• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN

N/A
N/A
Muhammad Faris Muhammad

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

1 Universitas Sriwijaya

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN

Kelompok 2A

Muhammad Faris Septian 05061182227003

Utari Oktaviani 05061282227015

M. Nauval Calandra 05061282227025

Fradita Aulia 05061282227033

Putri Dwi Wahyuni 05061382227060

Indriyani 05061182227076

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2023

(2)

ii Universitas Sriwijaya

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Kelulusan Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan

Kelompok 2A

Muhammad Faris Septian 05061182227003

Utari Oktaviani 05061282227015

M. Nauval Calandra 05061282227025

Fradita Aulia 05061282227033

Putri Dwi Wahyuni 05061382227060

Indriyani 05061182227076

Indralaya, April 2023

Mengetahui,

Asisten 1 Asisten II

Chania Angela Zamri NIM. 05061182025009

Ryansyah Halizar NIM. 05061282025021

Dosen Koordinator Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan

Puspa Ayu Pitayati, S.PI., M.SI NIP. 198604122019032011

(3)

iii Universitas Sriwijaya

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tetap Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan.

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat untuk dapat lulus pada Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan di Universitas Sriwijaya. Selesainya laporan tetap ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayah, ibu, kakak dan keluarga yang telah membantu baik berupa materi maupun spiritual dan tak lupa kepada kakak-kakak asisten yang senantiasa membimbing penulis baik dalam praktikum dan dalam penyusunan laporan ini.

Penulis mohon maaf atas segala kekhilafan yang telah penulis lakukan baik ketika praktikum maupun dalam penulisan laporan ini sehingga kurang berkenan dihati dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan, bermanfaat bagi semua pihak.

Indralaya, Mei 2023

Kelompok 2A

(4)

iv Universitas Sriwijaya Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

STERILISASI BAHAN DAN PERALATAN BAB 1 PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Tujuan ...2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...3

2.1. Sterilisasi ...3

2.2. Jenis-Jenis Sterilisasi ...4

2.3. Faktor Yang Mempengaruhi Sterilisasi ...5

2.4. Bunsen ...6

2.5. Autoklaf ...7

BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...8

3.1. Waktu dan Tempat ...8

3.2. Alat dan Bahan ...8

3.3. Prosedur Kerja ...8

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...9

4.1. Hasil ...9

4.2. Pembahasan ...10

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...11

5.1. Kesimpulan ...11

5.2. Saran ...11

PEMBUATAN MEDIA PDA (POTATO DEXTROSE AGAR) DAN TSA (TRYPIC SOY AGAR) BAB 1 PENDAHULUAN ...12

1.1. Latar Belakang ...12

1.2. Tujuan ...13

(5)

v Universitas Sriwijaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...14

2.1. Mikroorganisme ...14

2.2. Kapang ...15

2.3. Bakteri ...16

2.4. Potato Dextrose Agar ...17

2.5. Tryptic Soy Agar ...18

BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...19

3.1. Waktu dan Tempat ...19

3.2. Alat dan Bahan ...19

3.3. Prosedur Kerja ...19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...21

4.1. Hasil ...21

4.2. Pembahasan ...22

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...23

5.1. Kesimpulan ...23

5.2. Saran ...23

PENGENCERAN BAB 1 PENDAHULUAN ...24

1.1. Latar Belakang ...24

1.2. Tujuan ...25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...26

2.1. Larutan ...26

2.2. Larutan Pengenceran ...27

2.3. Molaritas ...28

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konseptrasi Larutan ...29

BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...30

3.1. Waktu dan Tempat ...30

3.2. Alat dan Bahan ...30

3.3. Prosedur Kerja ...30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...32

4.1. Hasil ...32

4.2. Pembahasan ...33

(6)

vi Universitas Sriwijaya

5.1. Kesimpulan ...34

5.2. Saran ...34

METODE HITUNG CAWAN BAB 1 PENDAHULUAN ...35

1.1. Latar Belakang ...35

1.2. Tujuan ...36

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...37

2.1. Metode Hitung Cawan ...37

2.2. Jenis-Jenis Metode Hitung Cawan ...38

2.3. Pour Plate ...39

2.4. Spread Plate ...40

2.5. Inokulasi ...41

2.6. Inkubator ...42

2.7. Air Comberan ...43

BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...44

3.1. Waktu dan Tempat ...44

3.2. Alat dan Bahan ...44

3.3. Prosedur Kerja ...44

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...45

4.1. Hasil ...45

4.2. Pembahasan ...46

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...47

5.1. Kesimpulan ...47

5.2. Saran ...47

METODE MOST PROBLABLE NUMBER (MPN) BAB 1 PENDAHULUAN ...48

1.1. Latar Belakang ...48

1.2. Tujuan ...49

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...50

2.1. Coliform ...50

2.2. Lactosa Broth ...51

(7)

vii Universitas Sriwijaya

2.3. Nutrient Broth ...52

2.4. Bakteri ...53

2.5. Tabung Durham ...54

BAB 3 PELAKSANAAN PRAKTIKUM ...55

3.1. Waktu dan Tempat ...55

3.2. Alat dan Bahan ...55

3.3. Prosedur Kerja ...55

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ...56

4.1. Hasil ...56

4.2. Pembahasan ...57

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...58

5.1. Kesimpulan ...58

5.2. Saran ...58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN GAMBAR

LAMPIRANPERHITUNGAN TUGAS

LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS

(8)

viii Universitas Sriwijaya Halaman

Tabel 1. Hasil Praktikum Sterilisasi Bahan dan Peralatan ... 9

Tabel 2. Hasil Praktikum Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan TSA (Trypic Soy Agar) ... 21

Tabel 3. Hasil Praktikum Pengenceran ... 32

Tabel 4. Hasil Praktikum Metode Hitung Cawan ... 45

Tabel 5. Hasil Praktikum Metode Most Probable Number (MPN) ...56

(9)

ix Universitas Sriwijaya

STERILISASI BAHAN DAN PERALATAN

(10)

1 Universitas Sriwijaya

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan setiap benda atau substansi dari semua kehidupan dalam bentuk apapun itu. Tujuan mikrobiologi dalam usaha mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat juga dimatikan setempat oleh panas, gas-gas misalnya seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton oleh bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar lembayung ultra atau sinar gamma. Sterilisasi secara mekanik dengan menggunakan saringan berpori yang sangat kecil. Mikroorganisme dapat disingkirkan secara mekanik oleh sentrifugasi kecepatan tinggi atau oleh filtrasi. Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat atau di dalam suatu benda.

Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan pada mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama pada mikroorganisme yang disebut juga dengan sterilisasi (Curtis, 1999).

Sterilisasi merupakan proses yang digunakan untuk mematikan semua mikroorganisme atau mikroba yang hidup. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri.

Proses sterilisasi lain juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan.

Dengan cara ini larutan dibebaskan dari semua organismehidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya (0,45 atau 0,22um) sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya sedangkan filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Contoh bahan yang bisa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri, medium sintetik tertentu dan antibiotik (Fardiaz, 1992).

(11)

2 Universitas Sriwijaya Metode sterilisasi terbagi menjadi tiga, sterilisasi secara mekanik, fisika, dan kimiawi. Salah satunya yaitu metode mekanik, sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik.Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (Dhadhang, 2013).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Sterilisasi Bahan dan Peralatan adalah untuk mengetahui metode sterilisasi dan penerapannya di laboratorium mikrobiologi.

(12)

3 Universitas Sriwijaya

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sterilisasi

Sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk membebaskan alat atau bahan dari kontaminasi berbagai macam bentuk kehidupan organisme. Salah satu cara untuk mengontrol mikroba dan menghambat pertumbuhan mikroba adalah dengan melakukan sterilisasi. Hal ini berguna juga untuk menjaga benda atau peralatan yang berada di laboratorium tetap bersih dan steril serta mencegah terjadinya kontaminasi. Peralatan laboratorium yang akan disterilisasi memerlukan bahan pengemas. Kemasan ini berguna untuk melindungi alat dari kerusakan dan menghindari mikroba masuk ke alat tersebut. Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan proses dengan metode tertentu dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme sterilisasi cukup banyak. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metode sterilisasi, hendak tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi (Raudah, 2017).

Alat laboratorium yang dapat di sterilkan juga bermacam-macam salah satunya yaitu cawan petri yang menggunakan metode fisika. Teknik yang sangat sering digunakan dalam sterilisasi alat terbagi menjadi tiga cara sterilisasi yaitu secara fisika, secara mekanik dan secara kimiawi. Sterilisasi secara fisika yaitu dengan cara pemanasan dan penyinaran. Terdapat empat macam sterilisasi dengan pemanasan yaitu pemijaran api, panas kering, uap panas, dan uap panas bertekanan.

Sterilisasi dengan cara kimia biasanya menugunakan bahan kimia seperti alkohol, fenol, peroksida, dan yang lain-lain. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan atau tidak dapat melewati saringan tersebut.

Sterilisasi ini digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan misalnya larutan enzim, antibiotik dan lainnya, yang biasanya menggunakan alat saringan atau fillter. Sistem kerja pada fillter, seperti pada saringan lain yaitu melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba atau lainnya) (Suriawiria, 1986).

(13)

4 Universitas Sriwijaya 2.2. Jenis-Jenis Sterilisasi

Sterilisasi Alat merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk merubah pada awalnya pencatatan alat rumah sakit dilakukan secara manual menjadi berbasis komputer dengan tujuan memberikan laporan yang akurat, relevan, tepat waktu dan lengkap. Metode pengembangan sistem dengan Prototipe. Sterilisasi adalah pemusnahan atau pengeliminasian semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri, yang sangat resisten. Virus dan bakteri dari tangan manusia saat proses sterilisasi serta pengaruh udara bebas atau proses sterilisasi yang kurang optimal menyebabkan alat kedokteran kurang steril. Sterilisasi dalam bidang mikrobiologi merupakan suatu upaya atau metode yang bertujuan untuk membebaskan alat atau bahan dari kontaminasi berbagai macam bentuk kehidupan organisme. Sterilisasi kimia merupakan proses sterilisasi dengan cara perendaman alat kedokteran gigi dalam larutan kimia. Larutan kima yang biasanya digunakan untuk sterilisasi kimia alat kedokteran gigi adalah larutan klorin. Larutan daun sukun memiliki efek antimikroba karena mengandung senyawa flavonoid yang berkhasiat sebagai antibakteri dan antioksidan. Sterilisasi yang dapat digunakan antara lain adalah sterilisasi air panas (merebus) dan sterilisasi kimia (sabun cair). Sterilisasi air panas (merebus) mampu mematikan bakteri E. coli dengan cara mendenaturasi protein bakteri. Sterilisasi kimia mampu mematikan bakteri Escherichia coli (Iwan, 2001).

Sterilisasi fisik merupakan proses sterilisasi dilakukan pada suhu lebih dari 100 derajat celcius yang bertujuan memusnahkan mikroorganisme patogen dan pembusuk pada makanan, sehingga dapat memperpanjang umur simpan dan menambah keamanan produk. Proses sterilisasi fisik salah satu jenis mangga yang cukup banyak dibudidayakan oleh masyarakat dan banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sambal khususnya di daerah Lampung dan Palembang. Sterilisasi mekanik merupakan semicritical equipments yang sering berkontak langsung dengan membran mukosa atau kulit. Pemakaian ventilator mekanik dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah Ventilator- Associated Pneumonia (VAP) yang merupakan infeksi nosokomial paling sering terjadi di ICU. Terjadinya infeksi mikroorganisme melalui ventilator ini berkaitan dengan proses sterilisasi dan desinfeksi ventilator mekanik. Sterilisasi menggunakan saringan (filtrasi) sehingga mikroba tertahan (Rakhmat, 2020).

(14)

5 Universitas Sriwijaya Faktor yang mempengaruhi sterilisasi, yaitu: tingkat kekeringan alat yang akan diproses, temperatur dan kelembaban area pemrosesan, susunan alat dalam sterilisator, kondisi sterilisator, protokol perawatan, dan pemilihan metode sterilisasi yang sesuai. Sterilisasi dengan metode ini digunakan untuk benda-benda dari kaca/gelas, petri, tabung Erlenmeyer, tidak boleh bahan yang terbuat dari karet atau plastic. Oven dengan Suhu 160-1800C selama 1.5-3 jam. Alat-alat tersebut terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas sebelum dilakukan sterilisasi.

Adapun waktu yang diperlukan untuk proses sterilisasi biasanya berkisar antara 3- 4 menit pada suhu 132-135°C, tergantung pada jenis item. Sterilisasi produk tahan panas dalam wadah akhir diutamakan dilakukan dengan cara panas basah pada suhu 121ºC selama 15 menit atau minimum angka F0 yang menunjukkan proses sterilisasi overkill. Kondisi sterilisasi yang dianjurkan secara umum untuk metode panas kering adalah pada suhu 160oC selama 120 menit (10) (Darmono, 2003).

Keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Sterilisasi menggunakan oven disebut juga sterilisasi kering, sedangkan sterilisasi dengan autoklaf disebut sterilisasi basah. Sterilisasi menggunakan autoklaf dilakukan pada botol kultur, kertas tissue dan alat-alat yang terbuat dari plastik. Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora yang dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Metode sterilisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode sterilisasi fisik dan metode sterilisasi kimia. Metode sterilisasi fisik dilakukan dengan menggunakan panas (baik panas kering dan panas basah), radiasi dan filtrasi. Metode sterilisasi kimia dilakukan dengan menggunakan zat-zat kimia. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah mematikan, menghambat pertumbuhan dan menyingkirkan semua mikroorganisme yang ada pada alat dan bahan yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan guna menciptakan suasana aseptis. Sterilisasi ini dilakukan apabila bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan dapat membahayakan gas etilen oksida. Metodesterilisasi paling, aman, efektif, bersifat non toksik.

Direkomendasikan untuk peralatan tahan panas dan tahan uap (Hadada, 2009).

(15)

6 Universitas Sriwijaya 2.4. Bunsen

Pembakar Bunsen, dinamai dari Robert Bunsen, adalah sebuah peralatan laboratorium umum yang menghasilkan nyala api gas tunggal yang terbuka, yang digunakan untuk pemanasaan, sterilisasi, dan pembakaran. Sebuah pembakar Bunsen dengan katup jarum. Lubang selang yang terhubung pada gas berada di sebelah kiri dan katup jarum untuk pengaturan aliran gas di sisi yang berlawanan.

Masuknya udara pada model pembakar ini diatur dengan memutar laras, sehingga membuka atau menutup alat peredam vertikal di dasar bunsen. ada tahun 1852 Universitas Heidelberg merekrut Bunsen dan menjanjikannya sebuah bangunan laboratorium baru. Kota Heidelberg tengah mulai membangun penerangan jalan berbasis batu bara-gas, sehingga universitas tersebut menanamkan jalur pipa gas pada laboratorium baru tersebut. Perancang bangunan tersebut bermaksud untuk menggunakan gas tidak hanya sebagai penerangan, tetapi juga sebagai pembakar dalam operasional laboratorium. Pada setiap lampu bakar, sangat mudah untuk meningkatkan suhu dan mengurangi pencahayaan. Namun, lampu bakar yang ada saat itu meninggalkan banyak yang harus diinginkan tidak hanya dalam hal panas api, tetapi juga tentang ekonomi dan kesederhanaan (Jensen, 2005).

Perangkat yang digunakan saat ini secara aman membakar aliran kontinu dari gas yang mudah terbakar seperti gas alam (yang pada dasarnya metana) atau bahan bakar gas cair seperti propana, butana, atau campuran keduanya. Selang kait terhubung dengan mulut gas pada meja laboratorium dengan pipa karet.

Kebanyakan meja laboratorium dilengkapi dengan beberapa saluran gas terhubung dengan sumber gas sentral, serta vakum, nitrogen, dan uap saluran. gas kemudian mengalir melalui dasar pembakar melalui lubang kecil di bagian bawah laras dan diarahkan ke atas. Terdapat celah terbuka di sisi bawah tabung untuk memasukkan udara ke dalam aliran melalui efek venturi, dan gas dibakar pada bagian atas tabung setelah dinyalakan oleh api atau bunga api. Metode yang paling umum dari menyalakan pembakar yaitu menggunakan korek api. Jumlah udara bercampur dengan aliran gas mempengaruhi kelengkapan pembakaran reaksi.

Kurangnya udara akan menghasilkan reaksi yang tidak sempurna dan dengan demikian reaksi dilakukan pada suhu lebih sejuk. Aliran udara dapat dikontrol dengan membuka atau menutup bukaan celah di dasar laras (Lockeman, 1990).

(16)

7 Universitas Sriwijaya Autoklaf adalah tangki tertutup yang dapat digunakan untuk melangsungkan reaksi pada tekanan di atas 1 atm dan pada suhu di atas 100 oC. Tujuan merancang autoklaf berpengaduk skala laboratorium ini, adalah untuk proses reaksi yang dijalankan pada suhu di atas 100 oC dan tekanan di atas 1 atm karena selama ini proses di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta masih dijalankan dengan menggunakan labu leher tiga. Pembuatan autoklaf berpengaduk ini menggunakan bahan baku stainless steel sehingga lebih tahan korosi. Tangki ini juga dilengkapi dengan baffle, pengaduk jenis turbine with 6 flat blades, safety valve, termocontrol, manometer, serta pemanas yang menggunakan kawat nikelin yang dilingkarkan menyelimuti badan tangki, sehingga pemanasan lebih merata ke seluruh bagian autoklaf. Pada percobaan hidrolisis minyak jagung ke-1 digunakan volume minyak 300 ml, aquadest 900 ml, dan katalis HCl pekat kadar 37%

sebanyak 3 ml. Proses ini dijalankan pada suhu operasi 130 oC, tekanan 4 bar, dan dijaga konstan selama 3 jam, sehingga diperoleh konversi trigliserida 10 %.

Berdasarkan hasil percobaan hidrolisis minyak jagung ke-2 dengan volume minyak jagung 500 ml, aquadest 500 ml, dan katalis HCl pekat kadar 37% sebanyak 5 ml.

Hidrolisa dijalankan pada suhu operasi 150 oC, tekanan 4 bar, dan dijaga selama 4 jam diperoleh konversi trigliserida 13,02 % (Anna Dwi Wahyuningsih, 2007).

Autoklaf adalah peralatan sterilisasi panas basah (menggunakan uap) yang biasa digunakan untuk sterilisasi material-material yang diperlukan dalam proses produksi. Peralatan tersebut perlu disterilisasi agar kelak saat kontak dengan produk tidak menyebabkan kontaminasi. Sebelum digunakan otoklaf terlebih dahulu divalidasi untuk membuktikan bahwa autoclaave berfungsi dengan baik dan mampu menghasilkan material yang steril. Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau memusnahkan semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan. Peranan sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu berfungsi untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan memperpanjang waktu simpan. Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan dapat mencemari produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi (Hiasinta, 2001).

(17)

8 Universitas Sriwijaya

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan tentang Sterilisasi Bahan dan Peralatan dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 13 februari 2023 pada pukul 14.20 WIB sampai dengan selesai, dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi jurusan perikanan.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah buku tulis, buku response, pena, video materi, dan alat-alat sterilisasi.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan alat dan bahan seperti buku tulis, buku response, pena, video materi, dan alat-alat sterilisasi.

2. Membaca materi atau menonton video materi yang telah diberikan.

3. Menyimak dan memahami penjelasan materi dari asisten praktikum.

4. Setelah praktikum sudah dilakukan, dilakukan menyusun laporan berdasarkan apa yang telah dipraktikan atau menyusun laporan.

(18)

9 Universitas Sriwijaya

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan tentang Sterilisasi Bahan dan Peralatan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Sterilisasi Bahan dan Peralatan No Metode

Sterilisasi

Nama Alat Untuk Sterilisasi

Prosedur Penggunaan

Peralatan Mikrobiologi yang di Sterilkan

Gambar

1. Fisik Autoklaf Masukkan alat dan

bahan, tutup

autoklaf dengan rapat dan nyalakan.

Masukkan alat dan bahan, tutup autoklaf dengan rapat dan nyalakan.

2. Fisik Bunsen Nyalakan api,

kemudian panaskan alat-alat tersebut diatas api sampai pijar.

Cawan petri, erlemenyer dan tabung reaksi.

3. Fisik Oven Sambungkan

dengan listrik, tekan tombol on, tunggu. Letakkan sampel, tunggu hingga selesai.

Cawan petri,

(19)

10 Universitas Sriwijaya 4.2. Pembahasan

Praktikum kali ini kita membahas tentang metode sterilisasi dan penerapannya di laboratorium mikrobiologi. Dimana sterilisasi ini adalah suatu upaya yang digunakan untuk menghancurkan semua mikroorganisme termasuk spora. langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menggadakan praktikum mengusahakan sterilnya alat-alat perlengkapan yang akan kita lakukan untuk percobaan. Dalam melakukan suatu pengamatan terhadap obyek Mikrobiologi mewajibkan kita untuk menggunakan peralatan yang steril agar hasil pengama-tan yang kita lakukan sesuai dengan apa yang kita inginkan. Dalam hal ini kontaminasi bak-teri lain pada hasil pengamatan sangat tidak diinginkan Proses sterilisasi ada yang kering dan ada yang basah. Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan. dimana pada saat praktikum alkohol itu disemprotkan pada tangan dan pada sekeliling alat-alat yang akan digunakan untuk praktikum. Praktikum kali ini yang kami lakukan yaitu dengan memakai salah satu metode sterilisasi yaitu metode sterilisasi fisika, yaitu dengan pemanasan atau penyinaran adapun contoh yang kami gunakan adalah pemanasan dengan menggunakan autoklaf atau oven, namun sebelum memasukan alat-alat yang akan di sterilisaikan terlebih dahulu harus di bungkus jika alat itu di sterilisasikan menggunakan autoklaf.

Benda yang akan di bungkus yaitu tabung reaksi dan cawan petri. Sebelumnya siapkan dulu kertas polos namun jika kertas polos pada bagian depan ada tintanya maka bagian tersebut diletakkan pada bagian luar sehingga yang membungkus adalah bagian yang masih bersih atau belum terkontaminasi tinta atau bahan kimia lainnya kenapa harus diletakkan di bagian luar karena apabila diletakan dibagian dalam maka alat yang akan disterilisasikan akan terkontaminasi oleh bahan kimia tadi. Setelah itu baru kita bungkus tabung reaksi agar pada saat kita memasukan atau mengeluarkan alat dari autoklaf alat itu tidak terkontaminasi oleh tangan kita atau udara bawa mikroba. Lalu alat di bungkus, maka alat sudah siap dimasukkan ke autoklaf namun untuk tabung reaksi masukkan dulu ke erlenmeyer agar tabung reaksi pada saat sterilisasi tetap berdiri tegak. Tetapi dalam laboratorium alat harus lah tetap di bungkus untuk menjaga agar tidak terkontaminasi meskipun menggunakan oven dan pada autoklaf dengan suhu 121 °C.

(20)

11 Universitas Sriwijaya

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum Mikrobiologi hasil Perikanan materi sterilisasi adalah sebagai berikut.

1. Sterilisasi merupakan proses yang bertujuan untuk membebaskan alat atau bahan dari kontaminasi berbagai macam bentuk kehidupan organisme

2. Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode sterilisasi fisik dan metode sterilisasi kimia.

3. steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup.

4. Bunsen, adalahperalatan laboratorium umum yang menghasilkan api gas terbuka tunggal, yang digunakan untuk pemanasan, sterilisasi, dan pembakaran.

5. Autoklaf adalah peralatan sterilisasi panas basah (menggunakan uap) yang biasa digunakan untuk sterilisasi material-material yang diperlukan dalam proses produksi.

5.2. Saran

Pada praktikan sebelum melakukan praktikum harus memahami dengan benar prosedur kerja yang akan dilakukan pada praktikum tersebut, kemudian diharapkan kepada praktikan untuk memahami mengenai materi praktikum yang akan dilakukan. Dan semoga praktik - praktik selanjutnya lebih maksimal lagi, praktikan lebih semangat lagi, dan semoga praktik selanjutnya tidak tabrakan dengan suatu acara. Agar materi praktikum yang selanjutnya terselesaikan dengan tepat waktu.

(21)

12 Universitas Sriwijaya

MEDIA PDA (POTATO DEXTROSE AGAR) DAN TSA (TRYPIC

SOY AGAR)

(22)

12 Universitas Sriwijaya

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mikrobiologi adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan mengenai organisme hidup yang berukuran mikroskopis dikenal dengan mikroorganisme atau jasad renik yang hanya dapat dilihat menggunakan alat mikroskop. Mikroorganisme sangat erat kaitanya dengan kehidupan manusia, beberapa diantaranya merugikan manusia karena bisa menyebabkan berbagai penyakit dan beberapa juga bermanfaat misalnya terlibat dalam pembuatan anggur, keju, yogurt, produksi insulin, serta proses perlakuan yang berkaitan pembuangan limbah. Semenjak mikroorganisme dipastikan menjadi penyebab timbulnya penyakit tertentu dan juga bermanfaat bagi kehidupan, banyak penelitian yang dilakukan melalui prosedur laboratorium. Penelitian dilakukan dengan cara membiakan atau menumbuhkan mikroorganisme, guna mempelajari sifatsifat yang dimiliki oleh mikroorganisme dengan menggunakan media pertumbuhan. Pembiakkan mikroorganisme didalam laboratorium memerlukan medium yang berisi zat hara dan lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat hara yang dibutuhkan mikroorganisme ini digunakan untuk menjadi pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakan.(Pelczar et al, 1998).

Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas berbagai campuran nutrisi yang dipakai untuk menambahkan mikroorganisme baik dalam mengkulturkan bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya. Suatu media dapat menumbuhkan berbagai mikroorganisme dengan baik diperlukan adanya persyaratan diantaranya yaitu, media diinkubasikan dengan suhu tertentu, kelembapan harus cukup, pH yang sesuai, dan mempunyai kadar oksigen cukup baik, media pembenihan harus bersifat steril, media tidak mengandung zat – zat penghambat, dan media harus mempunyai semua kandungan nutrisi yang mudah digunakan mikroorganisme.

Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, vitamin, air, dan energi.

Media pertumbuhan bisa berupa media cair, media kental (padat), media yang diperkaya, media yang kering dan media yang sintetik (Zimbro, 2009).

(23)

13 Universitas Sriwijaya Media yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah media PDA (Potato Dextrose Agar) dan TSA (Trypticase Soy Agar). Media PDA (Potato Dextrose Agar) menurut susunannya merupakan medium bersifat organik semi alamiah atau semi sintesis yang alasannya terdiri dari materi alamiah yang ditambah dengan senyawa kimia. Berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang padat lantaran mengandung biar yang memadatkan media, menurut kegunaannya merupakan media untuk pertmbuhan jamur. Media TSA (Trypticase Soy Agar) digunakan untuk melakukan kultivasi, isolasi bakteri yang memiliki sifat pertumbuhan fastidious atau nonfastidious. Selain itu juga dapat digunakan untuk kultivasi bakteri yang bersifat aerob dan anaerob. Media TSA (Trypticase Soy Agar) dalam penggunaannya juga dimodifikasi dengan penambahan zat tertentu.

Misalnya untuk digunakan mengidentifikasi pertumbuhan pada bakteri Haemophilus sp. setelah diperkaya dengan menambahkan X (Hemin) dan V (DPN) pada media. Kemudian media TSA (Trypticase Soy Agar) ini bisa digunakan juga digunakan sebagai medium uji suseptibilitas Vancomycin dengan cara menambahkan 5 % darah domba ke dalam medium (Cappucino, 2014).

1.2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bahan yang digunakan dalam pembuatan media dasar (PDA dan TSA), serta memahami proses pembuatannya.

.

(24)

14 Universitas Sriwijaya

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroorganisme

Keberadaan mikroorganisme dialam mempunyai peran yang sangat penting.

Rasanya tanpa mikroorganisme, kehidupan ini tidak akan berlangsung dengan indahnya. Dalam pertumbuhan hidupnya, mikroorganisme membutuhkan kondisi lingkungan dan media yang sesuai. Kondisi lingkungan adalah kondisi alam sekitar, sehingga keragaman yang ada pada mikroorganisme dari suatu daerah akan berbeda dengan daerah lainnya. Pengetahuan tentang kebutuhan substrat akan menentukan keberhasilan kita dalam memanfaatkan mikroorganisme.

Berbagai mikroorganisme yang ada dialam, mulai dari virus, bakteri, jamur dan protista telah banyak diteliti oleh ilmuwan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak mikroorganisme yang dimanfaatkan dalam bidang pangan dan industri seperti Lactobacillus, Acetobacter, Aspergillus, Saccaromyces dan sebagainya. Pemanfaatan di bidang pertanian dan lingkungan juga tak kalah banyak, mulai dari bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman seperti Rhizobium dan Mikoriza hingga yang digunakan untuk biopestisida (Hidayat. N, 2018).

Mikrobiologi merupakan ilmu terapan yang memanfaatkan mikroorganisme (mikroba) sebagai alat untuk peningkatan kualitas hidup pada manusia. Pada awalnya, pemanfaatan mikroba hanya berkisar pada industri makanan saja.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, mikroba pun banyak digunakan untuk kegiatan manusia yang lainnya seperti pengelolaan limbah, pengembangan ilmu pengetahuan dibidang rekayasa genetika dan lain sebagainya.

Selain itu, kini mikroba bisa digunakan untuk mengatasi masalah limbah.

Misalnya, pada saat pengangkutan minyak bumi dari pengeboran lepas pantai atau distribusi minyak bumi dari satu tempat ke tempat yang lain. Jika terjadi kebocoran di tengah laut sehingga mengakibatkan tumpahan minyak bumi (yang tentunya mencemari laut), mikroba tepatnya bakteri tertentu memiliki kemampuan untuk membantu proses pembersihan laut yang tercemar akibat pertumpuhan minyak. Umumnya pada setiap mikroorganisme, mikroorganisme mempunyai morfologi dan struktur anatomi yang berbeda-beda (Sa’diyah. A, 2013).

(25)

15 Universitas Sriwijaya 2.2. Kapang

Kapang merupakan salah satu jenis fungi multiseluler yang mempunyai miselium atau filamen, dan pertumbuhannya juga dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti bentuk kapas. Pertumbuhan pada fungi mula-mulanya berwarna putih, tetapi bila telah memproduksi spora maka akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis kapang tersebut. Sifat-sifat pada kapang sendiri baik dari penampakan mikroskopik ataupun penampakan makroskopik yang digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi kapang. Kapang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan struktur hifa, yaitu hifa yang tidak bersekat atau nonseptat dan hifa yang bersekat atau septat yang membagi hifa dalam mangan-mangan, dimana setiap mangan tersebut mempunyai inti (nucleus) satu atau lebih. Dinding penyekat pada kapang ini disebut dengan septum yang tidak dapat tertutup dengan rapat sehingga sitoplasma masih dapat bergerak dari satu ruang ke ruang yang lainnya. Kapang berseptat terutama pada kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Sedangkan kapang tak berseptat yakni kelas Phycomycetes.

Kapang yang tidak berseptat intinya tersebar di sepanjang septat (Waluyo, 2016).

Secara alamiah, kapang sendiri dapat berkembang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual maupun secara seksual. Secara aseksual sendiri menggunakan berbagai cara, yaitu cara pembelahan, cara penguncupan, atau dengan pembentukan spora. Sedangkan secara seksual, yaitu dengan cara peleburan nukleus dari kedua induknya tersebut. Pada pembelahannya, sel akan membelah diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa. Pada penguncupan suatu sel anak tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya. Secara aseksual, spora pada kapang diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak, memiliki ukuran yang kecil dan ringan, serta tahan terhadap keadaan yang kering. Spora ini sangat mudah beterbangan di udara, dan bila berada pada substrat yang cocok. Beberapa sifat fisiologi pada kapang yaitu kebutuhan air, kebanyakan kapang membutuhkan air untuk pertumbuhannya pada tubuhnya. Pada suhu pertumbuhan kapang, suhu yang optimum untuk kebanyakan pada kapang sendiri adalah sekitar 25 – 30 °C.

Kebutuhan oksigen dan pH, kebanyakan kapang dapat tumbuh dengan baik pada pH yang luas, yakni 2,0 - 8,5, tetapi biasanya pertumbuhan kapang ini akan lebih baik apabila pada kondisi yang asam atau pH yang rendah. (Fardiaz, 1992).

(26)

16 Universitas Sriwijaya Bakteri, terdiri dari kata Latin bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme hidup. Mereka memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroskopik) dan kebanyakan bersifat uniselular (bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus atau inti sel, cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka. Bakteri adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada di mana-mana) ditanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri.

Kebanyakan dari mereka kecil, biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda strukturnya dari flagela kelompok lain (Suparmin, 2013).

Dinding sel pada bakteri meiliki ketebalan yang tipis dan teksturnya yang elastis, yang terbentuk dari peptidoglikan yang merupakan polimer unik yang hanya dimiliki oleh golongan-golongan pada bakteri. Bakteri umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak dengan cara aseksual (vegetatif = tak kawin) dengan membelah dirinya. Proses pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan biner yaitu tiap-tiap selnya membelah diri menjadi dua. Selama proses pembelahan pada bakteri ini, material genetik juga menduplikasi diri dan membelah diri menjadi dua, dan mendistribusikan dirinya sendiri pada dua sel yang baru. Bakteri membelah diri dalam waktu yang sangat singkat. Pada kondisi yang menguntungkan, bakteri bisa berduplikasi setiap 20 menit sekali. Bakteri adalah organisme yang paling banyak jumlahnya di antara organisme lain dan tersebar luas dibandingkan makhluk hidup lainnya. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup di gurun pasir, salju atau es, hingga lautan. Bakteri yang keberadaanya banyak sekali ini, memungkinkan untuk menjadi salah satu penyebab sumber penyakit pada manusia. Bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah bakteri patogen. Bakteri patogen yang menyebabkan penyakit infeksi pada manusia contohnya adalah S. Aureus (Radji, 2011).

(27)

17 Universitas Sriwijaya 2.4. Potato Dextrose Agar

Media pertumbuhan yang digunakan untuk menumbuhkan jamur diperlukan adanya media yang selektif yai t u media PDA (Potato Dextrose Agar). Media PDA ini merupakan media yang umum digunakan, dalam penelitian ini media PDA digunakan sebagai kontrol dan juga digunakan sebagai pembanding dari media pertumbuhan yang berasal dari media ubi jalar putih, ubi jalar kuning, dan singkong. Media ini sangat mendukung dalam pertumbuhan jamur karena tingkat keasaman yang rendah yaitu berkisar antara pH 4,5 sampai 5,6 sehingga dapat menghambat pertumbuhan dari suatu bakteri dimana membutuhkan kondisi lingkungan yang netral yaitu pH 7,0. Selain tingkat keasaman dan kebutuhan suhu dari jamur yang berbeda dengan bakteri, jamur memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan bakteri. Waktu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur yaitu memerlukan waktu berhari-hari hingga beberapa minggu sebelum koloni akan terlihat di permukaan dalam media agar padat. Kebutuhan suhu yang digunakan untuk pertumbuhan jamur itu sendiri berbeda dengan pertumbuhan dari bakteri, jamur dapat tumbuh dengan baik yaitu pada suhu ruang atau kamar dengan suhu berkisar antara 25˚C (Cappucino, 2014).

PDA merupakan medium semi alami atau semisintetik yang tersusun atas bahan-bahan alami (kentang) oleh bahan sintetis (dextrose dan agar). Komposisi yang terdapat pada Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan dextrose merupakan salah satu sumber makanan dari jamur tersebut. Karbohidrat sering ditemukan di dalam bentuk oligosakarida dan polisakarida dan umumnya merupakan cadangan di dalam tubuh tumbuhan. Agar-agar merupakan karbohidrat dengan molekul tinggi yang mengisi sel-sel pada rumput laut. Agar-agar termasuk ke dalam kelompok peletin dan tergolong suatu polimer yang terbentuk dari monomer glaktosa. Gel tercipta ketika di panaskan di dalam air, molekul agar-agar mendapat satu sama lain memadat dan membentuk kisi-kisi yang mengukang pada molekul air.

Terbentuknya sistem koloid padat cair kisi-kisi tersebut di fungsikan dalam elekroforesis gel agarosa untuk mencegah pergerakan molekul objek karena perbedaan tegangan antara dua kutub, kepadatan gel agar-agar pun sangat kuat sebagai penompang pertumbuhan mikroorganisme (Melindawati et al, 2015).

(28)

18 Universitas Sriwijaya TSA (Trypticase Soy Agar) adalah agar non selektif yang dapat digunakan secara luas untuk menumbuhkan dan mengisolasi bakteri fastidious dan non- fastidious, namun tanpa suplementasi darah tidak dapat menumbuhkan bakteri yang sangat fastidious. Media ini mengandung dua pepton, yang akan membantu dalam pertumbuhan dari berbagai jenis organisme yang ingin dikulturkan. TSA juga dapat digunakan untuk melakukan kultur yaitu dengan cara aerob maupun anaerob. TSA adalah agar base yang direkomendasikan WHO untuk melakukan kultur S.

pneumonia komposisi TSA per liter adalah 15 gram pancreatic digest of casein, 5 gram papaic digest of soybean meal, 15 gram agar, dan 5 gram NaCl. Agar ini memiliki pH 7,3 ± 0,2 pada suhu 25 ˚C. Pancreatic digest of casein adalah kasein yang telah dihidrolisis secara persial oleh enzim-enzim yang berasal dari pancreas menghasilkan pepton yang dikenal sebagai tryptone. Trypton memiliki kadar nitrogen yang tinggi dan karbohidrat yang lebih rendah dan menjadi sumber utama nitrogen pada TSA dan mengandung asam amino triptofan (Bhima, 2010).

