MAKALAH
LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM: MADRASAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu DR. H. Mohammad Dzofir, M. AG
Disusun Oleh : Kelompok 8- PAI B2AIR
1. Lutfia Alfi Rohmaniyah 2310110054 2. Ibnu Arshof Adhuhri 2310110069 3. Fitri Ayu Amelia 2310110076
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN AKADEMIK 2024
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan diberikanya berkah dan rahmat-NYA sehingga kelompok 8 mampu menyelesaikan tugas makalah yang bertema “LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM: MADRASAH” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan tujuan guna mememnuhi salah satu tugas mata kuliah “Ilmu Pendidikan Islam” yang diampu oleh bapak Mohammad Dzofir, Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen mata kuliah, karena dengan diberikanya tugas ini dapat berpotensi untuk memperdalam pemahaman kami mengenai materi tersebut.
Kami dari kelompok 8 menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna, serta memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan maupun penyebutan makna makna yang tertera pada makalah ini. Untuk itu kelompok kami memerlukan koreksi, masukan dan saranya dari para pembaca untuk tahapan penyempurnaan dan untuk menjadikan makalah kami kedepanya lebih baik lagi.
Kudus, 02 Mei 2024
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I...3
PENDAHULUAN...3
A. Latar Belakang... 3
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penulisan...3
BAB II... 4
PEMBAHASAN...4
A. Pengertian Madrasah... 4
B. Sejarah Perkembangan Madarasah...5
C. Model Kurikulum di Madrasah...11
BAB III...19
PENUTUP... 20
KESIMPULAN...20
DAFTAR PUSTAKA... 20
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan islam di indonesia, menurut para ahli pendidikan, khususnya dalam bidang sejrah pendidikan islam, seperti Azyumardi Azra, Maksum, Hasbullah, dan lain-lain, sebenarnya bukan merupakan satu mata rantai sejarah tumbuh dan berkembangnya madrasah di masa islam klasik. Tetapi madrasah di indonesia muncul sebagai kelanjutan logis lembaga pendidikan islam sebelumnya, khususnya jawa, yaitu pesantren. Pandangan ini, diperkuat oleh suatu kenyataan bahwa masuknya iskam ke nusantara, baik gekombang pertama (abad ke-7 M) maupun gelombang kedua (abad ke-13 M) tidak diikuti oleh muncul atau berdirinya madrasah. Dengan alasan itu pula, maka secara historis menurut Nurcholish Majid, pesantren sering kali disebut tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia. (indigenius).
Madrasah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang saat ini menempati posisi sebagai sekolah umum berdasarkan UU sisdiknas No. 20 tahum 2003, berarti masrasah sebagai sub sistem pendidikan nasional. Meskipun madrasah berada di bawah departemen Agama/Kementrian Agama, namun karena merupakan sub sistem pendidikan nasional dan sekaligus merupakan bagian intergal dalam sistem pendidikan nasional, maka madrasah sebenarnya masuk dalam bidang pendidikan dengan manajemen pemerintah daerah baik pemerintah provinsi muapun kabupaten. Karena posisinya tersebut, pemerintah daera seharusnya memberikan perlakuan yang sama tanpa ada dikotomi pemberdayaan baik dalam memberikan fasilitas, saranaa prasarana, pendanaan maupun perkembangan ketenagaan, dengan tidk membedakan antara sekolah umum maupun madrasah dan antara sekolah negri maupun sekolah swasta.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Madrasah?
2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Madrasah?
3. Bagaimana Model Madrasah dan Kurikulum di Madrasah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Madrasah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Perkembangan Awal Mula Madrasah 3. Untuk Mengetahui Model Madrasah dan Kurikulum di Madrasah
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Madrasah
Kata Madrasah berasal dari bahasa arab asal kata dari darasa, yadrusu, darsan dan madrasatan yang berarrti tempat belajar para pelajar.1 Senada dengan Hasbullah Harun Nasution, kata madrasah berasal dari dari kata kerja darasa yang berarti belajar atau darrasa berarti mengajar.2 Ada pula yang mengartikan darasa adalah tempat duduk untuk belajar sebagaimana poerwadarminta.3 Istilah madrasah sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan (terutama perguruan islam).4 Sementara Karel A Steenbrink dalam Enung K. Rukianti berpendapat antara madrasah dan sekolah berbeda alasanya bahwa sekolah dan madrasah memiliki ciri yang berbeda.5
Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian madrasah disamakan dengan sekilah kearena secara teknis madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal yang tidak berbeda dengan sekolah. Hanya saja secara kultural di indonesia madrasah difahami lebih memiliki konotasi yang spesifik, dimana peserta didik memperoleh pembelajaran agama dan keagamaan lebih mendalam jika dibandingkan dengan sekolah pada umumnya. Dalam masyarakat madrasah lebih dikenal sebagai sekolag agama dimungkinkan karena mata pelajaran agama lebih banyak.6
Dalam perkembangannya, istilah madrasah tidak hanya disandarkan dan diartikan dalam arti sempit sekolah dengan segala keberadaan fisik, sarana dan prasarananya, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah. Sebagaimana dalam sebuah kalimat bijak yang menyatakan Al-Ummu madrasah Al-ula (Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya) .
1 Hasbullah, “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 160.
2 WJS. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia” (Balai Pustaka, 1990), 618.
3 H Nasution, “ensiklopedia Islam Indonesia” (Jakarta: Djambatan, 2002), 669.
4 WJS. Poerwadarminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia” (Balai Pustaka, 1990), 618.
5 Enung K Rukiati dan Feni H, “Sejarah Pendidikan di Indonesia” (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 113.
6 Yayah Chairiyah, “Sejarah Perkembangan Sistem Pendidikan Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam” 2 (Juli 2021).
Dengan demikian pengertian madrasah ialah sebuah institusi pendidikan yang didalamnya berlangsung proses pendidikan. Dalam pengertian yang lain madrasah adalah wadah atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya.
