• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan. Oleh. Aulia Rahmah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karya Tulis Ilmiah (KTI) Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan. Oleh. Aulia Rahmah PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kelebihan Cairan dan Elektrolit pada Kasus Gagal Ginjal Kronik di Ruang Asoka II

RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh Aulia Rahmah

132500144

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2016

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyeselaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Prioritas Masalah Kelebihan Cairan dan Elektrolit dengan Kasus Gagal ginjal kronik di Ruang Asoka II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”, yang merupakan salah satu untuk menyelesaikan program Diploma III Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak hal yang penulis dapatkan dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman, dan semua itu berkat bimbingan dan dukungan pihak-pihak tertentu yang sudah membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.Penulis menyadari bahwa masih banyak hal yang harus dilengkapi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna dijadikan sebagai pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Cholina T. Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep. Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

5. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua prodi DIII Fakultas ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep, WOC(ET)N selaku dosen pembimbing yang

telah membimbing penulis dengan sabar, dan memberikan waktunya

(5)

kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat selesai tepat waktu.

7. Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNS selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar menguji dan membimbing penulis.

8. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada Orang tua saya, yang sudah banyak memberikan motivasi, dukungan, semangat, perhatian dan kasih sayang, serta mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik.

10. Kepada saudara saya, Hamdani, Sonya, dan Mughni yang selalu mendukung, mendoakan dan menyemangati penulis.

11. Kepada Sahabat saya, Surya Windi Mulia, Indah Nurmala, Dita Anggraini, Mina Vellayaty yang selalu menyemangati, mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan karya tulis.

12. Kepada Sahabat saya, Nurliati Sari Rambe, Devita Nurmalia, Eka trisnawati, Junes Lase, Ratna Nurdila dan Selvi Lestari yang sudah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

13. Kepada teman satu bimbingan saya, Nurliati Sari Rambe dan Tiolina boyna sitorus yang sudah memberikan dukungan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Medan, 29 Juni 2016 Hormat Saya

Aulia Rahmah

(6)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan…... i

Lembar Orisinalitas…... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

C. Manfaat ... 3

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 4

A. Konsep dasar asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan cairan dan elektrolit ... 4

1. Pengkajian ... 13

2. Analisa Data… ... …... 14

3. Rumusan Masalah ... 15

4. Perencanaan keperawatan ... 19

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 21

1. Pengkajian ... 21

2. Analisa Data ... 28

3. Rumusan Masalah ... 32

4. Perencanaan keperawatan ... 33

5. Implementasi Keperawatan ... 38

6. Evaluasi Keperawatan ... 38

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... ... …. 46 LAMPIRAN

Lampiran 1 : Catatan Perkembangan

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan dan kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006).Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan, asam basa dan elektrolit di dalam tubuh.Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran cairan dan elektrolit, serta pengaturan komponen- komponen tersebut oleh sistem renal dan paru (Potter & Perry, 2005).Dalam kebutuhan cairan dan elektrolit memerlukan air.Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang terbesar didalam sel maupun diluar sel (Tarwoto & Wartonah, 2010).Air adalah konstituen terbanyak di tubuh, membentuk sekitar 50% berat tubuh pada perempuan dan 60% pada laki-laki.Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan dalam proporsi relative jaringan lemak laki-laki dan perempuan.

Air tubuh total terdistribusi ke dua kompartemen utama: 55-75% di dalam sel (cairan intraselular, CIS) dan 25-45% di luar sel(cairan ekstraselular, CES).

CES dibagi lagi menjadi kompartemen intravaskuler (cairan plasma) dan estravasikular (interstisium) dengan perbandingan 1:3 (Larry & Joseph, 2010).

Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal progresif yang irreversible ketika ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan metabolik, cairan dan elektrolit yang menyebabkan terjadinya uremia dan azotemia (Smeltzer & Bare, 2004). CKD disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti glomerolunefritis akut; gagal ginjal akut; penyakit ginjal polikistik; obstruksi saluran kemih; pielonefritis;

nefrotoksin; dan penyakit iskemik, seperti diabetes mellitus, hipertensi, lupus eritematosus, poliartritis, penyakit sel sabit, serta amiloidosis (Black &

Hawks, 2005).

(8)

Kelebihan volume cairan pada pasien Chronic Kidney Disease terjadi karena adanya infeksi atau penyakit vaskuler, peradangan, penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obstruksi, dan gangguan kongenital menyebabkan kerusakan nefron ginjal sehingga terjadi hipertripi nefron. Keadaan ini mengakibatkan penurunan cadangan ginjal, insufisiensi renal, sehingga merubah adanya sistem yaitu sistem cardiovaskuler.Apabila sistem cardiovaskuler rusak.Akan meningkatkan kerja ginjal, dan produksi rennin berlebih, dan sistem pengaturan tekanan darah tidak dapat seperti semula sehingga terjadi hipertensi.Keadaan hipertensi menyebabkan asidosis metabolik, dan tekanan darah tinggi mnyebabkan oedema.Keadaan ini yang menyebabkan seorang yang mempunyai gagal ginjal mempenyai masalah kelebihan volume cairan. Dampak apabila kelebihan volume cairan tidak teratasi akan mengalami oedeme, badan terasa lemas, aktivitas terganggu dan sesak nafas (Bayhakki, 2012)

Diperkirakan dari data survey populasi bahwa paling sedikit 6% dari populasi dewasa di amerika serikat mengidap penyakit gagal ginjal kronik stadium 1 dan 2. Sebagian dari kelompok ini akan berlanjut ke stadim-stadium PGK yang lebih berat. Sebanyak 4,5% dari populasi AS diperkirakan mengidap PGK stadium 3 dan 4. Pada tahun 2005 prevalensi gagal ginjal kronik di Amerika Serikat terdapat 485.012 jumlah penduduk.Hal ini diikuti dengan jumlah penduduk yang menjalani terapi dipusat hemodialisis terdapat 312.057 penduduk.Berdasarkan data pada Departemen Kesehatan pada tahun 2006, penyakit gagal ginjal menduduki no 4 angka penyebab kematian di rumah sakit Indonesia (Larry & Joseph, 2010).

Oleh karena angka kejadian gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam praktek klinik, maka perlu adanya suatu pemahaman yang lebih baik.

Dengan pemahaman ini, akan memudahkan dalam hal penentuan diagnosis

yang cepat, tepat dan akurat, sehingga terapi dan penatalaksanaan dapat

diberikan dengan cepat dan akurat pula. Berdasarkan data diatas maka penulis

tertarik melakukan asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan dasar cairan

dan elektrolit pada pasien gagal ginjal khususnya Ny. S di Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Kota Medan.

(9)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;

c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;

d. Mampu melakukan rencana tindakan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit;

e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit

C. Manfaat

1. Bagi Pasien

Untuk memperoleh pengetahuan tentang cara merawat dan memenuhi kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.

