Dosen Pengampu : Atika Ulya Akmal, M.Pd
Disusun Oleh : Mutiara Salsabila
NIM. 23129247 Seksi. 23 BB 11
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Atas karunia-Nya pula penulis telah membuahkan hasil penulisan makalah yang berjudul “Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit (Asam, Basa, dan Garam)” ini sebagai bahan pembelajaran mata kuliah Konsep Dasar Bumi Antariksa dan Kimia dengan dosen pengampu Ibuk Atika Ulya Akmal, M.Pd. Makalah ini disusun dengan harapan dapat diterima dan di pahami secara bersama.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT Amin.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Padang, 20 November 2024
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A. Asam ... 3
B. Basa ... 6
C. Garam ... 9
D. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit ... 15
BAB III PENUTUP ... 17
A. Kesimpulan ... 17
B. Saran ... 17
DAFTAR PUSTAKA... 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan elektrolit dan non-elektrolit merupakan konsep dasar dalam kimia yang menjelaskan kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan arus listrik. Konsep ini penting untuk memahami sifat-sifat zat dan reaksi kimia dalam berbagai konteks.
Asam adalah zat yang dapat melepaskan ion hidrogen (H+) dalam larutan, seperti asam klorida (HCl), asam sulfat (H2SO4), dan asam asetat (CH3COOH).
Basa, di sisi lain, adalah senyawa yang dapat menerima ion hidrogen atau melepaskan ion hidroksida (OH-). Contohnya adalah natrium hidroksida (NaOH), yang sering digunakan dalam pembuatan sabun, dan amonia (NH3), yang banyak dimanfaatkan dalam industri pupuk dan pendingin. Basa memiliki sifat khas, seperti rasa pahit, licin saat disentuh, dan dapat mengubah warna indikator asam- basa, misalnya fenolftalein menjadi merah muda.
Garam terbentuk dari reaksi antara asam dan basa, menghasilkan senyawa ionik yang terurai menjadi kation dan anion dalam larutan. Contoh garam adalah natrium klorida (NaCl), yang merupakan komponen utama garam dapur, dan kalium nitrat (KNO3), yang digunakan dalam pembuatan pupuk dan bahan peledak. Garam umumnya memiliki sifat elektrolit karena kemampuannya menghantarkan listrik ketika terlarut dalam air.
Pemahaman tentang sifat-sifat asam, basa, dan garam sangat penting dalam berbagai aplikasi praktis. Dalam kimia analisis, konsep ini digunakan untuk memahami proses titrasi asam-basa, penentuan konsentrasi larutan, dan pengukuran pH. Dalam dunia industri, reaksi antara asam dan basa dimanfaatkan dalam berbagai proses, seperti pengolahan limbah, produksi bahan kimia, dan pengendalian korosi. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari, konsep ini relevan
dalam memahami sifat bahan pembersih, komposisi makanan, dan proses metabolisme tubuh.
Melalui pembelajaran materi ini, diharapkan peserta didik dapat memahami karakteristik asam, basa, dan garam serta peran pentingnya dalam berbagai aspek kimia dan kehidupan. Pemahaman ini tidak hanya memberikan wawasan teoretis, tetapi juga menghubungkan konsep-konsep kimia dengan penerapannya dalam kehidupan nyata dan perkembangan teknologi modern.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu asam, bagaimana sifatnya dan contoh asam dalam kehidupan sehari- hari?
2. Apa itu basa, bagaimana sifatnya dan contoh basa dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa itu garam, bagaimana sifatnya dan contoh garam dalam kehidupan sehari- hari?
