• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman pada Pasien Perilaku Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara

Karya Tulis Ilmiah

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

NUR AISYAH HARAHAP 132500039

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.

Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “ Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJ Daerah Provsu Medan”. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun yang akan penulis gunakan untuk perbaikan dimasa akan datang.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan secara moril maupun material dari berbagai pihak.Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya khususnya pada.

1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara Medan.

2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Ibu Cholina T. Siregar,S.Kep,Ns,M.Kep,Sp.KMB selaku wakil Dekan II, Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku wakil dekan III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan

4. Ibu Wardiyah Daulay, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Roxsana Devi Tumanggor S.Kep, Ns, M.Nurs (MntlHlth), selaku dosen penguji dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Direktur Rumah Sakit Jiwa Medan yang memberi penulis izin untuk praktek di Rumah Sakit Jiwa Medan.

(5)

7. Seluruh Staf pengajar serta Staf Pegawai Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan nasehat kepada penulis selama di bangku perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Bapak Bokar Hrp dan Ibu Syafriani Nst yang selalu memberikan semangat dan doanya sehingga dapat menyelesaikan KTI ini, kakak saya Hesty andriyani yang selalu memotivasi saya dan memberikan semangat, adik-adik saya Rizky putri adelina, Khofifah mardiah, Haady prayata yg selalu memberikan semangat dan kepada keluaga tercinta yg memberikan semangat dan motivasi.

9. Kepada sahabat-sahabat saya Adek safitri, Yuli astri, Aulia rahman, Agus Alamsyah, Risky Zuhanda,Idris Auliansyah, Sri Khairunnisa, Mey Tompul, Feby Annisa, Fatwa Utami, M. Rizky, Sakti, Renal, Ismail, Srydesi, terima kasih atas bantuannya baik dukungan maupun doanya untuk saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2013 terutama kepada sahabat saya Gussifa zamharira, wandyan, Dchris Natalia, Triandika, Yunisyah, Meilan kaban, Astriandah, Lastri suanti, dan buat kelompok B1 yang turut membantu penulis dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari akan keterbatasan, kemampuan serta pengetahuan yang penulis miliki, maka dari itu penulis mengharapkaan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis berharap semua Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan penulis.

Medan, 28 Juni 2016 Penulis

Nur Aisyah Harahap

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

BAB I A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penulisan ... 3

C. Manfaat ... 3

BAB II A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 5

1. Definisi ... 5

2. Pengkajian ... 13

3. Analisa Data ... 14

4. Rumusan Masalah ... 15

5. Perencanaan ... 16

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 17

1. Pengkajian ... 17

2. Analisa Data ... 27

3. Rumusan Masalah ... 29

4. Perencanaan ... 30

5. Implementasi dan Evaluasi ... 33

BAB III A. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 38

2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN ... 41

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Organisasi kesehatan dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai sehat fisik, mental, social, dan bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Videbeck, 2008).Gangguan jiwa merupakan suatu sindrom atau pola perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang yang dikaitkan dengan adanya distress atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih fungsi organ penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang menyakitkan atau sangat kehilangan kebebasan (Videbeck, 2008).

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.

Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain (Sujono Riyadi, 2009).

Salah satu bentuk gangguan jiwa yang umum terjadi adalah perilaku kekerasan yang merupakan gejala yang paling sering muncul pada klien skizoprenia, dimana sekitar 70% dari penderita skizoprenia mengalami perilaku kekerasan. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), klien dengan perilaku kekerasan memiliki masalah kebutuhan dasar aman dan nyaman karena ada kebutuhan dalam dirinya yang belum terpenuhi sehingga klien cenderung bersikap curiga dan waspada terhadap rangsangan yang datang menghampirinya.

Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan

(8)

berakibat tingginya tingkat stress di kalangan masyarakat. Salah satu contoh apabila kebutuhan rasa aman dan nyaman tidak terpenuhi maka seseorang akan merasa bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak aman, dan akan timbul rasa cemas, bahkan merasa bahwa ada yang mengancam dirinya tetapi ketika kebutuhan tersebut terpenuhi maka perasaan-perasaan yang demikian itu tidak akan muncul, sehingga individu selalu merasa bahwa ia selalu dalam kondisi yang aman (Mubarak, 2007).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Pasien dengan perilaku kekerasan mengungkapkan emosi terhadap kejadian yang dianggapnya mengancam dan merupakan suatu bentuk respon kecemasan terhadap kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga dirasakan bahwa dirinya berada dalam situasi yang tidak aman dan timbul rasa tidak nyaman dalam dirinya yang dirasakan sebagai bentuk ancaman (Stuart & Sudden, 2001).

Keamanan adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman Pelayanan kesehatan dengan cara aman dan dalam lingkungan masyarakat yang aman merupakan hal penting untuk kesejahteraan dan ketahanan hidup pasien (Wartonah, 2006).

Dari pengalaman selama dinas di Ruangan Sorik Marapi selama 6 hari, terdapat 30 % diantaranya dengan mayoritas diagnosa perilaku kekerasan. Dari hasil observasi terlihat bahwa klien merasa tidak nyaman di satukan dengan pasien yang lain terlihat dari sikap klien yang suka menyendiri, adapun hasil wawancara dengan beberapa orang pasien mengatakan bahwa di ruangan tersebut tidak aman, karena banyak orang jahat yang mengancam diri mereka.

Pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah ini dilaksanakan di ruangan Sorik Marapi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara Medan selama 6 hari, dimulai dari tanggal 23 Mei sampai dengan 28 Mei 2016. Kegiatan pengambilan kasus diawali dengan pengarahan dari dosen mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan selanjutnya melakukan pengkajian laporan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai kasus yang akan diambil. Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 24 Mei 2016 terdapat

(9)

36 pasien yang dirawat di ruangan Sorik Marapi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara, 15 orang diantaranya 30% dengan mayoritas diagnosa keperawatan Perilaku Kekerasan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan. Sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya agar tercapainya upaya kemampuan klien memenuhi kebutuhan dasarnya tersebut.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

b. Mampu merumuskan diagnosa pada klien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

c. Mampu menentukan rencana keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

d. Mampu memberikan implementasi keperawatan pada pasien dengan gangguan kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

e. Mampu membuat evaluasi keperawatan pada pasien dengan kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

C. Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi Penulis

Sebagai sarana ilmu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pasien khususnya pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada

(10)

2. Bagi Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit Jiwa

Menjadi masukan bagi perawat khususnya agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

3. Bagi Pendidikan

Membekali mahasiswa untuk dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan.

(11)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Rasa Aman

1. Defenisi

1.1 Defenisi Keamanan

Keamanan merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan kebutuhan prioritas kedua setelah kebutuhan fisiologis pada Hirarki kebutuhan Maslow.Keamanan tidak hanya pencegahan terhadap bahaya / cedera tetapi juga mengijinkan seseorang untuk merasakan bebas dalam beraktivitas tanpa bahaya (Potter & Perry, 2005).

Keamanan adalah keadaan aman dan tentram bebas dari ancaman pelayanan kesehatan dengan cara aman dan dalam lingkungan masyarakat yang aman merupakan hal penting untuk kesejahteraan dan ketahanan hidup pasien (Wartonah, 2006).

Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter &

Perry, 2006).Perawat harus mengkaji bahaya yang mengancam keamanan klien dan lingkungan, dan selanjutnya melakukan intervensi yang diperlukan.Dengan melakukan hal ini, maka perawat adalah orang yang berperan aktif dalam usaha pencegahan penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan peningkatan kesehatan. Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya

1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keamanan a. Usia

Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu. Anak-anak biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan yang dapat menyebabkan cedera pada mereka.

(12)

organ yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk melindungi diri, salah satunya

adalah kemampuan persepsi-sensorik.

b. Tingkat Kesadaran

Segala bentuk gangguan kesadaran (misal: pengaruh narkotik, obat penenang, alkohol, disorientasi, tidak sadar, kurang tidur, halusinasi) dapat membahayakan keselamatan dan keamanan seseorang.

c. Emosi

Emosi seperti kecemasan, depresi, dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruhi terhadap masalah keselamatan dan keamanan.

d. Status mobilitas

Keterbatasan aktivitas, paralisis, keselamatan otot, dan kesadaran menurunan memudahkan terjadinya risiko injuri/gangguan integritas kulit.

e. Gangguan persepsi sensori

Kerusakan sensori akan memengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dann penglihatan.

f. Informasi/komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca menimbulkan kecelakaan.

g. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

h. Keadaan imunitas

Gangguan imunitas akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah terserang penyakit.

i. Ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi sel darah putih. Sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap suatu penyakit.

j. Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang kurang dapat menimbulkan kelemahan dan mudah terserang penyakit, demikian sebaliknya, kelebihan nutrisi berisiko terhadap penyakit tertentu.

(13)

k. Tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadinya gangguan keselamatan dan keamanan dapat diprediksi sebelumnya.

1.3 Karakteristik dari keamanan

Karakteristik dari keamanan mencakup 3 hal yaitu pervasivenesss(mempengaruhi/mengisi), perception(persepsi), dan management(managemen) (Craven, 2001) :

1. Pervasiveness

Kemanan adalah pengisi yang mempengaruhi segalanya.Secara khusus, individu sangat memperhatikan kemanan pada setiap atau semua aktivitasnya, termasuk makan, bernafas, tidur, bekerja, dan bermain.Secara umum, individu mengasumsikan atau bertanggung jawab terhadap kemanan dari mereka sendiri.

2. Perception

Persepsi seseorang terhadap bahaya mempengaruhi dalam penyusunan kemanan ke dalam aktivitas sehari-hari mereka.Pengukuran kemanan efektif hanya sejauh sebagai seseorang yang mengerti secara akurat dan menghindari bahaya. Manusia tidak mengerti faktor-faktor keamanan, tetapi mereka belajar secara sendiri melalui proses kehidupan mereka.

Kematangan membawa dalam menyusun hal-hal yang mungkin membahayakan dan menyadari betapa pentingnya keamanan.

3. Management

Seseorang mungkin pada suatu waktu menyadari bahaya dalam lingkungannya.Ia akan mengukur terhadap hal tersebut untuk mencegah bahaya dan mempraktekkan keamanan. Pencegahan adalah karakteristik utama dari keamanan termasuk dalam praktek keamanan tetapi keamanan bagi yang lainnya harus memberikan hal yang lebih baik.

(14)

1.4 Perilaku Kekerasan

a. Defenisi Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 2011).Perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya yang paling berkuasa dan tidak bermoral) (Stuart &

laraia, 1998).

