LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA I
PENGUJIAN DAYA TUMBUH (VIABILITAS)DAN KECEPATAN BERKECAMBAH
Disusun oleh : Nama : Annisa Fabila NIM : 2015009098
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam produksi pertanian, benih merupakan unsur yang sangat penting.
Meskipun unsur lain terpenuhi, namun apabila benih yang digunakan mutunya rendah, maka tidak dapat diharapkan hasilnya dapat tinggi. Benih bermutu tinggi merupakan benih berkualitas tinggi dari jenis yang unggul.Salah satu ciri benih yang berkualitas tinggi adalah mempunyai viabilitas dan vigor yang tinggi.
Viabilitas benih, dinyatakan dengan persentase perkecambahan.Persentase perkecambahan diperoleh dari jumlah/kumulatif benih yang berkecambah selama waktu tertentu yang terbatas, dikalikan dengan 100 %.
Viabiltas benih = jumlah benih yang berkecambah
jumlahbenih yang dikecambahkan x 100 %
Untuk mengekspresikan vigor benih, metode yang paling umum adalah dengan kecepatan berkecambahnya.Kecepatan berkecambah dapat dinyatakan dengan indeks vigor yang merefleksikan jumlah benih yang berkecambah pada interval satu hari setelah dikecambahkan.
V. I = G1
D1 + G2
D2
+…….+
GnDnV.I = Vigor indeks
G = Jumlah kecambah pada hari tertentu D = Waktu yang berkorelasi dengan jumlah itu C.G = 100(A1+A2+………..+An)
A1T1+A2T2+…………+AnTn C. G = Coefficient Germination
A = Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu T = Waktu yang berkorelasi dengan A
n = Jumlah hari perhitungan akhir 1.2 Tujuan
Membiasakan dengan konsep indeks matematis viabilitas dan vigor benih BAB II
DASAR TEORI
Pengujian daya tumbuh benih merupakan proses yang penting.Hal tersebut dilakukan untuk memberi jaminan kepada petani dan masyarakat untuk mendapatkan benih sesuai dengan Standar Nasional Indonesia(SNI).Selain itu,benih yang diuji bertujuan agar mendapatkan benih yang berkualitas tinggi.Benih yang baik akan menguntungkan bagi petani (Lesilolo dkk.,2013).
Kualitas benih yang baik memiliki daya tumbuh dan indeks vigor yang tinggi.Indeks vigor merupakan keserampakan benih dalam berkecambah.Indeks vigor yang tinggi dapat diperoleh dengan cara menjaga kondisi lingkungan saat penyimpanan.Perkecambahan dan pertumbuhan embrio merupakan proses penting pada tanaman untuk pertanian dan ekosistem alami (Morla et al.,2011).
Umumnya sebagai parameter untuk viabilias benih digunakan persentase perkecambahan, dimana perkecambahan harus cepat dan pertumbuhan kecambahnya kuat dan mencerminkan kekuatan perkecambahannya yang dinyatakan dengan laju perkecambahan.Persentase perkecambahan (germination percentage) menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan (Sutopo, 2002).
Laju perkecambahan (germination rate) dapat diukur dengan menghitung jumlah hari yang diperlukan untuk munculnya radikel atau plumula.Czabazor (1962, dalam Hartman dan Kester, 1968) menyatakan parameter lain, yang mencakup laju dan persentase perkecambahan yang disebut sebagai nilai perkecambahan.Untuk mendapatkan nilai perkecambahan, diperlukan suatu kurva perkecambahan yang diperoleh secara periodik dari munculnya radikel atau plumula.
BAB III
METODE PRAKTIKUM 2.1 Bahan
Benih, : kedelai, padi, jagung lama dan baru 2.2 Alat
a. Petridisik b. Kertas filter 2.3 Cara Kerja
a. Dua macam benih diambil (kedelai,padi,jagung) yang lama dan baru.
b. 100 benih masing-masing dikecambahkan dengan 4 ulangan pada media filter basah. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 7 hari.Benih yang berkecambang setiap hari dihitung.
c. Viabilitas dan indeks vigor dari masing-masing benih dengan menggunakan formula-formula tersebut.
Contoh benih
Pengamatan perkecambahan rata-rata dari 6 ulangan
Viabilita
s (%) V.I C.