B. Sejarah Perkembangan Madarasah 1. Awal Mula Madrasah
Dalam konteks modern, istilah "madrasah" mungkin tidak digunakan untuk merujuk kepada lembaga pendidikan pada zaman Rasulullah Muhammad SAW. Namun, konsep pendidikan agama Islam tentu ada sejak zaman Nabi Muhammad. Para sahabat Nabi, seperti Abu Bakar, Umar, dan Ali, sering berperan sebagai guru agama untuk menyampaikan ajaran Islam kepada kaum Muslim awal. Mereka memberikan pengajaran di masjid, di rumah-rumah, atau di tempat-tempat terbuka. Meskipun tidak ada struktur formal seperti madrasah modern, pendidikan agama Islam di masa itu didasarkan pada pengajaran langsung dari Nabi dan para sahabatnya.
Sahih al-Bukhari 101, Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata: "Para wanita berkata kepada Nabi SAW, 'Kaum laki-laki telah mendominasi waktu Anda, maka tetapkanlah hari khusus untuk kami.' Lalu Beliau menetapkan satu hari untuk mereka, di mana Beliau menemui mereka dan mengajarkan kepada mereka ilmu yang telah diajarkan Allah kepada Beliau." Yang bunyinya sebagai berikut:
انَبَلَغَ :مَلَسَوَ هِيْلَعَ هِلَلا ىلَصَ يِّبَنَلَل ءُاسَنَلا تِلاقَ يِّرِدْخُلا !دْيْعِسَ يِّبِأَ نْعَ
سَفْنَ نْمِ ا)مِوْيَ انَل لْعِجْافَ ،لُاجْرِّلا كَيْلَعَ
،هِيْفَ نْهُيْقِل ا)مِوْيَ نْهُدْعَوْفَ كَ
نْهُرِّمِأَوَ نْهُظَعَوْفَ.
Pada masa selanjutnya pula, muncul kelompok tabi’in yang berguru pada lulusan awal, di antara yang paling terkenal adalah Rabi’ah al-Razi yang membuka pertemuan ilmiah di Masjid Nabawi, salah satu muridnya adalah Malik bin Anas al-Asbahi pendiri madzhab maliki. Sedangkan ulama-ulama tabi’in adalah Sa’id bin al-Musayyab, Urwah bin alZubair, Salim Mawla bin Umar dan lain-lain. Di antara yang belajar pada Ibnu Abbas adalah Mujahid (w. 105 H), Sa’id bin Jubair (w. 94 H), Ikrimah Mawla ibn Abbas, Tawus al-Yammani, ‘Ata bin Abi Rabah, semuanya dari Mekah. Di antara tabi’in itu juga adalah al-Hasan al-Basri yang belajar pada Rabi’ah alRa’y di Madinah, kemudian kembali ke Bashrah yang dikunjungi oleh penuntutpenuntut ilmu dari seluruh pelosok negeri Islam.7
7 Hamim Hafiddin, “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah” 1 (2015): 19.
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki sejarah panjang.
Awalnya, madrasah didirikan sebagai pusat pendidikan agama Islam untuk mengajarkan Al-Qur'an, fiqh (hukum Islam), dan hadis kepada para pelajar. Sejarahnya dapat ditelusuri hingga zaman kekhalifahan Abbasiyah di Timur Tengah pada abad ke-8 Masehi. Selama berabad-abad, madrasah berkembang dan mengalami berbagai perubahan, termasuk dalam kurikulum dan struktur organisasinya.
Tradisi pendidikan Islam sudah mengenal jenis institusi pendidikan seperti kuttâb, masjid dan masjid khan. Dalam perkembangannya berikutnya baru muncul madrasah sebagai institusi pendidikan par-excelle. Namun, keduanya merupakan lembaga pendidikan dasar dalam Islam. Adapun yang dimaksud dengan ”kuttab” atau ”maktab”
adalah tempat untuk belajar membaca dan menulis yang ada di rumah guru, sedangkan para siswa datang berkumpul untuk belajar.
Setidaknya ada tiga yang melatarbelakanginya, yaitu: (1) Halaqah-halaqah yang diselenggarakan di masjid sering mengganggu terutama terhadap orang yang sedang beribadah; (2) Berkembangnya kebutuhan ilmiah sebagi akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan; (3) Timbulnya orientasi baru dalam penyelenggaraan pendidikan, seperti di antaranya orientasi berpikir sebagian guru untuk mendapatkan rezeki melalui kegiatan pendidikan. Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dalam bentuk pendidikan formal sudah dikenal sejak tahun (459 H) di Baghdad yang didirikan oleh Nizam al-Mulk, seorang Perdana Menteri Dinasti Saljuk.
Walaupun pendiriannnya (Madrasah Nizamiyah) didorong oleh adanya pertentangan ideologi antara kaum mu’tazilah yang dibantu oleh menteri Amid al Mulk al-Kunduriy dan kaum asy’ariyah yang dibantu oleh Nizham al-Mulk. Di tengah-tengah kemelut sosial politik dan keagamaan yang melanda seluruh propinsi Khurasan, Baghdad dan Iraq, tampillah seorang politikus, negarawan dan ulama muda yang juga dikenal seorang tokoh As’ariyah yaitu Nizham al-Mulk, yang tidak lain adalah menteri Gubernur Alp Arslan.
Nizham al-Mulk yang mempunyai banyak pengalaman dilapangan melihat bahwa ideologi negara pada waktu itu berada dalam keadaan terancam bahaya serius dan mimbar- mimbar masjid sudah dijadikan sebagai tempat untuk mengecam kaum As’ariyah oleh pejabat tinggi kesultanan Saljuq pada masa itu. Dalam pada itu, Nizham al-Mulk yang sudah pernah melihat madrasah terdahulu di Khurasan yang memusatkan kajiannya pada studi kemazhaban memberikan inspirasi baginya untuk membela mazhab resmi negara dengan mensosialisasikannya pada seluruh masyarakat dan memimpin mereka keluar dari
kemelut menuju perbaikan sosial moral dan taraf hidup. Sejak saat itulah ia konsentrasi pada bidang pendidikan. Untuk itu ia mengadopsi ide madrasah dan memperbarui sistem pendidikannya sedemikian rupa untuk memberanguskan politik Mu’tazilah dan sekutunya, Syi’ah, yang ingin merenggut kewenangan negara dan supremasi Sunni, dan sekaligus meletakkannya sebagai lembaga pendidikan bagi Negara. Lembaga tersebut yang kemudian lebih dikenal dengan nama Madrasah Nizamiyah Naysabur, sebagai madrasah perintis. Nama ini berasal dari nama menteri tersebut yakni Nizham al-Mulk, gelarnya yang diperoleh dari negara dalam kapasitasnya sebagai menteri Saljuq . Dari kisah tadi bisa dikatakan keberadaan dan perkembangan madrasah juga tak luput dari dinamika politik dan dinamika - dinamika yang lainnya di masa itu, begitu pun dengan dinamika yang mempengaruhi madrasah dari masa ke masa.8
Sejarah pendidikan Islam menunjukkan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan Islam par excelence sampai periode modern dengan diperkenalkannya lembaga-lembaga modern, seperti universitas.