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak emnginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Ada 4 faktor yang mencakup perilaku tersebut yaitu: tujuan untuk melukai atau mencelakakan,individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban, dan tidak keinginan sikorban menerima tingkah laku individu.

Perilaku kekerasan seperti mencederai orang lain dapat berupa ancaman melukai diri sendiri, perilaku merusak lingkungan apat berupa merusak perabotan rumah tangga, membanting pintu, ancaman verbal berupa kata-kata kasar, nada suara tinggi dan bermusuhan (Marisson,1993).

Marah adalah ungkapan emosi individu terhadap kejadian yang dialami atau dirasakan dimana dianggap sebagai ancaman sehingga individu mengalami ketegangan.Marah adalah suatu keadaan emosional, yang merentang dari sifat mudah tersinggung hingga marah yang hebat. Marah merupakan emosi yang memiliki ciri ciri aktivitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat biasanya ada kesalahan, yang mungkin nyata kesalahannya atau mungkin juga tidak.(Purba, 2011)

(15)

b. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari perilaku kekerasan sebagai berikut:

• Fisik

mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, wajah memerah, dan tegang, serta postur tubuh kaku.

• Verbal

mengancam, mengumpat dengan kata kata kotor, berbicara dengan nada keras.

• Perilaku

menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, dan agresif

• Emosi

tidak adekuat tidak aman dan nyamanmerasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.

• Intelektual

Cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang mengeluarkan kata kata kasar.

• Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat.

• Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan kekerasan.

• Perhatian

Bolos, melarikan diri,dan melakukan penyimpangan seksual.

(16)

c. Rentang Respon Marah

Respon Respon

Adatif Malaadatif

Asertif Frustasi Pasief Agresif Kekerasan

• Asertif adalah kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan pada individu dan tidak menimbulkan masalah.

• Frustasi adalah kemarahan yang diungkapkan sebagai respon yang terjadi akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena tidak realitas atau adanya hambatan dalam proses pencapaian.

• Pasif merupakan respon lanjutan dari frustasi dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan

• Agresif adalah perilaku menyertaimarah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih dapat terkontrol.

• Kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

d. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perilaku Kekerasan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Townsend (1996) adalah:

1. Teori Biologic

Berdasarkan teori biologik ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut:

a. Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses implus agresif: sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Sistim limbik

(17)

merupakan sistem informasi, ekspresi, emosi, perilaku, dan memori.

Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan.

b. Biokimia

Goldstein menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter (epinephrine, noreepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat implus agresif.

c. Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetic karyotype XYY.

d. Gangguan otak

Sindroma otak organic terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tidak kekerasan.

2. Teori Psikologik a. Teori psikoanalitik

Teori ini menjelasakan tidak terpenuhi kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasas aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.

b. Teori pembelajaran

perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi biologik.

3. Teori sosiokultur

Pakar sosiologi lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur social terhadap perilaku agresif. Ada sekelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.

Menurut (shives,1998) hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayan antara lain sebagai berikut:

(18)

a. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.

b. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu.

c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidak mampuan dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa.

d. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisocial seperti

e. penyalahgunaan obat dan alcohol serta tidak mampu mengontrol f. emosi pada saat menghadapi rasa frustasi

g. Kematiaan anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

e. Mekanisme Koping

Perawat perlu mengidentifikasikan mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengeksperesikan kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi,proyeksi, represif, denial, dan reaksi formasi. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka yang berkepanjangandari seseorang karena ditinggal oleh orang yang dianggap sangat berpengaruh dalam hidupnya.

Bila kondisi tersebut tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang rendah diri (harga diri rendah), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.

Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain ini tidak diatasi maka akan mucul halusinasi berupa suara-suara atau bayangan yang meminta klien untuk melakukan tindakan kekerasan. Hal tersebutdapat berdampak pada keselamatan dirinya dan orang lain (risiko tinggi mencederai,orang lain, dan lingkungan). Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan keluarga yang kurang baik dalam menghadapi kondisi klien dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga tidak efektif).Hal ini tentunya menyebabkan klien sering keluar rumah sakit atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan keluarga tidak maksimal (regimen teraupetik inefektif).

(19)

2. Pengkajian

Perawat memberikan perawatan kepada klien di dalam komunitas mereka tentang pelayanan ditempat pelayanan kesehatan untuk memastikan lingkungan yang aman, perawat perlu memahami hal-hal yang memberi konstribusi keamanan, lingkungan klien, dan mengkaji berbagai ancaman terhadap keamanan klien. Pengkajian yang dilakukan terhadap klien mendiskusikan faktor resiko yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan.

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan klien, pengamatan langsung dan pemeriksaan. Hal-hal yang perlu di kaji meliputi:

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress yang diperoleh baik dari klien maupun keluarganya.

2. Perilaku

Respon klien terhadap kebutuhan rasa aman dan nyaman karena perilaku kekerasan.Perilaku klien sangat tergantung pada jenis masalahnya.Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda ketidak aman dan nyaman maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis masalah yang memepengaruhi perilaku kekerasannya saja.Validasi informasi tentang isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus dan respon klien sehingga menyebabkan klien tidak merasa nyaman.

3. Fisik

Hal-hal yang perlu dikaji dalam pemeriksaan fisik meliputi: ADL, kebiasaan, riwayat kesehatan, riwayat skizofrenia dalam keluarga dan fungsi sistem tubuh.

4. Status emosi

Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik dan suka berkelahi.

