MAKALAH TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN PNEUMONIA PADA ANAK DI
LANTAI 2 PAVILIUN ADE IRMA SURYANI RSPAD GATOT SOEBROTO
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak Dosen Pembimbing: Ns. Titik Setyaningrum, S.Kep., M.Kep.
Disusun Oleh:
AJI DWI MUZAKKI ( 2114401059 )
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO
JAKARTA PUSAT
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada An.N Di Lantai 2 Paviliun Ade Irma Suryani RSPAD Gatot Soebroto”. Adapun tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan asuhan keperawatan pada penderita pneumonia. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Manusia tempatnya salah dan lupa dan kebenaran datangnya dari Allah SWT semata. Saya selaku penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dihati para pembaca dan kesalahan penulisan nama, gelar, serta kata-kata dalam mengutip hasil penulisan. Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Jakarta, 11 Juli 2023
AJI DWI MUZAKKI
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran tentang isi makalah secara keseluruhan. Bab Pendahuluan di bagi menjadi sub-sub bab yaitu latar belakang, tujuan, metode dan sistematika penulisan.
A. Latar Belakang
Latar Belakang Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Nurarif, 2015).
Pneumonia adalah keadaan akut pada paru yang disebabkan oleh karena infeksi atau iritasi dari bahan kimia sehingga alveoli terisi dengan eksudat peradangan. (Murwani, 2009) Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013, khususnya Kabupaten Semarang penderita pneumonia pada balita berjenis laki-laki sejumlah 863 kasus (24,04%) dengan jumlah balita laki-laki 35.899, dan jumlah penderita 3.590. Adapun yang berjenis kelamin perempuan ditemukan sejumlah 827 kasus (24,04), dengan jumlah 34.401 dan jumlah penderita 3.440 (Dinkes jateng, 2015). Berdasarkan dari laporan 34 provinsi Indonesi, ditemukan 477.429 anak balita dengan pneumonia atau 21,52% dengan proporsi 35,02% pada usia dibawah satu tahun dan 64,79% pada usia hingga 4 tahun. Jika dirata-rata sekitar 2.788 anak meninggal setiap harinya akibat pneumonia. (Suriani, 2009). Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis.
Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian. Penanggulangan penyakit pneumoni di fokus ketiga dari program Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (PPiSP . ram ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan penyebaran informasi tentang penanggualangan pneumonia oleh tenaga kesehatan (Setiawan, 2009). 2 Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronchopneumonia untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas.
Agar perawatan berjalan dengan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan Yang Iainnya, serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya.
Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada An.N dengan Bronchopneumonia di Lantai I Paviliun Ade Irma Suryani RSPAD Gatot Soebroto
B. Tujuan Penulisan
I. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada An.N dengan Bronkopneumonia dengan menggunakan proses keperawatan.
II. Tujuan khusus
a. Mampu menjelaskan konsep keperawatan bronkopneumonia pada anak.
b. Mampu menjelaskan aplikasi asuhan keperawatan bronkopneumonia pada anak.
c. Mampu menganalisa kesenjangan data dan aplikasi asuhan keperawatan dengan konsep teori bronkopneumonia pada anak.
C. RuangLingkup
Makalah ini hanya membahas tentang asuhan keperawatan pada An.K dengan Bronkopneumonia di Lantai II Ade Irma Suryani RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soe bro to yang dilaksanakan selama tiga hari mulai tanggal 19-22 Februari 2019 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah :
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus Bronkopneumonia teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara wawancara, observasi. dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah data primer didapat langsung dari klien, sedangkan data sekunder diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, asuhan keperawatan yang terdapat dari rekam medik.
2. Studi kepustakaan yaitu mempelajari buku sumber di internet yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan Bronkopneumonia.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistelnatika penulisan makalah ilmiah ini terdiri dari lima bab yang meliputi:
Bab satu : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab dua : Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian patofisiologi, penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab tiga : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab empat : Pembahasan yang di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi antara teori dan kasus nyata kemudian dicari penyebabnya.
Bab lima : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran untuk klien dan keluarga, untuk perawat ruangan, untuk mahasiswa Iainnya yang akan melakukan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada anak dengan Bronkopneumonia yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, penatalaksanaan,konsep tumbuh kembang, dampak hospitalisasi, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengertian
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbecak teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berada disekitarnya ( Smeltzer & Suzanner C, 2002).
Bronkopneumonia adalah Bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan didekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley & Wong, 2001).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru paru yang biasa menyerang di bronkioli terminal tersumbat oleh eksudat mikropurulen yang membentuk bercak -e bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernal'asan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh ( Nurarifdan kusuma, 2015 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru yang disebabkan Oleh agen infeksius berupa bercak bercak terkonsolidasi di daerah bronkus dan sekitar alveolus.
B.Patofisiologi, Etiologi, Komplikasi, Pemeriksaan Penunjang
Patofisiologi
Pneumococcus masuk kedalam paru melalui jalan pernafasan secara percikan (droplet).
Proses radang pneumonia dibagi menjadi atas 4 stadium, yaitu (l) Stadium kongesti, (2) Stadium hepatisasi merah, (3) Stadium hepatisasi kelabu, (4) Stadium resolusi. Pada Stadium Kongesti (4 s/d 12 jam pertama ), Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor. kapiler melebar dan kongesti serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag. Kemudian Stadium Hepatisasi Merah( 48 jam berikutnya), lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit neutrofil, eksudat dan banyak eritrosit dan kuman, stadium ini berlangsung sangat pendek. Selanjutnya Stadium Hepatisasi Kelabu, lobus masih tetap padat dan warna menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh
fibrin.Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis Pneumococcus.Kapiler tidak lagi kngestif. Terakhir Stadium Resolusi, Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak.Fibrin direabsrobsi dan menghilang.Secara patologi anatomis brokopneutnotlia berbeda dari pneumonia lobaris dalam hal Iokalisasi sebagai bercak bercak yang distribusi yang tidak teratur.
PATHWAY
BRONKOPNEUMONIA
Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronkopneumonia disebabkan Oleh adanya mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasanatas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan gerakan silia yang mcnggcrakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya Bronkopnclltnonia disebabkan oleh virus, baktcri, Jamur, protozoa, mikrobakteri.
mikroplastna dati nketsia antara lain
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, Il. Influenae, Klebsiella b. Virus : Legionella pneumonia, Influenza, Adenovirus,
c. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans,pneumocytis carini.
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru-paru e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
f. Inhalasi : racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.
Pada bayi dan anak, usia merupakan prediktor yang baik untuk memperkirakan organisme penyebab. Pada neonatus <3 minggu, Pneumonia biasanya disebabkan oleh infeksi yang diderita ibu, pada anak usia>5 tahun dan remaja, streptococcus pneumoniae merupakan penyebab paling sering, dan pikirkan kemungkinan pertusis terutamajika anak tidak mendapat imunisasi terbaru.