2. Bagi Praktik Keperawatan

Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar: Cairan dan Elektrolit.

3. Bagi Pendidikan Tinggi Keperawatan

Menjadi informasi dan laporan bagi institusi pendidikan bahwa penulis

telah melaksanakan dan menyelesaikan tugas akhir sebagai salah satu

syarat untuk meyelesaikan studinya.

(10)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep dasar asuhan keperawatan dengan masalah kebutuhan cairan dan elektrolit

1. Definisi

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto & Wartonah, 2006). Cairan yang bersikulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral dan sel. Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau pelarutlain, akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik (Potter & Perry, 2006).

2. Volume dan distribusi cairan tubuh a. Volume cairan tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria.Usia juga berpengaruh terhadap TBW di mana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebgai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70- 80% dari BB, usia satu tahun 60% dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47%, sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46% dari BB (Tarwoto

& Wartonah, 2006).

(11)

b. Distribusi cairan

Cairan tubuh didistribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40%

dari BB, sedangkan cairan ekstraseluler 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan di sekitar tubuh seperti limfe) 10-15% dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan dalam peritoneum, cairan dalam rongga mata dan lain-lain) 1-3% (Tarwoto & Wartonah, 2006).

3. Fungsi cairan

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), ada beberapa fungsi cairan yaitu :

a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh.

b. Transpor nutrien ke sel.

c. Transpor hasil sisa metabolisme d. Transpor hormon.

e. Pelumas antar-organ.

f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.

4. Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan.Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makann.Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari.Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml (Tarwoto &

Wartonah, 2006).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

Status cairan, elektrolit dan sam basa bukan berada dalam keadaan

statis atau dlam kesatuan fisiologis yang tunggal.Banyak variabel dapat

(12)

mengubah distribusi cairan dan elektrolit tubuh. Faktor utama yang dapat mempengaruhi status normal cairan, elektrolit dan asam basa meliputi usia, ukuran tubuh, suhu lingkungan dan gaya hidup (Potter & Perry, 2006).

a. Usia

Usia mempengaruhi distribusi cairan tubuh dan elektrolit. Ditemukan perbedaan yang besar pada bayi dan lansi adari hasil observasi.Perubahan cairan dan elektrolit terjadi secara normal seiring dengan perubahan perkembangan seseorang.Namun jika disertai suatu penyakit, klien mungkin tidak mampu untuk beradaptasi secara adekuat terhadap perubahan tersebut. Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan perkembangan.

Bayi

Total proporsi air dalm tubuh bayi lebih besar daripada total proporsi air dalam tubuh anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Namun, walaupun bayi memiliki proporsi tubuh lebih besar, mereka tidak terlindung dari kehilangan cairan (mis.,akibat diare) karena mereka setiap hari mengkonsumsi dan mengekskresi volume air dalam jumlah yang relatif besar daripada orang dewasa (Welly, 1992 dalam Potter & Perry, 2006).

Anak-anak

Pada penyakit di masa kanak-kanak, respons pengaturan dan kompensasi

mereka terhadap ketidakseimbangan menjadi kurang stabil dan dalam

perubahan keseimbangan yang besar, anak-anak tersebut cenderung

berespons dalam rentang yang lebih sempit dengan toleransi yang

rendah.Seringkali respons anak-anak terhadap penyakit adalah mereka

menjadi demam dengan suhu yang lebih tinggi atau dengan durasi demam

yang lebih lama daripada orang dewasa. Pada usia berapa pun, demam di

(13)

masa kanak-kanak dapat meningkatkan kecepatan kehilangan air yang tidak dirasakan.

Remaja

Pada masa remaja, perubahan utama dalam proses anatomis dan fisiologis berlangsung dengan cepat. Peningkatan kecepatan pertumbuhan akan meningkatkan proses metabolik dan akibatnya sejumlah air dihasilkan sebagai produk akhir metabolism. Perubahan keseimbangan cairan pada remaja permpuan lebih besar karena adanya perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi.

Lansia

Resiko klien lansia untuk mengalami ketidakseimbangan cairan dan elektrolit mungkin berhubungan dekat dengan penurunan fungsi ginjal dan ketidakmampuan untuk mengonsentrasikan urine.Klien lansia yang mungkin mengalami penyakit kronik, seperti diabetes mellitus, gangguan kardiovaskuler atau kanker dapat merusak keseimbangan cairan.

b. Ukuran tubuh

Ukuran dan komposisi tubuh berpengaruh pada jumlah total air dalam tubuh.Lemak tidak mengandung air, karena itu klien yang gemuk (obese) memiliki proporsi air tubuh yang lebih sedikit.Wanita memiliki lebih banyak cadangan lemak di dalam payudara dan paha mereka dari pada pria. Akibatnya, jumlah total air tubuh pada wanita lebih kecil daripada pria walaupun usia mereka sama.

c. Temperatur lingkungan

Tubuh berespons terhadap temperatur lingkungan yang berlebihan,

dalam bentuk perubahan cairan. Tubuh meningktakan vasodilatasi perifer,

yang memungkinkan lebih banyak darah memasuki permukaan tubuh yang

sudah menjadi dingin. Berkeringat akan meningkatkan kehilangan cairan

tubuh, yang menyebabkan kehilangan ion natrium dan klorida. Apabila

temperatur di sekitar kita meningkat sampai di atas 32,2 C atau jika suhu

(14)

tubuh diatas 38,3 C, keringat akan banyak keluar . Hal ini bertujuan untuk mendinginkan dara perifer untuk mengurangi suhu tubuh (Metheny, 1996 dalam Potter & Perry, 2006).

d. Gaya hidup

Gaya hidup dapat memberi pengaruh tidak langsung pada kesimbangan cairan, elektrolit dan asam-basa. Kebiasaan yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan meliputi diet, stress dan olahraga.

6. Mekanisme pergerakan cairan tubuh

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu :

a. Difusi

Merupakan proses di mana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampa terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran sel.

Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur.

b. Osmosis

Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membrane semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang bersifat menarik.

c. Transpor aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.

7. Pengaturan Keseimbangan Cairan

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), pengaturan keseimbangan cairan dapat dilakukan melalui mekanisme tubuh. Mekanisme tubuh tersebut adalah sebagai berikut:

a. Rasa dahaga

(15)

Mekanisme rasa dahaga yang dialami setiap individu adalah sebagai berikut:

1. Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.

2. Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

b. Anti-diuretik hormon (ADH)

ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis posterior.Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel.Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.

c. Aldosteron

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan konsentrasi kalium , natrium serum, dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

8. Cara Pengeluaran Cairan

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:

a. Ginjal

Ginjal merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang

menerima 170 liter darah untuk disaring setiap hari.Hasil penyaringan

ginjal tersebut dikeluarkan dalam bentuk urine. Produksi urine untuk

semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1500

ml/hari.Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH

dan aldosteron.