(20)

5. Status intelektual

Gangguan persepsipenglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan, isi pikir tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku, kurang motivasi, koping regresi dan serta sedikit berbicara.

6. Status sosial

Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan (Purba dkk, 2011).

3. Analisa Data

Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien. Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.

Dari informasi yang terkumpul didapatkan data dasar tentang masalah- masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien.

Tujuan pengumpulan data adalah untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien, menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien, membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah berikutnya.Tipe data terbagi dua, yaitu data subjektif dan data objektif.

Data Subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bias ditentukan oleh perawat, mencakup persepsi, perasaan, ide klien terhadap status kesehatan lainnya. Sedangkan data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, sentuh/ raba) selama pemeriksaan fisik.Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran.

(21)

1. Data Subjektif

• Klien mengatakan ketika kawan satu ruangannya bising ia akan marah dan memukulnya.

• Klien mengatakan seperti semua orang memusuhinya.

• Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak barang-barang ia merasa puas.

• Klien mengatakan tidak nyaman denganapa yang dialaminya sekarang, karena setelah dia marah ataupun memukul orang dia menyesal, dan dia merasa orang akan semakin takut dekat dengannya.

• Klien mengatakan masih ada perasaan marah dan benci kepada seseorang dan keluarganya.

2. Data Objektif

• Klien berinteraksi tetapi lebih sering menyendiri dan termenung.

• Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang.

• Marah-marah tanpa sebab

• Nada suara tinggi dan keras

• Gelisah dan tidak nyaman

• Pandangan tajam

4. Diagnose Keperawatan

Beberapa contok diagnosis keperawatan yang muncul dengan masalah perilaku kekerasan, anatara lain :

• Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain.

• Perubahan persepsi sensori : halusinasi

• Harga diri rendah kronis

• Isolasi sosial.

• Berduka disfungsional

• Penatalaksanaan regemin teraupetik inefektif

• Koping keluarga inefektif

(22)

5. Perencanaan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan menggali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kateori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksanaan klinik (Potter & Perry, 2005).

(23)

B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Parkit XVIII Percut Sei Tuan Tanggal Masuk RS : 17 April 2016

No. Register : 01.90.59 Ruangan/kamar : Sorik Merapi Golongan darah : -

Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2016 Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid

II. KELUHAN UTAMA :

Klien dibawa ke rumah sakit jiwa karena klien sering marah- marah,merusak barang-barang dirumah,sering mengancam, berbicara dan tertawa sendiri.

(24)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

Klien mengatakan merasa tertekan dan malu atas omongan orang disekitar lingkungan rumahnya yang mengatakan klien bercerai dengan istrinya.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan

Klien mengatakan dengan menyendiri dan mengamuk ataupun marah- marah keadaan akan menjadi lebih baik dan merasa puas.

B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan

Klien mengatakan sudah lebih tenang selama dirawat dirumah sakit jiwa dan tidak merasa tertekan lagi atas omongan orang disekitar lingkunganya yang mengatakan dirinya bercerai dengan istrinya.

2. Bagaimana dilihat

Klien berinteraksi tetapi lebih sering menyendiri dan termenung. Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang-barang sendiri dan mau melukai orang lain.

C. Severity

Klien merasa terganggu dengan keadaan yang sekarang D. Time

Sampai saat ini klien mengalami kondisi tersebut

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Pada tahun 2015klien mengalami gangguan jiwa, tetapi kambuh lagi karena tidak teratur minum obat

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan pernah masuk rumah sakit jiwa dan melakukan tindakan pengobatan.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit jiwa sebelumnya

(25)

D. Lama dirawat

Klien pernah dirawat di rumah sakit jiwa pada bulan Juli 2015.

E. Alergi

Klien tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan.

F. Imunisasi

Klien mengatakan mendapatkan imunisasi lengkap.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang Tua

Klien mengatakan ibu klien meiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti yang dialaminya.

B. Saudara Kandung

Klien adalah anak ke dua dari tiga bersaudara, saudarakandung klien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa seperti klien.

C. Penyakit keturunan yang ada

Klien dan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan ibunya pernah mengalami gangguan jiwa seperti yang dialaminya, dan sekarang sudah sembuh.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Presepsi pasien terhadap penyakit

Klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan ingin cepat pulang kerumah.

B. Konsep Diri

• Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai bentuk tubuhnya dan tidak ada yangistimewa.

• Identitas : Klien sudah pernah menikah dan bercerai.

• Peran : Klien sebagai anak dalam keluarga.

(26)

• Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan keluar dari rumahsakit jiwa.

• Harga diri : Klien merasa malu kepada tetangga karena bercerai denganistrinya.

C. Keadaan Emosional

Pada saat wawancara klien tampak tegang namun pasien kooperatif.

D. Hubungan Sosial

− Orang yang berarti :

Klien mengatakan orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah ayahnya.

− Hubungan dengan keluarga :

Klien mengatakan hubungan dengan keluarganya saat ini kurang baik, karena klien masih marah dan benci kepada keluarganya karena ia dimasukkan ke ruamah sakit jiwa.

− Hubungan dengan orang lain :

Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain kurang baik.

− Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :

Menurut klien sendiri ia dijauhin orang sekitar lingkungan tempat tinggalnya karena ia sering marah-marah tanpa sebab dan menderita sakit gangguan jiwa.

E. Spiritual

− Nilai dan Keyakinan :

Klien menganut agama Islam dan yakin kepada Tuhannya Allah.

− Kegiatan Ibadah :

Selama dirawat dirumah sakit jiwa klien jarang beribadah.

VII. STATUS MENTAL

− Tingkat Kesadaran :Klien sadar penuh (compos mentis), namunklien tampak kelihatan

bingung.

− Penampilan : Klien tampak rapi dan bersih

(27)

− Pembicaraan :Selama wawancara klien berbicara cepat, gagap dan menjawab pertanyaan dengan singkat.

− Alam perasaan :Klien merasa putus asa setelah bercerai dengan istrinya

− Afek : Afek klien datar

− Interaksi selama wawancara :Selama melakaukan wawancara klien tampak koorpratif, kontak mata kurang, dan tampak bingung

− Persepsi :Klien mendengarkan suara-suara yang wujudnya tidak bisa dilihat oleh orang lain.

− Proses pikir :Klien mampu menjawab pertnyaan yang diberikan oleh perawat

− Isi Pikir :Saat dilakukan wawancara klien mampu menjawab dan klien koorpratif.

− Waham :Selama melakukan wawancara

klientampak curiga dengan keadaansekitar.

− Memori : Gangguan daya ingat jangka pendek.

VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Kliean memiliki kesadaran penuh (Compos mentis), pandangan tajam, nada suara tinggi.

Tanda-tanda vital

− Suhu tubuh : 36,5oC

− Tekanan darah : 120/80 mmHg

− Nadi : 80 x/i

(28)

− TB : 165cm

− BB : 69kg

B. Pemeriksaan Fisik Kepala dan Rambut

− Bentuk : Bulat (simetris).

− Ubun-ubun : Normal, tidak ditemukan tonjolan.

− Kulit kepala : Bersih, tidak terdapat ketombe.

Rambut

− Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut pendek dan merata.

− Bau : Berbau keringat.

− Warna kulit : Kuning langsat.

Wajah

− Warna kulit : Kuning langsat.

− Struktur wajah : Simetris (oval).

Mata

− Kelengkapan dan kesimetrisan : Kedua mata lengkap, simetris, dan tidak ada kelainan.

− Palpebra :Tidak ditemukan adanya

kelainan.

− Konjungtiva dan sclera :Bewarna merah.

− Pupil : Reaksi terhadap cahaya

baik.

− Kornea dan iris : Tidak ditemukan adanya Kelainan.

− Visus :Tidak dilakukan

pemeriksaan

− Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan

(29)

Hidung

− Tulang hidung dan posisis septum nasi: Tidak ditemukan adanya kelainan dan letaknya dimedial.

− Lubang hidung : Normal dan simetris.

− Cuping hidung : Normal dan tidak ada kelainan.

Telinga

− Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri.

− Ukuran telinga :Ukuran telinga normal simetris kanan dan kiri.

− Lubang telinga :Tidak ditemukan adanya kelainan pada lubang telinga, adanya serumen pada lubang telinga.

− Ketajaman pendengaran : Tidak dilakukan pemeriksaan.

Mulut dan faring

− Keadaan bibir : Bibir tampak kering.

− Keadaan gusi dan gigi :Gusi dan gigi tidak bersih

− Keadaan lidah : Lidah tampak bersih

− Orofaring : Tidak ditemukan kelainan Leher

− Posisi trachea :Posisi trachea normal dibagian medial

− Thyroid :Tidak ditemukan adanya

pembengkakan pada thyroid.

− Suara : Suara normal

− Kelenjer limfe : Tidak ditemukan adanya

(30)

− Vena jugularis : Tidak ditemukan adanya pembengkakan pada kelenjar limfe

− Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba

Pemeriksaan integument

− Kebersihan : Klien terlihat bersih dan rapi

− Kehangatan : Suhu tubuh dalam keadaan normal

− Warna : Kulit berwarna kuning

langsat

− Turgor : Kembali < 2 detik

− Kelembaban : Kulit tampak kering

− Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan pada kulit

Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatanotot, edema)

- Kesimetrisan otot pada ekstremitas pasien simetris antara kanan dan kiri, jari-jari lengkap dan turgor kulit kering.

Fungsi motorik

- Pada pemeriksaan motorik pasien masih mampu berjalan tanpa dibantu oleh orang lain.

Fungsi sensori (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin)

- Identifikasi pasien dengan sentuhan baik pasien mampu membedakan anatara sentuhan tajam dengan tumpul, dapat merasakan panas dengan dingin.

(31)

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI 1. Pola makan dan minum

− Frekuensi makan : 3 kali sehari

− Nafsu/selera makan : Nafsu makan kuat

− Nyeri ulu hati :Tidak ditemukan nyeri ulu hati

− Alergi : Tidak ada alergi makanan

− Mual dan muntah :Klien tidak merasakan mual dan muntah

− Jumlah dan jenis makanan : 1 porsi jenisnya nasi, lauk, sayur

− Waktu pemberian cairan/minum : Pagi siang dan sore

− Masalah makanan dan minum :Klien tidak mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan

2. Perawatan diri/ personal hygine

− Kebersihan tubuh :Klien kelihatan bersih, klien mandi 2 kali sehari dan menggunakan sabun mandi

− Kebersihan gigi :Gigi klien keliatan kurang bersih, karena klien

menggosok gigi tidak menggunakan odol.

− Kebersihan kuku kaki dan tangan :Kuku tangan dan kaki bersih dan tidak panjang.

3. Pola kegiatan aktivitas

Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, BAB dan BAK dilakukan secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain, klien mandi 2 kali sehari, ganti pakaian dilakukan secara mandiri

(32)

Pola Eliminasi a. BAB

− Pola BAB : 1x/hari

− Karakter feses : Lembek

− Riwayat perdarahan : Tidak ditemukan adanyakelainan

− BAB terakhir : Sehari yang lalu

− Diare : Klien tidak

mengalami diare

− Penggunaan laksatif : Tidak menggunakan laksatif

b. BAK

− Pola BAK : 4-6 x/hari

− Karakter urine : Tidak dilakukan

pemeriksaan

− Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ditemukan nyeri/rasaterbakar/

kesulitan BAK

− Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Tidak ada riwayat penyakit ginjal

− Penggunaan diuretik : Tidak menggunakan diuretik

− Upaya mengatasi masalah : Tidak ditemukan adanya masalah 4. Mekanisme koping

− Adaptif :

Klien mau berbicara dengan orang lain termasuk teman satu ruangannya

− Maladaptif :

Selama melakukan wawancara respon klien lambat karena masih merasa curiga dengan lingkungan sekitar.

(33)

2. Analisa Data

No Data Penyebab Masalah

Keperawatan 1 Ds:

• Klien mengatakan ketika kawan satu ruangannya bising ia akan marah dan memukulnya.

• Klien mengatakan akan membentak atau

memukul orang jika ada yg mengusiknya ketika marah atau kesal.

• Klien mengatakan dengan marah-marah dan merusak barang- barang ia merasa puas.

• Klien mengatakan tidak nyaman denganapa yang dialaminya sekarang, karena setelah dia marah ataupun memukul orang dia menyesal, dan dia merasa orang akan semakin takut dekat dengannya.

Gangguan rasa aman

Resiko Perilaku kekerasan terhadap orang

lain

Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap

Orang lain

(34)

masih ada perasaan marah dan benci kepada seseorang dan keluarganya.

Do:

• Klien berinteraksi tetapi lebih sering menyendiri dan termenung.

• Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang- barang.

• Marah-marah tanpa sebab

• Nada suara tinggi dan keras

• Gelisah dan tidak nyaman

• Pandangan tajam 2 Ds:

• Klien mengatakan sulit tidur dimalam hari karena klien sering mendengarkan suara- suara yang

mengganggunya dan mengajaknya untuk bercerita,bercakap- cakap sendiri.

Do:

• Klien tampak lemas

Gangguan Persepsi

Halusinasi

Gangguan Pola Tidur

Gangguan Pola Tidur

(35)

• Terlihat lingkaran hitam dibawah mata

• Klien sering menguap saat diwawancarai

• Klien tampak tidak semangat untuk melakukan aktivitas

• Konjungtiva merah

3. Rumusan Masalah

− ResikoPerilaku Kekerasan Terhdap orang lain

− Gangguan Pola tidur

Diagnose Keperawatan (PRIORITAS)

− Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lainditandai dengan pasien marah-marah tanpa sebab, merusak barang-barang ataupun memukul orang jika ada yg mengusiknya ketika sedang marah ataupun kesal.

− Gangguan pola tidur b/d halusinasi pendengaran ditandai dengan klien mengatakan sulit tidur dimalam hari karena klien sering mendengarkan suara-suara yang mengganggunya dan mengajaknya untuk bercerita,bercakap-cakap sendiri.

(36)

4. Perencenaan Keperawatan dan Rasional

Hari/tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Selasa

24 Mei 2016

Resiko Perilaku Kekerasan

Terhadap Orang Lain

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Dalam 1x6 jam klien mampu menunjukkan Menahan Diri dari Kemarahan. Dengan indikator skala 3 pada :

1. Mengidentifikasi kapan (merasa) marah 2. Mengidentifikasi tanda-tanda marah

3. Mengidentifikasi situasi yang dapat memicu amarah

4. Mengidentifikasi alasan perasaan marah 5. Menggunakan aktivitas fisik untuk

mengurangi rasa marah yang tertahan

Rencana Tindakan Rasional

NIC: Bantuan Kontrol Marah Dengan aktivitas:

1. Bangun rasa percaya dan hubungan yang dekat harmonis dengan pasien.

2. Batasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan

(kemarahan dengan cara adektif).

1. Memberi kepercayaan dan pendekatan kepada klien, kepercayaan dari klien merupakan hal yang mutlak serta akan memudahkan dalam melakukan pendekatan dan tindakan keperawatan kepada klien.

2. Membantu klien untuk melakukan mana yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan.

(37)

3. Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur

pengalaman emosi yang sangat kuat(misalnya latihan asertif, tekhnik relaksasi, menulis jurnal, distraksi).

4. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi sumber dari kemarahan.

5. Berikan model peran yang bisa mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.

6. Intruksikan penggunaan cara membuat pasien lebih tenang (misalnya waktu jeda dan nafas dalam).

7. Berikan obat-obat oral, dengan cara yang tepat.

3. Meningkatkan pengetahuan, membantu klien

meminimalkan tindakan kekerasan dan membantu klien lebih kooperatif.

4. Membantu klien untuk melakukan mana yang harus dilakukan dan tidak harus dilakukan.

5. Mampu membuat perasaan tenang dan nyaman saat marah muncul.

6. Membantu klien untuk mengontrol marah.

7. Membuat klien lebih tenang dan membantu untuk proses penyembuhan.

(38)

Hari/tanggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Rabu

25 Mei 2016

Gangguan Pola Tidur

Tujuan dan Kriteria Hasil:

Dalam 1x6 jam klien mampu menunjukkan Tidur. Dengan indikator skala 3 pada:

1. Jam tidur 2. Pola tidur 3. Kualitas tidur

4. Perasaan segar setelah tidur

Rencana Tindakan Rasional

NIC: Peningkatan Tidur Dengan aktivitas:

1. Tentukan efek dari obat yang dikomsumsi klien terhadap pola tidur.

2. Bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan.

3. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial.

4. Fasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien, dan benda yang familier seperti buku bacaan.

5. Bantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberiakn aktivitas yang membuat pasien terjaga.

6. Berikan tindakan kenyamanan seperti masase, pengaturan posisi.

1. Banyak obat-obatan yang justru mempengaruhi tidur klien.

2. Ketakutan merupakan hal yang memicu klien untuk tidak tidur

3. Meningkatkan pengetahuan sehingga pasien dapat

memenihi kebutuhan tidurnya.

4. Buku bacaan merupakan persiapan tidur yang cukup efektif.

5. Tidur disian hari justru menjadikan klien sulit tidur dimalam hari.

6. Memberikan kenyamanan mempermudah klien mencapai

(39)

kualitas tidur yang baik.

5. Pelaksanaan Keperawatan

Hari/tanggal No. Dx Implementasi

Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa

24 Mei 2016

Resiko Perilaku Kekerasan

Terhadap Orang

Lain

1. Membangun rasa percaya dan

hubungan yang dekat harmonis dengan pasien.

2. Batasi akses terhadap situasi yang

membuat frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan (kemarahan dengan cara adektif).

3. Memberikan

pendidikan mengenai metode untuk

mengatur

pengalaman emosi yang sangat kuat(misalnya latihan asertif, tekhnik relaksasi, menulis jurnal, distraksi).

S :

• Klien mengatakan ketika kawan satu

ruangannya bising ia akan marah dan

memukulnya .

• Klien mengatakan akan

membentak atau

memukul orang jika ada yg mengusiknya ketika marah atau kesal.

• Klien

(40)

untuk

mengidentifikasi sumber dari kemarahan.

5. Memberikan model peran yang bisa mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.

6. Mengintruksikan penggunaan cara membuat pasien lebih tenang

(misalnya waktu jeda dan nafas dalam) 7. Memberikan obat-

obat oral, dengan cara yang tepat.

mengatakan dengan marah-marah dan merusak barang- barang ia merasa puas.

• Klien mengatakan tidak nyaman denganapa yang dialaminya sekarang, karena setelah dia marah ataupun memukul orang dia menyesal, dan dia merasa orang akan

semakin takut dekat dengannya.

• Klien mengatakan masih ada perasaan

(41)

marah dan benci kepada seseorang dan

keluarganya.

O :

• Klien berinteraksi tetapi lebih sering menyendiri dan

termenung.

• Klien terlihat berbicara sendiri dan tiba-tiba merusak barang- barang.

• Marah- marah tanpa sebab

• Nada suara tinggi dan keras

• Gelisah dan tidak nyaman

• Pandangan tajam

(42)

Masalah teratasi sebagian

P :

Klien akan mampu menunjukkan menahan diri dari kemarahan dengan skala 3 pada

indikator bantu klien menggunakan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa marah yang tertahan dengan intervensi bantuan control marah.

Hari/tanggal No. Dx Implementasi

Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu

25 Mei 2016

Gangguan Pola Tidur

1. Mentukan efek dari obat yang dikomsumsi klien terhadap pola tidur.

2. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti ketakutan.

3. Menjelaskan

S :

• Klien

mengatakan sulit tidur dimalam hari karena klien sering

mendengarkan suara-suara yang mengganggunya dan

mengajaknya untuk

bercerita,bercak

(43)

pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial.

4. Memfasilitasi untuk

mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien, dan benda yang familier seperti buku bacaan.

5. Membantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan

memberiakn aktivitas yang membuat pasien terjaga.

6. Memberikan tindakan kenyamanan seperti masase, pengaturan posisi

ap-cakap sendiri.

Do:

• Klien tampak lemas

• Terlihat

lingkaran hitam dibawah mata

• Klien sering menguap saat diwawancarai

• Klien tampak tidak semangat untuk

melakukan aktivitas

• Konjungtiva merah A:

Masalah teratasi sebagian

P :

Klien akan mampu menunjukkan tidur dengan skala 3 pada indikator bantu pasien mengatur jam tidur dan kualitas tidur dengan intervensi peningkatan tidur.

(44)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. J dengan prioritas masalah kebutuhan Dasar Rasa Aman Pada Pasien Perilaku Kekerasan maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

3.1 Kesimpulan

1. Pada pengkajian tahap awal dari proses keperawatan ditemukan data yang menjadi fokus dalam kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan yaitu klien mengatakan merasa tidak nyaman dengan apa yg dialaminya sekarang, karena ia merasa seperti semua orang memusuhinya karena suka marah-marah dan memukul orang ketika ia sedang marah ataupun kesal, klien tampak gelisah. TD: 120/80mmHg, Temp:36,5oC, HR:80 x/menit, RR:22 x/menit.

2. Setiap masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. J dibuat suatu perencanaan untuk memecahkan masalah yang disusun sesuai dengan perencanaan dan prioritas masalah serta dengan sarana dan fasilitas yang tersedia dirumah sakit.

3. Implementasi yang dilakukan penulis pada Tn. J sesuai dengan rencana tindakan yang sudah disusun sebelumnya dan disesuaikan sarana fasilitas yang ada dirumah sakit.

3.2 Saran

Setelah membahas dan memperlihatkan masalah-masalah yang dihadapi didalam perawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Institusi Pendidikan

(45)

Diharapkan kepada pihak institusi pendidikan agar dapat menyediakan dan menambah refrensi terbaru, terutama mengenai buku-buku keperawatan jiwa untuk memberikan asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan rasa aman pada perilaku kekerasan.

2. Bagi Rumah sakit

Diharapkan kepada RS Jiwa Daerah Provsu hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan klien untuk proses penyembuhan, serta perawat lebih memperhatikan pemberian implementasi dengan masalah kebutuhan dasar pasien.

3. Bagi keluarga

Diharapkan kepada pihak keluarga klien agar selalu menemani dan mendampingi klien untuk memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penyembuhan klien, dan perlunya keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam memperbaiki kesehatan keluarga yang menderita gangguan jiwa, terutama dalam hal penggunaan dan pemanfaatan obat terhadap klien.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2005). Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta : EGC.

Bulechek (2016).Nursing Interventions Clasification.Edisi 6. Indonesia.

Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).

Herdman, T. H (2012).NANDA Internasional Nursing Diagnoses : Defenitions and Classifications, 2012-2014. Oxford : Wilay-Blackwell.

Moorhead (2016).Nursing Outcomes Classification.Edisi 6. Indonesia.

Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).

Mubarak. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC(2007).

Potter&Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.Jakarta : EGC

Purba (2011).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa.Medan : USU Press.

Riyadi, Sujono (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1999).Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).Edisi 3.Jakarta : EGC.

Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.

Wartonah, Tarwoto (2006).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi IV.Jakarta: Salemba Medika

(47)

LAMPIRAN CATATAT PERKEMBANGAN

Hari/tanggal No. Dx Implementasi

Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa

24 Mei 2016

Perilaku kekerasan

8. Membangun rasa percaya dan

hubungan yang dekat harmonis dengan pasien.

9. Batasi akses terhadap situasi yang membuat frustasi sampai pasien dapat mengekspresikan (kemarahan dengan cara adektif).

10. Memberikan

pendidikan mengenai metode untuk

mengatur

pengalaman emosi yang sangat

kuat(misalnya latihan asertif, tekhnik relaksasi, menulis jurnal, distraksi).

11. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi sumber dari kemarahan.

12. Memberikan model

S :

Klien mengatakan mulai nyaman dan merasa tenang dengan keadaannya sekarang

O :

Klien tampak kelihatan mulai baik berbicara tanpa ada rasa ingin marah-marah

A :

Masalahteratasi sebagian

P :

Dalam 1 x 6 jam klien mampu menunjukkan menahan diri darikemarahan dengan indikator skala 3, rencana tindakan

selanjutnya, bantu

(48)

peran yang bisa mengekspresikan marah dengan cara yang tepat.

13. Mengintruksikan penggunaan cara membuat pasien lebih tenang (misalnya waktu jeda dan nafas dalam)

14. Memberikan obat- obat oral, dengan cara yang tepat.

pasien

menggunakan aktivitas fisik untuk mengurangi rasa marah yang tertahan.

Hari/tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Rabu

25 Mei 2016

Deprivasi Tidur

7. Mentukan efek dari obat yang

dikomsumsi klien terhadap pola tidur.

8. Membantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurang tidur, seperti

ketakutan.

9. Menjelaskan

pentingnya tidur yang adekuat selama sakit dan stress psikososial.

S :

Klien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan tenang diatas pukul 22.00 malam.

O :

Klien tampak jarang menguap ketika sedang diwawancarai

A :

Masalahteratasi

(49)

10. Memfasilitasi untuk mempertahankan rutinitas waktu tidur pasien, dan benda yang familier seperti buku bacaan.

11. Membantu pasien untuk membatasi tidur di siang hari dengan memberiakn aktivitas yang membuat pasien terjaga.

12. Memberikan tindakan kenyamanan seperti masase, pengaturan posisi

sebagian P :

Dalam 1 x 6 jam klien mampu menunjukkan tidur dengan indikator skala 3, rencana tindakan

selanjutnya bantu pasien mengatur jam tidur dan kualitas tidur.

(50)

Referensi

Dokumen terkait

Metode analisis data yang berbeda dari penelitian sebelumnya juga dapat menjadi penyebab perbedaan hasil penelitian dalam menentukan faktor yang paling dominan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas dan pola nafas tidak efektif pada pasien gagal ginjal kronik

personal, pengendalian risiko, dan lingkungan rumah yang aman. Kriteria hasil: Memantau faktor risiko perilaku individu dan lingkungan, mengembangkan strategi pengendalian risiko

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Diploma DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada pasien dengan peningkatan

Orang tua siswa datang ke sekolah untuk mengambil tugas siswa selama satu minggu (siswa tidak memiliki koneksi internet)3. Guru menghantarkan tugas ke rumah siswa (siswa yang

mempertahankan klien dengan kesejajaran tubuh tetap. Untuk memulihkan pengawasan keefektifitan intervensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan luka insisi fess ditandai degan pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri dihidung, intensitas nyeri sedang skala