Manifestasi Klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 0C, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental. Pada sebagian penderita juga ditemukan gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Retraksi ( Penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara nafas lemah, dan ronchi.
Tanda dan Gejala berupa
a. Demam, takipnea dan retraksi interkostal lebih terpercaya untuk menegakkan diagnosis pneumonia pada anak dibandingkan dengan auskultasi
b. Takipnea ( frekuensi napas >50x/menit ) merupakan indikator paling sensitif untuk pneumonia pada anak, sesak napas
c. Batuk bermula nonproduktif kemudian menjadi produktif d. Ingus ( nasal discharge )
e. Suara nafas lemah f. Retraksi Intercosta
g. Penggunaan otot bantu nafas
h. Ronchi basah nyaring halus atau sedang
i. Terdengar keredupan dan suara pernapasan pada asukultasi terdengan mengeras j. Leukositosis
k. Mual/ muntah dan nafsu makan berkurang
Komplikasi
Komplikasi yang dapat dljumpai ialah: Empiema, Atelektasis, Meningitis, Perikarditis, Endokarditis, Efusi Pleura, Asidosis Metabolik, Abses Paru, Hipotensi, ARDS ( Acute Respiratory Distress Sindrome ).
Pemeriksaan penunjang
Penilaian oksigenasi merupakan indikasi keparahan yang cukup baik digunakan.
Pemeriksaan Darah lengkap biasa dijumpai Leukositosis >15.000 mm3, Analisa Gas Darah biasanya terdapat asidosis metabolic.
Kultur darah direkomendasikan pada semua pasien rawat inap untuk mendeteksi bakteremia
Pemeriksaan Sputum untuk pemeriksaan pewarnaan gram untuk memeriksa mikroskopis agen MO yang terlibat.
Urinalisis biasanya terdapat Albuminuria ringan dan warna lebih pekat.
Pemeriksaan Rontgen Thorax : terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus serta menunjukkan adanya komplikasi
C. Penatalaksanaan
a. Pada anak yang sesak naras metnerlukan Oksigcn 1-2 L/menit e IV FD dektrose : NaCL 0,9 % — 3 : 1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jurnlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
b. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit e Antibiotik sesuai hasil biakan, atau berikan :
Untuk kasus pneumonia community base :
Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian Untuk kasus pneumonia community base :
Sefatoksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
Amikasin 10 — 15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian D. Tumbuh kembang dan dampak hospitalisasi
Penumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik ( anatomi ) dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi ( bertambahnya banyak ) sel-sel tubuh dan juga karena bertambah besarnya sel. Adanya multiplikasi dan pertambahan ukuran sel berarti ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya konsepsi, yaitu bertemunya sel telur dan sperma hingga dewasa ( IDAI, 2002 ).
Jadi, pertumbuhan lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala.
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensisasi sel, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi ( IDAI, 2002 ).
Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif, yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian tubuh.
Tattap Pcrkembnngnn Fisik Si Kccil Usia 6-9 Bulan
Koordinasi sistem otot dan saraf si kccil sudah menunjukkan kemampuan. Misalnya, memegang sebuah benda dan tnenłasukkannya ke dalam multit
Di usia 7 bulan mungkin Si Kecil juga mampu memegang sendok, meskipun belum bisa menggunakannya untuk makan.
Dalam masa pertumbuhan ini Si Kecil mulai belajar duduk tanpa bantuan penyangga, seperti bantal atau tubuh Ibu di belakang punggungnya.
Si Kecil biasanya mulai aktifbergerak dengan cara merayap. Ini merupakan tahapan sebelum merangkak, di mana ia bergerak dengan posisi tengkurap (kondisi perut masih menempel di atas permukaan lantai atau kasur).
Saat berusia 8-9 bulan, Si Kecil baru mulai belajar untuk merangkak
E. Konsep hospitalisasi
Sakit dan dirawat dirumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat dirumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena : anak akan mengalami stress akibat perubahan baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan. Reaksi anak dalam mengatasi krisis tersebut dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap proses sakit dan dirawat, sistem dukungan (support system) yang tersedia dan yang paling dekat dengan anak adalah ayah, ibu atau keluarga, serta keterampilan koping dalam menangani stress pada anak,
F. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat ini.Pengkajian harus dilakukan secara komprehensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual
klien Metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara observasi dan pemeriksaan fisik serta diagnostik.
a. Identitas pasien
Nama, Umur, Jenis kelamin, Agama, suku/bangsa, Bahasa yang digunakan, Pendidikan, alamat, Nama orang tua, Pendidikan Orang tua dan Pekerjaan Orang tua.
b. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menoniol pada pasien Bronkopneumonia untuk datang ke rumah sakit adalah batuk berdahak dan sesak nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didahului oleh infeksi saluran pernafasan atas selama beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi beberapa hari, sakit kepala/dada ( anak besar ) kadang- kadang pada anak kecil dan bayi timbul kejang, distensi abdomen dan kaku kuduk. Timbul batuk sesak nafas, nafsu makan menurun.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Anak sering menderita penyakit saluran pemafasan, predileksi penyakit saluran pernafasan yang lain seperti ISPA, Influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 Hari sebelum di ketahui adanya penyakit pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis klien.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tempat tinggal : Lingkungan dengan sanitasi buruk berisiko lebih besar. Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan perkotaan dengan polusi udara yang tinggi (seperti polusi udara, rokok, serta gas beracun lainnya )
f. Riwayat Imunisasi
Riwayat Imunisasi jenis IPD,HIB.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
Prenatal : Riwayat Ante Natal Care
Natal : Riwayat Persalinan, Ketuban pecah dini, Aspirasi mekonium, asfiksia
Postnatal : Riwayat terkena ISPA, Tumbuh Kembang anak h. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Amati bentuk thoraks
Amati frekuensi nada, irama, kedalamannya
Amati tipe pernafasan : Pursed lip breathing, pernafasan diafragma, penggunaan otot bantu pernafasan
Tanda-tanda retraksi intercostalis, retraksi suprastenal Gerakan dada
Terdapat tarikan didinding dada, cuping hindung, takipnea Apakah ada tanda-tanda kesadaran menurun
Palpasi Gerakan pernafasan
Raba apakah dinding dada panas Kaji vocal fremitus
Penurunan ekspansi dada
Auskultasi Adakah terdengar ronchi Adakah terdengar wheezinf
Evaluasi bunyi nafas, frekuensi , kualitas, tipe dan suara tambahan
Perkusi
Suara sonor/resonans merupakan karateristik jaringan paru normal Hipersonor, adanya suara tahanan udara
Pekak/flatness, adanya cairan dalam rongga pleura Redup/ Dullnes, adanya jaringan padat
Tympani, terisi udara
Review of system Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif Pemafasan cuping hidung, hiperventulasi, batuk ( produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat. lalu pernafasan meningkat, terdengan stridor, ronchi pada lapang paru.
