Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di
Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh:
MINAH SARI 142500006
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kedahiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kp, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Dewi Elizadiani Suza, S.Kp, MNS, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan meluangkan waktu serta pikiran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
7. Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya dalam sidang Karya Tulis Ilmiah.
8. Terbaik dan teristimewa untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Abdul Basir dan Ibunda Togu Maia yang telah mendukungku selama
ini, memberikan kasih sayangnya, motivasi hidup, perhatian dan doa restu yang tiada henti kepada anaknya yang selama ini berjuang agar dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik untuk masa depan yang lebih baik.
9. Kakakku (Nila Sari, Lanni Sari) dan adik-adikku tercinta (Lianna Safitri, Muhammad Ikrom, Nabilah Ade Rahmi, Muhammad Iqbal) yang selalu memberikan semangat agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.
10. Teman-teman stambuk 2014 terkhusus kepada Kelompok Belajar Skill Lab A1 Syaraf Kranialku dan teman satu Dosen Pembimbing saya Irma H sinaga, dan Nio Bonita Sirait dan untuk teman dekatku diposko Wisda Elviani.
11. Teman dekatku yang selalu setia mendengar keluhan dan memberikan saran, motivasi yang tiada henti Ulfa Nurpratika Sari Dan Nopenti Astria Sembiring dan untuk adik kosku Dita Risky Saputri Hasibuan.
12. Seluruh pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunanya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari semua pihak yang dapat menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.
Medan, Juli 2017
Minah Sari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39◦C.
Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi yaitu demam intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam intermiten, suhu tubuh akan berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara priode demam dan priode suhu normal serta subnormal. Selama demam remiten, terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari 2◦C) dan berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada demam kambuh, masa febris yang pendek selama beberapa hari diselangi dengan priode suhu normal selama 1-2 hari. Selama demam konstan, suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi berada di atas normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan, penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Dalam keadaan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus.
Dampak yang ditimbulakan hipertermia dapt berupa penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi kekurangan cairan dan kejang (Alves &
Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009). Hipertermia berat (suhu lebih dari 41◦C) Dapat juga menyebakan hipotensia, kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang irreversibel. Hipertermi menyebabkan peningkatan metabolisme selular dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh.
Berdasarkan masalah diatas, hipertermi merupakan salah satu masalah yang harus diatasi, maka apabila terjadi hipertermi harus segera diatasi jika tidak segera diatasi atau berkepanjangan akan berakibat fatal seperti halnya dapat menyebabkan kejang demam pada anak, kekurangan volume cairan atau bahkan terjadi syok dan gangguan tubuh kembang pada anak.
Berdasarkan studi diatas penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah mengenai asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertemi pada An. A di Lingkungan 1 Kelurahan Sari rejo Kecamatan Medan Polonia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Penulis dapat memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: Hipertermi di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan pada masalah peningkatan suhu tubuh: hipertermi di lingkugan 1 kelurahan sari rejo kecamatan medan polonia yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar peningkatan suhu tubuh:
hipertermi
2. Untuk mengidentifikasi asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi pada An. A.
1.3 Manfaat
1. Bagi Pendidikan
Menjadi wacana dan bahan masukan dalam proses belajar mengajar terhadap pemberian asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
2. Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan perawat tentang gangguan keseimbangan suhu tubuh: hipertermi dan perawatan pada pasien serta dapat digunakan sebagai alat bantu bagi perawat untuk mengevaluasi dalam upaya peningkatan pelayanan bagi pasien dengan masalah peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
3. Bagi Ibu
Untuk menambah pengetahuan ibu tentang peningkatan suhu tubuh:
hipertermi dan bisa melakukan tindakan kompres pada saat demam.
4. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dan upaya dalam memberikan asuhan keperawatan yang khusus pada pasien dengan peningkatan suhu tubuh: hipertermi.
BAB 2
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan masalah Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi
2.1.1 Defenisi Hipertermi
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Hipertermi terjadi karena adanya ketidakmampuan mekanisme kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Hipertermi tidak berbahaya jika dibawah 39◦C. Selain adanya tanda-tanda klinis, penentuan hipertermi juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu tersebut (Potter & Perry,2010).
