LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI
PENGAMATAN MORFOLOGY PARASIT YANG MENYEBABKAN GANGGUAN KULIT (ARTHROPODA DAN MIKOLOGY)
Nama : Davit Muhamad Khadafi Nim : 1810015005
Dosen Pembimbing : dr. Pangesti Dwi Ananingsih, SP.Park
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.
HAMKA 2023
1. Konsep Dasar
1. Pengertian Phylum Arthropoda
Istilah Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang berarti kaki. Arthropoda merupakan hewan tripoblastik selomata dan bilateral simetris. Tubuh Arthropoda terdiri dari kepala (cephal), dada (thorax), dan abdomen yang keseluruhan dibungkus oleh zat kitin dan kerangka luar (eksoskeleton).
Umumnya diantara ruas-ruas terdapat bagian yang tidak memiliki zat kitin sehingga ruas-ruas tersebut mudah untuk digerakkan. Di waktu tertentu kulit dan tubuh Arthropoda mengalami pergantian kulit (eksdisis).
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksinya.
Pengujian makroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau dengan indera. Fungsinya untuk mencari kekhususan morfologi ukuran dan warna dari simplisia yang diuji.
Pengujian mikroskopis, yaitu pengujian yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran tertentu yang disesuaikan dengan keperluan simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang, membujur atau berupa serbuk. Fungsinya untuk mengetahui unsur-unsur anatomi jaringan yang khas dari simplisia.
2. Tujuan Praktikum
• Mampu mengidentifikasi artropoda yang menyebabkan gangguan pada kulit berdasarkan morfologinya.
• Mampu mengidentifikasi jamur yang menginfeksi kulit secara langsung dan dengan menggunakan SDA.
3. Alat dan Bahan Alat :
• Skalpel
• Kaca objek
• Kaca penutup
• Ose
• Cawan petri
• KOH 10%
• Lacto-phenol cotton blue (LPCB)
• Aquades
• Cellopan tape
• Media biakan SDA
• Sampel kerokan kulit
4. Langkah Kerja
• Pengambilan spesimen kulit (kerokan kulit) kulit dengan skuama tebal:
1. Bersihkan lesi dengan kapas-alkohol 70%
2. Skalpel dibersihkan dengan alkohol untuk menghilangkan sisa spesimen yang melekat pada skalpel
3. Lakukanlah pengerokan kulit arah ke atas sehingga serpihan kulit akan tertampung pada skalpel.
4. Serpihan kulit ditempatkan pada kontainer steril (bila harus di kultur) atau wadah non-steril.
Kulit dengan skuama tipis:
1. Bersihkan Lesi dengan kapas-alkohol 70%
2. Siapkan cellophane tape dan dipotong dengan ukuran 3 - 5 cm (jangan melebihi kaca objek).
3. Ambil serpihan kulit dengan cara menempelkan cellophane tape pada lesi.
4. Letakkan cellopane tape yang berisi serpihan kulit pada kaca objek yang bersih.
•Pemeriksaan langsung:
1. Teteskan satu tetes KOH 10% diatas kaca objek
2. Panaskan ose sampai berwarna merah/boleh memakai ose disposable
3. Ose disentuhkan ke larutan KOH 10% kemudian sentuhkan pada spesimen kerokan kulit 4. Tutup dengan kaca penutup
5. Diamkan selama kurang lebih 15 menit atau dapat dilewatkan 2-3 kali di atas api untuk mempercepat lisis
6. Periksa di mikroskop dengan pembesaran 10 x kemudian pembesaran 40X
• Kultur kerokan kulit dengan menggunakan medium Sabaroud Dextrose Agar (SDA):
1. Kerokan kulit ditanam pada medium Sabouraud atau agar mikobiotik untuk menekan tumbuhnya jamur kontaminan.
2. Inkubasi pada suhu kamar selama 1-2 minggu sampai morfologi jamur dapat di identifikasi 3. Untuk kerokan kulit tinea versikolor gunakan agar Sabouraud plus olive oil karena jamur
penyebab yaitu Malasezzia spp bersifat lipofilik 4. Diamati morfologi koloni secara makroskopis
5. Diambil koloninya menggunakan ose dan diletakkan di atas kaca objek.
5. Hasil
Pediculus humanus egg
• Ukurannya 0,8 mm x 0,3 mm, lonjong dan biasanya berwarna kuning hingga putih.
• Telur kutu membutuhkan waktu sekitar 1 minggu untuk menetas (kisaran 6-9 hari), maka dari itu pengobatannya bisa diulang 1 minggu kemudian.
