LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIKUM SIMULASI SISTEM INDUSTRI
KAJIAN KONDISI EXISTING DAN PERMASALAHANNYA
DISUSUN OLEH:
Hadila Husna 2210017311009
Dita Septiyani 2210017311015
Hidayat Faiz Alfadli 2210017311023
Shalviona Rahayu 2210017311031
Hammami Nata 2210017311038
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG
2025
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi yang berkembang begitu pesat di berbagai aspek termasuk dunia industri, untuk bisa mampu bersaing menghadapi persaingan di dunia industri saat ini dan disertai dengan kemajuan dunia teknologi yang semakin pesat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan produk yang berkualitas yang mampu dijangkau oleh konsumen dan memperoleh keuntungan maksimal. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan tata letak fasilitas produksi.
tata letak fasilitas yang dirancang dengan baik pada umumnya akan memberikan kontribusi yang positif dalam optimalisasi proses operasi perusahaan dan pada akhirnya akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan serta keberhasilan perusahaan. Perancangan fasilitas mempunyai keterkaitan yang sangat erat antara rancangan fasilitas satu dengan rancangan fasilitas lainnya sehingga dalam proses perancangan fasilitas harus dilakukan seefisien mungkin.
Di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang, kelancaran aliran pelayanan medis menjadi faktor penting yang sangat memengaruhi efisiensi dan produktivitas rumah sakit. Kelancaran proses pelayanan ini sangat dipengaruhi oleh tata letak atau pengaturan fasilitas fisik rumah sakit. Pengaturan fasilitas yang tepat diharapkan dapat memanfaatkan ruang yang ada secara optimal serta memperlancar perpindahan pasien, tenaga medis, dan peralatan medis sehingga tercipta aliran kerja yang lancar, teratur, dan aman.
Namun, terdapat beberapa permasalahan pada tata letak fasilitas yang ada saat ini (existing layout) di RSI Ibnu Sina Padang. Beberapa stasiun pelayanan atau unit kerja yang berjauhan dan adanya fasilitas yang mengganggu aliran pelayanan menyebabkan perpindahan pasien dan material menjadi kurang optimal. Jarak antar unit pelayanan yang tidak ideal berdampak pada efisiensi proses, sementara hubungan kedekatan antar unit kerja kurang diperhatikan sehingga aliran pelayanan menjadi kurang lancar. Hal ini sejalan dengan prinsip tata letak yang baik menurut Wignjosoebroto (2009), yaitu tata letak yang mampu menangani sistem material handling secara menyeluruh agar aliran proses kerja menjadi optimal.
Dengan demikian, evaluasi dan perbaikan tata letak fasilitas di RSI Ibnu Sina Padang sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi pelayanan, memperlancar aliran pasien dan material, serta mendukung keselamatan dan kenyamanan baik bagi pasien maupun tenaga medis.
1.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum pada modul I ini yaitu:
1. Memahami kondisi existing.
2. Menemukan dan mengetahui penyebab terjadinya permasalahan pada kondisi existing.
3. Mampu mengikuti langkah-langkah untuk menyelesaikan permasalahan pada kondisi existing.
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan tujuan praktikum yang telah dijelaskan, maka batasan masalah dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis hanya difokuskan pada kondisi existing tata letak fasilitas di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Padang, khususnya yang mempengaruhi kelancaran aliran pelayanan medis seperti perpindahan pasien, tenaga medis, dan peralatan medis.
2. Identifikasi permasalahan terbatas pada aspek jarak antar unit pelayanan dan hubungan kedekatan antar stasiun kerja, yang berdampak pada efisiensi proses dan aliran pelayanan.
3. Permasalahan yang dianalisis adalah yang berkaitan dengan tata letak fasilitas yang menyebabkan bottleneck atau hambatan dalam aliran pelayanan, tanpa membahas aspek lain seperti sumber daya manusia, keuangan, atau teknologi informasi secara mendalam.