(16)

b. Kulit

Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas kelenjar keringat.Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Hilangnya cairan melalui kulit disebut juga dengan Isensible Water Loss (IWL), yaitu sekitar 15-20 ml/24 jam.

c. Paru-paru

Paru-paru menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari.Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal

Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal (melalui feses) setiap hari sekitar 100-200 ml. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg BB/24 jam, dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celsius.

9. Masalah Keseimbangan Cairan

Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), masalah keseimbangan cairan terdiri dari dua bagian yaitu:

a. Hipovolemik

Hipovolemik adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan

ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui

kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok

hipovolemik.Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah

peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,

kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon

ADH dan aldosteron.Hipovolemik yang berlangsung lama dapat

menimbulkan gagal ginjal akut. Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia,

mual muntah, rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri,

penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit

menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda-tanda

(17)

penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata.Pada pasien syok tampak pucat, HR cepat dan halus, hipotensi, dan oliguri.

b. Hipervolemik

Hipervolemik adalah penambahan/kelebihan volume CES, dapat terjadi pada saat stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air, fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air, kelebihan pemberian cairan, dan perpindahan cairan dari interstisial ke plasma. Gejala yang mungkin terjadi adalah sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher, dan irama gallop.

10. Masalah ketidakseimbangan elektrolit

Menurut Asmadi (2012), masalah ketidakseimbangan elektrolit adalah sebagai berikut:

a. Natrium/Sodium

Natrium merupakan kation penting dalam ekstraseluler di mana jumlah cairan ekstraseluler dikontrol oleh jumlah natrium yang terdapatdi dalamnya. Natrium sebagian besar direabsorbsi dari tubulus renalis,yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh. Natrium diekskresikan dalam bentuk keringat.Oleh karena itu, natrium banyak yang terbuang bila banyak keringat yang keluar, sehingga kebutuhan natrium menjadi lebih besar.

1. Defisit natrium (hiponatremia)

Konsentrasi normal dari natrium dalam tubuh sekitar 138-145 mEq/L.

Bila natrium hilang dari cairan tubuh, maka cairan menjadi

hipotonis.Kehilangan natrium dari kompartemen intravaskuler dapat

menyebabkan cairan dari darah berdifusi ke ruang interstitial.akibatnya

natrium di interstitial dicairkan.Kehilangan natrium dapat terjadi pada orag

yang berkeringat berlebihan karena suhu lingkungan, demam, olahraga,

muntah, diare, pengeluaran cairan melaui saluran gastrointestinal dan

sebagainya.

(18)

2. Kelebihan natrium (hipernatremia)

Natrium dalam serum lebih dari 145 mEq/L disebut dengan hipernatremia. Hipernatremia terjadi karena tubuh lebih banyak kehilangan air daripada natrium, kebanyakan intake natrium, terlalu banyak makan tablet garam, dan infuse NaCl yang terlalu cepat.

b. Kalium/Potasium

1. Defisit kalium (hipokalemia)

Bila kadar kalium dalam serum kurang dari 3,5 mEq/L dikenal sebagai hipokalemia. Penyebabnya kekurangan kalium anatarlain: intake kalium yang kurang, peningkatan aktivitas, kehilangan akibat diuretik dan sebagainya.

2. Kelebihan kalium (hiperkalemia)

Kadar kalium dalam serum lebih dari 5,0 mEq/L disebut hiperkalemia. Penyebabnya antara lain: intake kalium yang berlebihan, gagal ginjal, insufisiensi ginjal, kalium masuk ke aliran darah dari sel-sel yang cedera/trauma berat, dan asidosis metabolik.

c. Kalsium

1. Defisit kalsium (hipokalsemia)

Penyebabnya antara lain diet kurang kalsium, difesiensi hormone paratiroid atau vitamin D, penyakit pancreas, dan sebagainya.

2. Kelebihan kalsium (hiperkalsemia)

Hiperkalsemia dapat terjadi akibat kalsium keluar dari tulang dan menjadi pekat dalam cairan ekstraseluler, immobilisasi, kanker tulang metastase, diet dan penyebab lainnya.

d. Magnesium

1. Defisit magnesium (hipomagnesemia)

Hipomagnesemia dapat terjadi akibat absorbs yang terganggu dari saluran gastrointerstinal, banyak keilangan magnesium melalui ginjal, atau dapat pula disebabkan karena malnutrisi yang lama.

2. Kelebihan magnesium (hipermagnesemia

Penyebab hipermagnesemia di antaranya karena gagal ginjal, diabetes

ketoasidosis dengan banyak kehilangan cairan.

(19)

1. Pengkajian

Untuk mengidentifikasi masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit serta mengumpulkan data guna menyusun suatu rencana keperawatan, perawat perlu melakukan pengkajian keperawatan. Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), hal-hal yang perlu di kaji adalah sebagai berikut:

1. Riwayat kesehatan

a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral) b. Tanda umum masalah elektrolit

c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan

d. Proses penyakit yang menyebabkan ganggguan homestasis cairan dan elektrolit.

e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan.

f. Status perkembangan seperti usia atau situasi social

g. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.

2. Pengaturan klinik a. Berat badan

Kehilangan/bertambahnya berat badan meunjukkan adanya masalah keseimbangan cairan.

± 2% : ringan

± 5% : sedang

± 10% : berat

Pengkuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.

b. Keadaan umum

a) Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi dan pernafasan.

b) Tingkat kesadaran.

c. Pengukuran pemasukan cairan a) Cairan oral: NGT dan oral.

b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV

(20)

c) Makanan yang cenderung mengandung air d) Irigasi kateter atau NGT

d. Pengukuran pengeluaran cairan

a) Urine: volume, kejernihan/kepekatan b) Feses: jumlah dan konsistensi

c) Muntah d) Tube drainase e) IWL

e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar ± 200 cc.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:

a. Integumen: Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan sensasi rasa.

b. Kardiovaskuler: Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi jantung.

c. Mata: Cekung, air mata kering.

d. Neurologi: Refleks, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.

e. Gastrointestinal: Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah- muntah, dan bising usus.

4. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, PH, berat jenis urin, dan analisa gas darah.

2. Analisa data

Langkah kedua dalam proses adalah mengonversi data informasi.

Tujuannya adalah untuk membantu kita mempertimbangkan data apa yang kita kumpulkan dalam pengkajian skrining mungkin berarti, atau untuk membantu mengidentifikasi data tambahan yang perlu dikumpulkan (NANDA, 2015-2017). Perawat mengumpulkan dan mendokumentasikan dua jenis data yang berhubungan dengan pasien: data subjektif dan objektif.

