LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (MOBILISASI) DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON HEMORAGIK
(SNH)
Disusun oleh : Ajeng Wulandari
202302040012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA (MOBILISASI)
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Mubarak, 2008 dalam Brata, 2017). Manfaat dari gerakan tubuh antara lain, tubuh menjadi segar, memperbaiki tonus otot, mengontrol berat badan, merangsang peredaran darah, mengurangi stres, meningkatkan relaksasi, memperlambat proses penyakit (penyakit degeneratif), untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh), sedang untuk anak merangsang pertumbuhan (Kasiati dan Ni Wayan, 2016).
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008 dalam Brata, 2017). Gangguan mobilitas fisik (immobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu kedaaan dimana individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik. Individu yang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerakan fisik antara lain : lansia, individu dengan penyakit yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih, individu yang kehilangan fungsi anatomi akibat perubahan fisiologi (kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien penggunaa kursi roda), penggunaan alat eksternal (seperti gips atau traksi), dan pembatasan gerakan volunteer (Potter, 2005 dalam Brata, 2017).
B. Tinjauan Anatomi dan Fisiologi 1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral khususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setup saat susuai kebutuhan, fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ- organ dalam. Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan pelvis, tulang kuboid seperti tulang vertebrata dan tulang tarsalia, dan tulang panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah.
Bagian ujung tulang panjang dilapisi kartilago dan secara anatomis terdiri dari epifisis, metafisis, dan diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang dan terpisah dan lebih elastic pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.
2. Otot dan Tendon
Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, serta dihubungkan dengan tulang melalui tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang.
Ligament bersifat elastic sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi. Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas, oleh karena itu jika terputus akan mengakibatkan ketidakstabilan.
4. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan modula spinalis) dan sistem saraf tepi (percabangan dari sistem saraf pusat). Setiap saraf memiliki somatic dan otonom. Bagian somatic memiliki fungsi sensorik dan motorik. Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat seperti pada fraktur tulang belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervisi, dan kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan sensorik pada daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulang bertemu. Sendi membuat segmentasi dari rangka tubuh dan memungkinkan gerakan antar segmen dan berbagai derajat pertumbuhan tulang. Terdapat beberapa jenis sendi, misalnya sendi synovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang berhadapan dilapisi oleh kartilago artikuler, ruang sendinya tertutup kapsul sendi dan berisi cairan synovial. Selain itu, terdapat pula sendi bahu, sendi panggul, lutut, dan jenis sendi lain sepertii sindesmosis, sinkondrosis dan simpisis.
C. Tinjauan Medis
a. Tidak mampu bergerak atau beraktifitas sesuaikebutuhan.
b. Keterbatasan menggerakan sendi.
c. Adanya kerusakan aktivitas.
d. Penurunan ADL dibantu orang lain.
e. Malas untuk bergerak atau mobilitas
D. Faktor Yang Mempengaruhi
Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya : a. Gaya hidup dapat mempengaruhi mobilitas seseorang karena berdampak
pada kebiasaan atau perilaku sehiari-hari.
b. Proses penyakit atau cedera. Hal ini dapat mempengaruhi mobilitas karena dapat berpengaruh pada fungsi sistem tubuh. Seperti, orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan dalam ekstremitas bagian bawah.
c. Kebudayaan. orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobiltas yang kuat. Begitu juga sebagliknya, ada orang yang
mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya yang dilarang untuk beraktivitas.
d. Tingkat energi. Untuk melakukan mobilitas diperlukan energy yang cukup.
e. Usia dan Status perkembangan. Terdapat kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang berbeda.
E. Mekanisme/ Proses Kerja
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.Ada dua tipe kontraksi otot yaitu isotonik dan isometrik.Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep.Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik.Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot.Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang:
panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
F. Keluhan-keluhan yang sering muncul a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular e. Kekakuan otot (Rizky, 2013 dalam Zanuri, 2018).
G. Pengkajian Keperawatan a. Pemeriksaan Fisik
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji sistem persendian, luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi.
c. Mengkaji sistem otot, kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
d. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
e. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
f. Mengkaji kemampuan mobilitas
Tingkat aktivitas / mobilitas Kategori Tingkat 0
Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4
Mampu merawat diri secara penuh Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan dan peralatan
Sangat tergantung atau tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
g. Mengkaji kekuatan otot pasien, tingkat kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas
Skala Ciri-ciri
0 Lumpuh total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan gravitasi ( hanya bergeser)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan pemeriksa
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatanya berkurang 5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan maksimal
H. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Hambatan mobilitas fisik
b. Nyeri akut
c. Intoleransi Aktivitas
I. Intervensi Keperawatan Diagnosa
Keperawatan
Penjelasan Keilmuan Tujuan Intervensi Rasional
Gangguan Mobilitas Fisik
Keterbatasan gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan kriteria hasil:
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Kekuatan otot
meningkat - ROM meningkat - Kaku sendi menurun - Gerakan terbatas
menurun
- Identifikasi indikasi dilakukan latihan
- Identifikasi keterbatasan pergerakan
- Monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri pada saat bergerak - Lakukan gerakan pasif desuai
dengan kebutuhan
- Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
- Anjurkan untuk melakukan rentang gerak pasif dan aktif secara sistematis
- Kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi pasien dalam kegiatan rentang gerak
Menentukan tindakan keperawatan yang tepat
Membantu meningkatkan kekuatan otot
Agar pasien dapat
memahami dan
melakukannya sendiri
- Mencegah terjadinya kekakuan sendi yang lain Memanfaatkan keluarga
dalam proses
penyembuhan Nyeri akut Pengalaman sensorik
atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil :
- Melaporkan nyeri
terkontrol meningkat - Kemampuan mengenali
onset nyeri meningkat - Kemampuan mengenali
penyebab nyeri
Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis
-Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, skala dan intensitas nyeri
-Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
-Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (kompres hangat, relaksasi napas dalam)
-Fasilitasi istirahat dan tidur
-Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Menentukan tindakan keperawatan yang tepat
Memberikan rasa nyaman dan aman
Memudahkan untuk
meredakan nyeri secara tepat
Mengurangi rasa nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri -Kolaborasi pemberian analgetik Intoleransi Aktivitas Ketidakcukupan energi
fisiologis dan/atau psikologis untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktivitas pasien toleran dengan kriteria hasil :
- Tekanan darah dalam batas normal
- Berjalan dengan langkah yang efektif
- Kaku pada persendian menurun
- Keluhan kelelahan menurun
-identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengalami kelelahan
-monitor pola dan jam tidur
-Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
-Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
-Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan
-Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan oksigen selama latihan fisik
-Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Menentukan tindakan keperawatan yang tepat
Meningkatkan kekuatan otot
Mencegah terjadinya cedera saan latihan
Memaksimalkan kegiatan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Brata, Ayu Tanu. (2017). Laporan Pendahuluan Mobilitas Fisik, diakses pada 5 Oktober 2020 <http://diyahmedharsih.blogspot.com/2017/04/laporan- pendahuluan-mobilitas-fisik.html >
Kasiati dan Ni Wayan Dwi Rosmalawati. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Nursepreneurs. (2014). Kebutuhan Aktivitas (Mobilisasi), diakses pada 5 Oktober 2020,
<https://nursepreneursindonesia.wordpress.com/2014/08/28/kebutuhan- aktivitas-mobilisasi/ >
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Zanuri, Puput. (2018). Laporan Kebutuhan Dasar Manusia, diakses pada tanggal 5 Oktober 2020, <http://puputzanuri.blogspot.com/2018/04/normal-0-false- false-false-in-x-none-x.html >