4. Simulasi dan analisis yang dilakukan menggunakan software ProModel hanya untuk menggambarkan dan mengevaluasi aliran proses kerja berdasarkan tata letak existing, dengan tujuan menemukan titik-titik permasalahan dan rekomendasi perbaikan tata letak.
5. Praktikum ini tidak mencakup implementasi langsung perbaikan tata letak, melainkan fokus pada pemahaman kondisi existing dan identifikasi penyebab permasalahan sebagai dasar perencanaan perbaikan.
1.4. Alat Dan Bahan
Untuk pelaksanaan modul ini diperlukan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Komputer
2. Lembar pengamatan 3. software ProModel.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk pelaksanaan praktikum ini terdapat beberapa sistematika penulisan yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan pratikum, Batasan masalah, alat dan bahan, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang teori teori yang dipelajari dalam materi pratikum implementasi sistem produksi perakitan.
BAB III PEMBAHASAN
Berisi tentang pembahasan apa saja yang akan di bahas dalam materi implementasi sistem produksi perakitan.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapatkan dalam pratikum implementasi sistem produksi perakitan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Simulasi
Pengertian Simulasi merupakan suatu teknik meniru operasi-operasi atau proses-proses yang terjadi dalam suatu sistem dengan bantuan perangkat komputer dan dilandasi oleh beberapa asumsi tertentu sehingga sistem tersebut bisa dipelajari secara ilmiah (Law and Kelton, 1991).
Dalam simulasi digunakan komputer untuk mempelajari sistem secara numerik, dimana dilakukan pengumpulan data untuk melakukan estimasi statistik untuk mendapatkan karakteristik asli dari sistem. Simulasi merupakan alat yang tepat untuk digunakan terutama jika diharuskan untuk melakukan eksperimen dalam rangka mencari komentar terbaik dari komponen-komponen sistem. Hal ini dikarenakan sangat mahal dan memerlukan waktu yang lama jika eksperimen dicoba secara riil. Dengan melakukan studi simulasi maka dalam waktu singkat dapat ditentukan keputusan yang tepat serta dengan biaya yang tidak terlalu besar karena semuanya cukup dilakukan dengan komputer.
Pendekatan simulasi diawali dengan pembangunan model sistem nyata.
Model tersebut harus dapat menunjukkan bagaimana berbagai komponen dalam sistem saling berinteraksi sehingga benar-benar menggambarkan perilaku sistem.
Setelah model dibuat maka model tersebut ditransformasikan ke dalam program komputer sehingga memungkinkan untuk disimulasikan.
2.2. Pemodelan Sistem dan Simulasi
Pemahaman tentang sistem merupakan kebutuhan mendasar jika ingin melakukan pemodelan simulasi ataupun pengaplikasian metode analitis, karena pendekatan yang dipakai untuk memecahkan masalah adalah pendekatan sistem (system approach), yaitu suatu pendekatan holistik terhadap suatu persoalan.
Melakukan pemodelan adalah suatu cara untuk mempelajari sistem dan model itu sendiri dan juga bermacam-macam perbedaan perilakunya. Berikut ini adalah gambaran dari aneka cara mempelajari sistem.
Gambar 2.1. Klasifikasi Sistem
1. Eksperimen dengan Sistem Nyata dan Model
Eksperimen langsung dengan sistem nyata adalah lebih baik jika hal itu memungkinkan, cost effective, dan relevan dengan tujuan studi. Namun kenyataan menunjukkan bahwa sangat sulit untuk melakukan eksperimen langsung. Hal ini disebabkan karena biaya eksperimen yang mahal, dan time consuming. Dengan membuat model yang representatif maka kita dapat melakukan eksperimen dengan biaya murah.
2. Model Fisik dan Matematis
Model fisik adalah model miniatur dari suatu sistem seperti maket restoran siap saji, simulator penerbangan, dan lain sebagainya. Dalam beberapa aspek model fisik banyak dipakai dalam pemecahan persoalan engeneering dan sistem manajemen, seperti miniatur material handling. Tetapi yang paling utama dalam persoalan engeneering dan manajemen adalah model matematis yang menggambarkan sistem sebagai hubungan yang logis dan kuantitatif yang kemudian dapat dimanipulasi dan diubah untuk mengetahui bagaimana model bereaksi.