• Telurnya terletak paling banyak di bagian occipital dan retroaurikular.
Pediculus humanus male
• Merupakan ektoparasit pada manusia.
• Ukuran kecil sekitar 1-5 mm.
• Bentuk pipih dorsoventral dan tidak bersayap.
• Tipe mulut penusuk dan penghisap.
• Siklus hidup tidak sempurna
(metamorfosis tidak sempurna) yaitu telur larva-nimfa-dewasa.
• Laki-laki berukuran lebih kecil.
• Kakinya seperti capit.
• Hidup dengan menghisap darah di kulit.
Pediculus humanus female
• Merupakan ektoparasit manusia.
• Ukuran kecil 1-5 mm.
• Bentuk pipih dorsoventral dan tidak bersayap.
• Tipe mulut penusuk dan penghisap.
• Siklus hidup tidak sempurna
(metamorfosis tidak sempurna) yaitu telur-larva-nimfa-dewasa.
• Perempuan berukuran lebih Besar.
Ixoides (tick bites)
Berbentuk bulat atau oval, pipih dorso-ventral.
Tubuh terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen. Abdomen menyatu menjadi badan tunggal seperti kantong.
Bagian mulut terdiri dari hipostoma dan kelisera bergigi.
Dewasa punya 4 pasang kaki dan 3 pasang larva kaki.
Terdapat cosmopolitan.
Badannya ada yang keras dan lunak.
Bisa menyebabkan penyakit dermatitis dan tick paralysis.
Xenopsylla cheopis (oriental rat flae)
•Bentuk pipih laterolateral, ukuran kecil dan warna coklat.
•Memiliki muka miring dan kepala memanjang.
•Tubuhnya dilapisi kitin keras.
•Tidak bersayap, punya kaki yang bisa meloncat.
•Mempunyai mulut yang bersifat tusuk hisap.
•Metamorphosis tidak sempurna (telur- larva- nimfa-dewasa).
•Sering sebagai vector peyakit pes.
•Di dekat kepala terdapat seperti sisir (comb) dan clenochepalides canis memiliki comba lebih besar dibandingkan xenpsyla cheops.
Sacroptes scabies
Morfologinya berbentuk oval, seperti kantung.
Mempunyai 4 pasang kaki pendek, dimana pasangan kaki pertama dan kedua terpisah jauh dari pasangan ketiga dan keempat (2 pasang didepan, 2 pasang di belakang).
Kaki belakang berakhir menjadi bulu keras yang panjang (ambulacra).
Bagian mulut teridiri khelisera yg bergerigi, palpus (bibir) menjadi satu dengan hypostoma.
Tubuh punggung paralel melintang punggung, duri, dan rambut.
Fungi
Piedra – Black
• Terlihat pada batang rambut dan teraba kasar.
• Granular.
• Terdapat nodul yang keras.
• Berwarna hitam dan bisa tunggal atau multiple.
• Berukuran kecil.
• Nodul merekat erat pada batang rambut, sulit dilepas, bila disisir dengan logam maka akan terdengar bunyi geseran
Logam.
Tricophyton rubrum
• Dermatofita.
• Pada mikroskopi terdapat gambaran mikrodinia bentuk lonjong dan tersusun satu-satu sepanjang hyfa (enthryrse) dan yang berkelompok hanya sedikit (enggrape).
• Makrodia lonjong seperti pensil tidak khas (sedikit).
• Bentuknya seperti rubrum (merah).
• Permukaan velvety.
• Mempunyai hifa panjang dan mikrodenia terpisah-pisah.
Malasezia spp
•Nondermatofita.
•Bisa dilihat dengan pemeriksaan menggunakan KOH atau LPCD.
•Tampak spora berkelompok atau spora dan hifa pendek berkelompok.
•Pada mikroskopi terdapat gambaran spaghetti meatball.
Pemeriksaan Hasil
Hasil hanya memperlihatkan bagian epitel"
dari kulit yang dilakukan kerokan kulit, karena pada pasien kulit tidak adanya lesi yang disebabkan oleh jamur maupun arthropoda.
Menggunakan media SDA
Hasil pada media kultur SDA tidak adanya tanda pertumbuhan jamur sebab bagian kulitnya tidak ada lesi dari jamur.
DOKUMENTASI
REFERENSI https://www.britannica.com/animal/arthropod
https://dbclinic-com-sg.
buku mikologi Dr. Yani Suryani