4. Bagaimana perbedaan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian asam, sifat dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
2. Untuk memahami pengertian basa, sifat dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
3. Untuk memahami pengertian garam, sifat dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
4. Untuk mengetahui perbedaan larutan elektrolit dan larutan non elektrolit
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Asam
1. Pengertian Asam
Asam adalah senyawa kimia yang ketika dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (H). Ion hidrogen inilah yang bertanggung jawab atas sifat khas asam. Secara umum, asam memiliki rasa masam, bersifat korosif, dan mampu bereaksi dengan basa untuk membentuk garam dan air. Asam itu berasal dari bahasa latin, yaitu denfan kta acidus yang artinya masam. Asam menurut Arhenius adalah senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut air. Kekuatan asam ditentukan oleh sedikit banyaknya ion hidrogen yang dihasilkan. Semakin banyak ion H+ yang dihasilkan, semakin kuat sifat asamnya. Istilah "asam" merupakan terjemahan dari istilah yang digunakan untuk hal yang sama dalam bahasa-bahasa Eropa seperti acid (bahasa Inggris), zuur (bahasa belanda), atau saure (bahasa jerman) yang secara harfiah berhubungan dengan rasa masam.
Menurut Lavoisier (1777) menyatakan bahwa semua asam selalu mengandung suatu unsur dasar yaitu oksigen (nama oksigen diajukan oleh Lavoisier, diambil dari bahasa Yunani yang berarti "pembentuk asam").
Menurut Davy (1810) menunjukan bahwa asam muriatat (asam hidroklorida) hanya mengandung hidrogen dak klor, tidak mengandung oksigen dan dengan itu menetapkan bahwa hidrogenlah dan bukan oksigen yang menjadi unsur dasar didalam asam.
2. Sifat-Sifat Asam
Asam dan basa merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari. Asam adalah suatu zat yang larutannya berasa asam, memerahkan lakmus biru dan menetralkan basa. Asam telah lama dikenal
sebagai senyawa umum larutan air yang menunjukkan sifat sebagai berikut (Zenius, 2016)
1)
Rasa Asam yang KhasSifat yang paling mencirikan asam adalah terasa asam jika dirasakan indra pengecap. Contohnya: Cuka merupakan salah satu asam yang sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam ilmu kimia, cuka dikenal dengan nama asam asetat (asam etanoat).
2)
Dapat Mengubah Warna IndikatorSifat asam diidentifikasi dengan menggunakan indikator. Indikator yang paling sering digunakan adalah kertas lakmus. Jika suatu senyawa memiliki sifat asam maka kertas lakmus biru akan menjadi merah, sedangkan kertas lakmus merah akan tetap berwarna merah.
3)
Bereaksi dengan logam tertentu untuk menghasilkan gas II.Senyawa asam direaksikan atau bereaksi dengan beberapa jenis logam menghasilkan gas hidrogen, Beberapa contoh logam yang jika direaksikan dengan asam akan menghasil gas hidrogen yaitu: Logam magnesium, besi, tembaga dan seng. Akan tetapi hasil reaksi keduanya bukanlah gas hidrogen saja melainkan juga mengandung senyawa garam. Berikut adalah contoh reaksinya:
Asam + Logam tertentu → Garam + Gas Hidrogen
Jika kita mereaksikan dua senyawa asam yang berbeda pada logam yang sama, maka kita akan memperoleh hasil yang berbeda. Begitu juga sebaliknya, jika mereaksikan dua logam dengan senyawa asam yang sama.
Hal itu disebabkan perbedaan kekuatan asam yang kita gunakan.
4)
Bereaksi dengan basa untuk membentuk garam dan air5)
Dapat Menghantarkan Arus ListrikAsam dapat menghantarkan arus listrik. Hal itu dikarenakan asam dapat melepaskan ion ion dalam larutannya. Asam kuat merupakan elektrolit
5
yang baik. Semakin kuat suatu asam, akan semakin baik pula daya hantar listriknya (memiliki sifat elektrolit yang baik). Contohnya adalah asam sulfat yang terdapat pada aki mobil.
Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, dengan nilai pH yang lebih rendah sesuai dengan peningkatan keasaman. Contoh umum asam termasuk asam asetat (dalam cuka), asam sulfat (digunakan dalam baterai mobil), dan asam tartat (digunakan dalam baking).
3. Klasifikasi Asam
Asam dapat diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan asalnya, yaitu sebagai berikut :
Berdasarkan Kekuatan
a. Asam Kuat: Asam yang terionisasi sempurna dalam larutan. Contoh: asam klorida (HCl), asam sulfat (HSO).
b. Asam Lemah: Asam yang hanya terionisasi sebagian dalam larutan.
Contoh: asam asetat (CHCOOH), asam karbonat (HCO).
Berdasarkan Asal
a. Asam Organik: Asam yang berasal dari senyawa organik. Contoh: asam asetat, asam sitrat.
b. Asam Anorganik: Asam yang tidak mengandung karbon. Contoh: asam nitrat (HNO), asam fosfat (HPO).
4. Contoh Asam dalam Kehidupan Sehari-Hari
Asam banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bahan alami maupun dalam produk buatan manusia. Berikut adalah beberapa contohnya:
a. Asam asetat, terdapat pada larutan cuka.
b. Asam askorbat, teradapat pada jeruk, tomat, sayuran.
c. Asam sitrat, terdapat pada jeruk.
d. Asam borat, terdapat pada larutan pencuci mata.
e. Asam karbonat, terdapat pada minuman berkarbonasi.
f. Asam klorida, terdapat pada asam lambung, obat tetes mata.
g. Asam nitrat, terdapat pada pupuk, asam peledak (TNT).
h. Asam fosfat, mengandung pada deterjen, pupuk.
i. Asam sulfat, terdapat pada baterai mobil, pupuk.
j. Asam tatrat, terdapat pada anggur.
k. Asam malat, terdapat pada apel.
l. Asam formiat, terdapat pada sengatan lebah.
m. Asam laktat, terdapat pada keju.
n. Asam benzoat, terdapat pada bahan pengawet makanan.
B. Basa
1. Pengertian Basa
Basa menurut Arrhenius ialah senyawa yang terlarut dalam air yang sudah menghasilkan ion hidroksida (OH). Semakin banyaknya jumlah ion OH yang dihasilkan, maka semakin kuat lah sifat basanya. Basa juga dapat menetralisasikan asam (H+) dan menghasilkan air (H20). Definisi umum dari basa adalah senyawa kimia yang menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air.
Menurut Svante Arrhenius : Basa merupakan suatu senyawa yang dapat menghasilkan ion Hidroksida [OH], bila dilarutkan dalam air mempunyai rasa pahit dan bersifat kaustik. Basa adalah lawan (dual) dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH lebih dari 7. Kostik merupakan istilah yang digunakan untuk basa kuat. jadi kita menggunakan nama kostik soda untuk natrium hidroksida (NaOH) dan kostik postas untuk kalium hidroksida (KOH). Basa dapat dibagi menjadi basa kuat dan basa lemah.
Kekuatan basa sangat tergantung pada kemampuan basa tersebut melepaskan ion OH dalam larutan dan konsentrasi larutan basa tersebut.
7
Reaksi: Kalsium Hidroksida + Asam Sulfat ————> Kalsium Sulfat + Air Ca(OH)2 (aq) + H2SO4 ————> CaSO4(aq) + 2H2O
2. Teori Dasar
Svante August Arrhenius pada tahun 1887 menyatakan bahwa : “ Molekul- molekul elektrolit selalu menghasilkan ion-ion negatif dan positif jika dilarutkan dalam airSelanjutnya pada tahun 1900 Svante Arrhenius mengemukakan teori yang dikenal samapi sekarang yaitu Teori Asam Basa Arrhenius. “Basa merupakan suatu senyawa yang dapat memberikan ion Hidroksida (OH) bila dilarutkan dalam air.
Pada kimia modern basa dapat menghasilkan ion Hidroksida (OH-) dengan 2 cara :
1) Senyawa Basa dalam pelarut air menghasilkan ion Hidroksida (OH-) secara langsung.
NaOH Na+ + OH-
2) Senyawa Basa yang bereaksi dengan air menghasilkan ion Hidroksida (OH-). NH3 + H2O NH4+ + OH-
Untuk menunjukan sifat basa, larutan NH3 sering ditulis NH4OH.
Jumlah ion (OH-) yang dapat menghasilkan oleh suatu molekul basa disebut Valensi Biasa.
3. Contoh Basa
NO NAMA BASA TERDAPAT DALAM
1. Aluminium Hidroksida Deodoran dan Antasida 2. Kalsium hidroksida Mortar dan plester
3. Magnesium Hidroksida Obat urus-urus dan antasida 4. Natrium hidroksida Bahan sabun
4. Karakteristik Basa
Suatu zat dapat dikatakan basa jika zat tersebut punya sifat sebagai berikut.
a. Rasanya itu Pahit dan terasa licin pada kulit.
b. Apabila dilarutkan dalam air zat tersebut akan akan menghasilkan ion OH”.
c. Memiliki pH di atas 7 (pH > 7).
d. Bersifat elektrolit.
e. Jika diuji menggunakan kertas lakmus akan memberikan hasil sebagai berikut.
Lakmus merah -> berubah warnanya menjadi biru.
Lakmus biru -> tetap berwarna biru
5. Pengelompokan Basa
Berdasarkan kemampuan melepaskan ion OH”, basa dapat terbagi menjadi 2 yaitu :
a. Basa kuat
Yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH dalam jumlah yang besar.
Basa kuat biasanya disebut dengan istilah kausatik. Contohnya kayak Natrium hidroksida, Kalium hidroksida, dan Kalsium hidroksida.
b. Basa lemah
Yaitu basa yang bisa menghasilkan ion OH” dalam jumlah kecil.
Contohnya kayak ammonia.
6. Penggunaan basa dalam suatu kehidupan sehari-hari 1) Bahan dalam pembuatan semen.
2) Pembuatan deterjen/sabun.
3) Baking soda dalam pembuatan kue.
9
C. Garam
1. Pengertian Garam
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Contoh paling umum dari garam adalah natrium klorida (NaCl), yang dikenal sebagai garam dapur.
Larutan garam dalam air merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah.
Larutan garam adalah campuran homogen yang terbentuk ketika garam dilarutkan dalam air. Secara kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Ketika garam dilarutkan dalam air, ikatan ionik antara kation dan anion terputus, dan ion-ion tersebut tersebar merata dalam pelarut air. Proses ini disebut disosiasi. Larutan garam yang paling umum dikenal adalah natrium klorida (NaCl) atau garam dapur, namun terdapat banyak jenis garam lain dengan komposisi dan sifat yang berbeda- beda.
2. Sifat-sifat Garam
Larutan garam memiliki beberapa sifat khas yang membedakannya dari larutan lain. Salah satu sifat penting larutan garam adalah kemampuannya untuk menghantarkan listrik. Hal ini disebabkan oleh adanya ion-ion bebas dalam larutan yang dapat bergerak dan membawa muatan listrik. Sifat ini menjadikan larutan garam sebagai elektrolit yang baik.
Reaksi netralisasi menghasilkan senyawa yang disebut garam. Contoh garam dapur (NaCL) yang terbentuk dari reaksi antara natrium hidroksida dengan asam klorida. Sifa tgaram tergantung pada asam dan basa pembentuknya. Berikut ini beberapa sifat garam, yaitu :
1) Garam yang berasal dari reaksi antara asam dan basa dapat bersifat asam, basa atau netral.
2) Garam yang bersifat asam, memiliki pH < 7, berasal dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah. Contoh: NH4Cl (ammonium klorida/salmoniak), dan NH4NO3 (amonium nitrat).
3) Garam yang bersifat basa, memiliki pH>7, berasal dari reaksi antara asam dan basa kuat. Contoh: KNO2 (kalium nitrit), NaHCO3 (natrium bikarbonat/ soda kue), NaCH3COO (natrium asetat), KCN (kalium klorida), Kl (kalium iodide) dan KNO3 (kalium nitrat).
3. Contoh Garam
Nama Garam Rumus Nama Dagang Kegunaan
Natrium klorida NaCl Garam dapur Penambah rasa Kalsium karbonat CaCO3 Kalsit Bahan cat
Kalium nitrat KNO3 Salpeter Pupuk
Kalium karbonan K2CO3 Potas Bahan sabun Natrium fosfat Na3PO4 TSP Bahan deterjen Amonium klorida NH4Cl Salmoniak Bahan baterai
Tabel 3.1 Beberapa Garam yang Dikenal
Garam dalam kehidupan sehari-hari dapat ditemukan dalam berbagai bentuk dan memiliki peran penting dalam berbagai aktivitas kimiawi. Berikut beberapa contoh garam dalam :
1) Garam dapur (Natrium klorida - NaCl)
Ini adalah jenis garam yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai bumbu masakan maupun pengawet makanan.