Kajian tentang munculnya madrasah di dunia Islam, banyak ahli sejarah berbeda pendapat. Syalabi menyatakan bahwa madrasah yang mula-mula muncul di dunia Islam adalah madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam al-Mulk, perdana menteri Dinasti Saljuk, pada tahun 1066-1067 M. Sedangkan Muḥammad Aṭiah al-Abrasyi, mengutip dari al-Maqrizi, mengemukakan bahwa Madrasah al-Baihaqiyah adalah madrasah yang pertama didirikan pada akhir abad ke-4 H (abad ke-11 M) . Hampir serupa dengan Athiyah, Richard W. Bulliet berpendapat bahwa dua abad sebelum Madrasah Nizamiyah muncul, di Naisapur sudah berdiri madrasah, yaitu Miyan Dahiyah.
2. Pendidikan Zaman Kerajaan
Seperti kita tahu, setelah Islam masuk ke bumi Nusantara dan mulai banyak pemeluk maka dibuatlah kerajaan - kerajaan yang bercorak Islam. Dilaporkan oleh Ibnu Batutah dalam bukunya yang berjudul rihlah Ibnu Batutah bahwa ia berkunjung ke samudra pasai pada tahun 1354M. Ia mengikuti raja mengadakan halaqah setelah sholat Jum'at sampai waktu ashar . Dari pernyataan itu diduga kerajaan samudra pasai saat itu sudah merupakan pusat agama Islam dan tempat berkumpul ulama' - ulama' dari berbagai negara Islam untuk berdiskusi tentang berbagai masalah keagamaan dan keduniawian sekaligus. Dari halaqah nanti berkembang menjadi lembaga pendidikan.
8 Zainuddin, “Madrasah dan Dinamikanya,” 2021, 27.
Ketika kerajaan Islam Malaka muncul menjadi pusat kegiatan politik, Malaka juga berkembang menjadi pusat studi Islam. Istana juga berfungsi sebagai tempat mudzakarah masalah - masalah ilmu pengetahuan dan sebagai perpustakaan,selain itu juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan dan penyalinan kitab- kitab Arab Islam. Mata pelajaran yang diberikan di lembaga - lembaga pendidikan Islam dibagi menjadi 2 tingkatan;
a) Tingkat dasar terdiri atas pelajaran membaca, menulis, bahasa Arab, pengajian Al Qur'an dan ibadah praktis.
b) Tingkat yang lebih tinggi dengan materi - materi ilmu fikih, tasawuf,ilmu Kalam,dll.
Di kerajaan Aceh Darussalam, sultan Iskandar muda juga sangat memerhatikan perkembangan agama dengan mendirikan masjid - masjid seperti masjid Baiturrahman di Banda Aceh dan pusat-pusat pendidikan Islam yang disebut dayah. Samudra pasai,Malaka,dan Aceh merupakan pusat - pusat pendidikan dan pengajaran agama Islam.
Di Minangkabau lembaga pendidikan disebut surau. Surau sebelum Islam datang berfungsi sebagai tempat menginap anak - anak bujang. Yang mula melakukan islamisasi surau adalah Syaikh Burhanuddin (1641-1691). Surau inilah cikal bakal lembaga pendidikan yang lebih teratur dimasa berikutnya. Di Sulawesi ada raja Gowa, sultan Alauddin yang mendirikan masjid pertama di Bontoalo. Masjid ini berfungsi sebagai tempat sholat,pusat pengajian,dan pengajaran islam.
Nah sedangkan di Jawa lembaga pendidikan disebut pesantren. Pesantren tidak berasal dari tradisi timur tengah tapi dari nama lembaga sebelum datangnya Islam. C. C.
Berg berpendapat bahwa pesantren berasal dari kata India shastri yang berarti orang yang mengetahui buku - buku suci agama Hindu. Oleh karna itu di Jawa sudah ada lembaga pendidikan sejak abad 15 dan 16. Seperti halnya kerajaan Islam yang lain,Di Jawa setelah berdirinya Demak bintoro pendidikan Islam bertambah maju, pada tahun 1476 dibentuk organisasi Bayankare Islah(angkatan pelopor kebaikan). Kemudian kerajaan pindah ke Mataram tahun 1586. Untuk pelaksanaan pendidikan di suatu kabupaten dibagi menjadi beberapa bagian. Pada tiap-tiap bagian dipertanggung jawabkan kepada beberapa ketib, dibantu oleh beberapa Modin. Naib dan pegawai nya serta Modin desa adalah penyelenggara dan naib sebagai kepalanya.
3. Madrasah di Zaman Penjajahan
Dalam bidang pendidikan,barat tak hanya memperkenalkan sistem dan metode baru,tapi juga untuk menghasilkan tenaga yang dapat membantu kepentingan mereka dengan upah rendah. Apa yang mereka sebut pembaruan pendidikan sebenarnya adalah
westernisasi dan kristenisasi. Pada mulanya Belanda membiarkan saja menurut sistem kerajaan Mataram,namun lambat laun mereka mengubah sistem pendidikan Islam.
Karena pengaruh politik etis pemerintah Belanda mene- tapkan kebijaksanaan pendidikan dan merealisasikannya dalam berbagai program pendidikan dasar untuk warga pri- bumi. Namun mereka membedakan program tersebut sebagai berikut:
a. Sekolah Dasar Kelas Satu (De Eerste Klasse School) untuk kalangan para pemuka, tokoh-tokoh, dan orang-orang terhormat bumi putra.
b. Sekolah Dasar Kelas Dua (De Tweede Klasse School) untuk anak-anak bumi putra biasa.