G
1 2 3 4 5 6 7
Lama Baru
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA 3.1 Hasil
Padi Ulanga n
Pengamatan hari ke
Jumla
h Viabilita
s CG
Lam
a 1 2 3 4 5 6 7
1 0 0 3 8 17 6 0 34 68 % 20,9
8
2 0 0 17 15 3 3 0 38 76 % 26,3
8
3 0 0 12 15 8 1 4 40 80 % 23,5
4 0 0 3 6 19 6 0 34 68 % 20,7
3
5 0 0 0 15 18 0 6 39 78 % 20,3
1
6 0 0 0 20 12 7 0 39 78 % 21,4
3 Total 0 0 35 79 77 2
3 1 0
224
Baru 1 0 0 9 8 29 0 0 46 92 % 22,5
4
2 0 0 37 8 1 1 0 47 94 % 30,5
2
3 0 0 22 16 5 0 4 47 94 % 25,6
8
4 0 0 8 9 25 2 0 44 88 % 22,3
4
5 0 0 3 27 14 0 3 47 94 % 22,5
9
6 0 0 0 37 9 3 0 49 98 % 23,2
2 Total 0 0 79 10
5
83 6 7 280
Contoh perhitungan : Padi lama :
Ulangan ke-1 :
Viabilitas = Jumlah benih yang berkecambah
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100 % = 34
50 x 100 % = 68 %
CG = 100(A1+A2+………..+An) A1T1+A2T2+…………+AnTn = 100(0+0+3+8+17+6+0)
(1.0)+ (2.0)+(3.3)+(4.8)+ (5.17)+(6.6)+(7.0)
= 3400
162 = 20,98
Padi baru Ulangan ke-1 :
Viabilitas = Jumlah benih yang berkecambah
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100 % = 46
50 x 100 % = 92 %
CG = 100(A1+A2+………..+An) A1T1+A2T2+…………+AnTn = 100(0+0+9+8+29+0+0)
(1.0)+ (2.0)+(3.9)+(4.8)+ (5.29)+ (6.0)+(7.0)
= 4600
204 = 22,54 Jagun
g
Ulanga n
Pengamatan hari ke Jumla h
Viabilita
s CG
1 2 3 4 5 6 7
Lama 1 0 0 9 3 4 5 0 21 84 % 23,5
9
2 0 11 8 3 2 1 0 25 100 % 33,7
8
3 0 0 13 5 4 0 3 25 100 % 25
4 0 0 8 4 3 6 0 21 84 % 23,0
7
5 0 0 14 8 3 0 0 25 100 % 28,0
8
6 0 0 5 15 3 1 0 24 96 % 25
Baru 1 0 0 3 4 9 6 0 22 88 % 20,7
5
2 0 10 11 1 0 0 0 22 88 % 38,5
1
3 0 0 11 9 3 0 0 23 92 % 27,3
8
4 0 0 2 5 8 7 0 22 88 % 20,3
7
5 0 0 14 8 4 0 1 25 100 % 24,7
5
6 0 0 5 15 3 1 0 24 96 % 25
Contoh perhitungan : Jagung lama
Ulangan ke-1 :
Viabilitas = Jumlah benih yang berkecambah
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100 % = 21
25 x 100 % = 84 %
CG = 100(A1+A2+………..+An) A1T1+A2T2+……… …+AnTn = 100(0+0+9+3+4+5+0)
(1.0)+ (2.0)+(3.9)+(4.3)+ (5.4)+(6.5)+(7.0) = 23,59 Jagung baru
Ulangan ke-1 :
Viabilitas = Jumlah benih yang berkecambah
Jumlah benih yang dikecambahkan x 100 % = 22
25 x 100 %= 88 %
CG = 100(A1+A2+………..+An) A1T1+A2T2+…………+AnTn =
5.9+(6.6)+(7.0) (0.1)+(0.2)+(3.3)+ (4.4)+¿
100(0+0+3+4+9+6+0)
¿
= 20,75
Padi lama :
Faktor koreksi (FK) = (224)2
(2.6) = 50176
12 = 4181,33 Jumlah perlakuan = 2
Jumlah ulangan = 6
JK total = (02 + 02 + 32 + 82 + 172 + 62 + 02 + 02 + 02+ 172 +152 + 32 + 32 + 02 + 02+122+152+82+12+42+02+02+32+62+192+62+02+02+02+02+152+182+02+62+02+02+02+ 202+122+72+02+02 + 02+ 352 + 792 + 772 + 232 + 102 = 17024-4181,33 = 12842,67 JK perlakuan = (34)2+(38)2+(40)2+(34)2+(39)2+(39)2
6
-
FK=JK blok = (34 2 +38 2 +40 2 +34 2 +39 2 +39 2 ) – FK = 699,83-2090,67 = -1360,84 2
JK Kesalahan percobaan = JK total – JK blok – JK perlakuan =900,33-(-1360,84)- 318,16 = 1943,01
Tabel ANOVA Sumber
keragaman
Derajat bebas (db)
Jumlah kuadra t (JK)
Kuadrat
Tengah F hitung F 0,05 Probabilita s
Blok 6-1 =5
Perlakuan 2-1 =1 Kesalahan
percobaan Total
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA III
ANALISA KADAR AIR DAN KALIBRASI MOISTURE METER
Disusun oleh : Nama : Annisa Fabila NIM : 2015009098
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATATAMANSISWA YOGYAKARTA
2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kadar air merupakan salah satu komponen dari mutu benih. Kadar air memiliki peran yang sangat penting dalam penyimpanan benih. Kadar air benih dapat memacu proses penafasan (respirasi) sehingga dapat meningkatkan proses perombakan cadangan makanan pada saat diperlukan/berkecambah. Kadar air benih harus diketahui baik untuk tujuan pengolahan maupun untuk penyimpanan benih.
Penentuan kadar air benih dari suatu kelompok benih sangat penting untuk dilakukan, karena laju kemunduran suatu benih dipengaruhi oleh kadar airnya (Sutopo,1984). Kadar air optimum dalam penyimpanan bagi sebagian besar benih adalah antara 6-8 %. Kadar air yang terlalu tinggi dapat menyebabkan benih berkecambah sebelum ditanam. Sedangkan dalam penyimpanan menyebabkan naiknya aktivitas respirasi sehingga dapat menguras habis cadangan makanan di dalam benih. Selain itu, juga merangsang perkembangan cendawan patogen di dalam tempat penyimpanan sehingga pengujian kadar air menjadi sangat penting dilakukan khususnya dalam dunia pertanian dan benih untuk tujuan penanaman karena di dalam prakteknya kualitas benih baik viabilitas dan vigor benih juga ditentukan oleh adanya kandungan air di dalam benih.
1.2 Tujuan
Mengetahui metode penentuan kadar air dengan secara langsung (oven) maupun secara tidak langsung (moisture meter).
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kadar Air Benih
Kadar air benih adalah hilangnya berat air ketika benih dikeringkan, dan dinyatakan sebagai persentase dari berat awal contoh benih. Metode pengukuran kadar air yang diterapkan dirancang untuk mengurangi oksidasi, dekomposisi atau hilangnya zat yang mudah menguap bersamaan dengan pengurangan kelembapan sebanyak mungkin (ISTA, 2010). Ada dua metode penetapan kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung dan tidak langsung. Metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran kadar air adalah metode langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih, dengan cara menggunakan oven suhu konstan.
Penetapan kadar air dengan menggunakan oven dapat menggunakan suhu rendah konstan 103 °C selama ± 17 jam dan suhu tinggi konstan 130 °C selama 4 jam untuk jagung, 2 jam untuk serealia, dan 1 jam untuk tanaman lainnya. Suhu yang digunakan tergantung dari jenis tanamannya. ISTA menetapkan pengujian kadar air benih padi dengan suhu tinggi konstan selama 2 jam (ISTA 2010).
Tujuan penetapan kadar air benih sebelum disimpan dan untuk menetapkan kadar air yang tepat selama penyimpanan dalam rangka mempertahankan viabilitas benih tersebut (Anonim1,2009).
2.2 Benih Ortodoks dan Rekalsitrans
Berdasarkan responnya terhadap perubahan kadar air, biji tanaman digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu biji ortodoks dan rekalsitran. Biji kelompok ortodoks diciri-cirikan oleh sifatnya yang dapat dikeringkan tanpa mengalami kerusakan. Viabilitas biji ortodoks tidak mengalami penurunan di bawah 20 % sehingga biji tipe ini dapat disimpan pada kadar air yang rendah. Contoh biji kelompok ini antara lain Glysine max (kedelai), Vitis vinifera (anggur), Capsicum annum (cabai) (Anonim2, 2009).
Biji rekalsitran adalah biji yang memiliki ciri-ciri hanya mampu hidup dalam kadar air tinggi (36-90%). Penurunan kadar air pada biji tipe ini akan berakibat penurunan viabilitas biji hingga kematian, sehingga biji tipe rekalsitrans tidak dapat disimpan pada kadar air yang rendah. Contoh biji kelompok ini antara lain Durio zibethinus (durian), Theobroma cacao (kakao), Sorea acuminata (meranti),dll.
2.3 Macam Metode Pengukuran Uji Kadar Air Benih
Metode yang digunakan untuk mengukur uji kadar air benih antara lain dengan metode konvensional (menggunakan oven) dan automatic (dengan menggunakan Balance Moisture Tester Ohaus MB 45). Pada metode pengukuran air benih secara langsung, kadar air benih secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dalam benih dan disebut metode oven, sedangkan pengukuran kadar air secara tidak langsung kadar air diukur tanpa mengeluarkan air dari benih, tetapi dengan menggunakan hambatan listrik dalam benih yang kemudian dikorelasikan dengan kadar air yang biasanya adalah Moisture tester (Tim Teknologi Benih Jurusan BDP,2012).
2.4 Manfaat Pengujian Kadar Air Benih bagi Pertanian
Beberapa keuntungan dari pengujian kadar air benih di bidang pertanian adalah mengetahui seberapa besar kandungan air yang terkandung di dalam benih tersebut. Pengujian kadar air tidak lepas dari kualitas perkecambahan, viabilitas dan vigor benih saat perkecambahan.
BAB III
METODE PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan
a. Biji kedelai
b. Oven
c. Timbangan analitik d. Moisture meter 3.2 Cara Kerja
a. Benih kedelai ditimbang
b. Benih dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1050C selama kurang lebih 16 jam.
c. Benih yang sudah dioven didinginkan kemudian ditimbang.
d. Didinginkan di dalam eksikator kemudian ditimbang.
e. Benih dimasukkan kembali ke dalam oven, didinginkan dan ditimbang.
f. Diulangi hingga berat kering menjadi konstan.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA 4.1 Hasil (Benih Kedelai) :
Metode Ulangan Jumlah
1 2 3 4 5 Moisture tester
(%) 11,2 10,8 10,22 9,8 13,8 55,82
Oven (%) 10,82 13,3 8,8 8,6 15,23 48,15
Total 103,97
4.2 Analisa Data Kadar air
Jumlah perlakuan = 2 Jumlah ulangan = 5
Faktor koreksi (FK) = (103,97)2
2x5 = 10809,76
10 = 1080,976
JK total = (11,2)2 + (10,8)2 + (10,22)2 + (9,8)2+(13,8)2 + (10,82)2 + (13,3)2+ (8,8)2 + (8,6)2 + (15,23)2 = 125,44 + 116,64 + 104,4484 + 96,04 + 190,44 + 117,0724 + 176,89 + 77,44 + 73,96 + 231,9529 = 1310,324 – FK = 1310,324-1080,976= 229,348
JK perlakuan = (55,82)2
Ulangan
– -
FK = 3115,8725 - 311,5872 = 623,1745-311,5872
= 311,5873
JK Galat = JK total- JK Perlakuan
= 998,7365-311,5873 = 687,1492 derajatbebasperlakuan =Perlakuan -1 = 2-1 = 1 derajatbebasgalat = Perlakuan x (Ulangan-1) = 2 x (5-1) = 8
derajatbebas total = (Perlakuan x ulangan) – 1 = ( 2 x 5 ) – 1 = 9
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTp) = JK Perlakuan Perlakuan−1 = 311,5873
2−1 = 311,5873
Kuadrat Tengah Galat (KTg) = JK Galat
Perlakuan(ulangan−1) = 687,1492
2(5−1) = 85,894 F hitung = KTp
KTg = 311,5873
85,894 = 3,627 Tabel Sidik Ragam :
SidikRagam Db JK KT
F hitung Ftabel
0,05 0,01
Perlakuan 1 311,5873 311,5873 3,627
5,317 11,258
Galat 8 687,1492 85,894
Total 9 998,7365
Dari hasil diperoleh nilai F tabel (5%) > F hitungmakakadar air denganmetode moisture meter tidak berpengaruh nyata.
