghalang lain yang dapat menghambat akses saat kebakaran.

4) Penyesuaian Berdasarkan Kelas Kebakaran

NFPA 10 mengatur penempatan APAR sesuai dengan jenis kebakaran:

a) Kelas A (bahan padat): jarak maksimal 22,9 meter.

b) Kelas B (bahan cair dan gas): jarak 9,1–15,25 meter sesuai tingkat bahaya.

c) Kelas C (kebakaran listrik): APAR harus berupa media non-konduktor dan ditempatkan dekat peralatan listrik.

d) Kelas D (logam mudah terbakar): jarak maksimal 22,9 meter dari area risiko.

(23)

20

e) Kelas K (minyak dan lemak dapur): jarak maksimal 9,1 meter dari area dapur.

5) Tanda dan Penandaan APAR

APAR harus diberi tanda yang jelas dan mudah terlihat dari jarak jauh, biasanya berupa segitiga merah dengan huruf putih dan panah penunjuk yang dipasang pada ketinggian sekitar 1,25 meter dari lantai.

6) Penentuan Jumlah APAR Sesuai Luas dan Risiko Area Jumlah APAR yang dipasang harus disesuaikan dengan luas area dan tingkat risiko kebakaran, sehingga setiap titik berbahaya memiliki akses APAR yang memadai.(NFPA, 2021)

B. Dasar Hukum Alat Pemadan Api Ringan (APAR)

Dasar hukum Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di Indonesia diatur melalui beberapa peraturan perundang-undangan dan standar yang wajib dipatuhi untuk menjamin keselamatan dan efektivitas penggunaannya. Berikut tinjauan umum mengenai dasar hukum APAR:

1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 4 Tahun 1980

Peraturan ini mengatur secara rinci tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan APAR. Dalam peraturan ini ditegaskan bahwa APAR harus dipasang di tempat yang mudah dilihat, mudah dijangkau, dan disertai tanda yang jelas. Jarak antar

(24)

21

APAR tidak boleh lebih dari 15 meter, dan tabung APAR harus berwarna merah. Peraturan ini menjadi pedoman utama dalam pengelolaan APAR di tempat kerja dan bangunan umum.

2. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

UU ini mewajibkan setiap kendaraan roda empat untuk dilengkapi dengan APAR sebagai fasilitas tanggap darurat. APAR yang digunakan harus mampu memadamkan kebakaran kelas A, B, dan C serta menggunakan bahan pemadam yang tidak beracun.

Ketentuan ini mulai berlaku sejak 30 Agustus 2021 dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Dirjen Perhubungan Darat Nomor KP.972/AJ.502/DRJD/202017.

3. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Standar SNI mengatur tata cara perencanaan, pemasangan, pengujian, dan penilaian APAR untuk memastikan alat tersebut memenuhi standar kualitas dan kemampuan pemadaman api.

Contohnya adalah SNI 03-3987-1995 tentang tata cara pemasangan APAR dan SNI 03-3988-1995 tentang pengujian kemampuan pemadaman APAR

(25)

22 BAB III

METODE PRAKTIKUM A. Lokasi dan Waktu

Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya pratikum penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebagai berikut:

1. Lokasi kegiatan praktikum berlangsung di sektar lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Praktikum I dilaksanakan pada hari Kamis, 17 April 2025 pada pukul 13.00-14.40 WITA.

B. Alat

Adapun bagian-bagian Apar yang dijelaskan pada saat pratikum sebagai berikut:

1. Safety pin 2. Nozzle 3. Valve 4. Handle 5. Pressure 6. Tabung/tube 7. Sabuk tabung 8. Hose

9. Hanger C. Prinsip kerja

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dirancang untuk memadamkan api pada tahap awal kebakaran dengan cara

(26)

23

menghilangkan salah satu atau lebih dari tiga elemen dalam segitiga api: panas, bahan bakar, dan oksigen. Prinsip kerja APAR bergantung pada jenis media pemadam yang digunakan.

1. APAR dengan Media Serbuk Kimia Kering (Dry Chemical Powder) APAR jenis ini menggunakan serbuk kimia kering, seperti monoammonium phosphate atau sodium bicarbonate, yang bekerja dengan cara mengganggu reaksi kimia dalam proses pembakaran serta membentuk lapisan yang mengisolasi bahan bakar dari oksigen. Serbuk ini efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A (bahan padat), B (cairan mudah terbakar), dan C (gas).

2. APAR dengan Media Karbon Dioksida (CO₂)

APAR ini menggunakan gas CO₂ yang bekerja dengan cara menggantikan oksigen di sekitar api dan menyerap panas, sehingga api dapat dipadamkan. CO₂ tidak meninggalkan residu, sehingga cocok untuk kebakaran yang melibatkan peralatan elektronik (kelas B dan C).

3. APAR dengan Media Air

APAR ini menggunakan air yang bekerja dengan cara menyerap panas dari api, sehingga menurunkan suhu dan memadamkan api.

Cocok untuk kebakaran kelas A, namun tidak disarankan untuk kelas B dan C karena dapat menyebarkan bahan bakar atau menghantarkan listrik.

4. APAR dengan Media Busa (Foam)

(27)

24

5. APAR ini menghasilkan busa yang menutupi permukaan bahan bakar, mencegah kontak dengan oksigen, dan mendinginkan area kebakaran. Efektif untuk kebakaran kelas A dan B.(Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, 1980)

D. Prosedur Kerja

Adapun Prosedur Kerja pada Praktikum I tentang Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sebagai berikut:

1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berisi dan dapat digunakan.

2. Tarik pin atau pegunci Alat Pemadam Api Ringan (APAR).

3. Sebelum masuk ke lokasi kebakaran tes terlebih dahulu dengan menekan sedikit tuasnya.

4. Berdirilah sesuai dengan arah angin untuk menghindari panasnya api.

5. Pegang selang Alat Pemadam Api Ringan (APAR), arahkan nozzle ke pangkal api, tekan tuas, sapukan ke kiri dan ke kanan secara berulang hingga api mati.

(28)

25 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Dari praktikum simulasi pemadaman kebakaran yang telah dilakukan dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis Dry Chemical Powder (Bubuk Kimia Kering) dengan berat 3Kg.

Pada bahan mudah terbakar sebagai sumber api bahan tersebut merupakan benda padat yang terdiri dari tumpukan daun kering, kertas, kardus, tisu bekas, dan ember plastik yang sudah rusak (Diklasifikasikan sebagai Api Kelas A). Indikator tekanan pada APAR menunjukkan area hijau, yang mengkonfirmasi bahwa APAR dalam kondisi penuh dan bertekanan normal. Pin pengaman APAR juga dipastikan terpasang dengan baik. Prosedur pemadaman dimulai dengan praktikan yang mendekati titik api dari jarak aman, yaitu antara 1,5 hingga 3 meter. Sebelum digunakan, APAR diperiksa kembali untuk memastikan kondisinya baik dan siap operasional. Pin pengaman kemudian ditarik, tuas APAR ditekan 1 kali dan nozzle diarahkan ke atas untuk menentukan arah angin terlebih dahulu, setelah mendapat arah angin praktikan mengambil posisi seusai arah angin praktikan menekan tuas dan terus mengarahkan nozzle dengan gerakan menyapu atau mengibas hingga api berhasil dipadamkan. Dalam simulasi ini, api berhasil dipadamkan dalam waktu 10 hingga 15 detik

(29)

26

penyemprotan. Setelah pemadaman, diamati bahwa terdapat residu serbuk merah muda yang signifikan di area sekitar bekas titik api.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah di temukan bahwa efektivitas penggunaan APAR jenis Dry Chemical Powder untuk memadamkan api dari material (Kelas A).

Efektivitas APAR dalam Memadamkan Api Kelas A

Simulasi menunjukkan bahwa APAR jenis Dry Chemical Powder efektif dalam memadamkan api yang bersumber dari bahan padat (tumpukan sampah kering). Waktu pemadaman yang relatif singkat, yaitu 10-15 detik, mengindikasikan bahwa serbuk kimia kering mampu dengan cepat mengisolasi oksigen dari bahan yang terbakar dan menghentikan reaksi pembakaran.

Prosedur Pemadaman yang Benar

Simulasi ini juga menekankan pentingnya prosedur pemadaman yang benar. Hal ini mencakup, Jarak aman saat mendekati api (1,5- 3 meter) untuk melindungi praktikan dari panas dan potensi bahaya lain, Pemeriksaan kondisi APAR sebelum penggunaan untuk memastikan kesiapan operasional, Pengarahan nozzle dengan mempertimbangkan arah angin untuk memaksimalkan efektivitas pemadaman dan menghindari percikan api atau asap yang mengarah ke praktikan, Teknik penyemprotan dengan gerakan

(30)

27

menyapu atau mengibas untuk memastikan seluruh area kebakaran tertutup oleh media pemadam.

(31)

28 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum I Alat Pemadam Api Ringan (APAR):

1. Jenis-jenis Alat Pemadam Api Ringan (APAR):

a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis water (air) b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis foam (busa) c. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis co2

d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) jenis dry powder (bubuk).

2. Bagian-bagian Alat Pemadam Api Ringan (APAR):

a. Tabung (tube) b. Pin

c. Handle

d. Sabuk selang e. Pressure f. Bracket/hanger g. Selang atau hose h. Valve

i. Nozzle

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan perangkat penting dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran

(32)

29

skala kecil. Berdasarkan jenis media pemadamnya, APAR dibagi menjadi beberapa jenis utama, yaitu APAR air (water), foam (busa), karbon dioksida (CO2), dan dry powder (bubuk kimia). Masing-masing jenis memiliki keunggulan dan keterbatasan sesuai dengan kelas kebakaran yang ditangani. APAR air efektif untuk kebakaran kelas A, foam dapat digunakan untuk kelas A dan B, CO2 cocok untuk kebakaran kelas B dan C, sedangkan dry powder bersifat serbaguna untuk kelas A, B, dan C.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat kami berikan dari laporan ini sebagai berikut:

1. Saran Untuk Fakultas

Saran kami sebagai praktikan kepada pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yaitu agar lebih memperhatikan seluruh kegiatan praktikum dan penyediaan alat praktikum tidak hanya untuk peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) saja tapi untuk semua jurusan yang ada di FKM UMI, agar meningkatkan hasil dari praktikum menjadi lebih maksimal.