Sistem Kardiovaskuler
Subyektif : Sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokotriksi, kualitas darah menurun Sistem Neurosensori
Subyektif: Gelisah, penurunan kesadaran, kejang Obyektif: GCS menurun, refleks meurun/normal, letargi Sistem genitourinaria
Subyektif: -
Obyektif : Produksi urin menurun/normal Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyekif : Konsistensi feses normal/ diare Sistem Muskuloskeletal
Subyektif : Lemah, cepat lelah
Obyektif : Tonus otot menurun, nyeri otot/normal,retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
Sistem Intergumen Subyektif : -
Obyektif : Kulit pucat, Sianosis, turgor menurun ( akibat dehidrasi sekunder ), banyak berkeringat, suhu kulit meningkat, kemerahan
Pemeriksaan Diagnostik Foto Thorax
Pada foto thorax pada bronkopneumonia terdapat bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus
Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium pada kasus bronkopneumonia meliputi •
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000 — 40.000/
mm3
Urin biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit thoraks hialin
Analisa gas datal) atteri terjadi asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi CO2
G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga, atau masynrakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual atau potensial.
a.Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.Defisit volume cairan
c.Resiko Tinggi Infeksi
d.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan Tubuh
H. Rencana Keperawatan ( Intervensi )
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan Peningkatan sekret Kriteria Hasil :
-
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih , tidak ada sianosis dan disypnea ( mampu mengeluarkan sptum,bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lip)-
Menunjukkan jalan napas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal), mampu bernafas dengan lega.-
Saturasi O2 dalam batas normal ImplementasiKaji TTV, Monitor suara nafas , respirasi, status 02, Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat, Pastiksn masukan cairan adekuat untuk mengencerkan sekret, Lakukan fisioterapi dada, keluarkan sekret dengan batuk atau suction, Berikan Oksigen sesuai indikasi, Berikan Nebulisasi sesuai program, Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pernggunaan peralatan :O2, Suction,
Inhalasi.
b. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan 'volume cairan secara aktif Kriteria hasil :
-
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia BB,BJ urine normal, HT normal.-
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal-
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit naik, membranmukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.Impletnentasi:
Timbang popok penlbalut jika diperlukan, pertahankan catatan intake dan output yang akurat., monitor status hidrasi (keletnbaban tnctnbran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan, monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT, Osmolalitas urin), monitor utal sign, monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian, kolaborasi pemberian cairan IV, monitor status nutrisi, berikan cairan.
c. Risiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan Adanya Organisme Infektif Kriteria Hasil
-
Tidak ada tanda/ gejala infeksi-
Leukoit dalam batas normal ( 6000 — 17.500 )-
Tidak ada kelemahan-
Tidak ada mual /muntah Implementasi •Kaji TTV, Monitor suara nafas , respirasi, status 02, Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat, Pastiksn masukan cairan adekuat untuk mengencerkan sekret, Lakukan fisioterapi dada, keluarkan sekret dengan batuk atau suction, Berikan Oksigen sesuai indikasi, Berikan Nebulisasi sesuai program, Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pernggunaan peralatan :02, Suction, Inhalasi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan mengunyah dan menelan
Kriteria Hasil .
-
Tidak ada mual / muntah-
Mampu mempertahankan BB ideal-
Mampu tnak•an secara oral/ tanpa selang NGT Albumin dalam batas nonnalImplementasi
Kaji TTV, Kaji adanya alergi makanan, Kaji adanya mual/ muntah, Timbang BB setiap seminggu, Monitor intake nurtrisi, Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian Diet sesuai kebutuhan.
I. Pelaksanaan Keperawatan ( Implementasi )
Pada tahap pelaksanaan merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah wujud dari tujuan keperawatan pada tahap perencanaan.
J. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan objektifyang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah baru dengan format S (Subyektif), O (ObyektiO , A
(Analisa). (Planning).
BAB III TINJAUAN KASUS
pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan kcpcrawatan pada klien dengan Bronkopneutnonia yang (lirawat di Inntai II Adc Irma Suryani RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto selama 3 hari yang menggunakan pendekatan proses keperawatan tneliputi pengka.iian, diagnosa kcpcrawatan, perencanaan, pclaksanaan dan evaluasi
A. Pengkajian
Pengka.iian dilakukan tangg 18 MareL2019
Klien łnasuk nitnah sakit tangga 16 Ma et 019 di Lantai II Ade Irma Suryani RSPAD Gatot Soebroto rekam medis 92 90 74 dengan diagnosa Bronkopneumonia
1. Data biografi
a.
Identitas klienNama klien N nama panggilan N , tempat tanggal lahir : Jakarta,09-07-2018, usia 8 bulan, suku bangsa Jawa bahaasa yang digunakan bahasa Indonesia, jenis kelamin perempuan, agama islam, pendidikan Belum Sekolah.
b.
Identitas Orang tua/WaliNama ayah Tn.S dengan usia 36 tlm, pendidikan SMA pekerjaan TNI-AL, agama islam.
Nama ibu Ny. R dengan usia 34 thn, pendidikan SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, suku bangsa jawa, agama islam, alamat rumah mess marinir, Sunter.
2. Resume
Klien datang pada tanggal 16-03-2019 bersama orang tua ke IGD RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto pkl 08.00 WIB dengan keluhan sesak napas, batuk berdahak, demam, dan lemas. Tindakan yang sudah dilakukan di IGD ialah pemberian Oksigen ( 02 ) nasal kanul 1 liter/mnt, cefriaxon 200 mg/IV2><l pukul 6 pagi dam jam 6 sore. TTV S : 380C, N : 120x/mnt, RR : 48x/mnt. An. N. Klien tampak lemas, batuk berdahak, dan rewel/ menangis. TTV N : 120x/mnt, RR : 48x/mnt, S : 380c. BB : 4,4 TB : 62 cm, LLA : 14 cm. Dari data di atas ditemukan diagnosa yaitu bersihan jalan napas tidak efektif dan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d.kebutuhan metabolik sekunder terhadap proses infeksi. Tindakan yang telah dilakukan adalah memonitor TTV tiap 6 jam, memonitor intake output per shift, ambroxol peroral ventholin 3 x 1 jam 14-20-00. Injeksicefriaxon2 x 200 mg IV.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Riwayat kehamilan dan kelahiran
l). Antenatal
tidak tuengalallli hiperetnesis gravidarum, pcrdarahan pervagina tidak, anemia tidak, penyakit infeksi tidak, pre cklamsi tidak, gangguan ke«ehatan tidak. pemefiksaan kehatnilan Altin (Ian di pcriksa olcll dokter kandungan, di klinik terdeka(.
