MAKALAH
ARS-234 ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
DISUSUN OLEH : LUIS COSTA (21.184.0003)
DOSEN PENGAMPU :
ALVIN ZONATAN SAGALA. S. Pd., M. Li.
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT SAINS & TEKNELOGI T.D. PARDEDE MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar yang berjudul “Keragaman dan Kesetaraan”.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar semester IV dengan dosen pengampu Alvin Zonatan Sagala. S. Pd., M. Li. yang telah memberikan tugas makalah ini.
Penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca-pembaca khususnya dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif agar dapat ditingkatkan lagi dalam proses pembuatan makalah yang mendatang.
Medan, 16 Juni 2023
Luis Costa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PEMBAHASAN D. METODE PENILITIAN
BAB II : PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam paham multikulruralisme, kesederajdan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Dalam pemahaman ini merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok. Itulah sebabnya, penting untuk saat ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam hidup manusia. Dalam konteks Indonesia sebagai masayarakat majemuk, sehubungan dengan pentingnya ke tiga hal tersebut : manusia, keragaman, dan kesetaraan.
Saat kita berbicara tentang keragaman, hal itu mungkin harus dikaitkan dengan kesetaraan.
Karena keragaman tanpa kesetaraan akan mampu mendorong munculnya diskriminasi.
Keragaman yang didasarkan pada kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang sehat dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian.
Perkembangan pembangunan yang terjadi dalam dua decade terakhir di Indonesia menjadikan pertemuan antar orang dari berbagai kelompok suku dan budaya sangat mudah terjadi.
Hal tersebut tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan persoalan. Karena itu sebelum menjadi sebuah konflik keras, Indonesia sudah selayaknya mempersiapkan masyrakatnya mengenai adanya keragaman. Keragaman itu supaya menghasilkan manfaat besar harus diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Keragaman dan Kesetaraan?
2. Bagaimana Kemajemukan/ Keragaman dalam dinamika social budaya?
3. Apa saja masalah-masalah yang menyangkut dengan Keragaman dan Kesetaraan dalam Kehidupan?
4. Bagaimana keadan budaya Indonesia saat ini?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui makna/arti dari Keragaman dan Kesetaraan 2. Untuk memahami Kemajemukan/keragaman dalam social budaya
3. Untuk mencari solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam Keragaman dan Kesetaraan.
4. Untuk mengetahui keadaan budaya Indonesia saat ini.
D. Metode Penilitian
Penulis memakai metode studi literatur dan kepustakaan dalam penulisan makalah ini. Referensi makalah ini bersumber
dari media media seperti e-book dan perangkat media massa yang diambil dari internet.
Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentuyang dibuat untuk dipublikasikan di media online maupun cetak (melalui koran, majalah, buletin, dsb) dan bertujuan menyampaikan gagasan dan faktayang dapat meyakinkan, mendidik, dan menghibur(Kamus Besar Bahasa Indonesia,2019).
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun menjadi tiga bab, yaitu bab pendahuluan, bab pembahasan, bab penutup. Adapun bab pendahuluan terbagi atas : latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Sedangkan bab pembahasan dibagi berdasarkan susunan yang berkaitan dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar. Ketiga bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia 1. Makna Keragaman Manusia
Keragaman berasal dari kata ragam. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ragam berarti: sikap,macam, atau tingkah laku. Keragaman manusia bukan berarti manusia itu bermacam-macam atau berjenis-berjenis. Keragaman Manusia dimaksudkan bahwa setiap manusia memiliki perbedaan. Perbedaan itu ada karena manusia merupakan makhluk individu yang setiap individu memiliki ciri khas nya tersendiri. Perbedaan itu terutama ditinjau dari sifat-sifat pribadi, misalya sikap, watak, kelakuan, tempramen, dan hasrat. Contoh: sebagai mahasiswa baru kita akan menjumpai teman-teman mahasiswa lain dengan sifat dan watak yang beragam.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan menemukan keragaman akan sifat dan ciri- ciri khas dari setiap orang yang kita jumpai. Jadi, manusia sebagai pribadi adalah unik dan beragam.
Sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk social yang membentuk kelompok persekutuan hidup. Masyarakat sebagai persekutuan hidup itu berbeda dan beragam karena ada perbedaan, misalnya dalam hal ras, suku, agama, budaya, ekonomi, status social, jenis kelamin dll. Hal-hal
demikian dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang membentuk keragaman dalam masyarakat.
Kita sebagai indibidu akan berbeda dengan seseorang sebagai individu lain.
Demikian pula kita sebagai bagian dari satu masyarakat memiliki perbedaan dengan masyarakat yang lainnya.