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, tergantung pada awitan, penyebab, dan tahap pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat adanya perubahan set point pada mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu inti naik diatas 37◦C, laju pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37◦C, laju pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke tingkat set point.
Dalam keadan ini termost hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat pengaruhan kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus.
Salah satu kebutuhan fisiologis yang harus dipertahankan oleh individu adalah kebutuhan termoregulasi. Menurut Potter dan Perry (2005), tubuh manusia dapat berfungsi normal hanya dalam rentang temperatur yang terbatas atau sempit yaitu 37◦ C (98◦F) ± 1◦C. Temperatur tubuh di luar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan dan efek yang permanen seperti kerusakan otak atau bahkan kematian. Secara sementara tubuh dapat mengatur temperatur melalui mekanisme tertentu. Terpapar pada panas yang
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan pada panas yang lama dan berlebihan juga mempunyai efek fisiologis yang khusus salah satunya adalah peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Demam adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal. Kenaikan suhu tubuh merupakan bagian dari reaksi biologis kompleks, yang diatur dan dikontrol oleh susunan saraf pusat. Demam sendiri merupakan gambaran karakteristik dari kenaikan suhu tubuh karena berbagai penyakit infeksi dan non-infeksi (Sarasvati, 2010).
Selama episode febris, produksi sel darah tubuh distimulasi. Suhu yang meningkat dan menurunkan konsentrasi zat besi dan plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri.Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon., substansi ini yang bersifat melawan virus.
Demam juga berfungsi sebagai tujuan diagnostik. Selama demam, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Frekuensi jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap nutrien. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang memproduksi panas tambahan (Potter & Perry, 2005).
Menurut Tamsuri(2007), suhu tubuh dibagi:
- Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36◦C
- Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36◦C-37,5◦C - Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5◦C-40◦C - Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40◦C
2.1.2 Pola Demam
Menurut Potter dan Perry (2005), demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan ringan suhu sampai 39◦C meningkatkan sistem imun tubuh. Selama episode febris, produksi sel darah putih distimulasi. Suhu yang meningkat menurunkan konsentrasi zat besi dalam plasma darah, menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga bertarung dengan infeksi karena virus menstimulasi interferon, substansi ini yang bersifat melawan virus. Demam juga berfungsi sebagai diagnostik. Pola demam berbeda tergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen
berakhir puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda. Durasi dan derajat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan individu untuk berespon. Pola demam antara lain:
1. Terus menerus
Tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1◦C sampai 2◦C.
2. Intermiten
Demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali normal paling sedikit sekali dalam 24 jam.
3. Remiten
Demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
4. Relaps
Priode episode demam diselangi dengan tingkat suhu normal. Episode demam dan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
2.1.3 Tipe dan Jenis Demam
Menurut Nelwan (2007) ada beberapa tipe demam yang mungkin dijumpai antara lain:
1. Demam septik
Pada tipe demam septik, suhu tubuh badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertai dengan keluhan menggigil dan berkeringat.
Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Pada tipe ini demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
3. Demam intermiten
Pada tipe intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas demam di antara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklis
Pada tipe demam siklis terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Menurut Samuelson (2007), jenis demam terdiri dari : 1. Demam Fisiologis
Demam ini cenderung normal dan sebagai penyesuain terhadap fisiologis tubuh, misalnya pada orang yang mengalami dehidrasi dan tingginya aktivitas tubuh (olahraga).
2. Demam Patologis
Demam ini tidak lagi dikatakan sebagai demam yang normal. Demam yang ini terjadi sebagai tanda dari suatu penyakit. Demam patologis terbagi lagi menjadi dua sebagai berikut:
a. Demam infeksi yang suhu tubuhnya bisa mencapai lebih dari38◦C.
Penyebabnya beragam, yakni infeksi virus ( flu, cacar, campak, SARS, flu burung, dan lain-lain), jamur, dan bakteri (tifus, radang tenggorokan, dan lain-lain).
b. Demam Non Infeksi, seperti kanker, tumor, atau adanya penyakit autoimun seseorang (rematik, lupus, dan lain-lain).