Semua itu bertujuan untuk mempersiapkan pegawai- pegawai yang bekerja untuk Belanda, selain tentunya untuk menghambat sistem pendidikan tradisional yang para tokoh, guru serta ulamanya sedang mengembangkan pendidikan Islam Indonesia. Bahkan, Belanda juga tidak mengakui lulusan-lulusan pendidikan tradisional. Mereka tidak bisa bekerja kepada Belanda sebagai pekerja di pabrik atau tenaga birokrat karena buta huruf Latin.Kehadiran sekolah-sekolah Belanda ini mendapat kecaman sengit kaum ulama dan santri karena pendidikan itu menjadi alat penetrasi kebudayaan Barat yang akan melahirkan intelektual pribumi sekular dan menjadikan umat Islam jauh dari agamanya.Tapi ketika beberapa pelajar Indonesia menuntut ilmu di timur tengah,mereka mulai mengadopsi pendidikan kolonial, padahal sebelumnya mengecam.
Pada masa awal pemerintahan Jepang, seakan-akan Jepang membela kepentingan Islam, namun itu adalah suatu siasat untuk memenangkan perang. Untuk menarik hati dan dukungan rakyat Indonesia, pemerintah Jepang membolehkan didirikannya sekolah - sekolah agama dan pesantren. Sekolah - sekolah menjadi tempat pendidikan yang militeris dan indoktrinasi untuk kemakmuran Asia Timur Raya,semua itu untuk memenangkan perang melawan sekutu.Demikianlah pendidikan pada zaman militer jepang,namun pada umumnya mengalami kemunduran.9
4. Madrasah Pada Masa Awal Kemerdekaan
Ditengah-tengah berkobarnya revolusi fisik, pemerintah RI tetap membina pendidikan agama pada khususnya. Pembinaan pendidikan agama itu secara formal institusional dipercayakan kepada Departemen Agama dan Departemen P&K (Depdikbud). Oleh karena itu maka dikeluarkanlah peraturan-peraturan bersama antara keuda departemen tersebut untuk mengelola pendidikan agama di sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta). Adapun pembinaan pendidikan agama di sekolah agama ditangani oleh
9 Musyrifah Sunanto, “Sejarah Peradaban di Indonesia” (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014), 104.
Departemen Pendidikan Agama sendiri. Pendidikan agama Islam untuk sekolah umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember 1946.
Perkembangan madrasah yang paling spektakuler pada masa orde lama adalah dengan didirikannya Pendidikan Guru Agama (PGA) dan Pendidikan Hakim Islam negeri (PHIN).
Hal ini dianggap sepektakuler karena berdirinya kedua lembaga pendidikan Islam ini sebagai momentum penting perkembangan madarasah karena: Pertama, Pendidikan ini akan mencetak tenagatenaga profesional dalam pengembangan agama Islam, kedua, Pendidikan Guru Agama akan mencetek calon-calon guru agama yang fokus pada pendidikan agama Islam.10
Dalam UU no.2 tahun 1989,istilah madrasah tidak disebutkan secara eksplisit, namun disebut secara implisit dalam rumusan "sekolah keagamaan". Jadi secara legal, formal lembaga pendidikan madrasah telah mendapatkan posisi yang selama ini di inginkan umat Islam. Terlebih setelah disahkannya UU no.20 tahun 2003 semakin memperkokoh madrasah sebagai subsistem pendidikan nasional. Secara eksplisit menyatakan kesederajatan antara madrasah dan sekolah. Pada pasal 17 ayat(2) dan pasal 18 ayat(2) disebutkan:
a. Pendidikan Dasar brtbrntuk SD dan MI atau bentuk lain yang sederajat serta SMP dan MTs, atau bentuk lain yang sederajat.
b. Pendidikan Menengah berbentuk SMA, MA, SMK dan MAK, atau bentuk lain yang sederajat.
Dari penjelasan tadi bisa di garis bawahi,jika pendidikan Islam baik secara subtansi, kegiatan,dan kelembagaannya merupakan instrumen penyebaran Islam maka beberapa ahli berpendapat madrasah sebagai lembaga pendidikan sudah ada sejak Islam masuk ke Nusantara. Dan jika yang dimaksud madrasah dalam arti sistem pendidikan barat,maka lembaga pendidikan dengan istilah madrasah pertama kali adalah madrasah Adabiyah di Padang panjang (Sumbar) yang didirikan oleh syekh Abdullah Ahmad pada tahun 1909.11 Dalam sejarahnya, perkembangan madrasah dan lembaga pendidikan Islam lain boleh dikatakan termarjinalkan oleh kebijakan umum sistem pendidikan nasional, meskipun akhir-akhir ini telah ada upaya yang cukup signifikan untuk menempatkan pendidikan Islam sebagai pendidikan alternatif yang menjadi rujukan dan model bagi pendidikan lain di Nusantara. Sebenarnya potensi untuk meningkatkan kualitas madrasah lebih tinggi daripada sekolah umum. Hal tersebut bisa dilakukan diantaranya melalui kerja keras dan