(33)

30

DAFTAR PUSTAKA

Asvinia Ananta Zulatuva, Achmad Syafiuddin, & Bakhtiar, B. (2023). Re- Mapping dan Evaluasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR) di PT. X Mojoagung. SEHATMAS: Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 2(3), 586–597. https://doi.org/10.55123/sehatmas.v2i3.1918

Azizah, A., Wahyuni, I., & Jayanti, S. (2023). Tinjauan Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Dalam Implementasi Sistem Proteksi Kebakaran Aktif Di SMA Islam Hidayatullah Semarang. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 22(3), 145–152.

https://doi.org/10.14710/mkmi.22.3.145-152

Brawijaya, U. (2021). Standard Operating ProcedurePENGGUNAAN DAN PERAWATAN APAR(ALAT PEMADAM API RINGAN). 1–13.

https://ub.ac.id/wp-content/uploads/2021/10/3.-SOP-Penggunaan- dan-Perawatan-APAR-UB.pdf

Hasanah, S. (2020). Evaluasi Penerapan Sarana Alat Pemadam Api Ringan Di Cv. Anugerah Alam Abadi Kabupaten Bondowoso. In Repository.Unej.Ac.Id.

https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/104577

J. Wahyu Kusumosusanto. (2022). Buku Saku Petunjuk Proteksi Kebakaran. 4–5.

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi. (1980). Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Tentang Syarat-Syarat Pemasangan Dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan. Menteri Tenaga Kerja Dan

Transmigrasi, 1(1), 1–15.

https://temank3.kemnaker.go.id/public/media/files/20210725225505.p df

NFPA. (2021). NFPA 10 Standard for Portable Fire Extinguishers.

NFPA. (2022). Klasifikasi Kebakaran dan Jenis APAR Menurut NFPA 10:2022.

Rika Widianita, D. (2023). Evaluasi Jumlah dan Posisi APAR di Area Kantor

(34)

31

PT Pertamina Gas OEJA Berdasarkan Permenakertans No. 4 Tahun 1980 dan NFPA-10. AT-TAWASSUTH: Jurnal Ekonomi Islam, VIII(I), 1–19.

Saputra, S. T., & Arrafat, B. S. (2025). Pengembangan Sistem Otomatisasi Pengisian APAR : Inovasi Menuju Efisiensi dan Efektivitas. X(1).

Sari, F. B., & Ayuningtyas, E. (2020). Analisis Kebutuhan Pos Pemadam Kebakaran di Kabupaten Bekasi. Jurnal Ilmiah Plano Krisna, 15(1), 120–149.

Sofia, R. A., Ayu, R., & Farikhatul, R. (2024). EDUKASI DAN PELATIHAN CARA PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN ( APAR ). 6, 12271–12275.

Yulianto, S. (2023). Analisa Kinerja Alat Pemadam Api Ringan (Apar) Terhadap AS/NZS 1841: 2007. Ismetek, 15(1), 72–76.

http://ismetek.itbu.ac.id/index.php/jurnal/article/view/171

Referensi

Dokumen terkait

Melarutkan bubuk foam yang akan dipergunakan pada Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sesuai dengan prosedur yang berlaku. Memasukkan bahan pemadam ke

Selain keselamatan dan kesehatan kerja yang kurang diperhatikan oleh peserta didik, terdapat fasilitas alat pemadam api ringan (APAR) yang sudah rusak di salah satu

APAR adalah pemadam api ringan yang ringan, mudah dibawa/dipindahkan dan dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan api pada mula terjadi

Alat Pemadam Api Ringan (APAR) | Distributor / Agen / Toko / Penjual Alat Pemadam kebakaran murah | Refill (isi ulang) tabung Pemadam : Altek, Chubb, Gunnebo, Starvvo, Servvo,

Setelah selesai pelatihan, peserta mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran mula dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam

Prinsip Pemadaman dan Peralatan Pemadam Kebakaran Prinsip Pemadaman Kebakaran adalah suatu usaha untuk mematikan api/kebakaran dengan cara memisahkan/menghilangan salah satu unsur

Jawab : APAR atau alat pemadam api yang ringan adalah sebuah fire protection yang berfungsi untuk memadamkan api dan mengendalikan kebakaran dalam skala kecil yang terjadi saat situasi

Cipta Krida Bahari selama 3 bulan yaitu Safety Induction, Safety Patrol, Safety Talk, Training kebakaran, Checklist APAR Alat Pemadam Api Ringan, APAB Alat Pemadam Api Berat, dan