2). Masa Natal
Usia kehatnilan 3Stngg, cara persalinan spontan di tolong olcll dokter, BB saat lahir : 3040kg. PB :
3). Neonatal
Tidak Terdapat cacat , ikterus tidak, kejang tidak, paralisis tidak, perdarahan tidak, tmurna persalinan tidak, penurunan tidak, pemberian asi iya.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan tidak ada kelainan dalam tahap perkembangan klien.
Ibti mengatakan imunisasi klien sudah mendapatkan lengkap (BCG, DPT I, II, III, Polio) Kebiasan sehari-hari klien sebelum di rawat ialah tiduran dan bermain di rumah bersama kakaknya.
l). Pola pemenuhan nutrisi
Klien diberikan ASI. Waktu minum susu pagi, Siang dan malam jumlah minum air 200ml/hari, frekuensi minum tidak tentu.
2). Pola tidur
Ibu Klien mengatakan tidur klien tidak tentu karena batuk biasanya tidur Siang lebih lama, sedangkan malam hari sering terbangun pukul 01.00 sampai pukul 05.00 wib, kebiasaan waktu tidur tidak ada, kebiasaan menjelang tidur mendengar Alquran dan doa dari mainan berbentuk anak kecil. Kebiasaan yang membuat anak nyaman saat tidur digendong dan di tepuk tepuk bokongnya.
3). Pola aktifitas / latihan / OR / bermain / hoby
Klien biasanya beraktifitas di tempat tidur dan digendong , klien senang bermain dengan kakaknya dan bennain mainan anak-anak.
4). Pola kebersihan
Klien mandi 2x/hari menggunakan sabun dan memerlukan bantuan. Oral hygiene 3,ûari pagi, Siang dan sore menggunakan kasa dan dibantu dalam melakukannya.
Cuci ratnbut 3.xhninggu menggunakan shampo. Klicn belum bisa berpakaian sendiri dan di bantu.
5). Pola elilninasi
Frekuensi BAB klien tidak tentu, warna coklat muda, bau khas, konsistensi setengah padat/lunak, klien bab menggunak'kan pampers, keluhan tidak ada, kebiasaan waktu bab tidak ada. Frekmensi bak 6-7 kali/hari warna kuning keluhan tidak ada.
6). Kebiasaan lain
Kebiasaan ngompol ada. Kebiasaan lain klien seperti menggigit jari ada, menggigit kuku tidak, menghisap jari tidak, mempermainkan alat genital tidak, mudah marah tidak.
6). Pola asuh klien sejak lahir hingga saat ini diasuh oleh ayah dan ibunya serta neneknya dalam satu rumah.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga a. Genogram
• Laki-laki
Klicn
O Perempuan Mcnikall
X Meninggal
Tinggal Scrumah b. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat Pcnyakit Ayah/lbu Saudara
Kandun
Anggota Keluar a lain l. Penyakit yang
etmah diderita
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2. Penyakit yang sedan diderita
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
3, Analisa faktor penyakit (ginjal, jantung, DM, hipertensi,
kanker, gangguan
mental, alergi, dll.)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Saat ini keadaan ayah dan ibu sehat, saudara kandung sehat. Koping keluarga : saat anak sakit,ibu membawa klien berobat ke rumah sakit tetapi ibu mengeluh lelah karena harus bolak balik untuk menjaga anaknya yang sakit. Sistem nilai dan spiritual : keluarga menganut agama islam, tidak ada sistem nilai yang bertentangan dengan kesehatan dan keluarga selalu berdoa, mengaji untuk kesembuhan anaknya setelah selasai melaksanakan sholat
l. Riwayat kesehatan lingkungan
Risiko kecelakaan dirumah tidak ada begitupun di lingkungan rumah tidak ada. Kemungkinan bahaya akibat polusi ada karena posisi dekat dari jalan raya dan berada di lingkungan perkotaan.
Tidak ada tempat bermain selain di rumah.
Keteran
2. Riwayat kesehatan sekarang
a.
Riwayat penyakit sekarangKeluarga membawa klien ke IGD RS Kepresidenan RSPAD Gatot Soebroto tanggal 16-03-2019 pukul 08.00 WIB. Dengan keluhan batuk berdahak,sesak napas, dan demam. Terjadinya nya mendadak, faktor pencetus batuk berdahak, upaya keluarga untuk mengurangi nya membełikan obat herbal dan turun demam hanya sebentar dan langsung membawa ke balai pengobatan.
b.
Pengkajian fisik secara fungsionall). Data Obyektif : Suhu 380c, Nadi 120x/tnnt, pernafaqan 45x/mnt, kcsadaran cotnpostnentis.
Lingkar Kcpala '12 ctn, Lingkar l.cngan Atas 14 cm.
2). Nutiisi dan ntctabolisntc •
Data subyektif : Orangtua ntcngatakan anaknya tidak mau makan. Naf:u makan menunltl.
tidak ada. bibit• letilbab, gusi baik, lidall bcrsih. Gigi bclum Icngkap, karang gigi tidak ada, katfes tidak, BB 8,3kg, TB 71cm, LLA : 14cm , integritas kulit baik, turgor elastis, tekstur lentur.
3). Respirasi dan sirkulasi
Data subyektif : keluarga mengatakan anaknya sesak nafas. batuk berdahak dan spututn ada wama putih bening.
Data obyektif : suara nafas ronchi, batuk produktif, batuk darah tidak, sputum ada wama putih bening, iktenls tidak, sianosis tidak, penggunaan otot bantu nafas ada, pemafasan cuping hidung tidak, edema tidak ada, palpitasi tidak, pengisian kapiler <2detik, temperatur suhu tubuh 380c.
4). Eliminasi
Data subyektif : ibu klien mengatakan klien tidak kembung, tidak mules, tidak sakit/nyeri perut.
Ibu mengatakan anaknya BAB berwarna coklat muda, berlendir ya, diare tidak, konsistensi setengah padat, frekuensi tidak tentu. bak frekuensi 500ml/hari, sakit tidak, nocturia tidak, dysturia tidak, hematutia tidak, inkontenensia tidak.
Data obyektif ; abdomen lemas, bising usus 4x/mnt, bak warna kuning jernih, bau khas, kateter tidak, frekuensi 500ml/hari, tidak ada iritasi anus.
5). Aktivitas/ latihan
Data subyektif : keluarga mengatakan klien sedikit lemah setelah sakit, kemampuan untuk kebutuhan sehari hari dibantu sepenuhnya oleh keluarga dan perawat, ibu klien mengatakan tidak ada kekakuan pada sendi dan nyeri di daerah sendi.
Data obyektif : keseimbangan berjalan klien belum seimbang, kekuatan tangan kanan dan kiri untuk menggenggam bagus, bentuk kaki simetris, otot kaki normal, tidak ada kelemahan, tidak kejang.
6). Sensori persepsi
Data subyektif : keluarga klien mengatakan pendengaran normal, penglihatan normal, penciuman nonnal, perabaan nonnal, pengecap normal.
Data obyektif : reaksi terhadap cahaya bagus, orientasi baik, pendengaran baik, penglihatan baik.
7). Konsep diri
Data subyektif luengatakan anaknya Inenjadi
lebih rcwcl saat di rumall sakit
Data obyektif : kontak tuata kurang, postur tubuh tidak ideal, pcrilaku baik.
S). Tidur / istirahat
Data subyektif : keluarga Klien mengatakan tidur tidak nycnyak karena merasa batuk dan sesak yang mengganggu tidur.
Data obyektif : tanda-tanda kurang tidur anak menjadi gelisah dan sering menangis.
9). Seksualitas / reproduksi
Data subyektif : ibu Klien mengatakan tidak dapat ereksi, tidak sakit pada waktu bak.
Data obyektif : tidak ada kelainan skrotum, tidak mengalami hypospadia.
c. Dampak hospitalisasi
Klien belurn mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis bila ada orang Iain yang belum dikenal berada didekatnya.
d. Tahap perkembangan
I) Motorik kasar : Klien mampu mengangkat kepala, tengkurap, menggenggam benda
2)Motorik halus :Klien mampu bersentuhan / bersalaman, klien mampu mengikuti gerakan sesuai arah bunyi.
3)Bahasa : Klien belum dapat berbicara dengan lancar, klien hanya mampu menangis dan tetiak rintih.
4)Sosialisasi : Klien mampu merespon saat diajak bicara dengan ekspresi wajah senyum dan menangis saat bertemu orang yang belum dikenal
3. Pemeriksaan penunjang Hasil lab 19-03-2019
Leukosit • 17.520 ( 6000- 17,500 /gL)
pH 64000 ( 150.000 -400.000/gL)
PC02 80 ( 78-98 fL)
: 27 ( 25 35
I lasil Foto 19-03-2019
Kesitnpulan Infiltmt di lapangan tcngall kanan, scrta pelihrcl kiri, DDfPncumonia 4. Penatalaksanaan intilse D5% NS 21 cc/jam 5tptn dengan Infuse Pilinp
Injek-si IV Cefotaxime 3 x 200 mg ( 04.00, 12.00 , 20.00 ) Fisioterapi dada
Nebulizer ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc 3 x sehari ( pagi 5.00 wib, siang 13.00 wib, sore 21.00 wib)
5. Data Fokus Nama klien / umur No. Kamar / Ruang
Data subyektif : Orang tua klien mengatakan . N ses dan batuk berdahak, sering menangis lemas dan rewel, sering tersedak saat susu lewat mulut.
Data obyektif : Klien tampak sesak, batuk produktif, terdapat sputum berwama pun-h bening, nafas cepat terdapat retraksi dinding dada, suara nafas ronchi pada sebelah kiri, anak tampak lemah, anak tampak sering menangis saat batuk, anak belum mampu makan makanan padat / MPASI. Konjungtiva anemis, BB : 8,3kg, PB 71 cm, LLA : 14 cm. LK : 42 cm, terpasang infuse D5 % NS 21cc/jam 5tpm, ttv N •
120x/mnt, RR : 45x/mnt, S : 380c. Leukosit 17.520/gL, pH : 64000, PC02:
27 6. Analisa data Nama klien / umur
No.Kamar / Ruang Suryani
No Data Masalah Etiologi
I DS : Orang tua klien mengatakan An. N demam
Hipertermi Proses penyakit
infeksi di paru
DO:
S : 380e RR : x
- Pasien rewcl
2 DS Orang tua klicn mengatakan anaknya batuk ada suara ngorok
DO - Sekre tertahan Pada oskultasi terdapat bunyi ronchi
Bersihan jalan nafas tidak cfcktif
Akepulasi di sekret Bronchopneumonia
3 DS Orang tua klien mengatakan anaknya tidak mau makan
DO
Makanan hanya 3 sendok BB awal 8,3 kg
BB sekarang 8 kg
Resiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake nutrisi tidak ade kuat
Diagnosa keperawatan
I. Hipenenni B.D proses penyakit infeksi di paru
2. Bersihanjaan nafas tidak efektifB.D. akupuasi di sekret Bronchopneumonia 3. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh B.D intake nutrisi tidak ade kuat A. Rencana, Implementasi dan Evaluasi
1. Dx 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akupuasi di sekret Bronchopneumonia
Tujuan Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan jalan napas klien efektif KHteria Hasil
a. RR normal 20 — 30x/menit b. Jalan napas efektif
c. Anak bernapas dengan tnudah d. Suara nafas bersill
e. Suara ronchi berkurany/hilang Intervensi
a. Kaji ttv tiap 6jam
b. Monitor suara nafas dan irama nafas
c. Posisikan anak pada kesejajaran tubuh yang tepat ( bantal lebih tinggi) d. Pastikan masukan cairan adekuat
e. Lakukan suction/ 24 jam f. Berikan fisioterapi dada
g. Berikan terapi Nebulizer ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc 3 x sehari ( pagi 05.00 wib, siang 13.00 wib, sore 21.00 wib)
h. Berikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml dengan Syfinge pump ( 06.00 , 14.00 , 22.00 )
1m Ict enta i anggal 19&2019
Ikul 11.00 Wib m yuk-ur ttv, hasil , N •.125x/mnt, S : 36.80c, RR : 42x/mnt. pkl 13. •ukan Nebulisasi ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil : RR tuntn menjadi 40x/menit, suara ronchi berkurang, anak tampak lebih tenang. Pukul 14.00 Wib memberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml.
Pukul 14.15 Wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.80c, RR : 42x/mnt. pkl 18.00 Wib melakukan suction hasil : Sputum berhasil keluar sebanyak 100cc berwarna putih berlendir, anak bernafas lebih lega. Pukul 20.00 Wib mengukur ttv, hasil , N •120,x/mnt, S : 36.5 0c, RR : 40x/mnt. Pkl 21.00 Wib melakukan Nebulisasi ventolin I cc, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil : RR turun menjadi 39x/menit, suara ronchi berkurang, anak tampak lebih tenang. pkl 22.00 Wib memberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL
% 20 ml.
20-03-2019
Ihlklll 05.00 Illelakukan Ncbulisasi vcntolill ICC, Ilcxotidc ICC NaCI, 2cc. ha;il
06 00 Wib Illelllbcrikan Alliinophilin x 40 mg NaCI, % 20 ml. Puktll 08 15 Ilicngllk•ur ttv, hasil , N •. 1 18x/mnt, S : 36.90c, RR : 38x/rnnt. Pkl 12 15 mctnposisik•an klien dent-','111 tncllinggikan bantal Nasil : Klicn tampak bet•klltang dan lebill tenang.Pkl 13.00 Wib Inclakukan Ncbuli;asi vcntolin ICC, Flexotide ICC 4 NaCL 2cc, hasil RR turun menjadi 40x/menit, suara ronchi berkunng. anak tatnpak Icbill tenang. Pukul 14.00 Wib mcmbcrikan Aminophilln 3
36.20c, RR : 40x/mnt. pkl 18.00 Wib mclakukan suction hasil : Sputum berha;il keluar sebanyak 100cc benvama putih berlcndir, anak bernafas lebih lega. Pukul 20.00 Wib mengukur ttv, hasil , N :120x/mnt, S : 36.50c, RR : 40Wmnt. Pkl 21.00 Wib melakllkan Nebulisasi ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil : RR turun menjadi 39x/menit, suara ronchi berkurang, anak tampak lebih tenang pkl 22.00 Wib memberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml.
21-03-2019
pukul 05.00 melakukan Nebulisasi ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil
RR turun menjadi 39x/menit, suara ronchi berkurang, anak tampak lebih tenang.pkl 06.00 wibmemberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml. Pukul 08.15 Wib mengukur ttv, hasil , N :118x/mnt, S : 36.90c, RR : 38x/mnt. Pkl 12.15 memposisikan klien dengan meninggikan bantal Hasil : Klien tampak sesak berkurang dan lebih tenang.Pkl 13.00 Wib melakukan Nebulisasi ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil : RR turun menjadi 40x/menit, suara ronchi berkurang, anak tampak lebih tenang Pukul 14.00 Wib memberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml. Pukul 14.15 Wib mengukur ttv, hasil , N :122x/mnt, S 36.20c, RR : 37x1mnt. pkl 18.00 Wib melakukan suction hasil : Sputum berhasil keluar sebanyak 100cc berwama putih berlendir, anak bernafas lebih lega. Puklll 20.00 Wib mengukur ttv, hasil , N :120x/mnt, S : 36.50c, RR : 38x/mnt. Pkl 21.00 Wib melakukan Nebulisasi ventolin ICC, Flexotide ICC + NaCL 2cc, hasil : RR turun menjadi 37x/menit, suara ronclli berkurang, anak tampak lebih tenang. pkl 22.00 Wib memberikan Aminophilin 3 x 40 mg + NaCL 0,5 % 20 ml.
Evaluasi
Tanggal 22-03-2019
S : Orang tua klien mengatakan anaknya sudah tidak demam
O : Klien tampak lebih nyaman dari sebelum nya, TTV : S : 370c, N : 118x/mnt, RR
• 35x//mnt.
A : Tujuan tercapai sebagian masalah belull teratasi.
l' • Tindakan kcpctawatan di lanilltkan ( senuta inten•ensi
:bcrsihan jalan nafae tidak cfcktif Bronchopneunmolllfl
Tuiuan
Ktitefia Hasil
Intervensi
Setclah dilakllkan tindakan kcpcrawatan bersihan jalan nafas nonnal.
a. Tidak ada batuk b. Sekret dapat keuar
c. Tidak ada suara tambahan
jam
d'harapk,in
a. Observasi ttv tiap 6jam b Anjurkan minum air hangat
c. Kaji pola nafas
d. Lakukan Injeksi IV Cefotaxime 3 x 200 mg ( 04.00, 12.00 , 20.00 ) e. Berikan terapi nebuisasai sesuai program NaCl 0,9 2cc+ ventoline
1 cc.
ur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.80% RR : 42x/mnt. pkl an injeksi IV Cefotaxime 200 mg melalui bolus Hasil : Obat berhasl masuk, klien tidak mual / muntah, Pukul 14.15 Wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.80c, RR : 42x/mnt. pkl 20.00 Wib melakukan injeksi IV Cefotaxime 200 mg melalui bolus Hasil : Obat berhasil masuk, klien tidak mual muntah.
Tanggal 20-03-2019
Pkl 04.00 Wib melakukan injeksi IV Cefotaxime 200 lug melalui bolus Hasil : Obat berhasil masuk, klien tidak muntah. Pkl 07.00. Pukul 08.15 Wib mengukur ttv, hasil , N •.120x/mnt, S : 36.Tc, RR : 38x/mnt.pkl 12.15 Wib melakukan injeksi IV Cefota.xillle 200 Illelallli bolt1S Ilasil : Obat bcrhasil tnactlk', klicn tidak mual tnuntatl. Pukul 14.15 wib tncngukttr ttV, hasil , N : 125x/rnnt, S : 36.80c, RR 42.x/tnnt. pkl 20.00 wib Inclakukan inicksi IV Ccfota.ximc 200 mg mclalui bolus Hasil : Obat berhasil tnasuk, klicn tidak Inual / munta)). I'kl 20.30 wib mcngukur ttv, hasil '5.xttnt1t, S . 36.8 0cs RR : 42x/tnnt.
Pkl 4.00 injcksi IV Ccfota,xirnc 200 mg mclalui bolus Flasil : Obat berhasil tnaSuk, klien tidak muntall.
Pkl 06.30 mcngambil darah vena untuk
-saan darah lengkap Hasil : (lat%lh bcrhasil tcrambl scbanyak 2cc, tidak ada perdanhan.Pukul OS. 15 wib litengukur ttv, hasil , N : 1 18x/mnt, S : 370c, RR
40.v'nÌt1t. pkl 12.00wib melakukatl injeksi IV Ccfotaxime 200 mg melalui bolus Hasil Obat berhasil masuk, klien tidak mual / muntah.pkl 14. 15 mengukur ttv, hasil , N • 120x/mnt, S : 370c, RR : 38x/mnt.pkl 20.00 wib melakukan injeksi IV Cefotaxime 200 mg melalui bolus dan monitor hasil Leukosit. Hasil : Obat berhasil masuk, klien tidak mual / muntall dan leukosit turun menjadi 16000/11L Pukul 21.00 wib mengukur ttv, hasil , N :122x/mnt, S : 36,20c, RR : 37x/mnt.
Evaluasi
anaknya sudah berkurang O : Klien tampak tenang, tidak ada suara tambahan atau ronchi
A : tujuan tercapai , masalah teratasi P : tindakan dilanjutkan
( pantau ttv tiap 6jam,Lakukan Injeksi IV Cefotaxime 3 x 200 mg)
3. DX III : Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubltngan dengan intake nutrisi tidakìde kuat
(Tujuan
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24jam diharapkan
Nutrisi adekuat a. Tidak ada mual / muntah
b. Mampu mempertahankan berat badan ideal c. BB meningkat 0,5 — 1 kg/ minggu
Intervensi
a. monitor ttv tiap 6jam b. kaji adanya mual / muntah c. timbang BB seminggu sekali Implementasi
Tanggal 19-03-2019
Pukul 11.00 wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.8 0c, RR : 42x/mnt. Pk'L 13.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc .PukuI 14.15 wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36,80c, RR : 42xhnnt. PKL 16.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc.. PKL 19.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. PKL 21.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. PKL 00.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc.
Tanggal 20-03-2019
PKL 03.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. PKL 07.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. Pukul 08.15 wib mengukur ttv, hasil, N :120x/mnt, S : 36.7 0c, RR : 38x/mnt.PKL 10.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. Pukul 12.00 menimbang berat badan anak Hasil : 6,6 kg.PKL 13.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. Pukul 14.15 wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.80c, RR : 42x/mnt. PKL 16.00 wib memberi susu 60 cc dan air 20 cc . PKL 19.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc . Pkl 20.00 wib mengukur ttv, hasil , N :115x/mnt, S : 37 0c, RR : 40x/mnt.PKL 21.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc . PKL 00.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc
Tanggal 21-03-2019
PKL 03.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc. PKL 07.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc Pukul 08.15 wib mengukur ttv, hasil , N :120x/mnt, S : 36.70c, RR : 38x/mnt.PKL 10.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc Pukul 12.00 menimbang berat badan anak Hasil : 6,6 kg.PKL 13.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc .Pukul 14.15 wib mengukur ttv, hasil , N :125x/mnt, S : 36.80c, RR :
28
42x/mnt. PKL 16.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc . PKL 19.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc . Pkl 20.00 wib mengukur ttv, hasil , N :115x/mnt, S : 3Tc, RR : 40x/mnt..pkl 20.45 menimbang berat badan anak Hasil : BB : 6,7 Kg .PKL 21.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc . PKL 00.00 wib memberi susu 60 cc dan air mineral 20 cc.
Evaluasi
Tanggal 22-03-2019
S : orang tua klien mengatakan nafsu makan anaknya sudah membaik O : Klien terihat nafsu makan
Makanan yang dihabiskan satu porsi A : tujuan tercapai, masalah teratasi P • tindakan di lanjutkan
( semua intervensi )
29
riMBA11ASAN
pembahasan akan dijelaskan mengenai kesenjangan data antara teori dan kasus, penunjang dan penghambat dari pengkajian, diagnosa keperwatan, intervensi ( petencanaan ), implementasi ( pelaksanaan ) dan evaluasi.
Pcngkajian
Pada tahap pengkajian antara teoti dan kasus, ditemukan adanya kesenjangan. Pada teoti, pada pengkajian ditemukan adanya keluhan sianosis, produksi urin menurun, dan kejang. Namun pada kasus tidak ditemukan data- data seperti pada di teori karena saat dilakukan pengkajian klien sudah mendapatkan tindakan medis untuk mengatasi keluhan awal klien.Pada teori dilakukan pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan Sputum untuk pemeriksaan pewarnaan gram untuk memeriksa miknskopis terlibat dan Urinalisis biasanya terdapat Albuminuria sedangkan pada ka s-hanya an pemeriksaan darah lengkap( ditemukan leukositosis )dan Fo o Rontgen thorax karena dari tanda dan gejala yang ditemukan dari klien sudah menunJ untuk mendiagnosis Bronkopneumonia diantaranya suara ronchi yang terdapat pada sebelah kiri, nafas cepat dengan RR 40x/menit, batuk produktif dan terdapat sputum berwama putih bening berlendir, serta terdapat retraksi dinding dada.Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mendapatkan hambatan. Faktor penunjang saat penulis melakukan pengkajian karena omngtua dan klien sangat kooperatif serta kerjasama yang baik antar mahasiswas perawat ruangan dan klien juga keluarga, sehingga dapat memberikan infonnasi kepada penulis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada teori ditemukan 6 ( enam ) diagnosa keperawatan sedangkan pada kasus ditemukan 3 ( tiga ) diagnosa keperawatall.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori tetapi tidak ditemukan pada kasus adalah sebagai berikut .
l. Defisit volume cairan berhubungttn dengan kehilangan cairan aktif 30
Tidak diangkat karena status cairan klien haik intake dan output scimbang, mukosa bibir klien lembab, turgor kulit elastis.
2. Intoleransi aktiyitas bcrhubungan (lcngan proscs inflamasi
Tidak diangkat katvna klien tidak lucnunjukkan distress pernafasan, klicn hennain dan bctistirahat dengan tenang.
3. Nyeti akut berhubungan dengan proses inflamasi
Tidak diangkat karena klien belum manipu menunjukkan dan mengatakan nyeri, nadi dalam batas notnal
Faktor penunjang dalam penentuan diagnosa keperawatan yaitu orangtua dan klien yang sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukungan dari pembimbing yang memberikan arahan dan infomasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga penulis tidak menemukan hambatan dalam merumuskan diagnosa keperawatan.
C. Intervensi ( perencanaan )
Prioritas masalah antara teori dan kasus berbeda, masalah yang penulis prioritaskan pertama yaitu hipertermi B.D proses penyakit infeksi di paru. Diagnosa ini diangkat karena pada pasien terdapat demam tinggi. Ptioritas kedua Bersihanjalan napas tidak efektifberhubungan dengan akupulasi di sekret Broncho pneumonia. batuk prodidctif dengan sputum berwana putih berlendir, seria ditemukan suara ronchi pada sebelah kiri. Priofitas ketiga yaitu Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak ade kuat.. Diagnosa ini diangkat karena klien terdapat mual dan muntah pada saat makan.Pada penetapan tujuan, kliteria hasil dan perencanaan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus , hal itu dikarenakan disesuaikan dengan waktu pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien, serta kondisi klien. Pada perencanaan, tidak semua perencanaan pada teoli ditulis pada kasus karena disesuaikan dengan kondisi klien pada saat itu. Perencanaan pada kasus sudah dibuat berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable, Achievable, Realistic, Time) serta sudah disusun secara sistematis (dati tindakan mandiri sampai kolaborasi)
31
dan operasional agar memudahkan dalam penulisan evaluasi, sedangkan pada teori tidak dibatasi waktu hal ini disebabkan karena perawat bekerja dalam team.
Faktor pcnıınjaııg dalanı perencanaan yaİt11 adanya kcrja sama antara pcnıılis, omnptııa. klicn dan perawat nıaııgaıı sertli bükü sumbcr yang bcrkaitan (lalam ıııenılıııat pcrcncanaan sclıinpga pcnıılis tidak mcncmııkan hambatan (lalam mcmbuat perencanaaıı.
l). Implcmcııt:ışi ( pclnksnnnnn ) l'ada pclaksanaaıı scmııa rcncana dilakııkan sccara kcrjasama antara pemıli3 dengan nıangaıı. Scnıııa tindakaıı yang dilakukan dan respon dari klien dan orang terdek•at ııııtıık setiap tindakan gıına mengatasi diagnosa keperawatan yang ditcmııkan didokıımentasikaıı pada catatan keperawatan.Tindakan pada diagnosa pertama tidak semııanya dapat dilakukan. Diagnosa keperawatan yang penama tindakan yang tidak dapat penulis lakııkan ialah melakukan suction karena dilakukan perawat ruangan dan fisioterapi dada dilakukan oleh tim fısioterapi, sedangkan Tindakan untuk diagnosa keperawatan pertama yang telah dilakukan oleh penulis adalah Mengukıır ttv, memonitor şuara dan irama nafas, memposisikan klien dengan bantal lebih tinggi, melakukan nebulisasi dan membcrikan aminophilin melalui sying pump.Diagıosa keperawatan yang kedua tindakan yang tidak dapat penulis lakukan ialah melakukan pengambilan daralı ııntuk pemeriksaan Leukosit karena dilakukan oleh perawat ruangan, , sedangkan Tindakan untıık diagnosa keperawatan kedua yang telah dilakukan olelı penulis adalalı Mengukur ttv, memonitortanda gejala infeksi, monitor hasil leukosit, serta melakukan injeksi IV Cefotaxime melalui bolus. Untuk diagnosa ketiga semua tindakan sudah dilakııkan diantaranya mengukur ttv, mengkaji adanya mual / muntalı,menimbang BB klien, dan Memberi susu lewat NGT.Dalam melakukan pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan karena. Faktor penunjang dalam memberikan asııhan keperawatan pada klien adalah orangtua yang sangat kooperatif
32
sehingga dapat menerima setiap tindakan keperawatan yang diberikan terhadap anaknya.
E. Evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakiıir adalılı evaluasi terhadap diagnosa kcperawatan yang ditemııkaıı pada klien. Dati ketiga diagııosa keperawatan yang ditemııkan pada klien diantaraııya,
1.
Hipettermi B.D proses penyakit infeksi di paru,2.
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akupulasi di sekret Broncho pneumonia,3.
Resiko nutlisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi tidak ade kuat.pada diagnosa penama dan ketiga tujuan tercapai sebagian masalah belum teratasi karena masili ditemukan suara ronchi pada sebelah kiri, klien masih batuk produktif, masih ditemukan retraksi dinding dada dan sputum berwarna putih bening berlendir. Pada diagnosa kedua diagnosa tujuan tercapai masalah teratasi Hal ini terjadi karena kondisi klien yang masih perlu pengawasan dan perawatan.
33
BAB V I)ENIJTIJP
bal) illi akan dıjclaskan ıııcııgcnai kesinıpıılan dan saran dari pcnulis.
Kcşimpıılnn ııwıııbcıikatı asıılıan kcpcrawatan dan ıııclakııkaıı pcmbalıasan antara teori kasııs ıııaka pcıııılis dapat nıcnıbııal kesinıpıılan scbagai bcrikut .
Ilıdı talıap pengkajian antara teori dan kasııs, ditcmukan adanya kcscnjangan.
teoıi, pada pengkajiaıı ditcnuıkaıı adanya kelulıan sianosis, prodüksi ıırin nwnıının, dan kcjang. Nanııııı pada kasııs tidak ditcmukan data-data scperti pada di
. Pada teori dilakukan pcıncriksaan diagnostik Pemeriksaan Sputum dan Itrinalisis biasatıya terdapat Albuminuria sedangkan pada kastıs hanya dilakukan p:meıiksaaıı darah lengkap dan Foto Rontgen tlıorax karena dari tanda dan gejala ditemukan dari klien sudah menıınjang ııntuk mendiagnosis Bronkopneumonia. Hal ini memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon dari terhadap penyakit berbeda tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya dan penanganannya yang segera dilakukan. Selain itu, kerjasama dengan orangtua dan anak sangat kooperatif sena kerjasama dengan perawat ruangan sehingga penulis tidak menemukan hambatan.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesııaikan dengan data yang diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhdap penyakitnya,sehingga pada kasus hanya ditemukan tiga diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh penulis maupun perawat ruangan, sedangkan pada teori terdapat enam diagnosa keperawatan pada anak dengan Bronkopneumonia.Faktor penunjaııg dalam penentııan diagnosa keperawatan yaitu orangtııa dan klien yang sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan dan dukııngan dari pembimbing yang memberikan arahan dan infomıasi sesuai dengan kebutuhan penulis, sehingga penulis tidak menemııkan hambatan dalam merıımuskaıı diagnosa keperawatan.
34
perencanaan disusun sesuai kondisi klien, mulai dari penentııan pıioritas, penetapan tujııan dan kliteria evaluasi serta mcnyıısuıı rcııcana tindakan.
Pada penetapan tlijııan ditentukan waktıı pencapaian tııjuan sebagai dasar untıık melakukaıı evaluasi hasil. penetapan tiljuan pada kasus sudalı dibuat berdasarkan SMART ( Spesifik, Measurable, Acllievable, Raelistic, Time) serta tersıısun secara sistematis ( dari
tindikaıı ıııandiıi sampai tilldakan kolabomsi Faktor yang sangat menunjang (lalam pcrencanaaıı yitil adanya bııkll sııınbcr yang bcı•kaitan (lalanı mcmhııat perencanaan slıill!şa penıılis tidak nıeııcıııııkan lıaıııbatan (lalanı ıııcnıbııat pcrcncanaan.
ITIaksaııaaıı pada kasııs discsııaikan rcncavıa yang İclall (lihııat dan vmııa tindakan yang telalı dilakııkan didokıınıcııtasikaıı pada calatan kcpcrawatan meliputi N!flktıı. tindakan dan rcspoıı klicn. faktor pcnııniang (lalam mcmbcrikan a;ııhan kepenııxataıı pada anak dalalı orangtııa dan klicıı yang sangat kooperatif sehingga dapat nıeneıima setiap tindakan yang dibcrikan. Diagııosa pertama yaitu Hipertcrmi d proses penyıkit infeksi di panı, diagnosa kcdua bcrsihaıı jalan napas tidak efektif herhııbııngatı dcııgaıı akupulasi di sekret Bronclıo pncumonia, diagnosa ketiga resiko kumng daıi kebııtulıan tubıılı berlıııbungan dengan intake nutrisi tidak ade kilât. Pada diagnosa pertama dan ketiga tujuan tercapai sebagian masalah belam îğîâtasi Pada diagnosa kedua diagnosa tujuan tercapai masalah teratasi Faklor şnunjang dalam melakukan evaluasi yaitu orangtua, klien dan perawat ruangan tangbekerja sama dengan penulis sehingga asııhan kepamwatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. B. Saran Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan penulis dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan yang ada maka selanjutnya penulis akan menyampaikan saran yang ditujukan kepada perawat ruangan klien, rekan mahasiswa dan orangtua klien, sebagai berikut .
35
1.
Kerjasama antar orangtua, klien dan perawat ruangan yang sudah berjalan baik tetap di pertahankan agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak tetap berjalan optimal.2.
Kepada perawat ruangan yang sudah memberikan asııhan keperawatan kepada klien secara optimal yaitu pendokumentasian tentang pengkajian data klien sampai dengan evaluasi yang sudah berjalan baik agar dapat dipertalıankaıı.3.
Kepada pengambilan kasus selanjutnya agar menerapkan teori- teori yang telah didapat.36