Keanekaragaman Kultur Indonesia
Keanekaragaman kultur “Mutukultur”. Kajian ini mengenai masyarakat majemuk signifikan terutama didalam masyarakat yang memang terdiri atas aneka pelapisan sosial dan budaya yang satu sama lain saling berbeda. Indonesia, sebab itu, mengembangkan slogan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu). Oleh sebab itu tanpa adanya unsur pemersatu, akan mudah kiranya memecah belah kohesi politik masyarakat yang mendalami sekujur kepulauan nusantara ini.
Keanekaragaman itu subkultural adalah suatu kondisi dimana para anggota masyarakat memiliki satu kebudayaan umum yang luas dianut, beberapa diantara mereka menyakinkan keyakinan dan praktek yang berbeda berkenaan dengan wilayah kehidupan tertentu atau menempuh cara hidup mereka sendiri yang relative sangat berbeda.
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian kesetaraan menunjukan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama, tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Kesetaraan manusia bermakna bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki tingkatan yang sama. Persamaan kedudukan atau tingkatan ini berimplikasi pada adanya pengakuan akan kesetaraan atau kesedarajatan manusia. Implikasi selanjutnya adalah perlunya jaminan akan hak-hak agar setiap manusia bisa merealisasikannya serta perlunya merumuskan sejumlah kewajiban-kewajiban agar semua bisa melaksanakan agar tercipta tata tertib kehidupan.
Berkaitan dengan konsep diatas, maka dalam keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya, meskipun individu maupun masyarakat adalah beragam dan berbeda-beda, tetapi mereka memiliki akan diakui akan kedudukan, hak- hak dan kewajiban yang sama sebagai sesame baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Terlebih lagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jaminan akan kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dari berbagai ragam masyarakat yang akan diperlukan.
B. Kemajukan Dalam Dinamika Sosial Budaya
Keragaman yang terdapat dalam kehidupan social manusia melahirkan masyarakat majemuk. Majemuk berarti banyak ragam, beraneka, berjenis-jenis. Konsep masyarakat majemuk (plural society) pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall tahun 1948 yang mengatakan bahwa ciri utama masyarakatnya adalah berkehidupan secara berkelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi terpisah oleh kehidupan social dan tergabung dalam sebuah satuan politik.
Konsep masyarakat majemuk Furnivall diatas, dipertanyakan validitasnya sekarang ini sebab telah terjadi perubahan fundamental akibat pembangunan serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Usmann pelly (1989) mengkategorikan masyarakat majemuk disuatu kota berdasarkan dua hal, yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal.
Secara horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:
1. Etnik dan rasa tau asal-usul keturunan.
2. Bahasa daerah
3. Adat istiadat atau perilaku 4. Agama
5. Pakaian, makanan, dan budaya material lainnya
Secara vertikal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan:
1. Penghasilan atau ekonomi 2. Pendidikan
3. Pemukiman 4. Pekerjaan
5. Kedudukan social politik
Keragaman atau kemajemukkan, masyarakat terjadi karena unsur-unsur seperti ras, etnik, agama, pekerjaan, penghasilan, pendidikan, dan sebagainya. Pada bagian ini akan diulas tentang kemajemukan masyarakat Indonesia karena unsur ras dan etnik.
1. Ras
Kata ras bersal dari bahasa Perancis dan Italia, yaitu razza. Pertama kali istilah ras diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Prancis, untuk mengemukakan gagasan tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Selain itu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik atau biologis.
Berdasarkan karakteris biologis, pada umumnya manusia dikelompokkan dalam berbagai ras. Manusia dibedakan menurut bentuk wajah, rambut, warna kulit, mata hidung dan lain-lain. Jadi, ras adalah perbedaan manusia menurut berdasarkan ciri fisik biologis.
2. Etnik atau Suku Bangsa
Koentjaraningrat (1990) menyatakan suku bangsa sebagai kelompok social atau kesatuan hidup manusia yang memiliki sistem interaksi, yang ada karena konstitinutas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri. F. Baart (1988) menyatakan etnik adalah suatu kelompok masyarakat yang sebagian besar secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri dan menentukan sendiri ciri kelompok yang diterima kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Secara etnik, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar. Berapa persis jumlah etnik di Indonesia sukar ditentukan. Sebuah buku pintar rangkuman pengetahuan social lengkap menuliskan etnikk atau suku bangsa di Indonesia ada 400 buah (Sugeng HR, 2006).