3. Model Simulasi dan Analitis
Model matematis digunakan untuk menjawab aspek-aspek dari suatu sistem yang sederhana. Sehingga dengan mudah kita memecahkan setiap persoalan dengan persamaan analitisnya. Tetapi pada kenyataannya suatu sistem bisa jadi sangatlah kompleks dan melibatkan ketidakpastian sehingga untuk mendefinisikan model matematisnya sangatlah sulit. Untuk kondisi inilah simulasi sangat diperlukan.
2.3. Kelebihan dan Kekurangan Model Simulasi
Ada beberapa kelebihan simulasi dibanding model lain, karena:
1. Konsep Random. Model simulasi dapat dengan mudah memodelkan peristiwa random (acak) sehingga dapat memberikan gambaran kemungkinan- kemungkinan apa yang dapat terjadi.
2. Return on Investment. Dengan menggunakan model simulasi komputer, faktor biaya akan dengan mudah ditutup karena dengan simulasi kita dapat meningkatkan efisiensi, seperti penghematan operation cost, inventory, dan pengurangan jumlah orang.
3. Antisipasi. Dengan menggunakan simulasi maka kita dapat menghindari risiko yang mungkin terjadi karena penerapan sistem baru.
4. Meningkatkan Komunikasi. Adanya user interface yang baik pada program simulasi yang juga dilengkapi dengan kemampuan animasi, hal itu akan sangat membantu dan mengkomunikasikan sistem baru kepada semua pihak.
5. Pemilihan Peralatan dan Estimasi Biaya. Pembelian peralatan baru seringkali berkaitan dengan sistem yang lama. Dengan menggunakan simulasi maka akan dapat dilihat performansi sistem secara keseluruhan dan dilakukan analisis cost benefit sebelum pembelian peralatan dilaksanakan.
6. Continous Improvement Program. Model simulasi komputer memberikan evaluasi strategi improvement dan mengevaluasi alternatif-alternatif yang ada.
Selain mempunyai kelebihan, model simulasi juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1. Untuk mensimulasikan sistem yang kompleks diperlukan biaya yang sangat besar untuk pengembangan dan pengumpulan data awal ataupun observasi sistem yang membutuhkan eksperimen awal.
2. Simulasi bukanlah presisi dan juga bukan suatu proses optimisasi. Simulasi tidak menghasilkan solusi, tetapi ia menghasilkan cara untuk menilai solusi termasuk solusi optimal.
3. Tidak semua situasi dapat dinilai melalui simulasi kecuali situasi yang memuat ketidakpastian (Siagian, 1987).
2. 4. Klasifikasi Model Simulasi
Klasifikasi sistem berdasarkan perilaku dibagi menjadi:
1. Sistem Statis dan Dinamis
Sistem statis merupakan sistem yang direncanakan, dibangun dan diimplementasikan hanya pada satu tahap saja. Sistem dinamis merupakan sistem yang mempunyai perilaku dasar steady state dan growth state yang dinamis. Steady state merupakan perilaku pada sistem yang terus melakukan perubahan sampai pada titik tertentu. Growth State yaitu kondisi yang melakukan perubahan untuk tumbuh baik secara negative atau positif. Kedua model merupakan jenis model yang mewakili situasi yang berhubungan terhadap waktu. Model statis menjelaskan sebuah hubungan yang tidak berubah terhadap waktu, sementara model dinamis berhubungan dengan interaksi yang berubah terhadap waktu.
2. Sistem Deterministik dan Stokastik
Sistem deterministik merupakan sistem yang terbentuk dari sumber data masukan yang tertentu dan dalam proses serta outputnya juga menghasilkan keluaran tertentuyang sedikit atau tidak mengandung nilai random atau probabilistik. Sistem stokastik merupakan suatu bentuk sistem yang memiliki komponen probabilitas atau dapat pula dikatakan bahwa dalam sistem ini setidaknya ada beberapa komponen random terutama pada input datanya.