Sementara dokter menilai data objektif dan subjektif untuk diagonis medis,

perawat menilai kedua jenis data untuk diagnosis keperawatan (Gordon, dalam

(21)

NANDA, 2015-2017). Data subjektif berasal dari laporan lisan pasien mengenai persepsi dan pemikiran tentang kesehatannya, kehidupan sehari- hari, kenyamanan, hubungan dan sebagainya. Data objektif adalah hal-hal yang perawat amati tentang pasien.Data objektif yang dikumpulkan melalui pemeriksaan fisik dan hasil tes diagnostik (NANDA 2015-2017).

Menurut Wilkinson (2006), analisa data dari diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan dibagi menjadi data subjektif dan data objektif antara lain:

a. Data subjektif

Ansietas, Dispnea atau bernafas dangkal dan gelisah.

b. Data objektif

Suara nafas tidak normal (rale atau crackle), perubahan elektrolit, anasarka (edema seluruh tubuh), ansietas, azotemia, perubahan tekanan darah, perubahan status mental, perubahan pola respirasi, penurunan haemoglobin dan hematokrit, edema, peningkatan tekanan vena sentral, asupan melebihi haluaran, distensi vena jugularis, oliguria, ortopnea, efusi pleura, reflex hepatojugular positif, kongesti paru, gelisah, bunyi jantung S3, perubahan berat jenis, dan pertambahan berat badan dalam periode singkat.

3. Rumusan masalah

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut diagnosa keperawatan NANDA, ada beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin dapat muncul pada pasien yang mengalami masalah pada Domain ke-2 kelas 5, yaitu:

a. Resiko ketidakseimbangan elektrolit

Defenisi: kerentanan mengalami perubahan kadar elektrolit serum yang dapat mengganggu kesehatan.

Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko ketidakseimbangan elektrolit:

a) Diare

b) Disfungsi ginjal

(22)

c) Disfungsi pengaturan endokrin (mis., intoleransi glukosa, peningkatan insulin growth factor 1 [IGF-1], androgen, dehydroepiandrosterone [DHEA], dan kortisol

d) Gangguan mekanisme pengaturan e) Kekurangan volume cairan f) Muntah

g) Program pengobatan

b. Kesiapan meningkatkan keseimbangan elektrolit

Defenisi: suatu pola keseimbagan di antara volume cairan dan komposisi kimiawi cairan tubuh, yang dapat ditingkatkan.

Didapatkan data yang mendukung yang dapat memperkuat dalam mengakkan diagnosa kesiapan meningkatkan kesimbangan elektrolit:

a) Pasien menyatakan keinginan untuk meningkatkan keseimbangan cairan.

c. Kekurangan volume cairan

Defenisi: penurunan cairan intravascular, interstitial dan/atau intraselular.

Mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan diagnosa kekurangan volume cairan:

a) Haus b) Kelemahan c) Kulit kering

d) Membran mukosa kering e) Peningkatan frekuensi nadi f) Peningkatan hematokrit g) Peningkatan konsentrasi urine h) Peningkatan suhu tubuh

i) Penurunan berat badan tiba-tiba

j) Penurunan haluaran urine

k) Penurunan pengisian vena

l) Penurunan tekanan nadi

(23)

m) Penurunan tekanan darah n) Penurunan turgor kulit o) Penurunan turgor lidah p) Penurunan volume nadi q) Perubahan status mental d. Resiko kekurangan volume cairan

Defenisi: kerentanan mengalami penurunan volume cairan intravaslular, interstitial, dan/atau intraselular yang dapat mengganggu kesehatan.

Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko kekurangan volme cairan:

a) Agens farmaseutikal b) Barier kelebihan cairan c) Berat badan ekstrem

d) Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan e) Gangguan mekanisme regulasi

f) Kehilangan cairan melalui rute normal g) Kehilangan volume cairan aktif

h) Kurang pengetahuan tentang kebutuhan cairan i) Penyimpangan yang memengaruhi asupan cairan j) Penyimpangan yang memengaruhi kelebihan cairan k) Usia ekstrem

e. Kelebihan volume cairan

Defenisi: peningkatan retensi cairan isotonic.

Beberapa data yang mendukung untuk menguatkan dalam menegakkan diagnosa kelebihan volume cairan:

a) Ada bunyi jantung S3 b) Anasarka

c) Ansietas

d) Asupan melebihi haluaran e) Azotemia

f) Bunyi nafas tambahan

g) Dispnea

(24)

h) Dispnea nocturnal paroksismal i) Distensi vena jugularis

j) Edema k) Efusi pleura

l) Gangguan pola nafas m) Gangguan tekanan darah n) Gelisah

o) Hepatomegali

p) Ketidakseimbangan elektrolit q) Kongesti pulmonal

r) Oliguria s) Ortopnea

t) Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat u) Peningkatan tekanan vena sentral

v) Penurunan hematokrit w) Penurunan hemoglobin x) Perubahan berat jenis urine y) Perubahan status mental

z) Perubahan tekanan arteri pulmonal Penyebab dari kelebihan volume cairan:

a) Gangguan mekanisme regulasi b) Kelebihan asupan cairan c) Kelebihan asupan natrium

f. Risiko ketidakseimbangan volume cairan

Defenisi: kerentanan terhadap penurunan, peningktan, atau pergeseran cepat cairan intravascular, interstitial, dan/atau intraseluler lain, yang dapat megganggu kesehatan. Ini mengacu pada kehilangan, penambahn cairan tubuh, atau keduanya.

Faktor yang menentukan/determinan (peningkat resiko) dari resiko ketidakseimbangan volume cairan:

a) Asites

b) Berkeringat

(25)

c) Luka bakar

d) Obstruksi intestinal e) Pancreatitis

f) Program pengobatan g) Sepsis

h) Trauma

4. Perencanaan

Diagnosis keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang diharapkan dari perawatan dan merencanakan tindakan keperawatan yang spesifk secara berurutan.Kriteria hasil keperawatan mengacu pada perilaku yang terukur atau persepsi yang ditunjukkan oleh seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas yang responsif terhadap tindakan keperawatan (NANDA, 2015-2017).

Pada klien yang memiliki riwayat gagal ginjal kronik dapat mengalami masalah kelebihan volume cairan.Masalah tersebut sering berhubungan dengan kelebihan asupan cairan dan kelebihan asupan natrium.Perawat perlu memberikan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kebihan volume cairan. Beberapa intervensi yang dapat diterapkan untuk membantu klien dalam mengatasi masalah kelebihan volume cairan:

Tujuan: pasien akan menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet.

Kriteria hasil:

Fungsi ginjal yang adekuat Intervensi:

1. Tentukan lokasi dan derajat edema perifer, sakral, dan perorbital pada skala 1+ sampai 4+

2. Kaji komplikasi pulmonal atau kardiovaskuler yang diindikasikan dengan

peningktan tanda gawat nafas, peningkatan frekuensi nadi, peningkatan

tanda gawat nafas, peningkatan tekanan darah, bunyi jantung tidak normal,

atau suara nafas tidak normal

(26)

3. Kaji ekstremitas atau bagian tubuh yang edema terhadap gangguan sirkulasi dan intergitas kulit

4. Pantau secara teratur lingkar abdomen atau ekstremitas 5. Manajemen cairan(NIC)

Timbang berat badan setiap hari dan pantau kecenderungannya Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang adekuat

Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN, penurunan hematokrit dan peningkatan osmolalitas urine).