10 Mampan Drajat, “Sejarah Madrasah di Indonesia,” al-Afkar 1 (Januari 2018): 204, https://doi.org/10.5281.
11 Supa’at, “Madrasah dan Nasionalisme Kebangsaan” (Kudus: Iain Kudus, 2021), 55.
kesiapan sumber daya manusia nya. Jika kualitas madrasah telah diperoleh,maka animo masyarakat bisa dipastikan akan lebih tinggi kepada lembaga madrasah daripada kepada sekolah umum.12
C. Model Kurikulum di Madrasah 1. Model Kurikulum di Madrasah
Kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran di sekolah atau akademi yang harus di tempuh oleh siswa untuk mencapai sesuatu tingkatan atau ijazah. Menurut Lee and Lee, Curriculum is the strategy which we use in adapting this cultural geritage to the purpose of the school. Sedangkan menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dalam penyusunan kurikulum harus memuat tujuanyang harus dicapai, uraian materi secara ringkas,teknik/metode yang akan dipakai, alat dan sumber, kelas, lamanya waktu yang digunakan/jam dan sebagainya yang biasanya termuat dalam satu model penyusunan progam pengajaran (GBPP)13. Menurut Kusmin, di buku Hasan Asri, menyebutkan bahwa muatan kurikulum dalam membina keperibadian muslim, yakni; (1) materi tauhid/aqidah, (2) materi ibadah, (3) materi akhlak, dan masih banyak lainya. Banyak ayat-ayat Al- Qur’an yang berisi tentang kurikulum pendidikan islam. Tulisan ini hanya menjelaskan beberapa ayat tentang kurikulum, seperti penjelasan dibawah ini:14
1. Pendidikan Tuhid/Aqidah
Hal paling utama mesti diajar dan diberikan pada anak didik dalam kurikulum di lembaga pendidikan islam yaitu materi pendidikan tauhid/aqidah, karena persoalan tauhid/aqidah yang begitu banyak, maka penting ditanamkan ditamkan di hati dan jiwa peserta didik. Pewarisan persoalan tauhid/aqidah pada generasi muslim penerus peradaban penting dan mesti dilakukan. Adanya tauhid/aqidah maka nilai-nilai islam berakar kuat di bumi ini, dan keberkahan selalu dilimpahkan Allah SWT. Oleh karenanya, mesti diingatkan pada generasi penerus peradaban islam untuk selalu istiqomah memperkuat aqidah, yang mana disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 133 sebagai berikut:
12 Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LKiS group, 2011).
13 Lukman Asha, Manajemen Pendidikan Madrasah Dinamika dan Studi Perbandingan Madrasah dari masa ke masa (Bantul: Azyan Mitra Media, 2020), 47.
14 Maulida, “Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Kurikulum” 12 (Desember 2021): 196–203, https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bidayah.
مَ رٰبْاِ كَىِٕ بْاِ هَلٰاِوَ كَهَلٰاِ دُبُعْنَ اِوْلٰاقَ دُعْبْ مِ نَوَدُبُعْتَ امِ هَيْنِبُلٰ لَاقَ ذْاِ وْمَلٰاِ بَوْقُعْيَ رٰضَحَ ذْاِ ءَ دُهَشُ مَتُنِكُ مْاِهٖ اۤ يْۗ نْۢ تُۙ اۤ
نَوْمَلِسْمِ -هَلٰ نُحْنَوَ 0دُحَاِ1وَ ا0هَلٰاِ قَحْسْاِوَ لَيْعْمَسْاِوَاۚ
١٣٣
Artinya: Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada- Nya”.
Arti ayat diatas menjelaskan bahwa ketika Nabi Ya’qub kedatangan sakartul maut dan bertanya kepada putranya terkait apa yang akan disembah setelah Ya’qub tidak ada. Allah SWT menggerakkan bertanya tentang mengapa mereka hadir, bukan malah menayakan terkait muatan pesan di kitab suci mereka? Ajarab Injil dan Taurat tidak termuat perintah untuk menyekutukan Allah SWT. Oleh karenanya tidak boleh menyekutukan dan harus meng-Esakanya. Saat menghadapi sakaratul maut, disitulah terakhir kehidupan di dunia ini. Semua wasiat penting pas disampaikan kepada ahli waris pada saat perpisahan dan setelah itu tidak ajan ada lagi kesempatan. Selanjutnya, pada ayat diatas juga dijelaskan bahwa wasiat tersebut bentuknya sangat menyakinkan sekali. Ya’qub bertanya kepada mereka, dan dijawablah oleh mereka, jadi, yang merupakan wasiat Ya’qub yakni jawaban mereka tentang melaksanakan perintah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
Jadi materi Tauhid/Aqidah yang mesti termuat dalam kurikulum pendidikan islam diantaranya yakni memperkuat aqidah dengan cara mengingat kematian, berwasiat penting sebelum meninggal, taat dan patuh terhadap Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya15.
2. Pendidikan Ibadah
Dalam kurikulum pendidikan islam, point kedua yang mesti dibina pada peserta didik yakni pendidikan ibadah. Materi pendidikan ibadah seperti, sholat, zakat, membaca Al Qur’an, puasa, berhaji dal lain-lain. Sebagaimana dalam surah An-Nuur:
55-57, yang berbunyi:
هَلِبُقَ نُمِ نُيَذِ 188لٰاِ فَلِخْتُ88سْاِ ا88مَكُ ضِرْلْاَاِ ىفِ مَهَ1نِفَلِخْتُ88سْيْلٰ تِحْلِ B88صّٰلٰاِ اِوْلِمَعَوَ مَكُنِمِ اِوْنِمِاِ نُيَذِ1لٰاِ هَBلِلٰاِ دُعَوَ
مْۖ
نُمِوَ 0F8يْشُ يْبْ نَوْكُرٰ88شْيَ لْاَ يْنِنَوَدُبُعْيَ 0نِمِاِ مَهَفِوْخَ دُعْبْ Jمِ مَهَ1نِلٰJدُبُيْلٰوَ مَهَلٰ ىضَتَرْاِ ىذِ1لٰاِ مَهَنِيَدِ مَهَلٰ 1نُنِJكُمَيْلٰوَيْۗ يْۗ نْۢ
نَوْقُسْفَلٰاِ مَهُ كَىِٕ وَافِ كَلٰذْ دُعْبْ رٰفَكُاۤ
نَوْمَحَرٰتَ مَكُ1لِعْلٰ لَوْسْ1رٰلٰاِ اِوْعْيْطِاِوَ ةَوْكُ1زَّلٰاِ اِوْتَاِوَ ةَوْلِ1صّٰلٰاِ اِوْمَيْقَاِوَ ٥٥
رٰيْصّٰمَلٰاِ سَئْبُلٰوَ ا1نِلٰاِ مَهَىِٕوَأْمِوَ رْلْاَاِ ىفِ نُيَزَّجِعْمِ اِوَرٰفَكُ نُيَذِ1لٰاِ 1نُبُسْحْتَ لْاَ يْۗ اۚ ٥٦
٥٧
Artinya : Allah SWT telah berjanji dengan mereka yang telah beriman dan mengerjakan amal sholeh diantara kamu, akan mewariskan bumi kepadanya dan
15 Maulida, 196–97.
menjadikan mereka sebagai khalifah sebaiamana orang sebelummu. Allah SWT juga akan meneguhkan agama islam yang telah diridhoi-Nya untuk mereka dan menukarkan ketakutan yang dirasakan dengan keamanan. Mereka menyembah aku, tidak mempersekutukan sesuatu dengan aku. Barang siapa yang mengingkari nikmat- nikmat itu sesudah diberi janji yang demikian, maka merekalah orang-orang yang sangat fasik. Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Rosul. Mudah- mudahan kamu memperoleh rahmat. Janganlah kamu menyangka bahwa orang- orang kafir itu dapat melemahkan Allah SWT di bumi dan tempat kembali mereka adalah neraka. Itulah sejahat-jahat tempat kembali.