C. Kemajemukan dan Kesetaraan Sebagai Kekayaan Sosial Budaya Bnangsa
1. Kemajemukan sebagai kekayaan Bangsa Indonesia
Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukanetnik, disebut juga suku bangsa. Ada juga keragaman dalam halras,agama,golongan,tingkat ekonomi, dan gender. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang multikultural artinya memiliki banyak budaya. Hampir setiap pulau-pulau besar di Indonesia memiliki etnik yang lebih dari satu. Di Papua ditemukan kurang lebih 30 suku. Suku-suku di Papua tersebut antara lain suku Biak, Hattam, Mapia, Dani, Asmat,Mamberamo, dan suku Sentani. Beberapa suku merupakan suku mayoritas,seperti suku Jawa di pulau Jawa dan suku minoritas sepertisuku Badui di Jawa Barat dan suku Kubu di Jambi.
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural. Plural artinya jamak, banyak ragam, atau majemuk. Kemajemukan masyarakat Indonesia adalah suatu kenyataan atau fakta yang justru kita terima sebagai kekayaan sosial budaya bangsa.
Kesadaran akan kemajemukan bangsa tersebut sesungguhnya sudah tercermin dengan baik melalui semboyan bangsa kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika. Bhineka artinya aneka, berbeda-beda, banyak ragam.Tunggal Ika menunjukkan semangat akan perlunya persatuan dari keanekaragaman tersebut. Bhineka adalah kenyataan (das sein) sedang Ika adalah keinginan (das sollen). Kemajemukan adalah karakteristik sosial budaya Indonesia.Selain kemajemukan, arakteristik Indonesia yang lainadalah
Jumlah penduduka yang besar
Wilayah yang luas
Posisi silang
Kekayaan alam dan daerah tropis
Jumlah pulau yang banyak
Persebaran pulau
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kesederajatan itu secara yuridis diakui dan
dijamin oleh Negara melalui UUD 1945.
Warga Negara tanpa dilihat perbedaan ras, suku, agama dan budayanya
diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 27 ayat 1 UUD 1945.
"
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya."
Dengan demikian, secara yuridis maupun politis, segala warganegara memiliki
persamaan kedudukan, baik dalam bidang politik,
hokum, pemerintahan, ekonomi, dan sosial. Negara tidak boleh membeda- bedakan kedudukan warga negara tersebut terutama dalam hal kesempatan.Kesempatan yang sama bagi semua warga negara tersebut dalam berbagai bidang kehidupan berlaku tanpa membedakan unsur primodial dari warga negara itu sendiri. Primodial artinya hal-hal yang berkaitan denganasal atau awal seseorang, misalnya suku, agama, ras, kelompok, sejarah.
D. Problematika Keragaman dan Kesetaraan Serta Solusinya Dalam Kehidupan 1. Problematika Keragaman Serta Solusinya Dalam Kehdiupan
Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaandari bangsa.
Van De Berghe menjelaskan bahwa masyarakat majemukatau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut :
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok yang sering kali memilikikebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur social yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembagayang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan consensus diantara para anggota masyarakattentang nilai-nilai social yang bersifa dasar.
d. Secara relative, sering kali terjadi konflik diantara kelompok yang satudengan yang lain.
e. Secara relative, integrasi social tumbuh diatas paksaan dan salingketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompokyang lain.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitufase disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada
adanya perbedaan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok.Disin tegrasi merupakan fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukan pandangan, nilai, norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.
Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antar budaya dan masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkan penyakit- penyakit budaya. Penyakit budaya tersebut adalah etnosentrismestereotip,
prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yangdiakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu :
a. Semangat religious b. Semangat nasionalisme c. Semangat pluralism d. Semangat humanism
e. Dialaog antar umat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupunkonfigurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasidunia.
2. Problematika Kesetaraan serta Solusinya dalam Kehidupan
Kesederajatan atau kesetaraan adalah suatu sikap untuk mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban sebagai sesame manusia.Indikator kesedarajatan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras,gender, dan golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dankehidupan yang layak
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dananggota masyarakat
d. Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalahmunculnya
sikap dan perilaku untuk tidak mengakui
adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban anatr manusia atau antarwa rga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut diskriminasi
Program pembangunan jangka menengah nasional (RPJMM) 2004-2009
memasukkan program penghapusan diskriminasi dalam
berbagai bentuk sebagai program pembangunan bangsa. Berkaitan dengan ini, ara hkebijakan yang diambil adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya penghapusan segala bentuk diskriminasitermasuk ketidakadilan gender bahwa setiap warga negara memilikikedudukan yang sama dihadapan hukum tanpa terkecuali.
b. Menerapkan hukum dengan adil melalui perbaikan system hokumyang professional, bersih, dan berwibawa.
DAFTAR PUSTAKA
Evelin Cathrin. (2014). ISBD (“Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan”), Universitas Pattimura diakses dari https://www.slideshare.net/THEchatrinStarcancer/isbd-42853274
Siswati, Vialinda. (2017). Masyarakat Dalam Keragaman, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang