Aqshal Faturrachman Buamona Putra 20513225
TUGAS BESAR
DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN DANUREJAN
Disusun Oleh :
AQSHAL FATURRACHMAN BUAMONA PUTRA 20513225
ASISTEN :
FINA BINAZIR MAZIYA, S.T., M.T.
DOSEN :
EKO SISWOYO, S.T., M.SC.ES., PH.D.
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE
KECAMATAN DANUREJAN
Disusun Oleh :
AQSHAL FATURRACHMAN BUAMONA PUTRA 20513225
Disetujui Oleh:
Dosen Mata Kuliah Drainase dan Sewerage
EKO SISWOYO, S.T., M.SC.ES., PH.D.
Disetujui Oleh:
Asisten Pembimbing
FINA BINAZIR MAZIYA, S.T., M.T.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
3
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga perencana dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Drainase dan Sewerage ini.
Tujuan dari tugas Perencanaan Drainase dan Sewerage agar dapat memberik manfaat bagi perencana dan orang lain yang membacanya. Selain itu dalam rangka untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Drainase dan Sewerage. Dengan tugas ini diharapkan mahasiswa dapat merencanakan Drainase dan Sewerage apabila telah terjun di dalam dunia kerja.
Pada kesempatan ini, perencana mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas perencanaan ini :
1. Bapak Eko Siswoyo, S.T., M.Sc.ES., Ph.D. selaku dosen dan Ibu Fina Binazir Maziya,
S.T., M.T. selaku Asisten yang telah mengajarkan dan memberikan pemahamantentang Tugas Besar Drainase dan Sewerage.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan yang besar sehingga lancar dalam pengerjaan Tugas Perencanaan Drainase dan Sewerage ini.
Tugas Perencanaan Drainase dan Sewerage yang disusun perencana belum mencapai sempurna sehingga perencana berharap kritik dan saran untuk disampaikan sebagian koreksi bagi perencana dalam menyusun tugas perencanaan selanjutnya.
Terima kasih, Wassalamualaikum Wr. Wb
Yogyakarta, September 2022
Perencana
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
4
DAFTAR ISI
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN DANUREJAN ... 1
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE KECAMATAN DANUREJAN ... 2
KATA PENGANTAR... 3
DAFTAR ISI ... 4
DAFTAR TABEL ... 7
DAFTAR GAMBAR ... 11
BAB I ... 11
PENDAHULUAN ... 11
1.1 Latar Belakang ... 11
1.2 Maksud dan Tujuan ... 13
1.3 Ruang Lingkup ... 14
1.3.1 Sistem Drainase ... 14
1.3.2 Sistem Sewerage ... 16
1.4 Peraturan Terkait ... 16
BAB II ... 18
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN ... 18
2.1 Batas Wilayah Administrasi... 18
2.2 Batas Wilayah Administrasi... 20
2.2.1 Jumlah Penduduk ... 20
2.2.2 Jumlah RT, RW, Kampung dan LPMK ... 20
2.3 Data Fasilitas Umum ... 20
BAB III ... 22
3.1 Landasan Kriteria Perencanaan ... 22
3.2 Perencanaan Sistem Drainase ... 23
3.2.1 Bentuk dan Jenis Saluran ... 25
3.2.2 Berdasarkan Fungsi Pelayanan ... 29
3.2.3 Berdasarkan Fisiknya ... 29
3.2.4 Analisa Curah Hujan Rencana ... 30
3.2.5 Debit Rencana ... 37
3.2.6 Koefisien Pengaliran (C) ... 39
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
5
3.2.7 Waktu Konsentrasi (Tc) ... 40
3.2.8 Jalur Saluran ... 42
3.2.9 Dimensi Saluran ... 43
3.2.10 Dimensi Saluran ... 43
3.3 Perencanaan Sistem Sewerage ... 45
3.3.1 Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan ... 46
3.3.2 Ketentuan Teknis ... 47
3.3.3 Pengkajian Demografi ... 48
3..3.4 Desain Aktual ... 48
3.3.5 Bangunan Pelengkap ... 54
BAB IV ... 56
4.1 Daerah Pelayanan ... 56
4.2 Perencanaan Sistem Jaringan Drainase ... 57
4.2.1 Sistem Jaringan yang direncanakan ... 57
4.2.2 Layout Jaringan ... 57
4.3 Perhitungan Beban Aliran ... 58
4.3.1 Penentuan Blok Pelayanan (Sub Area) ... 58
4.3.2 Perhitungan Kapasitas Aliran ... 59
4.3.3 Analisa Hidrologi ... 65
4.4 Pemilahan Bentuk dan Bahan Saluran ... 96
4.5 Perhitungan Dimensi dan Elevasi Saluran ... 98
4.5.1 Perhitungan Elevasi ... 98
4.5.2 Perhitungan Dimensi ... 104
4.5.3 Perhitungan Profil HIdrolis ... 106
4.6 Bangunan Pelengkap ... 107
4.6.1 Gorong-gorong ... 107
4.6.2 Street Inlet ... 108
BAB V ... 110
5.1 Perencanaan Jaringan Sewerage ... 110
5.1.1 Area Layanan ... 110
5.1.2 Penentuan Sistem yang Direncanakan ... 110
5.2 Penentuan Beban Aliran ... 111
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
6
5.2.1 Penentuan Sub Area Pelayanan ... 111
5.2.2 Perhitungan Kapasitas Aliran ... 114
5.3 Perhitungan Dimensi Saluran ... 120
5.3.1 Dimensi Pipa ... 120
5.3.2 Konrol Kecepatan ... 122
5.3.3 Profil Hidrolis ... 123
5.4 Rencana Bangunan Pelengkap ... 124
5.4.1 Manhole ... 124
BAB VI ... 126
6.1 Drainase ... 126
6.1.1 Saluran Drainase U-Ditch ... 126
6.1.2 Gorong-Gorong ... 129
6.1.3 Street Inlet ... 130
6.2 Sewerage ... 131
6.2.1 Pipa Sewerage ... 131
6.2.2 Manhole ... 134
6.3 RAB Total ... 135
DAFTAR PUSTAKA ... 143
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
7
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kecamatan Danurejan ... 19
Tabel 2. 2 Luas Wilayah Kecamatan Danurejan ... 20
Tabel 2. 3 Jumlah RT, RW, Kampung dan LPMK ... 20
Tabel 2. 4 Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2016... 21
Tabel 2. 5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2016 ... 21
Tabel 2. 6 Jumlah Fasilitas Tempat Peribadahan Tahun 2016 ... 21
Tabel 3. 1 Rekomendasi Periode Ulang Desain Banjir dan Genangan ... 31
Tabel 3. 2 Parameter Statistik ... 32
Tabel 3. 3 Nilai Variable Reduksi Gauss ... 34
Tabel 3. 4 Nilai K unntuk Distribusi Log-Person III ... 36
Tabel 3. 5 Reduced Standar Deviation, Sn ... 37
Tabel 3. 6 Reduced Variate, Ytr sebagai fungsi Periode Ulang ... 37
Tabel 3. 7 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan ... 39
Tabel 3. 8 Koefisien Limpasan Berdasarkan Tata Guna Lahan ... 40
Tabel 3. 9 Koefisien Kekasaran Manning ... 44
Tabel 3. 10 Koefisien Kekasaran Manning ... 45
Tabel 3. 11 Penentuan Kategori Wilayah ... 48
Tabel 3. 12 Faktor Puncak Praktis ... 49
Tabel 3. 13 Koefisien Kekasaran Pipa ... 50
Tabel 3. 14 Kecepatan Pengaliran Pipa ... 50
Tabel 3. 15 Kemiringan Pipa Minimal Praktis Untuk Berbagai Diameter ... 51
Tabel 4. 1 Koefisien C Saluran Primer ... 60
Tabel 4. 2 Koefisien C Saluran Sekunder ... 61
Tabel 4. 3 Debit Saluran Primer... 64
Tabel 4. 4 Debit Saluran Sekunder ... 65
Tabel 4. 5 Data Curah Hujan ... 66
Tabel 4. 6 Data Curah Hujan yang Hilang dengan Metode Rasio Normal ... 68
Tabel 4. 7 Perhitungan Standar Deviasi Metode Gumberl ... 68
Tabel 4. 8 Perhitungan Standar Deviasi Metode Gumbel ... 69
Tabel 4. 9 Perhitungan Standar Deviasi Metode Log Person III ... 70
Tabel 4. 10 Curah Hujan Harian Maksimum Metode Log Person III ... 71
Tabel 4. 11 Nilai ε Tabel Iwai Kadoya ... 73
Tabel 4. 12 Nilai bi ... 73
Tabel 4. 13 Mencari Nilai 1/c ... 73
Tabel 4. 14 Curah Hujan Maksimum Metode Iwai Kadoya ... 74
Tabel 4. 15 Nilai PUH Metode Iwai Kadoya ... 74
Tabel 4. 16 Perbandingan Metode Curah Hujan ... 75
Tabel 4. 17 PUH 2 Tahun Metode Van Breen ... 75
Tabel 4. 18 PUH 5 Tahun Metode Van Breen ... 76
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
8
Tabel 4. 19 PUH 10 Tahun Metode Van Breen ... 76
Tabel 4. 20 PUH 25 Tahun Metode Van Breen ... 76
Tabel 4. 21 PUH 50 Tahun Metode Van Breen ... 77
Tabel 4. 22 Intensitas Hujan Metode Van Breen ... 77
Tabel 4. 23 PUH 2 Tahun Metode Hasper Weduwen ... 78
Tabel 4. 24 PUH 5 Tahun Metode Hasper Weduwen ... 78
Tabel 4. 25 Tahun Metode Hasper Weduwen ... 78
Tabel 4. 26 PUH 25 Tahun Metode Hasper Weduwen ... 79
Tabel 4. 27 PUH 50 Tahun Metode Hasper Weduwen ... 79
Tabel 4. 28 Perbandingan Intensitas Hujan Metode Hasper Weduwen ... 79
Tabel 4. 29 PUH 2 Tahun Metode Bell-Tanimoto ... 80
Tabel 4. 30 PUH 5 Tahun Metode Bell-Tanimoto ... 80
Tabel 4. 31 PUH 10 Tahun Metode Bell-Tanimoto ... 80
Tabel 4. 32 PUH 25 Tahun Metode Bell-Tanimoto ... 81
Tabel 4. 33 PUH 50 Tahun Metode Bell-Tanimoto ... 81
Tabel 4. 34 Intensitas Hujan Metode Bell-Tanimoto ... 81
Tabel 4. 35 Perbandingan Metode ... 81
Tabel 4. 36 Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 2 ... 83
Tabel 4. 37 Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 5 ... 83
Tabel 4. 38 Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 10 ... 84
Tabel 4. 39 Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 25 ... 84
Tabel 4. 40 Intensitas Hujan Metode Talbot PUH 50 ... 84
Tabel 4. 41 Intensitas HUjan Metode Talbot ... 85
Tabel 4. 42 Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 2 ... 86
Tabel 4. 43 Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 5 ... 86
Tabel 4. 44 Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 10 ... 87
Tabel 4. 45 Intenitas Hujan Metode Sherman PUH 25 ... 88
Tabel 4. 46 Intensitas Hujan Metode Sherman PUH 50 ... 88
Tabel 4. 47 Intensitas Hujan Metode Sherman ... 88
Tabel 4. 48 Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 2 ... 89
Tabel 4. 49 Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 5 ... 90
Tabel 4. 50 Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 10 ... 90
Tabel 4. 51 Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 25 ... 91
Tabel 4. 52 Intensitas Hujan Metode Ishiguro PUH 50 ... 91
Tabel 4. 53 Intensitas Hujan Metode Ishiguro ... 91
Tabel 4. 54 Perbandingan Intensitas PUH 2 ... 92
Tabel 4. 55 Perbandingan Intensitas PUH 5 ... 92
Tabel 4. 56 Perbandingan Intensitas PUH 10 ... 93
Tabel 4. 57 Perbandingan Intensitas PUH 25 ... 94
Tabel 4. 58 Perbandingan Intensitas PUH 50 ... 95
Tabel 4. 59 Perhitungan kemiringan Permukaan Tanah Saluan dan Limpasan Primer ... 99
Tabel 4. 60 Perhitungan kemiringan Permukaan Tanah Saluan dan Limpasan Sekunder ... 100
Tabel 4. 61 Perhitungan Debit Saluran Primer ... 103
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
9
Tabel 4. 62 Perhitungan Debit Saluran Sekunder ... 104
Tabel 4. 63 Perhitungan Dimensi Saluran Primer ... 105
Tabel 4. 64 Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder ... 106
Tabel 4. 65 Profil Hidrolis A1-A3 ... 106
Tabel 4. 66 Perhitungan Gorong-gorong ... 108
Tabel 4. 67 Street Inlet Saluran Primer ... 109
Tabel 4. 68 Street Inlet Saluran Sekunder ... 109
Tabel 5. 1 Jumlah Penduduk dan Persen Penduduk ... 111
Tabel 5. 2 Proyeksi Aritmatik ... 112
Tabel 5. 3 Proyeksi Geometrik ... 113
Tabel 5. 4 Proyeksi Least Square ... 113
Tabel 5. 5 Proyeksi Penduduk Kecmatan Danurejan ... 113
Tabel 5. 6 Perhitungan Q Domestik, Q Buangan, dan Q Non Domestik Saluran Primer ... 116
Tabel 5. 7 Perhitungan Q Domestik, Q Buangan, dan Q Non Domestik Saluran Sekunder... 116
Tabel 5. 8 Debit Puncaak Saluran Primer ... 118
Tabel 5. 9 Debit Puncak Saluran Sekunder ... 119
Tabel 5. 10 Kemiringan Permukaan Tanah Saluran Primer ... 119
Tabel 5. 11 Kemiringan Permukaan Tanah Saluran Sekunder ... 119
Tabel 5. 12 Dimensi Pipa Saluran Primer ... 121
Tabel 5. 13 Dimensi Pipa Saluran Sekunder ... 122
Tabel 5. 14 Kontrol Kecepatan Saluran Primer ... 122
Tabel 5. 15 Kontrol Kecepatan Saluran Sekunder ... 123
Tabel 5. 16 Profil Hidrolis Primer A1-A3 ... 123
Tabel 5. 17 Jarak Antar Manhole ... 124
Tabel 5. 18 Jumlah Manhole Tiap Jalur Primer ... 125
Tabel 5. 19 Jumlah Manhole Tiap Jalur Sekunder ... 125
Tabel 6. 1 BOQ dan RAB Saluran Primer Drainase ... 126
Tabel 6. 2 BOQ dan RAB Saluran Sekunder Drainase ... 126
Tabel 6. 3 BOQ Urug Saluran Primer Drainase ... 128
Tabel 6. 4 BOQ Urug Saluran Sekunder Drainase ... 129
Tabel 6. 5 BOQ Gorong-Gorong ... 130
Tabel 6. 6 BOQ Street Inlet Saluran Primer Drainase ... 130
Tabel 6. 7 BOQ Street Inlet Saluran Sekunder Drainase ... 130
Tabel 6. 8 BOQ dan RAB Pipa Saluran Primer Sewerage ... 131
Tabel 6. 9 BOQ dan RAB Pipa Saluran Sekunder Sewerage ... 131
Tabel 6. 10 BOQ Galian Pipa Saluran Primer Sewerage ... 133
Tabel 6. 11 BOQ Galian Pipa Saluran Sekunder Sewerage ... 134
Tabel 6. 12 Manhole Saluran Primer Sewerage ... 134
Tabel 6. 13 Manhole Saluran Sekunder Sewerage ... 135
Tabel 6. 14 RAB Drainase ... 136
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
10
Tabel 6. 15 RAB Sewerage ... 137
Tabel 6. 16 Pengadaan Pipa HDPE ... 137
Tabel 6. 17 Pekerjaan Galian Saluran ... 138
Tabel 6. 18 Pekerjaan Buangan Tanah ... 139
Tabel 6. 19 Pekerjaan Buangan Aspal ... 139
Tabel 6. 20 Pekerjaan Uurugan Pasir ... 139
Tabel 6. 21 Pekerjaan Urugan Tanah ... 140
Tabel 6. 22 Pekerjaan Urugan Tanah ... 141
Tabel 6. 23 Total RAB Drainase dan Sewerage ... 142
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kecamatan Danurejan ... 18
Gambar 3. 1 Konfigurasi Sistem Drainase Perkotaan ... 24
Gambar 3. 2 Saluran Drainase Tertutup ... 26
Gambar 3. 3 Saluran Bentuk Trapezium ... 27
Gambar 3. 4 Saluran Bentuk Segiempat ... 28
Gambar 3. 5 Saluran Tersier Di Perumahan ... 28
Gambar 3. 6 Hirarki Susunan Saluran ... 30
Gambar 3. 7 Lintasan Aliran Waktu Inlet Time (to) dan Conduit Time (td) ... 41
Gambar 3. 8 Grafik Elemen Hidrolis ... 52
Gambar 4. 1 Blok Pelayanan Drainase Sewerage ... 56
Gambar 4. 2 Layout Jaringan Drainase ... 57
Gambar 4. 3 Blok Pelayanan Drainase Kecamatan Danurejan ... 58
Gambar 4. 4 Polygon Thieseen ... 59
Gambar 4. 5 Tabel Nilai Cs ... 71
Gambar 4. 6 Lengkung Intensitas PUH 2 ... 92
Gambar 4. 7 Lengkung Intensitas PUH 5 ... 93
Gambar 4. 8 Lengkung Intensitas PUH 10 ... 94
Gambar 4. 9 Lengkung Intensitas PUH 25 ... 95
Gambar 4. 10 Lengkung Intensitas PUH 50 ... 96
Gambar 4. 11 Bentuk Saluran Drainase ... 97
Gambar 4. 12 Koefisien Manning Tipe Saluran dan Jenis Bahan ... 97
Gambar 4. 13 Profil Hidrolis A1-A3 ... 107
Gambar 5. 1 Area Pelayanan Sewerage ... 110
Gambar 5. 2 Grafik Elemen Hidrolis ... 120
Gambar 5. 3 Profil Hidrolis Sewerage Primer A1-A3 ... 123
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Drainase yaitu ilmu yang dimana mengkaji tentang usaha-usaha untuk mengalirkan
air yang melimpah (air hujan). System drainase ini sangat dibutuhkan untuk mengalirkan
air hujan yang jatuh menuju kea rah sungai atau ke tempat pembuangan lainnya. Apabila,
tidak adanya system drainase pada suatu daerah dan kurang tepatna perencanaan suatu
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
12
system perencanaan drainase dapat menimbulkan banjir. Karena air hujan yang jatuh ke bumi tidak dapat tertampung dengan baik, sehingga menimbulkan berbagai kerugian, baik jiwa, material, dan juga fisik (berupa penyakit).
Besarnya saluran penampung dan saluran pembuangan harus cukup untuk mengalirkan debit air yang berasal dari daerah alirannya masing-masing. Demikian juga bangunan-bangunan yang harus dibuat pada saluran tersebut (misalnya goronggorong, siphon, talang, dsb), harus cukup besar untuk dapat mengalirkan atau menampung debit air tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan. Untuk itu, diperlukan perencanaan sistem drainase yang tepat pada suatu daerah agar hujan yang jatuh dapat dialirkan segera ke sungai atau ke tempat pembuangan lainnya. Selain itu dengan adanya sistem drainase dapat memperlambat laju air hujan di dalam saluran, agar sebagian besar air hujan yang jatuh dapat teresap dengan baik oleh tanah, sehingga resiko untuk terjadinya banjir dapat diatasi.
Dalam upaya untuk mengisi/mengurangi masalah genangan air hujan di berbagai kota di Indonesia maka Pemerintah Indonesia mempunyai strategi dan program-program di bidang Cipta Karya. Adapun salah satu program tersebut adalah sektor drainase.
Mengingat di Indonesia masih sering terjadi fenomena banjir terutama di daerah perkotaan, untuk itu saluran drainase sangat diperlukan guna mengalirkan air baik dari air hujan atau genangan air yang dapat mengganggu pengguna jalan, sehingga badan jalan tetap kering.
Namun sebenarnya banjir dapat dicegah dengan sebuah sistem pengaliran air limpasan yang dinamakan Sistem Drainase.
Pengelolaan atau perlakuan yang tidak baik terhadap air buangan dapat
mengakibatkan dampak negatif yaitu timbulnya berbagai macam penyakit bawaan air
(water borne diseases) yang dibawa oleh vektor yang berada dalam air buangan sehingga
akan mengganggu kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi permasalah tersebut, dapat
dibuat seluran sewerage, dimana saluran sewerage adalah suatu sistem pembuangan air
limbah ke pengelohan air limbah yang bertujuan untuk menjaga kondisi air tanah. Adapun
dampak negatif dari tidak adanya sistem sewer pada kehidupan manusia dan lingkungan
yang dapat ditimbulkan oleh air buangan, secara disadari atau tidak telah mendorong
berkembangnya teknologi untuk penanganan air buangan secara saniter. Yang dimana
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
13
penanganan air buangan dilakukan dengan teknis dan prosedur yang sesuai dengan kaidah- kaidah ilmu sanitasi dan kesehatan lingkungan. Masalah air buangan berhubungan erat dengan masalah lingkungan hidup dan masalah kesehatan masyarakat. Masalah yang ada akan dieliminasi apabila faktor penyebab masalah dijauhkan atau dipisahkan dari kontak dengan manusia.
Di beberapa kota besar dan berbagai kota lain sering terjadi peristiwa banjir yang disebabkan oleh sistem saluran air buangan dan air hujan yang tidak bekerja sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penyumbatan, endapan lupur, kurang perawatan atau karena perencanaan serta pelaksanaan pembangunan sistem penyaluran air buangan yang tidak sesuai dengan ketentuan teknis. Air buangan yang tertahan atau tergenang disuatu lokasi dalam waktu yang relatif lama dapat menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk, vektor nyamuk malaria, demam berdarah, filaria dan sebagainya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari perencanaan sistem drainase dan sewerage ini ialah untuk menghambat terjadinya limpasan air pada daerah upstream (hulu) selama aliran tersebut tidak membahayakan kepentingan manusia, lalu menghalunya setelah sampai di daerah downstream.
Sedangkan, pada sistem sewerage diharapkan mampu melayani air buangan yang masuk kedalam saluran sewer dalam menjaga lingkungan disekitar area pelayanan sistem sewerage serta nantinya air buangan tersebut dapat dimaanfaatkan kembali menjadi air bersih di Instalasi Pengolahan Air Limbah yang nantinya menjadi tempat pengumpulan, serta pengolahan air buangan pada sistem sewer tersebut.
Tujuan dari perencanaan sistem drainase ini adalah :
- Mengendalikan banjir di daerah Kecamatan Danurejan.
- Mengendalikan elevasi badan air permukaan, seperti sungai, danau, parit, dan lain-lain.
- Mencegah terjadinya lingkungan yang kurang sehat atau penyebaran penyakit melalui
air.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
14
- Mengendalikan elevasi air tanah pada lahan produktif.
- Mencegah terjadinya erosi tanah.
Sedangkan tujuan dalam perencanaan suatu sistem penyaluran air buangan (sewerage) antara lain :
- Mengurangi dan menghilangkan pengaruh buruk air buangan pada kesehatan manusia dan lingkungannya yang akan berdampak pada terciptanya suatu kondisi lingkungan yang sehat.
- Melalui desain sistem penyaluran yang baik akan diperoleh suatu jaringan yang efektif dan efisien dengan menekan biaya yang seminimal mungkin dan memperoleh hasil yang semaksimal mungkin
- Meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan atau pemanfaatan air buangan untuk kepentingan hidup manusia dan lingkungannnya - Mencegah timbulnya penyakit bawaan air (water born diseases) dan secara estetika
mencegah bau tidak sedap yang ditimbulkan air buangan.
Sasaran yang harus dicapai dalam perencanaan sistem penyaluran air buangan antara lain :
•
Mahasiswa harus mampu mendesain dan memahami secara mendalam mengenai sistem penyaluran air buangan suatu wilayah tertentu.
•
Sistem yang direncanakan harus berfungsi secara optimal, tepat guna dan bernilai ekonomis sehingga dapat diaplikasikan secara langsung di masyarakat.
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup perencanaan sistem drainase dan sewerage yaitu menjelaskan tentang tahap-tahap di dalam merencakan sebuah sistem yang nantinya akan dibangun di Kecamatan Danurejan.
1.3.1 Sistem Drainase
Ruang lingkup perencanaan system drainase meliputi :
1. Melengkapi data curah hujan yang hilang
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
15
2. Tes Konsistensi
3. Tes Homogenitas
4. Menghitung curah hujan rata-rata menggunakan metode Thiessen 5. Menghitung hujan harian maksimum dengan metode :
a. Gumbel b. Iwai – Kadoya c. Log – Person III d. Log – Normal III
6. Menghitung distribusi hujan menggunakan metode Hasper – Weduwen
7. Menghitung lengkung intensitas hujan untuk tinggi hujan bencana yang dipilih menggunakan 3 metode :
a. Talbot b. Ishigiro c. Sherman
8. Perencanaan sistem drainase meliputi : a. Layout jaringan drainase b. Penentuan kapasitas aliran 9. Perhitungan beban aliran :
a. Penentuan blok layanan (sub area) b. Perhitungan kapasitas aliran 10. Pemilihan bahan dan bentuk saluran 11. Perhitungan dimensi dan elevasi saluran 12. Rencana bangunan pelengkap
13. Gambar – gambar drainase : a. Peta kecamatan studi b. Peta topografi c. Peta tata guna lahan
d. Peta pembagian sub area layanan e. Layout jaringan drainase
f. Profil hidrolis saluran induk
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
16
14. Bill Of Quantity (BOQ) dan Rancangan Anggaran Biaya RAB
1.3.2 Sistem Sewerage
a. Penentuan daerah pelayanan
b. Perencanaan jaringan saluran air buangan, meliputi : c. Perhitungan bebas aliran (sub area pelayanan) d. Perhitungan kapasitas aliran dan dimensi saluran e. Perencanaan bangunan pelengkap
f. Bill Of Quang tity (BOD) dan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) 1.4 Peraturan Terkait
Agar perencanaan drainase dan sewerage dapat berjalan teratur dan sesuai standar maka perencanaan ini mengacu pada pedoman, antara lain :
1. SNI 2415: 2016 tentang Tata Cara Perhitungan Debit Rencana 2. UU No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air
3. Permen PU No. 11/PRT/M/2014 tentang Pengelolaan Air Hujan pada Bangunan Gedung dan Persilnya
4. Permen PU No. 12/PRT/M/2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan
5. PP RI No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. PP RI No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahahn daera provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota
7. SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan 8. SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk
Lahan Pekarangan
9. SNI 03-2459-2002 tentang Spesifikasi Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan
Pekarangan
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
17
10. SNI 03-6966-2003 tentang Spesifikasi Saluran Air Hujan Pracetak Berlubang untuk
Lingkungan Permukiman
11. Buku Utama SPALD-T dan Buku A SPALD-T
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
18
BAB II
KONDISI UMUM DAERAH PERENCANAAN
2.1 Batas Wilayah Administrasi
Danurejan merupakan sebuah kemantren di Kota Yogyakart, Daerah Istimewah Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Danurejan juga merupakan salah satu dari 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta Hadinigrat, yang berkantor di Kepatihan (sekarang Kantor Gubernur Daerah Istimeewah Yogyakarta). Kecamatan Danurejan terletak di sekitar pusat kota, batas wilayahna sebagai berikut dan berbatasan dengan 5 kecamatan di Yogyakarta :
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kecamatan Danurejan
Sebelah Utara : Kecamatan Jetis dan Kecamatan Gondokusuma Sebelah Timur : Kecamatan Gondokusuma
Sebelah Barat : Kecamatan Gedongtengen
Sebelah Selatan : Kecamatan Pakualaman dan Kecamatan Gondomanan
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
19
Luas wilayah Kecamatan Danurejan adalah 1.10 km
2. Kecamatan Danurejan terbagi menjadi 3 kelurahan yaitu Tegalpanggung, Bausaran, dan Suryatmajan. Untuk luas wilayah setiap kelurahan berbeda-beda. Kelurahan Bausaran memiliki luas wilayah paling besar yaitu 0,474 km
2atau 43%, Kelurahan Tegalpanggung 0,351 km
2atau 32%, dan Kelurahan Suryatmajan 0,279 km
2atau 25% dari total luas Kecamatan Danurejan.
Secara administratif, Kecamatan Danurejan terbagi menjadi 3 kelurahan sebagai berikut : 1. Kelurahan Bausasran (Terdiri dari 5 kampung, 12 RW, 49 RT)
2. Kelurahan Tegalpanggung (Terdiri dari 5 kampung, 16 RW, 66 RT)
3.Kelurahan Suryatmajan (Terdiri dari 6 kampung, 14 RW, 43 RT)
NO Kecamatan Luas Area (km2) Persentase
1 Mantrijeron 2,61 8,0
2 Kraton 1,40 4,3
3 Mergangsan 2,31 7,1
4 Umbulharjo 8,12 25,0
5 Kotagede 3,07 9,4
6 Gondokusuma 3,97 12,2
7 Danurejan 1,10 3,4
8 Pakualaman 0,63 1,9
9 Gondomanan 1,12 3,4
10 Ngampilan 0,82 2,5
11 Wirobrajan 1,76 5,4
12 Gedongtengen 0,96 3,0
13 Jetis 1,72 5,3
14 Tegalrejo 2,91 9,0
Jumlah 32,50 100,00
Tabel 2. 1 Luas Wilayah Kecamatan Danurejan Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
20 Kelurahan Luas Area (km2)
Bausasran 0,42
Tegalpanggung 0,35
Suryatmajan 0,28
2.2 Batas Wilayah Administrasi 2.2.1 Jumlah Penduduk
Penduduk Kecamatan Danurejan yang terdiri dari 3 Kelurahan berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2021 sebanyak 21.383 jiwa yang terdiri atas 10.454 jiwa penduduk laki-laki dan 10.929 jiwa penduduk perempuan.
Penduduk/Kelurahan Penduduk
L P L+P
SURYATMAJAN 2.285 2.345 4.630 TEGALPANGGUNG 4.513 4.723 9.236
BAUSASRAN 3.656 3.861 7.517
JUMLAH 10.454 10.929 21.383
Tabel 2. 2 Luas Wilayah Kecamatan Danurejan
2.2.2 Jumlah RT, RW, Kampung dan LPMK
Jumlah RT, RW, Kampung dan LPMK di Kecamatan Danurejan adalah sebagai berikut:
Tabel 2. 3 Jumlah RT, RW, Kampung dan LPMK
2.3 Data Fasilitas Umum
Fasilitas umum di dalam sebuah kabupaten/kota sangat penting untuk diperhitungkan dalam perencanaan rainase dan sewerage. Sarana dan prasarana yang dimaksudkan yaitu berupa fasilitas Pendidikan, Kesehatan, dan tempat pribadatan.
Berikut adalah daftar sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Danurejan :
NO KELURAHAN RT RW KAMPUNG LPMK JUMLAH
1 SURYATMAJAN 43 14 6 1 64
2 TEGALPANGGUNG 66 16 5 1 88
3 BAUSASRAN 49 12 5 1 67
TOTAL 158 42 16 3 219
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
21
No Kelurahan TK
SD SMP SLTA PT
N S INPRES KEJ UMUM KEJ UMUM N S
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Suryatmajan 2 - - - -
2 Tegalpanggung 4 4 - - - 1 - 1 - -
3 Bausaran 4 - 2 - - 2 - - - 1
Jumlah 10 4 2 - - 3 - 1 - 1
2015 10 4 2 - - 3 - 1 - 1
2014 10 4 2 - - 3 - 1 - 1
Tabel 2. 4 Jumlah Fasilitas Pendidikan Tahun 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (Data Kecamatan Danurejan)
No Kelurahan Puskemas/Pembantu RS Bersalin
Tempat Praktek Dokter
Pos Kesehatan
Poli Klinik
-1
1 Suryatmajan - - 2 6 1
2 Tegalpanggung 1 - 3 8 -
3 Bausaran 1 1 3 5 1
Jumlah 2 1 8 19 2
Tabel 2. 5 Jumlah Fasilitas Kesehatan Tahun 2016
Sumber : Badan Pusat Statistik (Data Kecamatan Danurejan)
No Kelurahan Masjid Langgar/Surau Gereja Klenteng Pura
-1
1 Suryatmajan 9 5 - - -
2 Tegalpanggung 7 13 - - -
3 Bausaran 5 9 1 - -
Jumlah 21 27 1 - -
Tabel 2. 6 Jumlah Fasilitas Tempat Peribadahan Tahun 2016 Sumber : Badan Pusat Statistik (KUA Kecamatan Danurejan)
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
22
BAB III
KRITERIA PERENCANAAN
3.1 Landasan Kriteria Perencanaan
Menurut pasal 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan menyebutkan bahwa prasarana drainase adalah lengkungan ataupun saluran air di permukaan atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang berfungsi mengalirkan kelebihan air dari suatu Kawasan ke badan air penerima.
Perencanaan system drainase ataupun sewerage perkotaan perlu memperhatikan fungsinya perkotaan sebagai prasarana kota yang dilandaskan pada konsep pembangunan yang berwawasan lingkungan. Konsep system drainase ini antara lain berkaitan dengan usaha konservasi sumber daya air, yang pada prinsipnya mengendalikan air hujan supaya lebih banyak meresap kedalam tanah dan tidak banyak terbuang sebagai aliran permukaan antara lain yaitu dengan membuat bangunan resepan buatan, kolam tandon, penataan landscape,dan sengkedan.
Penyelenggaran Sistem Drainase Perkotaan menganut system pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah (sewerage) pada wilayah perkotaan.
Penyelenggaraan Sistem Drainase Perkotaan menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemerintah provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya. (Permen PU Nomor 12 Tahun 2014)
Perencanaan Sistem Drainase Perkotaan meliputi : a. Penyusunan rencana induk,
b. Studi kelayakan, dan
c. Perencanaan teknik terinci/detail design. (Pasal 6 Permen PU Nomor 12 Tahun 2014)
Kriteria perencanaan harus disesuaikan dengan keadaan lokasi proyek, agar didapat
hasil seperti yang diharapkan, dengan memperhatikan rencana pengelolan sumber daya air,
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kondisi lingkungan, sosial, ekonomi, konservasi air,
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
23
dan lain sebagainya. Kriteria perencanaan untuk proyek Drainase Perkotaan terdiri dari 5(lima) pembahasan teknis utama sebagai berikut
1. Kriteria Pengukuran Topografi
2. Kriteria Penentuan/Pembagian Daerah Layanan 3. Kriteria Hidrologi
4. Kriteria Hidrolika saluran dan bangunan 5. Kriteria Struktur
3.2 Perencanaan Sistem Drainase
Pada perencanaan ini menurut NSPM Drainase. Dimana fungi drainase perkotaan sebagai berikut :
a. Membebaskan suatu wilayah terutama pemukiman yang padat dari genangan air, erosi, dan banjir.
b. Meningkatkan kesehatan lingkungan, bila drainase lancar maka memperkecil resiko penyakit yang ditransmisikan melalui air (water borne disease) dan penyakit lainnya.
c. Dengan sistem drainase yang baik tata guna lahan dapat dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah untuk jalan dan bangunan bangunan lainnya.
d. Dengan sistem drainase yang terencana maka dapat dioptimalkan pengaturan tataair yang berfungsi mengendalikan keberadaan air yang berlimpah pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau.
Sistem jaringan drainase didalam wilayah kota dibagi menjadi 2 bagian yaitu : 1. Drainase utama (major drainage), dan
2. Drainase local (minor drainage).
Konfirgurasi system drainase perkotaan ditunjukkan dalam gambar sebagai
berikut :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
24
Gambar 3. 1 Konfigurasi Sistem Drainase Perkotaan
Sistem Drainase Major merupaka system drainase utama atau drainase makro
(major drainage) yang merupakan system saluran yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada system ini biasanya menampung aliran yang memiliki skala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Pada umumnya sistem drainase mayor disebut sebaga system saluran pembuangan utama. System ini adalah penghubung antara drainase dan drainase pengendalian banjir. Debit rencana dipakai dengan periode ulang lebih besar dari 10 tahun.
Sedangkan Sistem Drainase Mikro merupakan system saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan, dimana sebagian besar di dalam wilayah kota. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran disepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, gorong-gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar.
Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 dan 10 tahun tergantung pada tata guna tanah yang ada. System drainase untu lingkungan pemukiman lebih cenderung sebagai system drainase mikro.
Pada perencanaan dan pelaksanaan pembuatan saluran drainase, kriteria teknis
saluran drainase untuk air hujan dan air limbah perlu diperhatikan agar saluran
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
25
drainase tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya. Kriteria teknis saluran drainase, yaitu sebagai berikut.
a. Kriteria teknik saluran drainase air hujan :
1. Muka air rencana lebih rendah dari muka yang akan dilayani.
2. Aliran berlangsung cepat, tetapi tidak menimbulkan erosi.
3. Kapasitas saluran membesar searah aliran b. Kriteria teknis saluran drainase air limbah :
1. Muka air rencana lebih rendah dari muka tanah yang akan dilayani.
2. Tidak mencemari kualitas air sepanjang lintasannya.
3. Tidak mudah dicapai oleh binatang yang dapat menyebarkan penyakit.
4. Terdapat proses pengenceran atau penggelontoran sehingga kotoran yang ada dapat terangkut secara cepat sampai ke tempat pembuangan akhir.
5. Tidak menyebarkan bau atau mengganggu estetika.
Dalam perencanaan drainase ini, system yang akan digunakan adalah terpisah.
Yaitu dimana drainase perkotaan hanya melayani air limpasaan air hujan, sedangkan air limbah/buangan akandilayani oleh system sewerage. 3.2.1
3.2.1 Bentuk dan Jenis Saluran
Bentuk dan jenis saluran disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Tipe-tipe saluran sebagai berikut :
A. Saluran Tertutup
Sistem saluran tertutup cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama
untuk kota yang tinggi kepadatannya seperti di kota Metropolitan. Lahan yang tersedia
terbatas dan harganya yang mahal sehingga tidak memungkinkan direncanakan sistem
saluran terbuka. Saluran tertutup dapat berupa pipa beton bertulang, besi tuang, tanah
liat, plastik (PVC) atau bahan- bahan lain yang tahan karat (korosif). Pemasangan
dengan cara menanamkan beberapa meter dibawah tanah dan harus dapat mendukung
beban lalu lintas diatasnya. Untuk saluran yang besar alternatifnya dapat memakai box
beton bertulang tetapi harganya lebih tinggi dan pelaksanaannya lebih lama.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
26
Untuk keperluan pengawasan pemeliharaan maka pada setiap belokan, perubahan dimensi atau bentuk pada setiap pertemuan saluran serta pada setiap jarak 25-50 m dibuat bangunan pemeriksa (manhole). Sistem ini juga dapat menghindari dari penyalahgunaan drainase seperti membuang sampah di saluran drainase.
Gambar 3. 2 Saluran Drainase Tertutup
B. Saluran Terbuka
Saluran terbuka dalam pembuatannya tidak memerlukan teknologi yang rumit dan biaya lebih murah, sehingga sistem ini cenderung lebih sering digunakan sebagai alternatif pilihan dalam penanganan masalah drainase perkotaan. Saluran terbuka cocok dipakai apabila masih tersedia lahan yang cukup. Sistem saluran terbuka biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah). Namun kebanyakan sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran dimana sampah dan limbah penduduk dibuang ke saluran tersebut.
Saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu
(masonry) ataupun dengan pasangan bata. Penampang saluran ini biasanya dibuat
berbentuk trapesium. Namun kadang-kadang mengingat kondisi lapangan misalnya
keterbatasan lahan yang tersedia sudah tidak memungkinkan lagi maka penampang
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
27
saluran dibuat persegi. Dasar saluran dapat berupa setengah lingkaran atau datar maupun kombinasi keduanya. Apabila diperlukan, saluran ini dapat juga ditutup dengan plat beton. Tetapi harus dibuat lubang celah pemasukan (drain inlet) agar air dapat mengalir ke dalam saluran.
Bentuk penampang saluran terbuka primer dan sekunder :
a. Bentuk trapesium adalah bentuk penampang saluran yang terbentuk secara alami dimana kemiringan talud mengikuti kemiringan dari jenis tanah asli. Jenis perkuatan yang digunakan :
•
Saluran trapesium dengan perkuatan talud dengan pasangan batu belah.
•
Saluran trapesium dengan perkuatan plat beton dan balok beton.
•
Saluran trapesium dengan turap kayu.
Gambar 3. 3 Saluran Bentuk Trapezium
b. Bentuk segi empat dibentuk dengan syarat perkuatan talud.
Jenis perkuatan yang digunakan :
•
Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari pasangan batu pecah.
•
Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari beton bertulang.
•
Saluran segi empat dengan perkuatan talud site pile beton bertulang.
•
Saluran segi empat dengan perkuatan talud dari tiang pancang.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
28
Gambar 3. 4 Saluran Bentuk Segiempat
Saluran Tersier adalah saluran yang menerima aliran air dari rumah tangga dan mengalirkannya ke saluran sekunder. Selain itu juga merupakan saluran kiri kanan jalan yang biasanya dapat distandarisasi dengan ukuran tertentu tergantung dari daerah pengaliran saluran/jalan.
Gambar 3. 5 Saluran Tersier Di Perumahan
•
Penampang saluran tersier adalah penampang saluran terkecil dibandingkan dengan saluran lainnya dan berfungsi mengalirkan aliran air hujan dan air limbah rumah tangga.
•
Saluran tersier umumnya dibuat dari pasangan batu bata, batu pecah dan plat beton.
•
Bentuk penampang saluran adalah segi empat dengan lantai berbentuk setengah
lingkaran atau trapezium.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
29
3.2.2 Berdasarkan Fungsi Pelayanan
Sistem drainase kota yang dipakai dalam perencanaan ini yaitu sistem drainase utama, yang termasuk sistem drainase utama adalah saluran drainase primer, sekunder, dan tersier beserta bangunan pelengkapnya yang melayani kepentingan sebagian besar warga masyarakat. Tetapi dalam perencanaan ini hanya menggunakan saluran primer dan saluran sekunder. Pengelolaan sistem drainase utama merupakan tanggung jawab pemerintah kota.
3.2.3 Berdasarkan Fisiknya
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) system drainase perkotaan diklasifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier, dan seterusnya.
1. Saluran primer
Saluran primer adalah saluran yang ukuran dan kapasitasnya jauh lebih besar dari saluran sekunder, bisa juga berupa sungai atau kali yang melintasi dalam kota.
2. Saluran sekunder
Saluran sekunder adalah saluran tertutup berada pada lokasi pemukiman yang padat, daerah perkantoran dan pusat perdagangan dengan bentuk bulat, persegi atau trapezium.
3. Saluran Tersier
Saluran tersier umumnya berupa saluran terbuka adalah saluran yang dibuat untuk melayani air permukaan pada lokasi pemukiman yang kurang padat, badan saluran dapat berupa dinding tanah, berlapis lining beton, pasangan batu kali, atau dinding beton
4. Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase local.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
30
Gambar 3. 6 Hirarki Susunan Saluran
a. = Saluran primer b. = Saluran sekunder c. = Saluran tersier d. = Saluran kwarter 3.2.4 Analisa Curah Hujan Rencana
Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi.
Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan car aini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Hujan rencana adalah hyetograph hujan yang mempunyai karakteristik terpilih.
Hujan rencana bukan kejadian hujan yang diukur secara aktual dan kenyataanya, hujan yang identik dengan hujan rencana tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi. Namun demikian, kebanyakan hujan rencana mempunyai karakteristik yang secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu. Dengan demikian, menggambarkan karakteristik umum kejadian hujan yang diharapkan terjadi pada masa mendatang.
Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang (return period) yang dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan yang akan dikeringkan. Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang untuk perencanaan :
- Saluran Kwarter : periode ulang 1 tahun
- Saluran Tersier : periode ulang 2 tahun
- Saluran Sekunder : periode ulang 5 tahun
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
31
- Saluran Primer : pepriode ulang 10 tahun
Tabel 3.1 Rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan
Sistem Penyaluran
Dasar Tipe Pekerjaan (untuk pengendalian banjir di sungai) Dasar dari jumlah penduduk (untuk system drainase)
Tahap awal
Tahap akhir
Sungai
-
Rencana Bahaya 5 10-
Rencana Baru 10 25-
Rencana Terbaru/Awal-
Untuk pedesaan atau perkotaan dengan jumlah penduduk <2.000.000 25 50
-
Untuk perkotaan dengan jumlah penduduk > 2.000.000 25 100 SistemDrainase primer (catchment
area > 500 Ha)
-
Pedesaan 2 5-
Perkotaan dengan jumlah penduduk < 500.000 5 10-
Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk < 2.000.000 5 15-
Pedesaan dengan jumlah penduduk > 2.000.00 10 25Sistem Drainase Sekunder (Catchment
area < 500 Ha )
-
Pedesaan 1 2-
Perkotaan dengan jumlah penduduk < 500.000 2 5-
Perkotaan 500.000 < jumlah penduduk < 2.000.000 2 5-
Pedesaan dengan jumlah penduduk > 2.000.00 5 10Sistem Drainase
Tersier (Catchment
area < 10 Ha)
-
Perkotaan dan Pedesaan 1 2Tabel 3. 1 Rekomendasi Periode Ulang Desain Banjir dan Genangan
(Flood Control Manual, 1993, Volume I Summary of Flood Control Criteria and Guidelines: 4)
Penentuan periode ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomis.
Analisis frekuensi terhadap data hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain yaitu Distribusi Normal, Distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel.
3.2.3.1 Analisa Frekuensi Curah Hujan
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
32
Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness (kecondongan atau kemiringan).
Tabel 3. 2 Parameter Statistik
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Adapun empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi sebagai berikut :
- Distribusi Normal - Distribusi Log Normal - Distribusi Log Person III - Distribusi Gumbel 3.2.3.2 Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal atau kurva normal disebut juga distribusi
Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai
persamaan sebagai berikut :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
33 𝑋𝑇= 𝑋̅ + 𝐾𝑇𝑆
𝐾𝑇 =𝐾𝑇− 𝑋̅
𝑆
Dimana :
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T- tahunan,
X = nilai rata-rata hitung,
S = Deviasi standar nilai variat, dan
KT = Faktor frekuensi, adalah fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang dgunakan untuk analisis peluang.
Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi KT umumya sudah
tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss (Variable
reduced Gauss), seperti ditunjukkan dalam Tabel 3.3TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
34
Tabel 3. 3 Nilai Variable Reduksi Gauss
3.2.3.3 Distribusi Log Normal
Dalam distribusi Log Normal data X diubah kedalam bentuk logaritmik Y = log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan curah hujan rencana menggunakan persamaan berikut :
𝑌𝑇 = 𝑌̅ + 𝐾𝑇𝑆
𝐾𝑇 =𝑌𝑇− 𝑌̅
𝑆
Dimana :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
35
XT = Perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-
tahunan,
X = nilai rata-rata hitung,
S = Deviasi standar nilai variat, dan
KT = Faktor frekuensi, adalah fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik distribusi peluang yang dgunakan untuk analisis peluang.
3.2.3.4 Distribusi Log Person II
Salah satu distribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangkan Person yang menjadi perhatian ahli sumberdaya air adalah Log-Person Type III. Tiga parameter penting pada distribusi ini adalah harga rata-rata, simpang baku, dan koefisien kemencengan. Jika kemencengan sama dengan nol, distribusi kembali ke distribusi Log Normal. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III, mempunyai langkah-langkah perumusannya yaitu sebagai berikut :
- Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X – Hitung harga rata-ata :
- Hitung harga simpangan baku
- Hitung koefisien kemiringan :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
36
- Hitung logritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus yaitu :
Dimana :
K = Variabel standar (standardized variable) untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G (Tabel 15 Nilai K untuk distribusi Log-Person III).
Tabel 3. 4 Nilai K unntuk Distribusi Log-Person III
3.2.3.5 Distribusi Gumbel
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
37
Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai perumusannyya yaitu sebagai berikut :
Dimana :
X = Harga rata-rata sampel
S = Standar deviasi (simpangan baku) sampel
Nilai K (factor probabilitas) untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut
Tabel 3. 5 Reduced Standar Deviation, Sn
Tabel 3. 6 Reduced Variate, Ytr sebagai fungsi Periode Ulang
3.2.5 Debit Rencana
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase
untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai
debit rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
38
kemungkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1 kali dallam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 20 kali dalam 100 tahun. Penetapan debit banjir maksimum periode 5 tahun ini berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :
a. Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relative kecil dibandingkan dengan banjjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai b. Luas lahan diperkotaan relative terbatas apa lagi ingin direncanakan saluran
yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5 tahun.
c. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu sehingga mengakibaatkan perubahan pada saluran drainase
Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya (Metode Rasional). Untuk debit air limbah rumah tangga diestimasikan 25 liter perorangan perhari. Adapun rumusan perhitungan debit rencana Metode
Rasional adalah sebagai berikut : Dimana ;
Q = Debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/detik) C = Koefisien aliran permukaan
Cs = Koefisien tampungan oleh cekungan terhadap debit rencana I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (km2) Tc = Waktu konsentrasi (jam)
Td = waktu aliran air mengalir didalam saluran dari hulu hingga ke tempat
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
39
pengukuran (jam)
Dalam perencanaan saluaran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik debit rencana (periode ulang) dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. Tabel 3.7 berikut menyajikan standar desain saluran drainase berdasar “Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar Desain Teknis”.
Tabel 3. 7 Kriteria Desain Hidrologi Sistem Drainase Perkotaan
3.2.6 Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air
hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface run- off) dengan
jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi). Besaran ini
dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan
koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya perubahan tata
guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran mempunyai nilai antara, dan
sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis dipergunakan nilai terbesar atau nilai
maksimum.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
40
Tabel 3. 8 Koefisien Limpasan Berdasarkan Tata Guna Lahan
3.2.7 Waktu Konsentrasi (Tc)
Menurut Wesli (2008; 35) pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Debit limpasan dari sebuah daerah aliran akan maksimum apabila seluruh aliran dari tempat terjauh dengan aliran dari tempat-tempat dihilirnya tiba dia tempat pengukuran secara bersama- sama. Hal ini memberi pemahaman bahwa debit maksimum tersebut akan terjadi apabila durasi hujan harus sama atau lebih besar dari waktu konsentrasi. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi :
a.
Intel time (to), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir diatas permukaan tanah menuju saluran drainase
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
41
b.
Conduit time (td), yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalirdi sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir.
Titik terjauh to menuju saluran drainase
Gambar 3. 7 Lintasan Aliran Waktu Inlet Time (to) dan Conduit Time (td)
Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh factor-faktor berikut ini :
a. Luas daerah pengaliran b. Panjang saluran drainase c. Kemiringan dasar saluran d. Debit dan kecepatan aliran
Harga Tc ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini :
Dimana :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
42
Tc = Waktu Konsentrasi (jam)
To = Inlet ke saluran terdekat (menit)
Td = Conduiit time sampai ke tempat pengukuran (menit) N = Angka kekasaran manning
S = Kemiringan lahan (m)
L = Panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m) Ls = Panjang lintasan aliran didalam saluran (m)
V = Kecepatan aliran didalam saluran (m/detik) 3.2.8 Jalur Saluran
Jalur sistem penyaluran air hujan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan daerah pelayanan, dimana jalur saluran hujan direncanakan di salah satu sisi jalan (kanan atau kiri) atau mungkin kedua sisi jalan.
Untuk saluran awal (hulu saluran), batas maksimum batas saluran adalah + 1.00 meter. Sedangkan untuk saluran induk (primer) lebar atas saluran lebih besar 1.00 meter. Untuk saluran ini diusahakan berada jauh dan melintas jalan agar pemukiman disekitarnya tidak perlu membuat jembatan persil (mahal).
Kapasitas saluran dan perlengkapanya sesuai dengan beban keadaan, medan serta sifat-sifat hidrolis dimana saluran dan perlengkapan tersebut ditempatkan.
Perencanaan hidrolis juga harus diperhatikan, meliputi prinsip hidrolika pengaliran saluran perencanaan. Sedangkan untuk hal teknis berupa segi-segi teknis yang harus diperhatikan dalam rencana penyaluran seperti topografi.
Daerah yang ditampung limpahan air hujan oleh suatu jaringan drainase disebut
blok pelayanan. Tidak ada batas luas tertentu untuk setiap blok, dan sebaiknya setiap
blok dilayani jaringan drainase maksimal 1000 meter.
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
43
3.2.9 Dimensi Saluran
Jaluran system penyaluran air hujan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan daerah pelayanan, dimana jalur saluran hujan direncanakan di salah satu sisi jallan (kanan atau kiri) atau bisa jadi kedua sisi jalan.
Untuk saluran awal (hulu saluran), batas maksimum batas saluran adalah ± 1.00 meter. Sedangkan, untuk saluran induk (primer) lebar atas saluran lebih besar 1.00 meter. Untuk saluran ini diusahakan berada jauh dan melintas jalan agar pemukiman disekitarnya tidak perlu membuat jembatan persil (mahal).
Kapasitas saluran dan perlengkapannya sesuai dengan beban keadaan, medan serta sifat-sifat hidrolis dimana saluran dan perlengkapan tersebut ditempatkan.
Perencanaan hidrolis juuga harus doperhatikan, meliputi prinsip hidrolika pengaliran saluran perencanaan. Sedangkan untuk hal teknis berupa segi-segi teknis yang harus diperhatikan dalam rencana penyaluran seperti topoggrafi
Daerah yang ditampung limpahan air hujan oleh suatu jaringan drainase disebut dengan blok pelayanan. Tidak ada batas luas tertentu untuk setiap blok, dan juga sebaiknya setiap blok dilayani jaringan drainase maksimal 1000 meter.
3.2.10 Dimensi Saluran
Perhitungan dimensi saluran didasarkan pada debit harus ditampung oleh saluran(Qs dalam m
3/det) lebih besar atau sama dengan debit rencana yang diakibatkan oleh hujan rencana (QT dalam m
3/det). Kondisi demikian dapaat dirumuskan dengan
persamaan sebagai berikut :
Debit yang mampu ditampung oleh saluran (Qs) dapat diperoleh dengan rumus seperti dibawah ini :
Dimana :
As = Luas penampang saluran (m
2)
V = Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/detik)
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
44
Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning yaitu :
Dimana :
V = Kecepatan rata-rata aliran didalam saluran (m/detik0 N = Koefisien kekerasan Manning
R = Jari-jari hidrolis (m) S = Kemiringan dasar saluran As = Luas penampang saluran (m
2) P = Keliling basah saluran (m)
Nilai koefisien kekasaran Manning n, untuk gorong dan saluran pasangan
Tabel 3. 9 Koefisien Kekasaran Manning
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
45
Nilai kemiringan dinding saluran diperoleh berdasarkan bahan saluran yang akan digunakan. Nilai kemiringan dinding saluran dapat dilihat pada Tabel 3.10 :
Tabel 3. 10 Koefisien Kekasaran Manning
3.3 Perencanaan Sistem Sewerage
Sewerage adalah limbah cair yang dihasilkan oleh aktifitas masyarakat
perkotaan. Pembunagan limbah cair yang dilakuukan dengan menggunakan bantuan rangkaian saluran yang biasa di sebut sewer system. Sewer system yaitu berarti sistem yang dapat mengatur rangkaian proses pembuangan atau penyaluran air buangan.
Limbah cair domestik dibuang menggunakan sebuah jaringan saluran air buangan dan jaringan lainnya yang digunakan untuk pengumpulan air hujan. Terdapat beberapa jenis saluran yaitu sanitary sewer, storm sewer, dan combined sewer. Sanitary
sewer merupakan sistem saluran yang digunakan untuk mengalirkan air buangan danbiasa disebut dengan jaringan terpisah. Sedangkan
storm sewer adalah jenis saluranyang digunakan untuk penyaluran air hujan. Combined sewer digunakan untuk kondisi tertentu. Combined sewer merupakan saluran air buangan yang menerima dua jenis air buangan. Jenis pengolahan seperti ini akan memiliki banyak variasi dibandingkan dengan saluran sanitary. Jika pada sebuah kota menggunakan kedua jenis sistem pengaliran untuk daerah pelayanannya, maka kota tersebut memiliki sebuah sistem penyaluran air buangan tercampur.
Pada ujung saluran air buangan menerapkan pembuangan limbah cair yang
merupakan tahap terakhir. Tahapan tersebut kemudian bisa dilanjutkan oleh Instalasi
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
46
Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan bisa juga tidak. Adapun tujuan dari sistem penyaluran air buangan adalah untuk menyalurkan limbah cair yang diterima dari berbagai titik ke sebuah tempat pembuangan dalam waktu paling singkat dan dapat dilakukan terus-menerus. Umumnya, tidak ada bagian dari limbah cair yang tertahan di sistem, baik daalam bentuk cair atau sedimen yang menempel di dasar atau dinding saluran.
System Penyaluran Air Buangan merupakan salah satu sarana pendukung yang penting untuk membantu terciptanya kondisi sanitasi lingkungan yang baik dan dapat menunjang terciptanya kondisi masyarakat yang sehat dan produktif.
Adapun keuntungan dari pelayanan air kotor bagi masyarakat antara lain:
a. Perbaikan lingkungan pemukiman, terutama untuk daerah-daerah padat penduduk.
b. Penataan system saluran pembuangan.
c. Penataan system sanitasi lingkungan pemukiman.
d. Penurunan tingkat pencemaran pada badan-badan air penerima akibat pembuangan limbah domestic.
Perencanaan sistem sewerage ini menggunakan prinsip pengaliran terpisah (Separate system), yaitu memisahkan penyaluran air limbah yang mengandung padatan/tinja dengan air limpasan hujan yang disalurkan dengan sistem penyaluran yang berbeda. Separate system lebih banyak diterapkan dengan pertimbangan:
•
Ukuran pipa/saluran Combined sewer cukup besar karena menampung dan menyalurkan pula air limpasan hujan.
•
Ketika musim kering/kemarau dapat terjadi pengendapan, kecuali mempunyai gradien kecepatan yang cukup atau ada pemompaan.
•
Masuknya air limpasan hujan dalam jumlah besar menimbulkan permasalahan dalam proses pengolahan air limbah.
3.3.1 Sistem Jaringan Penyaluran Air Buangan
Sistem penyaluran air buangan yang akan digunakan untuk daerah perencanaan
ini adalah sistem terpisah (Separate sewer system) dengan pertimbangan bahwa daerah
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
47
perencanaan terletak di daerah tropis dengan periode musim hujan dan musim kemaraunya cukup panjang sehingga dengan diterapkan sistem terpisah akan memerlukan dimensi saluran air buangan yang kecil.
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.
2. Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
3. Air buangan memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan tidak perlu dan secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang ditinjau.
Keuntungan :
1. System saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan pembuatannya dan operasinya.
2. Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat.
3. Pada instalasi pengolahan air buangan yang tidak ada tambahan beban kapasistas, karena penambahan air hujan.
4. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncanakan pembilasan sendiri, baik pada musim kemarau maupun musim hujan.
Kerugian :
Harus membuat 2 sistem saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang cukup besar.
3.3.2 Ketentuan Teknis
Ketentuan teknis untuk tata cara survey dan pengkajian demografi sebagai berikut :
a. Mengelompokkan wilayah sasaran survey ke dalam kategori wilayah
berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut :
TUGAS BESAR DRAINASE DAN SEWERAGE JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
48
No Kategori Wilayah Jumlah Penduduk
(jiwa)
Jumlah Rumah (buah)
1 Kota >1.000.000 >200.000
2 Metropolitan 500.000 – 1.000.000 100.000 – 200.000 3 Kota Besar 1.000.000 –500.000 20.000 – 100.000
4 Kota Sedang 10.000 – 100.000 2.000 – 20.000
5 Kota Kecil Desa 3.000 – 10.000 600 – 2.000
Tabel 3. 11 Penentuan Kategori Wilayah
b. Mengkaji data jumlah penduduk awal perencanaan
c. Menentukan nilai presentase pertambahan penduduk pertahun d. Menghitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun 3.3.3 Pengkajian Demografi
Berikut merupakan tahapan untuk mengkaji demografi :
a. Hitung mundur jumlah penduduk pertahun untuk tahun-tahun sebelumnya dengan menggunakan metode aritmatik, geometric dan least square dengan menggunakan data jumlah penduduk tahun terakhir b. Hitung standar deviasi masing-masing hasil perhitungan mundur tersebut terhadap data penduduk eksisting, nilai standar deviasi terkecil dari