Allah SWT menjanjikan kepada para mukmin menjadi khalifah di bumi, bagi yang mau melakukan kebaikan dalam beramal. Keimanan dan beramal saleh sebagai syarat dalam memegang tampuk pemerintahan atau berkuasa. Terpenuhinya syarat tersebut, maka umat Islam dapat menjadi khalifah Allah SWT di bumi ini. Agama Islam merupakan agama yang paling Allah SWT ridhai. Islam yakni agama yang kuat dan kukuh dijadikan oleh Allah SWT, dan orang-orang yang berjihad dan berjuang di jalan-Nya dengan harta bendanya akan menjadi orang hebat dan besar (khalifah), karena mereka hanya mencari keridhaan dan Allah SWT pun ridha kepada mereka.
Keadaan menakutkan yang dirasakan oleh mereka, akan diganti dengan rasa keamanan mendalam oleh Allah SWT.
Mendirikan shalat sebagai tonggak utama agama Islam dan mengeluarkan zakat dapat mencegah dari kekejian dan hal yang buruk, dapat membawa keutamaan dan keberkahan dalam hidup. Ini semua merupakan pondasi utama dalam beramal saleh. Shalat itu untuk mewujudkan kebaikan masyarakat dan kebaikan diri pribadi.
Begitu juga dengan kewajiban berzakat untuk mewujudkan penguatan hubungan diantara satu orang dengan orang lain dan kebaikan dalam bermasyarakat. Kewajiban berzakat selalu disandingkan dengan perintah mendirikan shalat di dalam ayat Al- Qur’an. Menjauhi larangan Allah SWT dan melaksanakan perintah-Nya, serta mentaati Rasul SAW, akan membuat seseorang itu mendapatkan rahmat Allah SWT.
Orang-orang kafir dapat musnah seketika, jika Allah SWT menghendakinya, karena Allah SWT yang menguasai segalanya. Hidup mereka akan disempitkan-Nya di dunia dan ditempatkan di neraka Jahannam di akhirat kelak sebagai tempat yang paling buruk. Orang-orang mukmin yang taat beribadah kepada Allah SWT, akan dilimpahkan kepada mereka ketentraman, keamanan yang berlimpah, sehingga dengan ketentraman dan keamanan itu mereka dapat melaksanakan ibadah dan menghambakan diri kepada-Nya. Bagi orang-orang yang ingkar terhadap kenikmatan
yang diberikan Allah SWT, merekalah orang yang ingkar dan melakukan penyelewengan dari kebenaran jalan yang ditunjukkan oleh Allah SWT. Dengan demikian, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mentaati Rasul SAW merupakan wujud rasa syukur kepada kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT dalam menjalankan perintah-Nya, dan rahmat-Nya pun dapat diperoleh.
3. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak juga sangat penting diajarkan kepada peserta didik dalam kurikulum pendidikan Islam. Materi pendidikan akhlak yakni akhlak kepada Allah SWT, akhlak kepada Rasulullah SAW, akhlak kepada orang tua, akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada tetangga, dan akhlak kepada lingkungan dan makhluk Allah SWT yang lainnya. Akhlak terhadap orang tua contohnya berkata lemah lembut kepada kedua orang tua. Hal ini disebutkan dalam firman Allah SWT dalam surah Al Imran ayat 159:
مَهَلٰ رٰفَغْتُسْاِوَ مَهَنِعَ فَعَافِ كَلٰوْحَ نُمِ اِوْZضَفَنَلْاَ بِلِقُلٰاِ ظَيْلِغَ ا^ظًّفِ تِنِكُ وْلٰوَ مَهَلٰ تِنِلٰ هَBلِلٰاِ نُJمِ `ةٍمَحَرْ امَبُفِ مْۖ اۚ
نُيْلِJكُوْتُمَلٰاِ Zبِحْيَ هَBلِلٰاِ 1نَاِ هَBلِلٰاِ ىلِعَ لَ1كُوْتُفِ تِمِزَّعَ اِذْافِ مِلْاَاِ ىفِ مَهُرْوَاشُوَ يْۗ اۚ
١٥٩
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah SWT lah, engkau berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau berlaku keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan (itu).
Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah swt. Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada- Nya.
Pada dasarnya Allah SWT membimbing dan menuntun Nabi Muhammad SAW di ayat ini. Sikap Nabi SAW yang lemah lembut terhadap kaum Muslimin yang mana pernah melanggar dan berbuat salah dalam peperangan Uhud. Rasul SAW membuktikan dengan kelembutannya, beliau melaksanakan musyawarah bersama mereka sebelum terjadi peperangan. Penerimaan usulan juga beliau lakukan, meskipun kurang suka dengah hal tersebut, tapi beliau hanya berlaku baik dan halus lembut, jika para pemanah pergi dari markas, beliau tidak menyalahkannya dan tidak kasar kepada mereka. Ini semua atas rahmat Allah SWT yang begitu besarnya.
Musyawarah disini maksudnya yaitu kesepakatan pada permasalahan peperangan dan permasalahan keduniaan, tidak terkait dengan permasalahan agama atau syariat.
4. Pendidikan Kesehatan
Materi tentang pendidikan kesehatan terdapat dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 57:
نُيْنِمِؤْمَلِJلٰ dةٍمَحَرْ1وَ ى0دُهُوَ وَدُZصّٰلٰاِ ىفِ امَJلٰ dءَ فَشُوَ مَكُJبْ1رْ نُJمِ dةٍظًّعَوْ1مِ مَكُتَءَ جَ دُقَ سُا1نِلٰاِ اهَZيَاgيَتُۙ اۤ اۤ
٥٧
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah SWT telah memberi rahmat dan karunia-Nya kepada semua makhluk-Nya berupa kitab suci Al-Qur’an yang disampaikan kepada Rasul SAW dan menjadikan beliau sebagai suri tauladan umat Islam. Al-Qur’an sebagai pelajaran dari Allah SWT berupa rahmat dan petunjuk-Nya, dapat terhindar dari sikap yang keji, munkar, keraguran dan juga sebagai obat dari segala penyakit yang tertanam di hati manusia. Al-Qur’an, menjadikan hati tenang karena rahmat dan hidayah Allah SWT limpahkan kepada manusia yang beriman dan bertakwa kepada-Nya, serta meyakini isi kandungan Al-Qur’an tersebut.
5. Pendidikan Sosial
Materi tentang pendidikan sosial yakni tentang persaudaraan dan perdamaian, salah satunya ada dalam surah Al-Hujurat ayat 10 berikut ini:
اهَلٰاثَمِاِ نُيَرٰفَكُلِلٰوَ مَهَيْلِعَ هَBلِلٰاِ رٰ1مِدِ مَهَلِبُقَ نُمِ نُيَذِ1لٰاِ ةٍبُقَاعَ نَاكُ فَيْكُ اِوَرٰظًّنِيْفِ ضِرْلْاَاِ ىفِ اِوَرٰيْسْيَ مَلِفِاِ مْۖ يْۗ ۞ ١٠ Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubunganmu) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Maksud ayat ini yakni yang dikatakan saudara itu ialah orang-orang beriman, mukmin yang seagama (Islam). Jadi jika ada dua orang beriman yang melakukan pertengkaran atau perkelahian, maka damaikanlah mereka, dan selanjutnya akan memperoleh rahmat dari Allah SWT apabila bertakwa kepada-Nya. Meskipun tidak dari keturunan yang sama, keharusan mendamaikannya dan berdamai adalah karena merupakan saudara seagama dan seiman dalam Islam. Perdamaian itu harus selalu dijaga baik antar kelompok maupun antar individu, jika terjadi perselisihan, maka segera damaikanlah, dan menjaga diri agar terhindar dari bencana akibat pertengkaran tersebut, supaya memperoleh rahmat dari dari Allah SWTberupa persatuan dan kesatuan.
6. Pendidikan Keterampilan
Materi tentang pendidikan keterampilan seperti bekerja keras, berbuat sepenuh kemampuan, dan memiliki kepandaian, termuat dalam surah Al-An’Am ayat 135.
نَوْمَلِBظًّلٰاِ حُلِفَيَ لْاَ -هَ1نَاِ اِ1دُلٰاِ ةٍبُقَاعَ -هَلٰ نَوْكُتَ نُمِ وْمَلِعْتَ فَوْسْفِ مِاعَ يْJنَاِ مَكُتُنَاكُمِ ىلِعَ اِوْلِمَعَاِ مْوْقُيَ لَقَيْۗ تُۙ اۚ
١٣٥
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang- orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
Ayat ini memiliki maksud bahwa seorang Muslim harus berbuat sepenuh kemampuan. Ini merupakan arahan yang di berikan Rasul SAW kepada kaumnya melalui petunjuk Allah SWT untuk melakukan sesuatu sesuai kemampuan yang dimiliki dengan sekuat tenaga. Di dunia, Muslim mesti terus mengasah kemampuannya dan tetap berjalan sesuai dengan petunjuk Allah SWT untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Orang yang zalim, tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak beruntung. Keterampilan diartikan sebagai suatu kemampuan atau cekatan dalam menyelesaikan tugas-tugas. Kemampuan (skill), disebut maharah atau miran di bahasa Arabnya, yang artinya kepandaian. Karena kepandaian membuat suatu produk, sering diperoleh setelah seseorang mendapatkan pendidikan atau pelatihan, yang disebut skill yang diartikan sebagai kepandaian.
Pendidikan keterampilan adalah suatu upaya untuk:
a) kemampuan fisik: yaitu kemampuan bekerja karena ia sehat jasmani;
b) kemampuan akal (rasio): yaitu kemampuan untuk menggunakan teori-teori sebagai dasar untuk menciptakan suatu produk yang diinginkan;
c) Kemampuan hati (qalbu): yaitu kemampuan untuk menciptakan produk yang bisa dihasilkannya berupa jasa, barang yang memuaskan diri setiap manusia, karena didalamnya ada unsur estetika dan etika yang selalu mengiringinya.
7. Pendidikan Estetika
Materi tentang pendidikan estetika seperti mengenakan pakaian yang indah, cantik dan tidak berlebih-lebihan, terdapat dalam surah Al A’raf ayat 31:
نُيْفِرٰسْمَلٰاِ Zبِحْيَ لْاَ -هَ1نَاِ وْفِرٰسْتَ لْاَوَ اِوْبْرٰشُاِوَ اِوْلِكُ1وَ `دُجِسْمِ Jلَكُ دُنِعَ مَكُتُنِيَزِ اِوَذِخَ مْدِاِ gيْنِبُيَ اۚ ۞
٣١
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Maksud ayat tersebut yakni Allah SWT memerintahkan kepada semua Muslim berpakaian dengan indah jika hendak masuk ke dalam Mesjid. Perintah ini pada awalnya disampaikan kepada orang-orang yang memiliki kebiasaan ketika bertawaf di Ka’bah, mereka tidak memakai busana. Kaum pria melakukannya pada siang hari, dan di malam hari kaum wanitanya melakukan tawafnya. Dari sinilah sejak Islam hadir, Allah SWTmemberi perintah mengenakan pakaian indah-indah yakni dapat menutup
aurat kaum Muslim, bahannya juga harus dipilih dari bahan kain terbaik yang bisa dijadikan pakaian untuk menutup aurat. Pakaian indah ini mesti dipakai pada tiap memasuki masjid sesuai perintah Allah SWT. Jadi, berdasarkan ayat ini sunat hukumnya bila berpakaian yang indah dan memakai wangi-wangian jika melakukan shalat, terutama shalat hari raya Islam dan shalat Jum’at. Bersiwak juga sunat hukumnya, karena siwak ini sebagai kesempurnaannya.
2. Karakter Madrasah Di Indonesia
Madrasah memiliki kurikulum, metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah. Meskipun mengajarjan ilmu pengetahuan umum sebagaimana diajarkan disekolah, madrasah memiliki karakter tersendiri, yaitu sangat menonjolkan nilai religius masyarakatnya. Sementara itu sekolah merupakan lembaga pendidikan umum dengan pelajaran universal dan terpengaruh iklim pencerahan barat. Perbedaan karakter antara madrasah dengan sekolah dipengaruhi oleh perbedaan tujuan antara keduanya secara historis.
Tujuan dari pendirian madrasah ketika untuk pertama kalinya diadopsi di Indonesia ialah untuk mentransmisikan nilai-nilai Islam, selain untuk memenuhi kebutuhan modernisasi pendidikan sebagai jawaban atau respon dalam menghadapi kolonialisme dan Kristen, di samping untuk mencegah memudarnya semangat keagamaan penduduk akibat meluasnya lembaga pendidikan Belanda.Kini madrasah dipahami sebagai lembaga pendidikan Islam yang berada dibawah Sistem Pendidikan Nasional.
Mata pelajarannya tentang keagamaan, yang dijabarkan kebeberapa mata pelajaran, yaitu Al-Qurán Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, bahasa arab, sehingga mata pelajaran pendidikan Islam lebih banyak.Suasana keagamaannya yang berupa suasana kehidupan madrasah yang agamis dalam penyajian bahan pelajaran bagi setiap mata pelajaran yang memungkinkan dan kualifikasi guru harus beragama Islam dan berakhlak mulia.Adapun jenis madrasah yaitu Pendidikan dasar yang berbentuk Madrasah Ibtidaiyah.
Madarasah ibtidaiyyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai mata pelajaran dasar.Tujuan umum madrasah ibtidaiyyah ialah agar murid: a) Memiliki sikap dasar sebagai seorang muslim yang bertakwa dan berakhlakul mulia. b) Memiliki kemampuan dasar untuk melaksanakan tugas hidupnya dalam masyarakat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan menengah pertama berbentuk Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tujuan umum Madrasah Tsanawiyah: a) Menjadi seorang muslim yang bertakwa dan berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. b) Memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang lebih luas serta sikap yang di perlukan untuk melanjutkan pelajaran ke Madrasah Aliyah atau sekolah lanjutan atas lainnya, atau untuk dapat berbakti dalam masyarakat sambil mengembangkan diri guna mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Madrasah aliyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran tingkat menengah atas, pendidikan menengah terdiri pendidikan menengah umum dan menengah kejuruan, pendidikan menengah berbentuk Madrasah Aliyah (MA), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat.
Tujuan umum Madrasah Aliyah: a) Menjadi seorang muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, menghayati dan mengamalkan ajaran islam yang benar. b)Memilki ilmu pengetahuan agama dan umum yang lebih luas dan mendalam serta pengalaman, keterampilan dan kemampuan yang di perlukan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Kesederajatan sisten pendidikan Madrasah formal antara sekolah dasar dengan madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama dengan madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas dengan madrasah aliyah dan adanya perguruan tinggi agama islam, menunjukkan pengembangan sistem pendidikan agama islam yang luar biasa.
Kini madrasah-madrasah yang ada di indonesia kedudukannya sama dengan pendidikan formal lainnya, bahkan pendidikan madrasah lebih unggul dari materi pelajaran yang diberikan kepada anak didiknya, yaitu penggabungan dua materi pelajaran yang sistematis, antara materi pelajaran agama dan pelajaran non agama (pelajaran umum). Jika pelajaran agama 60%, dan pelajaran umuny 40%. Madrasah Diniyah adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam yang berfungsi terutama untuk memenuhi hasrat orang tua agar anak-anaknya lebih banyak mendapat pendidikan agama islam.
Madrasah Diniyah dalam arti lain suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama. Madrasah ini dimaksudkan sebagai lembaga pendidikan agama yang disediakan bagi siswa yang belajar di sekolah umum. Madrasah ini terbagi menjadi tiga jenjang pendidikan, yaitu: 1) Madrsah Diniyah Awaliyah untuk sekolah dasar, ditempuh.
2) Madrasah Diniyah Wustho untuk siswa-siswa sekolah lanjutan pertama. 3) Madrasah Diniyah ‘Ulya untuk siswi-siswi Sekolah Lanjutan Atas.16
BAB III PENUTUP KESIMPULAN
16 Dielfi Mariana dan Achmad Mahrus Helmi, “Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Di Indonesia” 6 (2022): 1916–
18.
DAFTAR PUSTAKA
Enung K Rukiati dan Feni H. “Sejarah Pendidikan di Indonesia,” 113. Bandung: Pustaka Setia, 2006.
H Nasution. “ensiklopedia Islam Indonesia,” 669. Jakarta: Djambatan, 2002.
Hamim Hafiddin. “Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah” 1 (2015): 19.
Hasbullah. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,” 160. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996.
Lukman Asha. Manajemen Pendidikan Madrasah Dinamika dan Studi Perbandingan Madrasah dari masa ke masa. Bantul: Azyan Mitra Media, 2020.
Mampan Drajat. “Sejarah Madrasah di Indonesia.” al-Afkar 1 (Januari 2018): 204.
https://doi.org/10.5281.
Maulida. “Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Kurikulum” 12 (Desember 2021).
https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bidayah.
Moh Roqib. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: LKiS group, 2011.
Musyrifah Sunanto. “Sejarah Peradaban di Indonesia,” 104. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014.
Supa’at. “Madrasah dan Nasionalisme Kebangsaan,” 55. Kudus: Iain Kudus, 2021.
WJS. Poerwadarminta. “Kamus Umum Bahasa Indonesia,” 618. Balai Pustaka, 1990.
———. “Kamus Umum Bahasa Indonesia,” 618. Balai Pustaka, 1990.
Yayah Chairiyah. “Sejarah Perkembangan Sistem Pendidikan Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam” 2 (Juli 2021).
Zainuddin. “Madrasah dan Dinamikanya,” 2021, 27.