6. Ajarkan pasien tentang penyebab dan cara mengatasi edema; pembatsan diet; dan penggunaan, dosis dan efek samping obat yang diprogramkan 7. Lakukan dialisis, jika diindikasikan

8. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan primer mengenai penggunaan stoking antiemboli atau balutan Ace

9. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diet dengan kandungan protein yang adekuat dan pembatasan natrium

10. Konsultasikan dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan volume cairan menetap atau memburuk

11. Kolaborasi dalam pemberian diuretik 12. Ubah posisi setiap

13. Tinggikan ekstremitas untuk meningkatkan aliran balik vena

14. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan pasien

15. Distribusikan asupan cairan selama 24 jam, jika perlu.

(27)

B. Asuhan keperawatan pada Ny.s dengan Gagal ginjal kronik

1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

I. Biodata Identitas Pasien

Nama : Ny. S

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 60 Tahun

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Suka Damai, Medan Tanggal Masuk RS : 25-Mei-2016

No. Registier : 00.99.75.48

Ruangan/kamar : Ruang Asoka II/ P.D Wanita Golongan Darah : -

Tanggal Pengkajian : 02-Juni-2016 Tanggal Operasi : -

Diagnosa Medis : CKD Stage V II. Keluhan Utama

Pasien mengeluh tangan kanannya bengkak, sering merasa haus, BAK 2-3x/hari, dan nyeri di sekitar pinggangnya.

III. Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya

(28)

Pasien mengatakan sering mengalami sakit dibagian pinggang karena kurang minum.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan Pasien berbaring di tempat tidur B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan

Pasien mengeluh sakit seperti kram pada daerah perut.

2. Bagaimana dilihat

Pasien terbaring lemas ditempat tidur sambil memegang pinggangnya karena merasa sakit.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Pasien mengeluh sakit pada pinggangnya.

2. Apakah menyebar

Menyebar sampai ke perut.

D. Severity

Akibat penyakitnya pasien sering merasa haus dan BAK 2-3x/hari.

E. Time

Nyeri sering timbul pada saat pasien melakukan aktivitas.

IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami

Hipertensi dan gastritis

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan Berobat ke dokter

C. Pernah dirawat/dioperasi Tidak pernah

D. Lama dirawat Tidak ada E. Alergi

Tidak ada alergi obat, makanan dan minuman.

(29)

V. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang tua

Ibu memiliki riwayat penyakit gagal ginjal kronik B. Saudara kandung

Tidak ada riwayat penyakit keturunan C. Penyakit keturunan yang ada

Tidak ada penyakit keturunan

D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa E. Anggota keluarga yang meninggal

Ny.M (Ibu Ny.S)

F. Penyebab meninggalnya Penyakit gagal ginjal kronik VI. Riwayat Obstetrik

G: 3 P: 3 A: -

VII. Riwayat Keadaan Psikososial

A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Paien mengatakan penyakit yang di deritanya berasal dari tuhan dan pasien hanya bisa menerimanya.

B. Konsep Diri

- Gambaran diri : Ny.A mengatakan menyukai tubuhnya - Ideal diri : Ny.A mengatakan agar cepat sembuh - Harga diri :Ny.A mengatakan bahagia akan

hidupnya.

- Peran diri : Ny.A berperan sebagai istri dan ibu - Identitas : Ny.A seorang ibu rumah tangga C. Keadaan Emosi

Keadaan emosional klien baik D. Hubungan sosial

- Orang yang berarti : Anak

- Hubungan dengan keluarga :Baik

- Hubungan dengan orang lain :Baik

(30)

- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Tidak ada E. Spiritual

- Nilai dan keyakinan : Pasien beragama islam

- Kegiatan ibadah :Kegiatan ibadah pasien adalah sholat dan mengaji.

VIII. Status Mental

Tidak ada kelainan status mental, penampilan Ny.A tidak rapi, afek; sesuai, interaksi selama wawancara; kooperatif, dan memori;

tidak ada gangguan daya ingat.

IX.Pemeriksaan Fisik A. Keadaan umum

Pasien terlihat lemas, pucat dan mengeluh sakit.

B. Tanda-tanda Vital

- Suhu tubuh : 38,7

o

C

- Tekanan darah : 160/90 mmHg

- Nadi : 100 x/menit

- Pernafasan : 30 x/menit - Skala nyeri : 3 (0-10)

- TB : 160 cm

- BB : 47 kg

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut

- Bentuk : Bentuk bulat - Ubun-ubun : Tidak ada benjolan - Kulit kepala : Tidak bersih Rambut

- Penyebaran dan keadaan rambut : Tumbuh tidak merata dan beruban

- Bau : Tidak ada bau khas

- Warna kulit : Pucat Wajah

- Warna kulit : Sawo matang

(31)

- Struktur wajah : Simetris Mata

- Kelengkapan dan kesimetrisan : Lengkap dan simetris - Kornea dan Iris : Tidak ada kelainan dan iris

berwarna cokelat serta

berbatas jelas.

Hidung

- Tulang Hidung dan posisi septum nasi : Simetris dan tepat di medial

- Lubang Hidung : Normal

- Cuping Hidung : Tidak ada

Telinga

- Bentuk telinga : Normal dan simetris - Ukuran telinga : Simetris kiri dan kanan - Lubang telinga : Paten dan normal

Mulut dan faring

- Keadaan bibir : Mukosa kering dan pucat - Keadaan Gusi dan Gigi : Caries gigi (+)

- Keadaan Lidah : Kurang bersih Leher

- Posisi Trachea : Normal

- Thyroid : Tidak ada pembesaran

- Suara :Normal

- Kelenjar Limfae : Tidak ada pembesaran - Vena Jugularis : Tidak ada distensi - Denyut nadi karotis : Teraba

Pemeriksaan Integumen

- Kebersihan : Tidak bersih

- Warna : Sawo matang

- Turgor : Tidak elastis

- Kelembaban : Kering

(32)

- Kelainan pada kulit :Kemerahan di tangan sebelah kiri dikarenakan terapi hemodialisis.

Pemeriksaan payudara dan ketiak

- Ukuran dan bentuk : Normal dan simetris - Warna payudara dan areola : Areola hitam

- Kondisis payudara dan putting : Bersih dan normal

- Produksi ASI : Tidak ada

- Aksilla dan clavicula : Tidak ada benjolan Pemeriksaan thoraks/dada

- Inspeksi thoraks : Normal

- Pernafasan : 30 x/menit

- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada Pemeriksaan Paru

- Palpasi getaran suara : Gerak dada normal

- Perkusi : Suara redup

- Auskultasi : Suara nafas ronchi Pemeriksaan Jantung

- Inspeksi : Tidak ada sianosis

- Palpasi : Pulsasi teraba

- Perkusi : Suara dullnes

- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan Pemeriksaan Abdomen

- Inspeksi : Normal dan datar

- Auskultasi : Tidak dilakukan

- Palpasi : Nyeri saat ditekan Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya

- Genitelia (rambut pubis,lubang uretra): Sudah ada rambut pubis dan normal

- Anus dan perineum : Normal Pemeriksaan musculoskeletal/ekstremitas

- Kesimetrisan otot : Simetris

(33)

- Edema : Edema terdapat di tangan sebelah kanan derajat +1 CRT >2 detik.

Pemeriksaan Neurologi

Pemeriksaan neurologi tidak dilakukan.

X. Pola Kebersihan Sehari-hari I. Pola Makan dan Minum

- Nyeri ulu hati : Tidak ada

- Alergi : Tidak ada alergi

- Mual dan Muntah : Ada mual dan muntah - Jumlah dan jenis makanan : Nasi dan ikan

- Waktu pemberian cairan/minum : Pagi jam 07:00, siang jam 14:00, malam jam 20:00 - Masalah makanan dan minum :Tidak nafsu makan dan berat badan menurun.

II. Perawatan diri/Personal hygiene

- Kebersihan tubuh : Tubuh pasien kurang bersih - Kebersihan gigi dan mulut : Terdapat caries gigi

- Pemeliharaan kuku : Kuku panjang dan kotor III. Pola kegiatan/Aktivitas

Aktivitas klien seperti mandi, makan, berhias dan ibadah dilakukan secara sebagian dengan dibantu oleh suaminya.

IV. Pola Eliminasi 1. BAB

- Pola BAB : 1 x/hari

- Karakter feses : Kuning, lunak, berbau khas - Riwayat pendarahan : Tidak ada

- Diare : Tidak ada diare

- Penggunaan Laktasif : Tidak pernah 2. BAK

- Pola BAK : 2-3 x/hari

- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK: Sulit BAK

(34)

- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih: Gagal ginjal - Penggunaan diuretik : Ada

- Upaya mengatasi masalah : Berbaring di tempat tidur V. Mekanisme Koping

Mekanisme Koping Ny.S adaptif

2. Analisa data

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 02 Juni 2016, analisa data yang diperoleh dengan mengelompokkan data objektif dan data subjektif, adalah:

No. Data Etiologi Masalah

keperawatan 1. DS:

Pasien mengatakan

sebelum sakit jarang minum air putih, hanya 3-4 gelas perhari. Pasien mengatakan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan warnanya kuning keruh, tangan sebelah kanan membengkak.

DO :

Edema pada tangan kanan derajat 1

Turgor kulit tidak elastis CRT pada ekstremitas atas lebih dari 2 detik, BB 47 kg.

Jarang minum air putih (3-4x/hari) Kerusakan fungsi

ginjal Kerusakan glomerulus

Filtrasi glomerulus

menurun (GFR menurun)

Retensi cairan Edema

Kelebihan volume cairan

Kelebihan volume

cairan

(35)

2 DS:

Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang, terkadang mual dan muntah.

DO:

Pasien hanya menghabiskan

¼ porsi makan

BB menurun 54 kg menjadi 47 kg

TB 160 cm

Gagal ginjal

Anoreksia

Nafsu makan berkurang

BB menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

3 DS:

Pasien mengatakan badan terasa sangat lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas lainnya selain hanya berbaring

DO:

Pasien tampak lemas Konjungtiva pucat

Aktivitas klien dilakukan diatas tempat tidur

Nyeri tekan di bagian abdomen.

Hb 8,4 mg/dl

Sekresi eritropoetin

menurun

Hb menurun

Anemia

Kelemahan

Penurunan aktivitas

Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

(36)

4. DS:

Pasien mengatakan jarang membersihkan tubuhnya

DO:

Pasien memiliki caries gigi Lidah kurang bersih

Kulit kering

Rambut kotor dan tidak rapi Kuku panjang dan kotor

Gagal ginjal

Hb menurun

Anemia

Kelemahan

Penurunan aktivitas

Ketidakmampuan melakukan aktivitas mandiri

Defisit Perawatan Diri

Defisit Perawatan Diri-Mandi

5 DS:

Pasien mengatakan sesak nafas jika meminum banyak air.

DO:

TD: 160/90 mmHg P: 30 kali/menit HR: 100 kali/menit T: 3

Perkusi paru: redup Napas dangkal (dispnea) Bibir pucat

Jarang minum air putih (3-4x/hari)

Kerusakan fungsi ginjal

Kerusakan glomerulus

Filtrasi glomerulus

menurun (GFR menurun)

Ketidakefektifan

pola nafas

(37)

3.Rumusan masalah

Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 02 Juni 2016 pada Ny.S, dan diperoleh analisa data yang didapat dari data subjektif dan data objektif. Maka, rumusan masalah keperawatan yang di dapat menurut NANDA 2015-2017 adalah:

a. Diagnosa I: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan ditandai dengan edema, asupan melebihi haluaran.

b. Diagnosa II: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya asupan makanan ditandai dengan klien mengeluh tidak nafsu makan, terkadang mual dan muntah, makan 3 kali sehari namun tidak pernah habis, dan penurunan berat badan dari 54 kg menjadi 47 kg.

Retensi cairan

Edema

Cairan masuk ke paru

Edema paru

Difusi O2 dan CO2 paru terganggu

Hiperventilasi

Perubahan pola

nafas

(38)

c. Diagnosa III: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan keletihan dan ketidaknyamanan setelah beraktivitas.

d. Diagnosa IV: Defisit perawatan diri-mandi berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan kebersihan klien tidak terjaga, pasien hanya mandi 1x/hari dengan dibantu oleh suaminya, klien jarang memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya serta tidak pernah memotong kuku kaki dan tangannya sehingga kuku tampak panjang dan kotor.

e. Diagnosa V: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi ditandai dengan pola nafas abnormal: frekuensi 30x/menit, nafas dangkal.

4. Intervensi keperawatan

Setelah melakukan pengkajian keperawatan dari data yang diperoleh, perawat melakukan analisa data dan menemukan masalah-masalah keperawatan kemudian menegakkan diagnosa keperawatan. Setelah itu, perawat melakukan perencanaan tindakan keperawatan untuk memberi asuhan keperawatan kepada Ny.S Perencanaan keperawatan dan rasional dari setiap diagnosa dapat dilihat pada tabel berikut:

Hari/

Tanggal No

Dx. Perencanaan

Jumat, 03 juni 2016

Dx 1.

Tujuan:

Pasien mampu menyatakan secara verbal pemahaman tentang pembatasan cairan dan diet.

Kriteria hasil:

Nilai elektrolit dalam rentang normal Tidak ada edema

Tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

1. Kaji edema ekstremitas atau bagian tubuh terhadap

Edema dapat

menyebabkan

(39)

gangguan sirkulasi dan intregitas kulit.

2. Manajemen cairan:

Pertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat.

Pantau hasil laboratorium yang relevan terhadap retensi cairan (misalnya, peningkatan berat jenis urine, peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan peningkatan osmolitas urine

Pantau indikasi kelebihan cairan.

3. Ajarkan pasien untuk memperhatikan penyebab dan mengatasi edema: membatasi asupan cairan, pembatasan diet dan penggunaan obat, dosis dan efek samping pengobatan

4. Kolaborasi dalam pemberian obat.

5. Pertahankan dan alokasikan pembatasan cairan untuk pasien.

6. Ubah posisi per dua jam sekali

gangguan sirkulasi.

Dapat menjadi data dasar dalam memantau dan mengevaluasi status cairan/overload cairan.

Perubahan hasil laboratorium

menunjukkan

kebutuhan dialisa segera.

Menambah

pengetahuan pasien akan penyakitnya.

Pembatasan cairan dapat mengurangi overload cairan tubuh

Kerja sama dalam

disiplin ilmu keperawatan.

Mengurangi overload cairan tubuh.

Mengurangi

penekanan pada

(40)

edema Jumat,

02 Juni 2016

Dx 2.

Tujuan:

Pasien mampu menoleransi diet yang dianjurkan Kriteria hasil:

Nilai laboratorium dalam batas normal BB dalam batas normal

Intervensi Rasional

a. Manajemen nutrisi:

Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

b. Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi

c. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan

Mengetahui asupan makanan yang akan diberikan kepada klien

Meningkatkan nafsu makan klien

Lingkungan yang nyaman dan

menyenangkan dapat mempengaruhi

kualitas selera makan.

Jumat, 02 Juni 2016

Dx 3.

Tujuan:

Pasien akan menunjukkan toleransi aktivitas Kriteria hasil:

Berkurangnya keluhan lelah Laporan perasaan lebih berenergi

Frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang

normal

Intervensi Rasional

a. Manajemen energi :

Tentukan penyebab keletihan

Untuk

mengidentifikasi

(41)

seperti perawatan, nyeri dan pengobatan.

b. Anjurkan pada pasien

menggunakan teknik relaksasi selama aktivitas

c. Ajarkan pada pasien/keluarga tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

d. Kolaborasi pengobatan nyeri sebelum aktivitas.

e. Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala,

bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi yang dapat

ditoleransi.

faktor yang

berkontribusi terhadap keparahan kelemahan.

Untuk

mempertahankan tingkat energi dan mengurangi kerja sistem kardiovaskuler dan sistem pernafasan.

Meminimalkan kelelahan

Kerjasama dalam disiplin ilmu keperawatan.

Peningkatan aktivitas dapat membantu mencegah peningkatan beban kerja jantung secara tiba-tiba.

Jumat, 02 Juni 2016

Dx 4.

Tujuan:

Pasien mampu mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang kebersihan tubuh dan higine oral

Kriteria hasil:

Membersihkan dan mengeringkan tubuh Melakukan perawatan mulut

33

(42)

Intervensi Rasional a. Kaji membran mukosa oral

dan kebersihan tubuh setiap hari

b. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene oral.

c. Bantuan perawatan diri-mandi:

Letakkan sabun, handuk, deodorant, alat cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan disamping tempat tidur

Fasilitasi pasien menyikat gigi

d. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan

Mengetahui tingkat kebersihan klien

Melatih pasien dalam melakukan perawatan mandiri

Melatih pasien dalam melakukan perawatan mandiri

Meningkatkan kemandirian klien dalam melakukan kebersihan.

Jumat, 02 Juni 2016

Dx 5.

Tujuan:

Menunjukkan pola pernafasan efektif, dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak berbahaya: ventilasi dan status tanda vital.

Kriteria hasil:

Ventilasi tidak terganggu TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional

a. Pemantauan pernafasan: Mengetahui status 34

4

(43)

Pantau kecepatan, irama kedalaman dan usaha respirasi.

b. Pantau pola pernafasan:

bradipnea, takipnea, hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan Cheyne- Stokes dan apnea.

c. Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot

supraklavikular dan interkosta

d. Auskultasi bunyi nafas dan adanya bunyi nafas tambah

pernafasan

Mengetahui pola pernafasan

Mengetahui usaha pernafasan

Mengetahui ada tidaknya suara napas tambahan

5. Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tanggal No

Dx Implementasi Evaluasi

Jumat, 03 Juni 2016

I 1. Mengkaji edema ekstremitas atau bagian tubuh terhadap gangguan sirkulasi dan intregitas kulit.

2. Mempertahankan catatan asupan dan haluaran yang akurat.

3. Memantau hasil laboratorium

S: Pasien mengatakan

telah melakukan pembatasan cairan yaitu

minum hanya satu gelas

perhari dan masih

merasakan nyeri di

pinggangnya, pasien

kurang mau mengubah

35

(44)

4. Mengajarkan pasien untuk memperhatikan penyebab dan mengatasi edema, pembatasan diet dan penggunaan obat, dosis dan efek samping pengobatan.

5. Memberikan obat yang telah dianjurkan dokter.

6. Mempertahankan dan mengalokasikan pembatasan cairan untuk pasien.

7. Menganjurkan untuk mengubah posisi setiap 2 jam.

posisi per 2 jam sekali.

O:

- Tanda-tanda vital Ny.S HR: 110x/menit

T: 37,5 C

TD: 160/90 mmHg RR: 30x/menit

- Edema masih ada dan turgor kulit masih buruk.

- Intake: 1000 ml - Output: 500ml - BB : 47 kg

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan:

1. Mengkaji edema

2. Menimbang berat badan

3. Mempertahankan

catatan asupan dan haluaran yang akurat.

4. Memberikan obat yang telah dianjurkan dokter.

5. Mempertahankan dan mengalokasikan

pembatasan cairan untuk pasien.

6. Menganjurkan untuk

mengubah posisi setiap

(45)

II

III

1. Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

2. Menawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi

3. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan

1. Menentukan penyebab keletihan seperti perawatan, nyeri dan pengobatan.

2. Menganjurkan pada pasien

menggunakan teknik 2 jam.

S: Pasien mengatakan nafsu makannya semakin meningkat dikarenakan lingkungan yang nyaman.