Kadar air dengan oven : Jumlah perlakuan = 2 Jumlah ulangan = 5
Faktor Koreksi (FK) = (48,15)2
2x5 = 2318,423
10 = 231,8423
JK total = (11,2)2 + (10,8)2 + (10,22)2 + (9,8)2+(13,8)2 + (10,82)2 + (13,3)2+
(8,8)2 +(8,6)2 + (15,23)2 = 125,44 + 116,64 + 104,4484 + 96,04 + 190,44+ 117,0724 + 176,89 + 77,44 + 73,96 + 231,9529 = 1310,324 – FK = 1310,324 - 311,5872 = 998,7365
JK Perlakuan = (48,15)2
Ulangan - FK = 2318,423
5 - 231,8423
= 463,4865 – 231,8423
= 231,8423
JK Galat = JK Total-JK Perlakuan = 998,7365-231,8423 = 766,8943
derajat bebas perlakuan = Perlakuan-1= 2-1 = 1 derajat bebas galat = Perlakuan (Ulangan-1) = 2 x (5-1) = 8
derajat bebas total = (Perlakuan x ulangan) – 1 = ( 2 x 5 ) – 1 = 9
Kuadrat Tengah Perlakuan (KTp) = JK Perlakuan Perlakuan−1 = 2318,423
2−1 = 2318,423 Kuadrat Tengah Galat (KTg) = JK Galat
Perlakuan(ulangan−1)
= 766,8943
2(5−1) = 95,86178 F hitung = KTp
KTg = 2318,423
95,86178 = 24,185 TabelSidikRagam
Sidik
Ragam db JK KT
F hitung Ftabel
0,05 0,01
Perlakuan 1 231,8423 231,8423 24,185
5,317 11,258
Galat 8 766,8943 95,86178
Total 9 998,7365
Dari hasil diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (5 %) sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air dengan metode oven ada pengaruh nyata.
BAB IV PEMBAHASAN
Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu palawija yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai gizinya yang tinggi, sehingga diperlukan cara-cara untuk meningkatkan produktivitas kedelai antara lain dengan pengadaan benih.
Benih merupakan sarana produksi sehingga benih yang bermutu merupakan salah satu faktor agar produktvitas kedelai dapat meningkat. Uji kadar air kedelai merupakan bagaimana cara mengukur kadar air kedelai sehingga dapat menjadi ukuran hasil yang tepat dan tidak boleh dilakukan pada batas antara 30-40 %.
Pengujian kadar air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode langsung ( menggunakan oven) dan metode tidak langsung (dengan moisture tester).
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA IV
UJI KUALITAS BENIH
Disusun oleh : Nama : Annisa Fabila NIM : 2015009098
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat-sifat yang dimiliki antar varietas tanaman tidaklah sama. Sifat-sifat tanaman pewarisannya dapat dibedakan menjadi :
a. Sifat kualitatif, cirinya antara lain : biasanya dikendalikan oleh gen tunggal, kelas fenotipenya berbeda jelas (ragam tidak kontinyu).
b. Sifat kuantitatif, cirinya antara lain : biasanya dikendalikan oleh gen ganda, kelas fenotipenya berderajat, membentuk spektrum, sering kali membentuk kurval normal (ragam kontinyu).
Berat 1000 butir termasuk kualitas tanaman, merupakan sifat genetik sehingga setiap varietas mempunyai berat 100 butir biji tertentu.Sifat ini diwariskan dari tetua kepada turunannya (bersifat tetap), sehingga berat 1000 butir biji dapat digunakan sebagai salah satu ciri suatu varietas.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui berat 1000 butir biji dari varietas tanaman yang berbeda.
BAB II DASAR TEORI
Benih merupakan biji tanaman yang digunakan untuk tujuan pertanaman.
Pada budidaya tanaman pangan utama yang merupakan tanaman serealia, benih sebagai penyambung kehidupan tanaman sangatlah penting. Oleh karena itu mutu benih harus diketahui sebelum petani menanam, untuk mencegah kegagalan petani (Bewley and Black, 1978).
Mutu benih meliputi mutu fisik yang ditunjukkan dengan adanya benih murni (masih utuh atau pecah hampir lebih dari 50%). Mutu genetik ditunjukkan dengan adanya campuran varietas lain atau tidak. Mutu fisiologi ditunjukkan dengan nilai kadar air dan daya tumbuh(sesuai dengan standar benih bermutu).Mutu patologi ditunjukkan dengan kesehatan benih(Nurussintani dkk.,2013).
Proses perkecambahan benih merupakan kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia, dan yang menjadi faktor-faktornya antara lain : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan.
Benih dapat berkecambah apabila dalam keadaan sehat atau terbebas dari pathogen yang berupa bakteri, virus, kotoran, dan lain – lain. Dengan kata lain benih tersebut dalam kondisi optimum. Informasi tentang daya kecambah benih itu sendiri yang ditentukan di laboratorium adalah kondisi yang optimum karena keadaan yang suboptimum dapat mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya. (Sutopo,2002 ).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan :
Benih padi, jagung atau kedelai, timbangan 3.2 Prosedur Kerja
Ada tiga cara penimbangan yaitu :
a. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 100 butir dan ditimbang.
b. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 200 butir dan ditimbang.
c. Mengambil 5 sampel benih, masing-masing sebanyak 1000 butir dan ditimbang.
3.3 Pengamatan dan Perhitungan
a. Menghitung rata-rata berat 100 butir (4 ulangan).
b. Menghitung rata-rata berat 25 butir (untuk 100 butir) dalam 4 ulangan.
c. Menghtitung standar deviasi untuk masing-masing penimbangan.
Contoh perhitungan untuk cara b : Contoh :
No Tanaman Nama Varietas Berat 1000 butir biji (gram)
1. Padi sawah IR 64 27
Rojolele 32
Fatmawati 29
2. Padi gogo Sentani 24-25
Gajah Mungkur 36
3. Padi pasang surut Martapura 21
Lambur 28
4. Padi hibrida Intani 2 23,7-28,8
Hibrindo –R 2 24-32
5. Jagung komposit Abimanyu ± 208
Bisma ± 307
6. Jagung hibrida Bisi-8 290
C 9 330
P 17 306
7. Kedelai Galunggung ± 125
Lokon 165-170
Mahameru 537
8. Kacang tanah Gajah 492
Kancil 350-400
9. Kacang hijau Nomor 129 65
Merak ± 78
Manyar ± 46
Sifat berat 1000 biji dalam budidaya tanaman dapat digunakan untuk memperkirakan benih yang harus disiapkan untuk luas lahan tertentu, dengan memperhitungkan pula viabilitasnya dan jarak tanam yang digunakan.Semakin rendah viabilitasnya, semakin banyak benih yang harus disiapkan.
BAB IV
HASIL DAN ANALISA DATA 100 butir (4 ulangan)
Ulangan Berat 100 butir (gram) Simpangan (s) s2
1 17 0,09 0,0081
2 17,9 0,59 0,35
3 16,7 -0,21 0,044
4 16,42 -0,49 0,24
Jumlah 67,62 gram -0,04 0,6421
Rata-rata = 17gram+17,5gram+16,7gram+16,42gram
4 = 67,62gram
4 =
16,91 gram
Salah baku =
√
ul(ul−1)s2 =√
4(0,64214−1) =√
0,0535=¿ 0,231Jadi kisaran rata-rata berat 100 butir biji kedelai = 16,91 ± 0,231 gram 25 butir (4 ulangan)
Ulangan Berat 25 butir (gram)
Berat 100 butir (gram)
Simpangan
(s) s2
1 4,42 17,68 0,29 0,084
2 4,1 16,4 -0,99 0,98
3 4,17 16,68 -0,71 0,504
4 4,7 18,8 1,41 1,99
Jumlah 17,39 69,56 0 3,558
Contoh perhitungan :
Berat 100 butir (25 butir) = 100
25 x 4,41 gram = 17,68 gram Rata-rata ¿17,68gram+16,4gram+16,68gram+18,8gram
4
=
69,564gram=¿17,39 gra m
Salah baku =
√
ul(ul−1)s2 =√
4(3,5584−1) =√
0,2965 = 0,544Jadi kisaran rata-rata berat 100 butir biji kedelai (25 butir) = 17,39 ± 0,544 gram
BAB V PEMBAHASAN
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH ACARA II
UJI KEKUATAN TUMBUH (VIGOR TEST)
Disusun oleh : Nama : Annisa Fabila NIM : 2015009098
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA
2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Vigor merupakan suatu kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal.Ekspresi vigor benih dapat diketahui dari perkecambahan benih yang meliputi kecepatan berkecambah dan laju pertumbuhan, pertumbuhan dan hasil tanaman di lapangan.