3. Sistem Diskrit dan Kontinyu
Sistem diskrit merupakan sistem dengan variabel keadaan yang mengalami perubahan langsung pada titik terpisah dalam rentang waktu tertentu. Sistem kontinu merupakan suatu sistem dimana aktivitas-aktivitas predominan menyebabkan perubahan yang halus pada atribut dari entitas sistem.
2.5. Antrian
Teori Antrian Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas yang tiba tidak bisa segera mendapat layanan disebabkan kesibukan layanan. Pada banyak hal, tambahan fasilitas pelayanan dapat diberikan untuk mengurangi antrian atau untuk mencegah timbulnya antrian. Akan tetapi biaya karena memberikan pelayanan tambahan, akan menimbulkan pengurangan
keuntungan mungkin sampai di bawah tingkat yang dapat diterima. Sebaliknya, sering timbulnya antrian yang panjang akan mengakibatkan hilangnya pelanggan/nasabah. - Komponen Dasar Antrian
Komponen dasar proses antrian adalah : 1. Kedatangan
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, panggilan telepon untuk dilayani, dan lain-lain. Unsur ini sering dinamakan proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan variabel acak. Menurut Levin, dkk (2002), variabel acak adalah suatu variabel yang nilainya bisa berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Variabel acak dapat berupa diskrit atau kontinu. Bila variabel acak hanya dimungkinkan memiliki beberapa nilai saja, maka dia merupakan variabel acak diskrit. Sebaliknya bila nilainya dimungkinkan bervariasi pada rentang tertentu, dia dikenal sebagai variabel acak kontinu.
2. Pelayan
Pelayan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap-tiap fasilitas pelayanan kadang- kadang disebut sebagai saluran (channel) (Schroeder, 1997). Contohnya, jalan tol dapat memiliki beberapa pintu tol. Mekanisme pelayanan dapat hanya terdiri dari satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan yang ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop.
3. Antrian
Inti dari analisa antrian adalah antrian itu sendiri. Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang menganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991).
4.5.1. Disiplin antrian
Penentu antrian lain yang penting adalah disiplin antri. Disiplin antri adalah aturan keputusan yang menjelaskan cara melayani pengantri. Menurut Siagian (1987), ada 5 bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan, yaitu :
1. First-Come First-Served (FCFS) atau First-In First-Out (FIFO) artinya, lebih dulu datang (sampai), lebih dulu dilayani (keluar). Misalnya, antrian pada loket pembelian tiket bioskop.
2. Last-Come First-Served (LCFS) atau Last-In First-Out (LIFO) artinya, yang tiba terakhir yang lebih dulu keluar. Misalnya, sistem antrian dalam elevator untuk lantai yang sama.
3. Service In Random Order (SIRO) artinya, panggilan didasarkan pada peluang secara random, tidak soal siapa yang lebih dulu tiba.
4. Priority Service (PS) artinya, prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai prioritas lebih rendah, meskipun yang terakhir ini kemungkinan sudah lebih dahulu tiba dalam garis tunggu. Kejadian seperti ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang dalam keadaan penyakit lebih berat dibanding dengan orang lain dalam suatu tempat praktek dokter.
4.5.2. Model Antrian
Atas dasar sifat proses pelayanannya, dapat diklsifikasikan fasilitas-fasilitas pelayanan dalam susunan saluran atau channel (single atau multiple) dan phase (single atau multiple) yang akan membentuk suatu struktur antrian yang berbeda- beda. Ada 4 model antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian yaitu :
1. Single Channel-Singgle Phase
Sistem ini adalah yang paling sederhana. Single Channel berarti bahwa hanya ada satu jalur untuk masuk sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan.