O:

Pasien menghabiskan setengah porsi

BB: 47 Kg

A: Masalah teratasisebagian

P: Intervensi dilanjutkan:

1. Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

2. Menawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu makan tinggi

3. Menciptakan

lingkungan yang menyenangkan untuk makan

S: Pasien mengatakan

badan masih terasa lemas,

tidak mampu lama berdiri,

pasien hanya mau duduk

dan berbaring diatas

(46)

relaksasi selama aktivitas

3. Mengajarkan pada pasien/keluarga tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan 4. Memberikan obat anti nyeri

sebelum aktivitas sesuai yang dianjurkan dokter.

5. Membantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi yang dapat ditoleransi

tempat tidur.

O:

- Tanda-tanda vital Ny. S HR: 100x/menit

RR: 30x/menit T: 37,5 C

TD: 60/90 mmHg

- Pasien berbaring di tempat tidur

- Pasien mau meninum obat dari dokter.

A:

Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan 1. Menganjurkan pada

pasien menggunakan teknik relaksasi selama aktivitas

2. Mengajarkan pada pasien/keluarga

tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan

3. Memberikan obat anti nyeri sebelum aktivitas sesuai yang dianjurkan dokter.

4. Membantu pasien

(47)

IV

V

1. Kaji membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari

2. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene oral.

3. Meletakkan sabun, handuk, deodorant, alat cukur, dan peralatan lain yang

dibutuhkan disamping tempat tidur serta memfasilitasi pasien menyikat gigi 4. Melibatkan keluarga dalam

pemberian asuhan

1. Memantau kecepatan, irama kedalaman dan usaha respirasi.

2. Memantau pola pernafasan 3. Memperhatikan pergerakan

dada, mengamati

kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi

untuk mengubah posisi secara berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi yang dapat ditoleransi

S: Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa lebih bersih dari hari-hari sebelumnya.

O:

Ny. S menyikat giginya sendiri

Ny. S mengeringkan tubuhnya sendiri

Mandi 2x sehari

A:

Masalah teratasi

P: Intervensi tidak dilanjutkan

S: pasien mengatakan terkadang masih sesak nafas.

O:

- Tanda-tanda vital Ny.S HR: 100x/menit

RR: 30x/menit

(48)

otot supraklavikular dan interkosta

4. Mengauskultasi bunyi nafas dan adanya bunyi nafas tambahan.

5. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga tentang teknik relaksasi

6. Melaporkan ke dokter bila ada perubahan sensori, bunyi nafas, pola pernafasan, sesuai dengan kebutuhan atau protokol.

T:37,5 C

TD: 160/90 mmHg

- Auskultasi : tidak terdapat nafas tambahan - Tidak terpasang O2

A:

Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan 1. Memantau kecepatan, irama kedalaman dan usaha respirasi.

2. Memantau pola pernafasan 3. Memperhatikan

pergerakan dada, mengamati kesimetrisan,

penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan interkosta

4. Mengauskultasi bunyi nafas dan adanya bunyi nafas tambahan.

5. Menginformasikan

kepada pasien dan

keluarga tentang

teknik relaksasi

6. Melaporkan ke dokter

(49)

bila ada perubahan

sensori, bunyi nafas,

pola pernafasan.

(50)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Gagal ginjal kronik merupakan penyakit ginjal yang terjadi dengan lambat selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan penurunan bertahap pada fungsi ginjal dan peningkatan bertahap dalam gejala-gejala, mengakibatkan penyakit ginjal tahap akhir. Pada kasus Ny. S gagal ginjal kronis yang dialaminya disebabkan oleh pola gaya hidup yang kurang baik, Ny. S memiliki kebiasaan jarang mengkonsumsi air putih pada setiap harinya.

Setelah melakukan pengkajian keperawatan pada Ny.S dengan gagal ginjal kronik, penulis mampu mengangkat diagnosa keperawatan diantaranya:

kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal ditandai dengan BAK 3-4 kali/hari, turgor kulit tidak baik, edema di tangan sebelah kanan dan CRT > 2 detik, dan diagnosa keperawatan lainnya yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan klien tampak lemas, pucat, Hb 8,4 mg/dl klien hanya berbaring diatas tempat tidur, dan tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronis lebih diutamakan untuk memonitoring keseimbangan cairan, intake, output dengan tujuan untuk meminimalkan komplikasi.

B. Saran

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi baru tentang

kelebihan volume cairan, intoleransi aktivitas dan pola nafas tidak efektif

pada pasien gagal ginjal kronik dan penanganannya khususnya bagi mata

kuliah kebutuhan dasar manusia, sehingga perawat dapat memberikan

asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap masalah kelebihan

volume cairan, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,

intoleransi aktivitas, deficit perawatan diri-mandi dan ketidakefektifan

pola nafas.

(51)

2. Bagi klien

Meningkatkan pengetahuan klien tentang kebutuhan cairan dan elektrolit untuk mengaplikasikan bagaimana cara menangani masalah kelebihan volume cairan.

3. Bagi penulis

Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta

informasi baru bagi penulis tentang kelebihan volume cairan, intoleransi

aktivitas dan ketidakefektifan pola nafas sehingga dapat memberikan

asuhan keperawatan yang lebih baik lagi terhadap masalah kelebihan

volume cairan,, ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,

intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri-mandi dan ketidakefektifan

pola nafas.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2012). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Bayhakki.(2012). Klien Gagal Ginjal Kronik: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:

EGC

Brunner & Suddarth.(2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:

EGC

Larry & Joseph.(2010). Harrison Nefrologi dan Gangguan Asam-Basa.Jakarta:

Buku Kedokteran EGC

Nanda Internasional.(2015). Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017. Jakarta:

EGC

Potter & Perry.(2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik Edisi. Jakarta: EGC

Tarwoto & Wartonah, 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Orang tua siswa datang ke sekolah untuk mengambil tugas siswa selama satu minggu (siswa tidak memiliki koneksi internet)3. Guru menghantarkan tugas ke rumah siswa (siswa yang

personal, pengendalian risiko, dan lingkungan rumah yang aman. Kriteria hasil: Memantau faktor risiko perilaku individu dan lingkungan, mengembangkan strategi pengendalian risiko

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi Diploma DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada pasien dengan peningkatan

Pada pengkajian tahap awal dari proses keperawatan ditemukan data yang menjadi fokus dalam kebutuhan dasar rasa aman pada perilaku kekerasan yaitu klien mengatakan merasa tidak

mempertahankan klien dengan kesejajaran tubuh tetap. Untuk memulihkan pengawasan keefektifitan intervensi, tingkat ansietas dapat mempengaruhi persepsi atau reaksi

Gangguan rasa nyaman: nyeri akut berhubungan dengan luka insisi fess ditandai degan pasien tampak meringis, pasien mengatakan nyeri dihidung, intensitas nyeri sedang skala

a) Hasil dari pengkajian dengan masalah eliminasi fekal: ibu post Sectio Caesarea hari ke-2 mengalami resiko konstipasi. Ditemukan ada luka post Sectio Caesarea di abdomen ±15