Media TSA merupakan media kultur universal, hampr semua jenis bakteri bisa tumbuh pada media ini. TSA digunakan untuk medium pertumbuhan dengan tujuan mengamati morfologi koloni, mengembangkan kultur murni, pertumbuhan untuk tes biokimia. TSA juga biasa digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri. TSA juga merupakan media agar yang digunakan untuk kegiatan pengisolasian dan pembudidayaan berbagai macam mikroorganisme yang bersifat aerobik. Media pertumbuhan memiliki banyak nama yang umumnya mengacu kepada nama asli sesuai literatur. Terdapat juga media dengan komposisi yang sama tetapi memilii nama yang berbeda karena diproduksi oleh perusahaan yang berbeda. Misalnya Trypticase Soy Agar diproduksi oleh BBL, Tryptone Soy Agar diproduksi oleh Oxoid Unipath, dan Tryptic Soy Agar diproduksi oleh Difco (BD Diagnostic Systems) yang semuanya memiliki komposisi yang sama. Media juga dikenal sebagai akronim, misalnya TSA adalah singkatan dari Trypticase Soy Agar. Jika seseorang memodifikasi komposisi media yang telah ada, maka istilah “modified

diletakkan setelah nama media. Misalnya TSA, modified bukan modified TSA.

Media yang tidak memiliki nama formal umumnya dinamai berdasarkan organisme yang ditargetkan, misalnya Bacillus Stearothermophilus broth (Atlas, 2010).

(29)

19 Universitas Sriwijaya

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Pembuatan media bakteri (TSA) dan Jamur (PDA) dilakasanakan pada hari Senin, 20 Februari 2023 pukul 13.00 sampai dengan selesai di Laboratorium Mikrobiologi & Bioteknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Kimia & Biokimia Hasil Perikanan di Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan arloji, spatula, magnetic stirrer, labu erlemenyer, cawan petri, gelas ukur, batang pengaduk, hot plate stirerr, jarum ose, pipet tetes, dan autoklaf. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bubuk PDA & TSA, aquadest dan air comberan.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut.

 Media TSA

1. Timbang bubuk TSA sebanyak 10 gram

2. Masukan bubuk yang suah ditimbang kedalam tabung erlenmeyer 3. Tambahkan aquades sebanyak 250 ml kedalam erlenmeyer

4. Masukkan magnetic stirrer kedalam tabung, lalu letakkan erlenmeyer diatas hot plate stirrer, atur suhu dan rotasi pada hot plate stirrer

5. Diamkan selama larutan homogen sempurna

6. Setelah larutan terhomogen tutup tabung erlenmeyer menggunakan aluminium foil.

7. Lalu sterilisasi tabung yang berisi larutan TSA menggunakan autoklaf dengan suhu 121℃ dalam waktu 15 menit.

8. Angkat larutan dari autoklaf

9. Tuang larutan TSA kedalam cawan petri lalu masukkan kedalam laminar

(30)

20 Universitas Sriwijaya 10. Tunggu hingga larutan menjadi agar

11. Masukkan sampel air comberan 12. Gores media TSA

13. Tutup cawan petri lalu letakkann kedalam incubator.

 Media PDA

1. Timbang bubuk PDA sebanyak 9,75 gram

2. Masukkan bubuk PDA yang sudah ditimbang ke dalam labu erlenmeyer 3. Tambahkan aquades sebanyak 250 ml ke dalam erlenmeyer

4. Masukkan magnetic stirrer kedalam tabung, lalu letakkan erlenmeyer diatas hot plate stirrer, atur suhu dan rotasi pada hot plate stirrer

5. Diamkan selama larutan homogen sempurna

6. Setelah larutan terhomogen tutup labu Erlenmeyer menggunakan aluminium foil

7. Lalu sterilisasi tabung yang berisi larutan PDA menggunakan autoklaf dengan suhu 121℃ dalam waktu 15 menit

8. Angkat larutan dari autoklaf

9. Tuang larutan PDA ke dalam cawan petri lalu masukkan kedalam laminar airflow

10. Tunggu hingga larutan menjadi agar 11. Masukkan sampel air comberan 12. Gores media PDA

13. Tutup cawan petri lalu letakkann kedalam incubator.

(31)

21 Universitas Sriwijaya

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan dengan materi Pembuatan Media PDA dan TSA adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Hasil Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan TSA (Tryptic Soy Agar).

No. Jenis Media Gambar Fungsi

1. TSA Untuk melakukan

kultivasi dan isolasi bakteri.

2, PDA Untuk

menumbuhkan dan mengisolasi jamur.

(32)

22 Universitas Sriwijaya Pada praktikum yang kedua ini, praktikan membuat media PDA (Potato Dextrose Agar) dan media TSA (Tryptic Soy Agar). Seperti yang diketahui, PDA merupakan medium yang umum digunakan untuk pertumbuhan jamur. Sedangkan TSA merupakan medium pertumbahan yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. PDA (Potato Dextrose Agar) digunakan untuk membiakkan atau membesarkan fungi di laboratorium karena pH yang dimiliki media ini rendah yaitu 4,5 sampai 5,6 sehingga pertumbuhan bakteri menjadi terhambat, dibutuhkan lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dengan suhu optimum untuk pertmbuhan bakteri. Sampel yang digunakan pada PDA dan TSA pada praktikum ini adalah air comberan.Proses pembuatan PDA dan TSA ini menggunakan bubuk PDA dan bubuk TSA yang terlebih dahulu ditimbang menggunakan neraca analitik agar mendapatkan berat yang konstan. Masukkan bubuk PDA dan TSA menggunakan labu erlemenyer yang berbeda. Campurkan aquadest yang telah ditentukan kedalam labu erlemenyer masing-masing dari bubuk PDA dan TSA tersebut. Lanjutkan dengan homogenkan larutan tersebut menggunakan hot plate agar larutan tercampur secara sempurna dan tidak ada yang masih mengumpal.

Selanjutnya, dilakukan proses sterilisasi menggunakan autoklaf dengan suhu 121 ℃ selama ± 15 menit. Sterilisasi pada medium PDA dan TSA dilakukan agar tidak ada mikroorganisme yang tumbuh pada medium PDA dan TSA sebelum diberi sampel air comberan. Setelah sterilisasi, dilanjutkan dengan proses inkubasi dengan csra memasukkan medium yang telah disterilkan kedalam alat inkubasi selama 24 jam suhu 37 ℃. Dilanjutkan dengan proses isolasi yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri yang berasal dari air comberan sesudah dilakukannya inkubasi. Pada saat proses isolasi, menggunakan cara metode agar bakteri yang didalam medium PDA dan TSA bisa berkembang biak dengan baik.

Salah satu cara atau metode isolasi agar medium PDA dan TSA tumbuh adalah dengan mengguanakan metode sebar dengan menyebarkan sampel keseluruh medium PDA dan TSA. Setelah digunakan metode sebar untuk medium PDA dan TSA dilakukan perhitungan dengan cara metode cawan hitung atau menggunakan colony counter. Hasilnya PDA mengandung 120 bakteri. Sedangkan TSA tidak mengandung bakteri dan dinyatakan gagal menumbuhkan bakteri.

(33)

23 Universitas Sriwijaya

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan pada Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Pembuatan Media PDA dan TSA adalah sebagai berikut.

1. Mikroorganisme merupakan mahluk hidup sederhana yang terbentuk dari satu atau beberapa sel, biasanya hidup secara parasit maupun saprofit.

2. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai miselium atau filamen, dan pertumbuhannya dalam bahan makanan mudah sekali dilihat, yakni seperti kapas.

3. Bakteri berasal dari bahasa Latin bacterium (bacteria) adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel.

4. TSA (Trypticase Soy Agar) adalah agar non selektif yang dapat digunakan secara luas untuk menumbuhkan dan mengisolasi bakteri.

5. Media pertumbuhan yang dapat digunakan untuk menumbuhkan jamur diperlukan adanya media yang selektif salah satunya adalah media PDA (Potato Dextrose Agar).

5.2. Saran

Sebaiknya saat praktikum lebih memanfaatkan waktu yang ada sehingga praktikum dapat diselesaikan dengan waktu yang telah dijadwalkan dan perjalanan praktikum lebih kondusif lagi.

(34)

24 Universitas Sriwijaya

PENGENCERAN

(35)

24 Universitas Sriwijaya

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Laboratorium merupakan sarana penting dalam proses belajar mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber pembelajaran, laboratorium harus mempunyai sifat yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya kebutuhan atau keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses bila dipakai dan digunakan.

Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan dan diantisipasi.

Pengelolaan laboratorium akan berjalan dengan efektif bilamana dalam struktur organisasi laboratorium didukung oleh elemen yang meliputi kepala laboratorium, koordinator praktikum, Pranata Laboratorium Pendidikan/Teknisi/Laboran/Analis dan pembatu/juru laboratorium. Metode yang digunakan adalah kuantitatif berdasarkan studi literatur (menganalisis). Kerangka konsep meta analisis berdasarkan penentuan tata letak dan ruang laboratorium, managemen alat dan bahan, serta tata tertib yang tersedia dan safety laboratorium (Gunawan, 2019).

Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih zat terlarut atau pelarut. Zat yang jumlahnya lebih sedikit, di dalam larutan disebut dengan zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak dari pada zat-zat lain dalam larutan disebut dengan pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut yang bisa membentuk larutan disebut juga dengan pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umumnya dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam sebuah cairan, seperti garam dan gula yang dilarutkan dalam air dengan jumlah dan konsentrasi tertentu.

Konsentrasi larutan juga menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam sebuah larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam bentuk perbandingan berupa jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan berupa jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.

Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar atau molaritas (Daud, 2007).

(36)

25 Universitas Sriwijaya menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.

Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan konsentrasi tinggi dan menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, sejumlah panas dilepaskan (Khopkar, 2015).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dsri praktikum pengenceran adalah agar mahasiswa mampu melakukan pengenceran mikroba sebelum ditumbuhkan di medium.

(37)

26 Universitas Sriwijaya

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Larutan

Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih jumlah zat. Larutan terdiri dari zat terlarut dan zat pelarut yang sifatnya homogen. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan zat lainnya. Zat terlarut, zat yang dilarutkan ke dalam pelarut.

Umumnya, pelarut jumlahnya akan lebih banyak daripada zat terlarutnya. Hal itu supaya zat terlarut bisa tercampur secara homogen. Artinya homogen berarti yang larut sempurna. Contohnya garam yang dilarutkan dengan air. Hasilnya garam akan melebur dan homogen dengan air. Larutan merupakan campuran yang homogen. Jika tidak homogen atau ada endapan (contohnya pasir yang dimasukkan ke dalam air) disebut suspensi, bukan larutan. Partikelnya berukuran kecil dan memiliki diameter kurang dari 1 mm. Jadi, tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Antara zat pelarut dan terlarut tidak bisa dibedakan, seperti halnya komponen yang lebih banyak dinamakan zat pelarut dan yang lebih sedikit disebut zat terlarut. Komponen-komponen suatu campuran tidak bisa dipisahkan menggunakan filtrasi atau saringan (karena sudah homogen) (Gunawan, 2004).

Jenis-jenis larutan berdasarkan tingkat kelarutannya yaitu, larutan tak jenuh merupakan larutan yang dapat melarutkan sempurna jika ditambahkan zat terlarut tanpa melalui pemanasan. Bisa dikatakan, larutan tak jenuh memiliki kandungan zat terlarut lebih sedikit dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh di suhu tertentu. Misalnya yaitu larutan garam tak jenuh, airnya masih bisa dipakai melarutkan sewaktu ditambahkan garam kembali. Kedua larutan jenuh, larutan jenuh yaitu larutan yang pelarutnya tidak bisa lagi melarutkan zat terlarut kecuali dipanaskan. Dalam larutan ini, pelarut memiliki batas maksimal untuk melarutkan di suhu tertentu. Contohnya adalah larutan garam jenuh, yakni air masih bisa melarutkan asal dilakukan pemanasan. Terakhir, larutan lewat adalah larutan yang pelarutnya sudah tidak mampu melarutkan meski sudah dilakukan pemanasan.

Biasanya, jumlah zat terlarut melebihi dari yang dimiliki larutan jenuh di suhu tertentu. Contohnya yaitu pada larutan garam yang lewat jenuh, air tidak bisa melarutkan meski dipanaskan saat ditambahkan zat pelarut garam (Ilma, 2017).

(38)

27 Universitas Sriwijaya Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat.

Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih sedikit dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain. Pengenceran Larutan adalah proses penurunan konsentrasi larutan dengan penambahan zat pelarut seperti air ke dalam larutan yang pekat untuk menurunkan konsentrasi larutan dari yang semula pekat menjadi lebih encer guna keperluan di dalam laboratorium.

Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol zat terlarut sesudah penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran. Apabila konsentrasi larutan dinyatakan dalam skala volumetrik, jumlah solute yang terdapat di dalam sebuah larutan pada volume tertentu akan setara dengan hasil kali dari volume dan konsentrasi (Chang, 2004).

Pengenceran digunakan untuk menumbuhkan koloni bakteri pada media yang terbatas tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah puluhan ribu. Pengenceran ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel. Rumus pengenceran, jika suatu larutan diencerkan, volume akan meningkat dan konsentrasi akan berkurang nilainya, tetapi jumlah keseluruhan solute akan konstan. Jadi, dua buah larutan yang mempunyai konsentasi berbeda tetapi mengandung jumlah solute yang sama. Cara pengenceran larutan menggunakan alat pipet dan labu takar. Penggunaan labu takar lebih tepat dalam penaraan volume. Bila menggunakan labu takar, rawat alat dengan cara mencuci dengan sabun lunak dan bilas dengan air kran diikuti akuades. Kemudian biarkan kering sebelum digunakan kembali. Pengeringan labu takar jangan didalam oven.

Faktor pengenceran atau rasio pengenceran adalah rasio antara volume akhir dan volume awal dari solusi. Volume akhir adalah volume larutan setelah pengenceran. Volume awal larutan adalah volume larutan sebelum diencerkan, atau volume larutan asli yang digunakan untuk proses pengenceran. Hubungan ini dapat digunakan bersamaan dengan jumlah massa zat terlarut (Achmad, 2001).

(39)

28 Universitas Sriwijaya 2.3. Molaritas

Untuk menyatakan dalam komposisi suatu larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, yang dinyatakan dalam satuan volume. Berdasarkan hal ini, mucul satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, normalitas, ppm serta dengan persen massa dan persen volume. Molaritas merupakan salah satu ukuran konsentrasi pada kelarutan yang menyatakan jumlah mol pada suatu zat per volume larutan selain molalitas, normalitas maupun fraksi mol. Molaritas sendiri dinyatakan dengan notasi M dan satuannya adalah mol/liter (mol/L). Molaritas digunakan untuk mendapatkan konsentrasi larutan secara kuantitatif. Molaritas menyatakan banyaknya mol solute yang terdapat dalam 1 liter atau 1000 mL.

Terdapat keuntungan besar menggunakan molaritas untuk mengekspresikan konsentrasi. Keuntungan yang pertama adalah mudah dan nyaman pada saat digunakan karena zat yang telah terlarut dapat diukur dalam gram, diubah menjadi mol dan dicampur dengan volume. Selanjutnya, keuntungan yang kedua.

Keuntungan yang kedua menggunakan molaritas adalah jumlah konsentrasi pada molar adalah konsentrasi jumlah molar total. Ini memungkinkan perhitungan dengan berupa kepadatan dan kekuatan ionik pada molaritas (Brady, 2000).

Molaritas adalah besaran yang digunakanuntuk menyatakan nilai konsentrasi atau kepekatan suatu larutan. Molaritas jugamerupakan suatu larutan untuk menyatakanjumlah mol zat yang terlarut dalam tiap liter larutan.Terdapat juga suatu kerugian besar saat menggunakan molaritas untuk konsentrasi pada larutan.

Kerugian besarnya adalah larutan yang dimolaritaskan akan berubah sesuai dengan suhu. Ini dikarenakan volume larutan dipengaruhi oleh suhu. Jika semua pengukuran yang dilakukan pada suhu tunggal (suhu ruang misalnya) tidak akan menjadi suatu masalah. Akan tetapi, itu praktik yang baik untuk melaporkan suhu ketika mengutip nilai pada suatu molaritas. Ketika akan membuat suatu larutan, harus diingatkan, molaritas akan sedikit mengalami perubahan jika menggunakan pelarut panas atau dingin, namun menyimpan larutan akhir pada suhu yang berbeda. Faktor-faktor yang memengaruhi proses molaritas adalah pengaruh ion- aneka ragam, pelarut, suhu, pengaruh ion senama atau sejenis, pengaruh ion membentuk kompleks, pengaruh hidrolisa dan pengaruh pH (Gunadarma, 2011).

(40)

29 Universitas Sriwijaya Zat adalah sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda-beda. Susunan dan sifat partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair mempunyai sifat bentuk berubah- ubah dan volumenya tetap. Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Sebagai contoh, jika sejumlah gula dilarutkan dalam air dan diaduk dengan baik, maka campuran tersebut pada dasarnya akan seragam (sama) di semua bagian. Sifat-sifat suatu larutan sangat dipengaruhi oleh susunan komposisinya. Untuk menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut (Ansar, 2011).

Untuk jumlah terlarut yang berbeda pada setiap larutan, maka dibutuhkan energi panas yang berbeda pula, nantinya akan mempengaruhi titik didih larutan tersebut. Titik didih suatu larutan merupakan suhu larutan pada saat tekanan uap jenuh larutan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Suhu dan energi kalor merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Energi kalor adalah sesuatu yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah, dan sesuatu itu menyebabkan benda yang bersuhu rendah tadi meningkat atau suhu benda tetap tetapi mengalami peubahan wujud. Pada kenyataan yang sesungguhnya jumlah kalor yang sama diberikan pada beberapa jenis benda yang berbeda menunjukkan bahwa masing-masing benda mengalami kenaikan suhu yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa setiap jenis benda memiliki kemampuan menyerap kalor yang berbeda-beda. Disamping itu pada umumnya yang mempunyai sifat menyerap kalor yang baik, maka benda tersebut bersifat melepas kalor yang baik.

Suatu zat cair akan mendidih apabila molekul mendapat energi yang cukup untuk membebaskan diri dari sesama molekul yang selanjutnya berubah menjadi uap.

Waktu yang diperlukan untuk mendidih pada larutan berbeda-beda (Adha, 2015).

(41)

30 Universitas Sriwijaya

BAB 3

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Teknik Pengenceran dilaksanakan pada hari Senin, 13 Maret 2023 pukul 13.00 sampai dengan selesai di Laboratorium Mikrobiologi & Bioteknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Kimia & Biokimia Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Sriwiaya.

3.2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang dignakan dalam praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan materi Teknik Pengenceran adalah pipet ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, timbangan analitik, vortex, gram fisiologis atau NaCl.

3.3. Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum pengenceran ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk Sampel Padat

1. Sediakan gram fisiologis steril sebanyak 45 ml dalam erlenmeyer 100 ml dan 9 ml gram fisiologis steril dalam tabung reaksi.

2. Timbang sampel yang akan diencerkan.

3. Campurkan 5 gram sampel kedalam 45 ml gram fisiologis steril Homogenenisasikan sampel hingga larut dalam gram fisiologis.

4. Pipet 1 ml sempel dari larutan diatas masukan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml gram fisiologis (10-2) homogenkan. Lakukan pengenceran selanjutnya dengan cara yang sama sampai pengenceran yang dibutuhkan.

5. Pipet 1 ml atau 0,1 ml sampel dari pengenceran yang akan dihitung dan ditanan dicawan petri yang berisi media.

b. Untuk Sampel Cair

1. Sedikan gram fisiologis steril sebanyak 9 ml gram fisiologis steril dalam tabung reaksi.

(42)

31 Universitas Sriwijaya 3. Campurkan 1 ml sampel kedalam 9 ml graam fisiologid steril (10-1).

4. Homogenenisasikan sampel hingga larut dalam gram fisiologis.

5. Pipet 1 ml sempel dari larutan diatas masukan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml gram fisiologis (10-2) homogenkan. Lakukan pengenceran selanjutnya dengan cara yang sama sampai pengenceran yang dibutuhkan.

6. Pipet 1 ml atau 0,1 ml sampel dari pengenceran yang akan dihitung dan ditanan dicawan petri yang berisi media.

(43)

32 Universitas Sriwijaya

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun hasil dari Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan dengan materi Pengenceran adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil Praktikum Pengenceran

No Jenis Larutan Gambar

1. NaCl

2 .

HCl

(44)

33 Universitas Sriwijaya Pengenceran merupakan proses mengencerkan larutan yang awalnya pekat menjadi lebih sederhana atau lebih encer melalui penambahan sejumlah zat pelarut pada larutan dengan volume dan konsentrasi tertentu. Di praktikum pengenceran ini, menggunakan pelarut berupa NaCl dan HCl. NaCl adalah senyawa yang memiliki komposisi gabungan dari Na (Natrium) dan Cl (Klorida) dan membentuk serbuk kristal putih atau bisa diformulasikan menjadi sebuah cairan. Sifat natrium klorida adalah terionisasi sempurna dalam air. Tidak menghantarkan listrik dalam bentuk padat. Memiliki titik didih dan leleh yang tinggi. HCl atau asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida. Ia adalah asam kuat dan merupakan komponen utama dalam asam lambung. Asam klorida harus ditangani dengan mewanti keselamatan yang tepat karena merupakan cairan yang sangat korosif. Sifat asam klorida adalah bersifat korosif, memiliki pH < 7, dan larut dalam alkali

Gambar

Tabel 1. Hasil Sterilisasi Bahan dan Peralatan  No  Metode
Tabel 2. Hasil Pembuatan Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan TSA (Tryptic  Soy Agar)
Tabel 3. Hasil Praktikum Pengenceran
Tabel 4. Hasil Praktikum Metode Hitung Cawan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik maka didalam media diperlukan persyaratan tertentu yaitu bahan didalam media harus terkandung semua unsu hara

Metode perhitungan tidak langsung, jumlah mikroba dihitung secara keseluruhan baik yang mati atau yang hidup atau hanya untuk menentukan  jumlah mikroba yang hidup

Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan yang akan

NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk

Dari percobaan dapat diketahui bahwa kristal yang mengandung air merupakan air hidrat yang akan menghasilkan uap air bila di panaskan.Senyawa hidrat terdiri dari 2

Prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk

Proses pengolahan air limbah dengan proses biofilter dilakukan dengan cara mengalirkan air limbah ke dalam reaktor biologis yang telah diisi dengan media penyangga untuk