Laporan Praktikum
Mata Kuliah Praktikum Proteksi tanaman Perangkap Hama
Dosen Pengampu: Titik Inayah, M.Si Disusun Oleh:
Yuka Sidharta Pratama 11210920000072
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1444 H/2023 M
Table of Contents
BAB I ... 3
1.1. Latar Belakang ... 3
1.2. Tujuan Praktikum ... 4
BAB II ... 5
BAB III ... 7
3.1. Tempat dan Waktu ... 7
3.2. Alat dan Bahan ... 7
3.3. Petunjuk Pelaksanaan... 7
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Proses budidaya tanaman memerlukan perlakuan khusus untk memperoleh hasil panen yang maksimal, karena tanaman budidaya rawan terhadap serangan hama dan penyakit. Mayoritas para petani dalam membasmi hama dan penyakit pada tanaman dengan cara kimiawi yaitu menggunakan pestisida. Kurangnya pengetahuan petani dalam menggunakan pestisida, tidak jarang sebagian petani menyalahgunakannya, seperti penggunaan pestisida melebih dosis yang dianjurkan sehingga akan memperburuk kondisi tanaman atau lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk mencegah hal iniyaitu dengan menerapkan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
PHT merupakan konsep pengendalian hama yang ramah lingkungan, yang berusaha mendorong berperannya musuh alami dan merupakan cara pengendalian non kimia lainnya. Jadi pada konsep ini pemakaian pestisida hanya digunakan apabila memang diperlukan, namun penggunaannya secara selektif. Perangkap hama menjadi salah satu alternatif penerapan pengendalian hama terpadu yang ramah lingkungan dan dapat mempertahankan musuh alami hama pengganggu. Adapun jenis-jenis perangkap yang dapat digunakan adalah:
1. Perangkap kuning. Jebakan ini didasari sifat serangga yang menyukai warna kuning mencolok. Penyebabnya warna kuning mirip warna kelopak bunga yang sedang mekar sempurna atau warna buah yang menjelang matang. Permukaannya dilumuri lem sehingga serangga yang hinggap bakal lengket sampai mati. Perangkap kuning ampuh memikat hama golongan aphid, kutu, dan tungau. Perangkap kuning juga dapat dijadikan indikator populasi hama di sekitarnya. Saat jumlah hama yang tertangkap perangkap melebihi ambang yang ditentukan, misalnya 50 individu kutu putih/hari, maka saat itu perlu dilakukan penanggulangan serius dengan pestisida kimia maupun biologis. Umumnya perangkap berbentuk
lembaran tripleks, fiber, atau karton tebal berukuran 15 x 15 cm2 dan dilumuri vaselin, oli, lem tikus, atau minyak jelantah dengan kepadatan 60—100 perangkap/ha.
2. Perangkap Feromon. Jebakan itu dibuat dengan memanfaatkan kebutuhan komunikasi serangga pengganggu tanaman. Komunikasi itu dilakukan dengan hormon bernama feromon yang berguna untuk menunjukkan adanya makanan, memikat pejantan, menandai jejak, membatasi wilayah teritorial, atau memisahkan kelas pekerja, tentara, dan ratu. Sekarang banyak digunakan feromon untuk menarik pasangan. Zat yang baunya mirip feromon betina—disebut bahan atraktan—dipasang pada perangkap yang ditempatkan di kebun. Serangga jantan akan tertarik akan masuk ke perangkap yang sudah diberi air atau lem.
1.2. Tujuan Praktikum
1. Mampu membuat perangkap hama dan teknik penggunaannya 2. Mengetahui cara kerja perangkap hama
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA
Pengendalian hama terpadu adalah pengendalian yang dilakukan untuk menekan penggunaan pestisida sintetik di pertanaman.
Pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara fisik, mekanik, pergiliran dan rotasi tanaman lebih bersifat ramah lingkungan.
Pemantauan hama di pertanaman penting dilakukan untuk menentukan upaya preventif pengendalian hama, antara lain dengan menggunakan perangkap likat kuning (yellow sticky trap). Serangga umumnya tertarik dengan cahaya, warna, aroma makanan atau bau tertentu, dimana warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti warna kuning cerah. Inilah yang menjadi dasar dibuatnya perangkap dengan menggunakan plastik/kertas berwarna kuning yang dilapisi dengan perekat agar hama tidak bisa terbang dan mati.
Alat perangkap hama tanaman biasanya terdiri dari komponen- komponen berikut:
1. Pemikat (Attractant): Merupakan substansi kimia yang menarik perhatian hama dan menariknya ke dalam perangkap. Pemikat dapat berupa feromon, zat kimia volatil, atau kombinasi bahan-bahan yang memancarkan aroma atau sinyal yang menarik bagi hama.
2. Perangkap (Trap): Merupakan struktur atau wadah yang dirancang untuk menangkap hama. Perangkap dapat berbentuk jebakan mekanis, jebakan lengket, atau jebakan elektronik yang menggunakan cahaya atau suara untuk menarik dan menangkap hama.
3. Wadah Pengumpul (Collector): Merupakan bagian dari perangkap yang berfungsi untuk menampung dan mengumpulkan hama yang tertarik dan tertangkap. Wadah pengumpul biasanya dapat dilepas atau diganti secara teratur untuk membuang atau menghitung jumlah hama yang berhasil ditangkap.
Alat perangkap hama tanaman dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman, seperti serangga penggerek, kutu daun, lalat buah, wereng, atau kutu putih. Keunggulan penggunaan alat perangkap hama tanaman antara lain:
- Pengurangan penggunaan pestisida kimia: Dengan menangkap dan mengendalikan hama secara fisik, alat perangkap dapat mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia yang berpotensi berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
- Pengendalian yang terarah: Alat perangkap memungkinkan pengendalian yang lebih terarah terhadap hama yang spesifik. Pemikat yang digunakan dalam perangkap dapat disesuaikan untuk menarik jenis hama tertentu, sehingga meminimalkan efek negatif pada hama yang tidak diinginkan atau predator alami.
- Monitoring populasi hama: Dengan memonitor populasi hama menggunakan alat perangkap, petani atau ahli hama dapat memantau perkembangan populasi hama dan mengambil tindakan pengendalian yang tepat pada waktu yang tepat.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Proteksi Tanaman dilaksanakan di Kebun Percobaan Program Studi Agribisnis
Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Praktikum ini dilaksanakan
pada pukul 07.30 hingga 10.00 WIB.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini sebagai berikut:
- 6 botol kosong - Lakban bening
- 3 lembar kertas bewarna kuning - Label - 6 buah kawat 15-20 cm - Gunting - Solder listrik - Spidol
- Tang - Kapas
- Kamera Hp - Jarum suntik - Air secukupnya
- Metilat lem secukupnya - 3 ml Feromon petrogenol
3.3. Petunjuk Pelaksanaan
Proses pembuatan perangkap perangkap kuning
1. Ukur kertas kuning sesuai dengan lingkaran botol, lalu digunting 2. Lubangi tutup botol
3. Masukkan kertas kuning yang telah dipotong kedalam botol 4. Oleskan lem pada permukaan botol secara merata
5. Ukur dan potong kawat sesuai kebutuhan
6. Pasang kawat pada tutup botol untuk menggantung botol di pohon 7. Gantungkan botol di pohon sasaran hama.