Vigor, dalam kaitannya dengan viabilitas, cenderung selalu turun setelah masak fisiologis, tetapi penurunan vigor lebih cepat daripada viabilitas. Apabila vigor dan viabilitas tinggi, pertumbuhan akan seragam. Apabila vigor maupun viabiltas rendah, maka pertumbuhan tidak seragam. Apabila vigor maupun viabilitas rendah, pertumbuhan akan lambat, tidak seragam, dan dapat terjadi persaingan yang ketat antar tanaman.
Pengujian vigor dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain : a) Accelerate aging test
b) Tetrazolium test c) Brick graved test d) Paper piercing test
Pengujian yang dilakukan dalam pelaksanan praktikum adalah cara (c ) dan (d ).
Brick graved test merupakan pengujian untuk menunjukkan adanya infeksi oleh patogen, disamping untuk mengevaluasi vigor benih. Caranya dengan menggunakan pecahan bata merah yang dibasahi air.
Paper piercing test, merupakan pengujian untuk mengevaluasi vigor benih dengan menggunakan kertas khusus dimana bibit harus mampu menembus kertas ini.
1.2 Tujuan
Mengetahui kecepatan berkecambah suatu benih dan menguji daya tumbuh benih pada berbagai media tanam.
BAB II DASAR TEORI
Secara umum, vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal.Vigor dipisahkan antara vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda, sedangkan vigor fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang sama (Sutopo, 2002).
Vigor fisiologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh akar (pada Red Brick Test yang digunakan untuk ketahanan terhadap kekeringan), dari plumula atau koleoptilnya (pada Deep Soil Test terhadap kedalaman tanam). Ketahanan terhadap serangan penyakit (Corn Cold Test terhadap serangan Pythium sp), warna kotiledon dalam efeknya terhadap Tetrazolium test). Vigor dapat dibedakan atas (Sadjad, 1999)
a) Vigor benih b) Vigor kecambah c) Vigor bibit d) Vigor tanaman
Vigor benih harus relevan terhadap tingkat produksi, artinya benih yang memiliki vigor tinggi dapat dicapai pula produksi yang tinggi. Pada umumnya, pengujian vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit, sehingga digunakan kaidah korelasi, antara lain dengan mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Sutopo,2002).
Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : a) Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan kultivar lainnya.
b) Fisiologis
DAFTAR PUSTAKA
Bewley, J. D., and M. Black. 1978. Physiology and Biochemistry of Seeds. Springer- Verlag : New York.
Lesilolo,M.K.,J.Riry,dan E.A.Matatula.2013.Pengujian viabilitas dan vigor benih beberapa jenis tanaman di Pasaran Kota Ambon.Agrologia 2: 1-9.
Morla,S.,C.S.V.Ramachandra Rao,R.Chakrapani.2011.Factors affecting seed germination and seedling growth of tomato plants cultured in vitro conditions.Journal of Chemical,Biological and Physical Sciences 1: 328-334.
Nurussintani,W.,Damanhuri,dan Sri Lestari P.2013.Perlakuan pematahan dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah(Arachis hypogaea).Jurnal Produksi Tanaman 1: 86-93.
Rejesus, B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Product, Bogor.
Sadjad, Sjamsoe’oed. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Grasindo. Jakarta.
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta.