Laporan ini merupakan rangkaian kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) terbaru yang dirancang untuk menggali lebih dalam dan mendemonstrasikan secara nyata teori yang diajarkan di perguruan tinggi dengan kondisi tempat kerja. Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas-tugas selama kerja praktek dan dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, penulis menyambut baik saran dan kritik dari seluruh pembaca demi perbaikan dan kelengkapan laporan kerja praktek ini.
UU.RI.Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan
Pertama; Penyelenggaraan pendidikan dinyatakan sebagai proses pembinaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, dimana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan teladan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Proses pembentukan manusia di atas pada hakikatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat. Oleh karena itu, standar nasional pendidikan nonformal hanya mengatur masalah yang berkaitan dengan pengakuan kompetensi peserta didik.
Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Keuntungan bagi perusahaan dalam sistem praktek di lapangan adalah perusahaan mendapatkan karyawan yang siap dan terbiasa bekerja di kehidupan nyata. Program Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di perusahaan yang mempunyai fasilitas yang sesuai dengan departemen yang melaksanakan program praktek kerja lapangan dari lembaga pendidikan. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi profesional, dengan pengetahuan, keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.
Batasan Masalah
Pada awal Praktek Kerja Lapangan terdapat halaman judul, halaman validasi, daftar gambar dan daftar tabel.
PENDAHULUAN
Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapangan
Nama Unit Kerja Tempat Praktek Kerja Lapangan
Sejarah PT. Petrokimia Gresik
Petrokimia Gresik memiliki beberapa bidang usaha yaitu Industri Pupuk, Industri Kimia, Industri Pestisida, Industri Peralatan Pabrik, Jasa Perancangan dan Rekayasa, serta jasa-jasa lainnya yang telah mampu berkinerja baik, bahkan mempunyai peluang untuk terus ditingkatkan. . . Singkatnya, PT Petrokimia Gresik merupakan pabrik pupuk terlengkap di Indonesia yang awalnya bernama Proyek Petrokimia Surabaya. Proyek ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 10 Juli 1972, yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi PT Petrokimia Gresik.
Logo Perusahaan
Lokasi Industri PT. Petrokimia Gresik
Visi dan Misi PT. Petrokimia Gresik VISI VISI
Struktur Organisasi PT. PETROKIMIA GRESIK
Keselamatan - Mengutamakan keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan dalam setiap kegiatan operasional. Singkatan dari Nilai-Nilai PT Petrokimia Gresik adalah FIRST, dengan proses pembentukan akronim sebagai berikut. PT Petrokimia Gresik bertekad untuk menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing tinggi yang produknya paling diminati konsumen dengan kinerja unggul dan berkelanjutan, melalui penerapan sistem manajemen mutu, sistem manajemen lingkungan, sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. (SMK3) secara terpadu dan penuh komitmen.
Menjamin kepuasan pelanggan dengan menyediakan produk pupuk, produk dan jasa kimia dengan kualitas yang tepat, kuantitas yang tepat, jenis yang tepat, tempat yang tepat, waktu yang tepat dan harga yang tepat. Mencegah pencemaran lingkungan secara signifikan dengan mengendalikan emisi udara, limbah cair, limbah padat dan kebisingan serta menerapkan Reduce, Recycle dan Reuse (3R). Mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta kerusakan sarana dan prasarana dengan mengendalikan potensi bahaya untuk menciptakan budaya dan sistem kerja yang aman.
Mematuhi dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku serta persyaratan lainnya; menanggapi permasalahan K3, lingkungan global dan konservasi sumber daya alam; pelaksanaan Responsible Care dan Corporate Social Responsibility (CSR).
Unit Produksi PT. PETROKIMIA GRESIK
- Unit Produksi I - Pabrik Pupuk Nitrogen Produk Utama Unit Produksi I terdiri dari: Produk Utama Unit Produksi I terdiri dari
- Unit Produksi II - Pabrik Pupuk Fosfat
- Unit Produksi III -Pabrik Asam Fosfat
- Bahan Baku dan Produk Pupuk PT. Petrokimia Gresik
- Anak perusahaan PT. Petrokimia Gresik
Sejak Januari 1995, pupuk TSP diubah menjadi SP-36 (Super Phosphate 36% P2O5) yang merupakan murni penemuan bagian penelitian dan pengembangan PT. Pabrik Pupuk PHONSKA diresmikan pada tanggal 25 Agustus 2000 dengan kapasitas produksi 300.000 ton/tahun oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak. KH. Kapasitas produksi sebesar 172.450 ton/tahun digunakan untuk memproduksi pupuk TSP/SP-36 serta produk samping Gypsum untuk bahan baku Unit Retarder Semen serta pupuk ZA II dan asam.
Kapasitas produksi sebesar 520.400 ton/tahun dan digunakan sebagai bahan baku Unit Asam Fosfat dan Unit Pupuk Fosfat. Kapasitas produksinya sebesar 478.000 ton/tahun dan digunakan pada industri semen sebagai bahan penolong untuk mengatur waktu pengeringan. Kapasitas produksi sebesar 12.600 ton/tahun diperlukan sebagai bahan penurun titik leleh pada industri peleburan bijih aluminium serta hasil samping silika (SiO2) untuk bahan kimia tambahan pada Unit Asam Fosfat.
PT PETROSIDA GRESIK
PT. Petrokimia Kayaku
PT PETROKIMIA KAYAKU
- Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. PETROKIMIA GRESIK
- BUDAYA PERUSAHAAN
- KEBIJAKAN SISTEM MANAJEMEN PT PETROKIMIA GRESIK GRESIK
- Sistem Distribusi Pabrik 1 PT. Petrokimia Gresik 1 Distribusi 11.5 kV
- Distribusi 6 KV
- GTG (Gas Turbine Generator) PT. PETROKIMIA GRESIK
- Spesifikasi Generator
- Interkoneksi Tenaga Listrik PT. Petrokimia Gresik
- Sinkronasi GTG dan PLN Pada Pabrik I PT. Petrokimia Gresik
Berbagai program peningkatan kerja didorong untuk mencapai “Health, Safety, Environment (HSE) Excellence” sebagai faktor pendukung penerapan “Operation Excellence” di PT Petrokimia Gresik. Komitmen Manajemen Senior terhadap penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dituangkan dalam integrasi sistem manajemen dalam bentuk “Kebijakan Sistem Manajemen PT Petrokimia Gresik”, sebagaimana tercantum di bawah ini. Di PT Petrokimia Gresik, beberapa program dan sistem kerja telah dilaksanakan dan akan dilaksanakan.
Capaian PT Petrokimia Gresik dalam penerapan K3 sejak tahun 2012 hingga April 2013 tercermin dari pencapaian Lost Time Injury (LTI) bebas jam kerja juta jam kerja, dengan 2582 hari kerja aman (HKA). Penghargaan Zero Accident), yang dilengkapi dengan pencapaian tingkat implementasi “memuaskan” (Bendera Emas) dalam sertifikasi sistem manajemen lingkungan kerja (SMK3), berdasarkan PP 50/2012. Dari situ terbagi menjadi 2 penyulang yang masing-masing dihubungkan dengan trafo CB TR-2281 A dan B yang berfungsi memenuhi seluruh kebutuhan listrik pembangkit I. Antara gardu induk PS 2281 A dan PS 2281 B terdapat bind bus dan bus coupler untuk menjaga kontinuitas daya pada pembangkit 1.
Apabila terjadi gangguan perawatan pada salah satu trafo, maka beban pada PS 2281 A dan PS 2281 B masih dapat disuplai dan ditangani oleh salah satu trafo yang masih berfungsi. Pada mode ini tie bus ditempatkan dalam keadaan tertutup, namun jika trafo 2281 A dan 2281 B aktif maka tie bus dalam keadaan aktif. Di antara stasiun trafo PS 2282 A dan B telah dipasang bus penghubung atau bus coupler untuk menjaga kontinuitas daya pada pabrik urea.
Petrokimia Gresik dioperasikan pada tegangan 20kV yang terdiri dari Gas Turbine Generator (GTG) di pabrik I, Unit Batubara (UBB) di pabrik III, Steam Turbine Generator (STG) di pabrik III dan PLN serta beberapa gardu induk di masing-masing pabrik I, II dan III.
Local Auto
Interkoneksi GTG dengan PLN dilakukan di Gardu Induk CB 02 dan Gardu Induk CB 07 dengan memperhatikan kebutuhan interkoneksi. Proses sinkronisasi secara manual mengawali start sinkronisasi melalui tombol pada panel kemudian mengatur frekuensi dan tegangan generator melalui saklar pengatur yang juga tersedia pada panel sinkronisasi untuk menyamakan frekuensi dan tegangan kedua bus.
Remote Auto
- Pengertian Load Sharing dan Load Shedding .1 Load Sharing ( Pembagi Beban) .1 Load Sharing ( Pembagi Beban)
- Pengertian Load Sharing
- Prinsip Alat Pembagi Beban Generator (Load Sharing) Governor beroperasi pada mesin penggerak sehingga
- Instalasi Teknis Load Sharing
- Jenis-jenis Sistem Load Sharing
- DROOP
- Load Shedding (Pelepasan beban)
Dengan adanya alat load sharing generator, setiap generator mempunyai faktor pemanfaatan (beban maksimal dibagi kapasitas generator) yang sama dan kecil yang artinya baik. Arus keluaran generator yang terdeteksi oleh alat pembagi beban akan menjadi indikasi berapa persentase posisi gubernur, atau berapa persentase arus yang lewat yang merupakan kapasitas generator. Hasil bagi penjumlahan arus yang dideteksi oleh alat pembagi beban dan total kapasitas arus generator yang bekerja secara paralel dikalikan 100 (persen) adalah nilai posisi gubernur yang harus dicapai oleh masing-masing penggerak mula agar dapat menghasilkan keluaran arus yang proporsional dan sesuai dengan kemampuan masing – masing generator.
Jika ukuran generator sama, maka arus total yang ditarik oleh masing-masing alat pembagi beban dibagi dengan jumlah generator adalah arus beban yang dibutuhkan. Gambar 53 dihasilkan oleh generator setelah gubernur diubah oleh aktuator listrik yang menerima sinyal dari perangkat pembagi beban segera setelah generator diparalelkan. Dalam prakteknya, alat pembagi beban generator ini dipasang dengan menggunakan komponen-komponen sebagai berikut: trafo arus, trafo tegangan (sebagai sumber tenaga), aktuator listrik, potensiometer pengatur kecepatan dan saklar bantu.
54 Transformator arus berfungsi sebagai pengubah arus keluaran generator menjadi arus sinyal yang sesuai untuk perangkat pembagi beban generator (biasanya maksimum 5 A atau = 100 persen dari kapasitas maksimum generator). Aktuator listrik merupakan peralatan yang menerima sinyal dari alat pembagi beban sehingga dapat menggerakkan motor DC dalam gubernur hingga arus keluaran generator mencapai yang diinginkan. Setelah generator diparalelkan atau disinkronkan dengan yang sudah beroperasi kemudian ditutup MCCB generator, maka fungsi potensiometer pengatur kecepatan diambil alih oleh alat pembagi beban generator.
Gambar tersebut menunjukkan penggunaan alat pembagi beban generator pada sistem kendali daya generator, kendali mesin penggerak dan manajemen beban (file power generation control).
Manual Load Shedding
- Masalah pokok dalam pelepasan beban di sebuah system 1. Besar beban yang akan dilepas pertingkat
- Kriteria yang diinginkan dari setiap program Load Shedding
- Data Load Sharing GTG PT. PETROKIMIA GRESIK
- Data Load Shedding By Area
59 membebaskan sebagian beban sehingga mengurangi beban pada sistem sehingga diharapkan frekuensi dapat kembali normal secepatnya. Beban besar adalah beban-beban yang berperan dalam suatu proses produksi, dimana jika terjadi kesalahan maka pabrik dapat terhenti atau kualitas dan hasil produksi dapat rusak/menurun. Pada saat perencanaan penutupan, beban-beban yang akan dilepaskan dapat ditentukan terlebih dahulu, terbagi dalam dua kategori, yaitu:
Sistem pelepasan beban otomatis seringkali merupakan perpanjangan dari relai pengaman generator seperti relai frekuensi bawah (UFR. Beban yang akan dilepaskan harus ditentukan terlebih dahulu dan akan dilakukan secara bertahap pada setiap frekuensi yang telah ditentukan. Program harus membatasi frekuensi sistem agar tidak terjadi. tidak melebihi batas minimum tertentu yang tidak boleh dilampaui. untuk kerugian pembangkitan terberat yang diperkirakan (Beban yang dihilangkan harus mencukupi).
Programnya harus sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kondisi tertentu hilangnya pembangkitan yang hanya diikuti oleh pengurangan beban yang tidak terlalu kecil, sehingga. Jadi pengurangan beban sebaiknya dilakukan hanya bila diperlukan, sehingga apabila tingkat penurunan frekuensi sistem masih dalam batas yang diperbolehkan, sebaiknya dilakukan pengaturan melalui AVR (Automatic Voltase Regulator) yang mempunyai fungsi mengatur tegangan keluaran dari generator atau Governor (alat bantu turbin yang berfungsi mengendalikan putaran). turbin selalu tetap stabil).
Trip None TG 66 Trip None
- Saran
Pelepasan beban adalah pelepasan beban secara otomatis atau manual ketika sumber daya berkurang karena pemeliharaan atau pemadaman listrik. Beban-beban yang ada pada Pembangkit I tidak dapat dimatikan seluruhnya dan beban-beban tersebut mempunyai prioritas yang harus tetap menerima sumber daya listrik.Load sharing merupakan pembagian jumlah beban pada sistem tenaga listrik yang mampu menangani atau menanggulangi setiap pembangkitannya. Perawatan dan penggantian peralatan lama perlu dilakukan guna meningkatkan efisiensi produksi dan menjamin ketersediaan tenaga listrik dengan tetap memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja.
Perlu dilakukan kajian keandalan sistem tenaga listrik guna mengantisipasi pemeliharaan dan mencegah gangguan yang dapat memperlambat proses produksi. Setelah praktek kerja lapangan (PKL) ini, kami berharap hubungan antara Politeknik Negeri Malang khususnya program studi sistem kelistrikan dengan PT.