Dalam kimia, natrium klorida merupakan garam yang terbentuk dari reaksi antara asam klorida (HCl) dengan natrium hidroksida (NaOH).
11
2) Kalsium karbonat (CaCO₃)
Garam ini ditemukan dalam batu kapur, kapur sirih, dan cangkang telur.
Dalam kimia, kalsium karbonat terbentuk dari asam karbonat (H₂CO₃) yang bereaksi dengan kalsium hidroksida (Ca(OH)₂). Kalsium karbonat digunakan dalam pembuatan semen dan sebagai bahan pengental dalam beberapa produk makanan.
3) Kalium klorida (KCl)
Garam ini digunakan dalam industri pupuk dan juga dalam pengobatan untuk mengatasi kekurangan kalium dalam tubuh. Kalium klorida dapat terbentuk dari reaksi antara kalium hidroksida (KOH) dan asam klorida (HCl).
4) Magnesium sulfat (MgSO₄)
Garam ini sering digunakan dalam pengobatan (misalnya sebagai pencahar) dan dalam industri pertanian. Magnesium sulfat terbentuk dari reaksi antara magnesium oksida (MgO) dan asam sulfat (H₂SO₄).
5) Sodium bikarbonat (NaHCO₃)
Dikenal juga sebagai soda kue, garam ini digunakan dalam pembuatan kue, pembersih rumah tangga, dan sebagai antasid. Dalam kimia, natrium bikarbonat terbentuk dari reaksi asam karbonat dengan natrium hidroksida.
4. Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata hidro dan lisis. Hidro artinya air, sedangkan lisis artinya penguraian. Jadi hidrolisis adalah reaksi penguraian garam dalam air, yang membentuk ion positif dan ion negatif. Ion-ion tersebut akan bereaksi dengan air membentuk asam (H3O+) dan basa (OH-) asalnya. Reaksi hidrolisis berlawanan dengan reaksi penggaraman atau reaksi penetralan. Reaksi penggaraman yaitu reaksi antara asam dengan basa yang membentuk garam.
Garam yang dihasilkan tidak selalu bersifat netral tetapi tergantung kekuatan asam dan basa pembentuk garam tersebut.
a. Jenis-Jenis Hidrolisis Garam
Larutan garam di dalam air ada yang bersifat asam, basa dan netral.
Sebagaimana diungkapkan pada pengantar bahwa sifat asam basa atau netral dari garam tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara ion garam dengan air. Didalam air garam akan terionisasi dan apabila ion yang terbentuk tersebut bereaksi dengan air maka terjadi reaksi hidrolisis.
Beberapa kemungkinan reaksi hidrolisis yang dapat terjadi adalah : a. Kation yang berasal dari garam bereaksi dengan air dan menghasilkan
ion H+, menyebabkan konsentrasi ion H+ lebih besar daripada konsentrasi ion OH sehingga larutan bersifat asam
b. Anion yang berasal dari garam bereaksi dengan air dan menghasilkan ion OH menyebabkan konsentrasi ion H+ lebih kecil dari pada konsentrasi ion OH sehingga larutan bersifat basa
c. Kation maupun anion yang berasal dari garam tidak bereaksi dengan air sehingga konsentrasi ion H+ dan ion OH- di dalam air tidak berubah dan larutan bersifat netral.
Ion yang berasal dari garam dianggap bereaksi dengan air jika ion tersebut dalam reaksi menghasilkan asam lemah atau basa lemah. Garam merupakan hasil reaksi dari suatu asam dengan basa maka ditinjau dari kekuatan asam dan basa pembentuknya, ada empat jenis garam sebagai berikut.
1) Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan anion yang berasal dari asam lemah. Anion tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion OH- yang menyebabkan larutan bersifat basa.
Contoh :
CH3COONa(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Ion CH3COO- bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan
13
CH3COO-(aq) + H2O ⇄ CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Adanya ion OH- yang dihasilkan tersebut mengakibatkan konsentrasi ion H+ di dalam air lebih sedikit daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan bersifat basa. Dari dua ion yang dihasil oleh garam tersebut, hanya ion CH3COO- yang mengalami hidrolisis sedangkan ion Na+ tidak bereaksi dengan air. Jika dianggap bereaksi maka NaOH yang terbentuk akan segera terionisasi menghasilkan ion Na+ kembali. Hidrolisis ini disebut hidrolisis sebagian atau hidrolisis parsial sebab hanya sebagian ion (ion CH3COO-) yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat basa.
2) Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah. Kation tersebut bereaksi dengan air menghasilkan ion H+ yang menyebabkan larutan bersifat asam.
Contoh : NH4Cl(aq) → NH4 +(aq) + Cl-(aq)
Ion NH4 + bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan NH4 +(aq) + H2O ⇄ NH3 (aq) + H3O+(aq)
Adanya ion H+ yang dihasilkan tersebut mengakibatkan konsentrasi ion H+ di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan bersifat asam. Dari dua ion yang dihasil oleh garam tersebut, hanya ion NH4 + yang mengalami hidrolisis sedangkan ion Cl- tidak bereaksi dengan air. Jika dianggap bereaksi maka HCl yang terbentuk akan segera terionisasi menghasilkan ion Clkembali.
Hidrolisis ini disebut hidrolisis sebagian atau hidrolisis parsial sebab hanya sebagian ion (ion NH4 +) yang mengalami reaksi hidrolisis. Jadi
garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah akan terhidrolisis sebagian (parsial) dan bersifat asam.
3) Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dan Basa Lemah Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah di dalam air akan terionisasi dan kedua ion garam tersebut bereaksi dengan air.
Contoh : NH4CN(aq) → NH4 + + CN-(aq)
Ion NH4 + bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan NH4 + (aq) + H2O(l) ⇄ NH4OH(aq) + H+(aq)
Ion CN- bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan CN- (aq) + H2O(l) ⇄ HCN(aq) + OH-(aq)
Oleh karena dari kedua ion garam tersebut masing-masing H+
dan ion OH- , maka sifat larutan garam ini ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan dari kedua reaksi tersebut. Hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah merupakan hidrolisis total, sebab kedua ion garam mengalami reaksi hidrolisis dengan air. Sifat larutan ditentukan oleh nilai tetapan kesetimbangan asam (Ka) dan nilai kesetimbangan basa (Kb) penyusun garam tersebut. Jika Ka > Kb, maka larutan akan bersifat asam dan jika Ka < Kb maka larutan akan bersifat basa.
4) Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Ion-ion yang dihasilkan dari garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat tidak ada bereaksi dengan air, sebab jika dianggap bereaksi maka akan segera terionisasi kembali secara sempurna membentuk ion-ion semula.
Contoh : NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl- (aq)
Ion Cl- di dalam larutan tidak mengalami reaksi dengan air, sebab jika dianggap bereaksi dengan air maka ion akan menghasilkan NaOH yang akan segera terionisasi kembali menjadi ion Na+. Hal ini
15
disebabkan NaOH merupakan basa kuat yang terionisasi sempurna.
Demikian pula jika ion Cl- dianggap bereaksi dengan air, maka HCl yang terbentuk akan terionisasi sempurna menjadi ion Clkembali. Hal ini disebabkan HCl merupakan asam kuat. Kesimpulannya garam yang berasaldari asam kuat dan basa kuat tidak terhidrolisis. Oleh karena itu konsentrasi ion H+ dan OH- dalam air tidak terganggu sehingga larutan bersifat netral.
D. Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit 1. Pengertian
a. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik karena mengandung ion-ion yang bergerak bebas. Ion-ion ini terbentuk ketika senyawa terlarut (solut) terionisasi dalam pelarut (solven), biasanya air. Dalam larutan elektrolit, molekul-molekulnya terurai menjadi kation (ion positif) dan anion (ion negatif) yang dapat menghantarkan listrik.
b. Larutan Non-Elektroli
Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Dalam larutan ini, zat terlarut tidak terionisasi menjadi ion, melainkan tetap dalam bentuk molekul yang tidak bermuatan. Oleh karena itu, larutan non-elektrolit tidak memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik.
2. Perbedaan Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit a. Larutan Elektrolit
a) Menghantarkan Arus Listrik: Dapat menyalakan lampu ketika diuji dengan alat uji elektrolit.
b) Terionisasi: Molekul-molekulnya terurai menjadi ion-ion.
c) Daya Hantar Listrik: Tergantung pada jumlah ion yang terbentuk;
semakin banyak ion, semakin baik daya hantarnya.
d) Contoh: Garam (NaCl), asam kuat (HCl, H₂SO₄), basa kuat (NaOH).
c. Larutan Non-Elektrolit
1) Tidak Menghantarkan Arus Listrik: Lampu tidak menyala saat diuji.
2) Tidak Terionisasi: Molekul-molekul tetap utuh dan tidak membentuk ion.
3) Daya Hantar Listrik: Tidak ada, karena tidak terdapat ion bebas.
4) Contoh: Gula (sukrosa), glukosa, etanol.
17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kajian ini, kita telah mempelajari konsep dasar asam, basa, dan garam yang memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari maupun berbagai bidang ilmu pengetahuan. Asam merupakan senyawa yang menghasilkan ion hidrogen (H⁺) dalam larutan, sedangkan basa adalah senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH⁻). Reaksi antara asam dan basa menghasilkan garam, yang merupakan senyawa ionik netral dengan berbagai kegunaan.
Sifat asam dan basa dapat diukur menggunakan skala pH, di mana nilai pH menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan suatu larutan. Pemahaman ini membantu dalam berbagai aplikasi, seperti pengendalian kualitas makanan, pengolahan air, serta proses kimia di industri dan laboratorium. Garam yang terbentuk dari reaksi netralisasi juga memiliki manfaat luas, termasuk sebagai bahan baku industri, pengawet makanan, dan produk kesehatan.
Melalui pengamatan dan eksperimen, kita dapat memahami bahwa sifat kimiawi asam, basa, dan garam dapat dimanipulasi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Namun, penting untuk menggunakan senyawa ini dengan bijak, mengingat dampak negatif yang mungkin ditimbulkan, seperti korosi, pencemaran lingkungan, dan bahaya kesehatan.
Dengan demikian, pembelajaran tentang asam, basa, dan garam tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada kemajuan teknologi dan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian lebih lanjut dan pemahaman mendalam diperlukan untuk memaksimalkan potensi manfaat senyawa-senyawa ini secara berkelanjutan.
B. Saran
Materi tentang asam, basa, dan garam sebaiknya terus diperkenalkan secara lebih interaktif di sekolah maupun masyarakat umum. Pengajaran dapat dilakukan
dengan metode eksperimen sederhana untuk membantu pemahaman konsep dasar, seperti pengukuran pH dan reaksi netralisasi, agar lebih menarik dan mudah dimengerti.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alauhdin, M. (2020). Kimia Analtik Dasar.
Dra. Hernani, M. S. (2014). Dasar-dasar Ilmu Kimia. Universitas Terbuka, 1–38.
http://repository.ut.ac.id/4548/1/PEKI4101-M1.pdf
Hidayati, N., & Sari, D. (2020). "Pengaruh Konsentrasi Larutan Elektrolit terhadap Konduktivitas Listrik". Jurnal Pendidikan Kimia, 12(1), 45-52.
Mardiana, R., & Setiawan, A. (2019). "Karakteristik Larutan Asam dan Basa dalam Kehidupan Sehari-hari". Jurnal Ilmiah Kimia, 8(2), 123-130.
Rahmawati, R. (2018). Modul Pembelajaran Kimia: Asam, Basa, dan Garam.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Riyayanti, E. (2021). Penentuan Sifat Larutan Asam, Basa, Dan Garam Dengan Indikator Ekstrak Daun Tanaman Hias. ACADEMIA: Jurnal Inovasi Riset Akademik, 1(2), 176–182. https://doi.org/10.51878/academia.v1i2.672
Sari, N. A. (2020). Modul Pembelajaran Kimia , S . T. 1–29.
Supriyadi, E. (2015). Kimia Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Widiastuti, R. (2017). Kimia untuk SMA/MA Kelas XII. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.