Single Phase menunjukan bahwa hanya ada satu stasiun pelayanan atau sekumpulan tunggal operasi yang dilaksanakan. Setelah menerima pelayanan, individuindividu keluar dari sistem.
2. Single Channel – Multiphase Multiphase
menunjukan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan (dalam phase-phase), seperti dalam pencucian mobil, tukang cat mobil, lini produksi massa dan sebagainya.
3. Multi-Channel-Singgle Phase Sistem
Multichannel – Single Phase terjadi (ada) kapan saja dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal, sebagai contoh adalah loket pembelian tiket yang bias dilayani oleh beberapa petugas, dan sebagainya.
4. Multichannel – Multiphase Sistem
Multichannel – Multiphase mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap, sehingga lebih dari satu individu dapat dilayani pada satu waktu. Pada umumnya, jaringan antrian ini terlalu kompleks untuk dianalisa dengan teori antrian, simulasi lebih sering digunakan untuk menganalisa sistem ini.
5. Multichannel – Multiphase Sistem
Multichannel – Multiphase mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap, sehingga lebih dari satu individu dapat dilayani pada satu waktu. Pada umumnya, jaringan antrian ini terlalu kompleks untuk dianalisa dengan teori antrian, simulasi lebih sering digunakan untuk menganalisa sistem ini.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
3.1. Pengumpulan Data
3.1.1. Data Pengamatan Hari Ke-1
3.1.1.1. Stasiun Administrasi
Berikut adalah data entiti dan data waktu proses hari pertama selama 3 jam pada stasiun Administrasi di Rumah sakit Ibnu sina yang di mulai pukul 08:00- 10:58 WIB :
Tabel 3.1. Data Pengamatan No Entiti Waktu
Kedatangan
Waktu dilayani
Waktu antar kedatangan (Arrival time)
1 08:00:00 08:02:00 -
2 08:10:30 08:12:30 10 menit 30 detik
3 08:25:15 08:27:15 14 menit 45 detik
4 08:39:30 08:41:30 14 menit 15 detik
5 08:53:40 08:55:40 14 menit 10 detik
6 09:05:20 09:07:20 11 menit 40 detik
7 09:18:00 09:20:00 12 menit 40 detik
8 09:29:30 09:31:30 11 menit 30 detik
9 09:43:10 09:45:10 13 menit 40 detik
10 09:55:25 09:57:25 12 menit 15 detik
11 10:07:00 10:09:00 11 menit 35 detik
12 10:20:45 10:22:45 13 menit 45 detik
13 10:34:00 10:36:00 13 menit 15 detik
14 10:45:50 10:47:50 11 menit 50 detik
15 10:58:00 11:00:00 12 menit 10 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina
Tabel 3.2. Data Pengamatan Lokasi/ Stasiun Kerja Administrasi
No Mulai proses Selesai proses Waktu proses
1 08:02:00 08:08:15 6 menit 15 detik
2 08:12:30 08:19:30 7 menit
3 08:27:15 08:33:45 6 menit 30 detik
4 08:41:30 08:48:10 6 menit 40 detik
5 08:55:40 09:03:10 7 menit 30 detik
6 09:07:20 09:14:00 6 menit 40 detik
7 09:20:00 09:27:00 7 menit
8 09:31:30 09:38:00 6 menit 30 detik
9 09:45:10 09:52:50 7 menit 40 detik
Tabel 3.2. Data Pengamatan (lanjutan
Lokasi/ Stasiun Kerja Administrasi
No Mulai proses Selesai proses Waktu proses
10 09:57:25 10:04:20 6 menit 55 detik
11 10:09:00 10:15:30 6 menit 30 detik
12 10:22:45 10:30:10 7 menit 25 detik
13 10:36:00 10:42:20 6 menit 20 detik
14 10:47:50 10:55:00 7 menit 10 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina
3.1.1.2. Stasiun Poli Spesialis Penyakit Dalam
Berikut adalah data entiti dan data waktu proses hari pertama selama 3 jam pada stasiun poli spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Ibnu sina yang di mulai pukul 08:00-10:58 WIB :
Tabel 3.3. Data Pengamatan No Entiti Waktu
Kedatangan
Waktu dilayani
Waktu antar kedatangan (Arrival time)
1 08:08:30 08:10:53 -
2 08:23:00 08:26:02 14 menit 30 detik
3 08:37:00 08:40:38 14 menit
4 08:51:50 08:54:47 14 menit 50 detik
5 09:06:30 09:08:44 14 menit 40 detik
6 09:19:40 09:21:42 13 menit 10 detik
7 09:29:50 09:32:12 10 menit 10 detik
8 09:43:30 09:45:32 13 menit 40 detik
9 09:58:30 10:00:49 15 menit
10 10:14:00 10:16:22 15 menit 30 detik
11 10:31:30 10:34:01 17 menit 30 detik
12 10:42:00 10:45:08 10 menit 30 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina
Tabel 3.4. Data Pengamatan Lokasi/ Stasiun Kerja Poli Spesialis Penyakit Dalam
No Mulai proses Selesai proses Waktu proses
1 08:10:53 08:20:34 9 menit 41 detik
2 08:26:02 08:37:11 11 menit 9 detik
3 08:40:38 08:49:34 8 menit 56 detik
4 08:54:47 09:05:36 10 menit 49 detik
5 09:08:44 09:16:21 7 menit 37 detik
6 09:21:42 09:29:00 7 menit 18 detik
7 09:32:12 09:40:32 8 menit 20 detik
8 09:45:32 09:57:22 11 menit 50 detik
9 10:00:49 10:12:08 11 menit 19 detik
10 10:16:22 10:28:58 12 menit 36 detik
11 10:34:01 10:42:44 8 menit 43 detik
12 10:45:08 10:57:54 12 menit 46 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina
3.1.1.3. Stasiun Pengambilan Obat (Apotik)
Berikut adalah data entiti dan data waktu proses hari pertama selama 3 jam pada stasiun Pengambilan Obat (Apotik) di Rumah sakit Ibnu sina yang di mulai pukul 08:00-10:58 WIB :
No Entiti Waktu Kedatangan
Waktu dilayani
Waktu antar kedatangan (Arrival time)
1 08:00:00 08:05:10 -
2 08:11:30 08:20:00 11 menit 30 detik
3 08:26:45 08:32:30 15 menit 15 detik
4 08:39:20 08:45:40 12 menit 35 detik
5 08:53:00 08:59:45 13 menit 40 detik
6 09:06:50 09:12:20 13 menit 50 detik
7 09:19:10 09:27:00 12 menit 20 detik
8 09:32:30 09:39:40 13 menit 20 detik
9 09:45:55 09:53:30 13 menit 25 detik
10 10:01:00 10:08:20 15 menit 5 detik
11 10:14:30 10:22:00 13 menit 30 detik
12 10:29:00 10:37:10 14 menit 30 detik
13 10:45:20 10:51:50 16 menit 20 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina
Tabel 3.4. Data Pengamatan Lokasi/ Stasiun Kerja Pengambilan Obat (Apotik)
No Mulai proses Selesai proses Waktu proses
1 08:05:10 08:12:00 6 menit 50 detik
2 08:17:15 08:26:10 8 menit 55 detik
3 08:32:00 08:38:45 6 menit 45 detik
4 08:45:30 08:51:10 5 menit 40 detik
5 08:58:00 09:07:00 9 menit
6 09:12:30 09:20:20 7 menit 50 detik
7 09:26:00 09:33:15 7 menit 15 detik
8 09:39:00 09:47:30 8 menit 30 detik
9 09:54:00 10:00:45 6 menit 45 detik
10 10:07:30 10:13:30 6 menit
11 10:20:00 10:28:10 8 menit 10 detik
12 10:34:30 10:42:00 7 menit 30 detik
13 10:48:00 10:55:45 7 menit 45 detik
Sumber waktu pengamatan RS ibnu sina