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
Menurut Potter dan Perry (2005) banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh,. Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau perilaku.
1. Usia
Pada saat lahir, bayi mekanisme kontrol suhu masih imatur.
Menurut Whaley and Wong yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.
Oleh karena itu pakaian yang digunakan juga harus cukup dan paparan terhadap suhu lingkungan yang eksterm perlu dihindari. Bayi yang baru lahir pengeluaran lebih dari 30% suhu tubuhnya melalui kepala dan oleh sebab itu bayi perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindungi dari lingkungan yang eksterm, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5◦C sampai 39,5◦C.
Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak mencapai masa pubertas. Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai masa pubertas. Rentang suhu normal turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.
2. Irama sirkardian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5◦C sampai 1◦C selama periode 24 jam. Bagaimna pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia, suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 01.00 dan 04.00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh akan naik sampai akhir sekitar pukul 18.00 dan kemudian turun pada dini hari.
3. Stres
Stres fisik dan emosi meningkat suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan. Perubahan fisiologis tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter suhu tubuhnya akan lebih tinngi dari normal.
4. Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme-mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik.
2.2 Proses Asuhan Keperawatan dengan masalah Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi
2.2.1 Pengkajian Keperawatan Terkait Hipertermi
Ada banyak tempat untuk mengkaji suhu inti dan permukaan tubuh.
Pengukuran suhu yang dilakukan membutuhankan peralatan yang dipasang invasif tetapi dapat digunakan secara intermiten. Tempat yang paling sering digunakan untuk pengukuran suhu seperti oral, rektal, aksila, dan kulit yang mengandalkan sirkulasi efektif darah pada tempat pengkuran yang mana panas dari darah dialirkan ke termometer. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan selama setiap fase demam. Selain itu kaji juga faktor-faktor yang memberat peningkatan suhu tubuh seperti dehidrasi, infeksi ataupun suhu lingkungan serta identifikasi respon fisiologis terhadap suhu seperti ukur semua tanda vital, observasi warna kulit, kaji suhu kulit dan observasi adanya menggigil atau diaforesis.
Menurut Potter dan Perry (2005), untuk memastikan bacaan suhu yang akurat, tempat yang hendak diukur harus diukur secara akurat. Variasi suhu yang didapatkan bergantung pada tempat pengukuran, tetapi harus antara 36◦C dan 38◦C. Walaupun temuan riset dari banyak penelitian didapat bertentangan, secara umum diterima bahwa suhu rektal biasanya 0,5◦C lebih tinggi dari suhu oral suhu aksila 0,5◦C lebih rendah dari suhu oral.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Perawat mengakaji temuan pengkajian dan pengelompokkan karakteristik yang ditentukan untuk membuat diagnosa keperawatan.
Misalnya, pada peningkatan suhu tubuh, kulit kemerahan, kulit hangat saat disentuh, dan takikardia menandakan diagnosis hipertermia. Diagnosa keperawatan mengidentifikasi faktor risiko pasien terhadap perubahan suhu tubuh atau perubahan suhu aktual. Jika pasien memiliki faktor yang meningkatkan perubahan suhu.
Pada hipertermia, faktor yang berhubungan dengan aktivitas yang berat akan menghasilkan intervensi yang sangat berbeda dari pada faktor yang berhubungan dengan ketidakmampuan atau berkeringat. Beratnya
perubuhan suhu dan efeknya, diserai dengan status kesehatan pasien secara kesehatan pasien secara umum, akan mempengaruhi prioritas perawat dalam merawat pasien (Potter &Perry, 2005).
Diagnosa keperawatan Nanda Termoregulasi
Risiko perubahan suhu tubuh yang berhubungan dengan:
- Pakaian tidak sesuai - Cedera sistem saraf pusat
- Paparan terhadap lingkungan (panas/dingin) - Kerusakan sistem termoregulasi
Termoregulasi tidak efektif yang berhubungan dengan:
- Imaturitas
- Perubahan fisiologis penuaan - Cedera sistem saraf pusat - Suhu lingkungan
Hipertermia yang berhubungan dengan:
- Peningkatan laju metabolik - Pakaian tidak sesuai
- Paparan terhadap lingkungan panas - Tidak dapat berkeringat
- Medika\
- Aktivitas banyak dan berat
- Proses infeksi (disebabkan oleh bakteri/virus).
2.2.3 Perencanaan (Intervensi) Keperawatan
Pasien yang berisiko mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang ditunjukkan dengan mempertahankan normotermia dan mengurangi faktor risiko. Hasil yang diharapkan ditetapkan untuk menentukan kemajuan ke arah kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Misalnya, hasil dari masukan yang sama dengan haluaran penting untuk menetapkan cairan yang diberikan perawat untuk menangani risiko pasien terhadap ketidakseimbangan cairan dan elektronit (Potter dan Perry, 2005).
Pendidikan penting sehingga pasien dapat berpartisipasi dalam mempertahankan normotermia. Hal ini terutama sekali penting pada kasus orang tua yang perlu mengetahui bagaimana bertindak bila pada bayi atau anak mereka terjadi perubahan suhu dirumah. Rencana perawatan bagi pasien dengan perubahan suhu yang aktual berfokus pada pemulihan normotermia, meminimalkan komplikasi dan meningkatkan kenyamanan (Potter & Perry, 2005).
Tabel 2.1 Proses Diagnostik Keperawatan terhadap Termoregulasi Aktivitas Pengkajian Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan
- Ukur tanda vital termasuk suhu tubuh, nadi, pernapasan.
- Palpasi kulit - Observasi
penampilan dan perilaku pasien saat berbicara atau istirahat
- Peningkatan suhu tubuh di atas batas normal
- Takikardia - Takipnea - Kulit hangat - Gelisah
- Tampak kemerahan
Hipertemia berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
- Kaji perubahan suhu, nadi, pengisian
kapilaerdan tekanan darah - Observasi
kekeringan
membran mukosa mulut, hidung, mata, dan kulit, cubit kulit untuk melihat kerutan yang lambat,
- Peningkatan suhu tubuh - Takikardia
- Hipotesis
- Kulit dan membran mukosa kering
- Haus
- Penurunan turgor kulit - Masukan cairan berkurang - Urine pekat
Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan
hipertermia
elastik
- Pantau dengan cermat masukan dan tingkat haluaran terhadap masukan yang lebih sedikit dari haluaran
Tabel 2.2 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Hipertermia berhubungan dengan paparan terhadap lingkungan yang panas
Tujuan Hasil yang
diharapkan
Intervensi Rasional
Pasien akan kembali ke batasan suhu tubuh yang normal
- Suhu tubuh turun paling sedikit 1◦C setelah terapi - Suhu tubah tetap
sama antara 36◦C sampai 37◦C sampai paling sedikit 24 jam
- Pertahankan suhu tubuh ruangan 21◦C kecuali jika pasien menggigil
- Berikan
asetaminofen sesuai program medik apabila suhu lebih tinggi dari 39◦C
- Suhu ruangan sekitar dapat meningkatkan suhu tubuh, namun menggigil harus dihindarkan karena meningkatkan suhu tubuh (Guyton, 1991)
- Antipiretik
menurunkan set point
Keseimbangan cairan elektrolit akan
dipertahankan
- Masukan akan keseimbangan dengan haluaran - Tidak ada bukti
adanya hipotensi postural selama
- Anjurkan cairan PO sebagai pilihan pasien tiap 4 jam
Cairan keluar melalui kehilangan air tidak kasat mata yang membutuhkan
penggantian.
2.2.4 Pelaksanaan (Implementasi) Keperawatan
Prosedur yang digunakan untuk mengintervensi dan mengatasi naiknya suhu bergantung pada penyebab demam, efek yang merugikan, kekuatan, intensitas, durasinya. Dokter mencoba demam dengan mengisolasi pirogen penyebab. Perawat mengambil kultur spesimen untuk analisa laboratorium seperti urine, darah, sputum, dan tempat luka.
Pengumpulan spesimen ini memerlukan teknik aseptik yang tepat untuk menghindari masuknya organisme dari luar yang dapat mempengaruhi hasil kultur. Dokter akan menginstruksikan pemberian obat antibiotik setelah kultur didapat. Pemberian antibiotik akan mengahancurkan bakteri pirogen dan menghilangkan stimulus tubuh terhadap demam. Perawat memberikan antibiotik dengan tepat dan menganjurkan pasien mengenai pentingnya mengkonsumsi dan melanjutkan antibiotik sampai pengobatan selesai.
Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi,konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air- alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha dan kipas angin.
Menurut Morgan yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005), riset terbaru tidak ada menunjukan keuntungan dari metode-metode ini dibanding medikasi antipiretik. Selimut yang didinginkan dengan mensirkulasi air yang dihantarkan oleh unit yang menggunakan motor, meningkatkan pengeluaran panas konduktif. Perawat harus mengikuti instuksi dalam menggunakan selimut hipotermia karena jika salah menggunakannya akan menyebabkan terjadinya risiko rusaknya kulit dan “ freeze burn”
menempatakan selimut mandi diantara pasien dan selimut hipotermia serta dianjurkan membungkus ekstermitas distal.
Tindakan keperawatan mandiri meningkatkan kenyamanan, menurunkan kebutuhan metabolik dan memberi nutrisi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi (Potter &Perry, 2005).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Semua evaluasi keperawatan dievaluasi dengan membandingkan respons aktual pasien terhadap hasil yang diharapkan dari rencana keperawatan. Setelah semua intervensi, perawat mengukur suhu pasien untuk mengevaluasi perubahan. Selain itu, perawat menggunakan tindakan evaluatif lain seperti palpasi kulit dan pengkajian nadi dan respirasi. Jika terapi efektif, suhu tubuh akan kembali ke batas normal, tanda-tanda vital yang lain akan stabil dan pasien akan menyatakan rasa nyaman.
Tabel 2.3 Evaluasi Intervensi terhadap Hipetermia
Tujuan Tindakan Evaluasi Hasil yang Diharapkan
- Suhu tubuh pasien akan kembali ke batas
normal
- Pantau suhu tubuh setelah intervensi (misalnya, medikasi antipiretik)
- Suhu tubh turun paling sedikit 1◦C setelah diterapi
- Suhu tubuh tetap berada antara 36 dan 38 selama paling sedikit 24 jam
- Keseimbangan cairan elektolit akan dipertahankan
- Pantau suhu tubuh tiap 4 jam
- Ukur kadar masukan dan haluaran
- Kadar elektolit tetap dalam batas normal - Masukan seimbangan
dengan haluaran
2.3 Asuhan Keperawatan pada Kasus dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi pada An. A di Lingkungan 1 Kecamatan Sari Rejo Medan Polonia
2.3.1 Pengkajian I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 1 tahun
Pendidikan : Belum Sekolah Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jalan Citra Karya gang seram Tanggal Pengkajian : 06 Juni 2017
Diagnosa Medis : Hipertermi
II. Keluhan Utama
Ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh 39◦C, panas tidak turun-turun selama 3 hari dan ibu mengatakan pasien sulit makan.
III. Riwayat Kesehatan Sekarang A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
Disebabkan karena proses infeksi didalam tubuh 2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Dengan memberikan kompres hangat dan membuat lingkungan menjadi nyaman
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Ibu pasien mengatakan An.A badannya terasa lemas, panas sehingga untuk menurunkan panas tubuh pasien, ibu pasien disarankan untuk memberikan kompres hangat di daerah kening dan memberikan pasien dan istirahat.
2. Bagaimana dilihat
Pada saat pengkajian dilakukan diperoleh temperatur pasien 39◦C pasien terlihat lemas, wajah pasien terlihat kemerah- merahan dan berkeringat, mukosa bibir kering.
C. Region
1. Dimana lokasinya Seluruh tubuh panas
2. Apakah menyebar
Ibu mengatakan demam yang dirasakan An. A menyebar pada seluruh tubuh
D. Severity
Peningkatan suhu dialami oleh An. A adalah 39•C E. Time
Peningkatan suhu dirasakan oleh An. A sudah berlangsung selama 3 hari
IV. Riwayat Kesehatan Masa Lalu A. Penyakit yang pernah dialami
Ibu pasien mengatakan An. A pernah mengalami kejang B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ibu pasien mengatakan jika An. A mengalami demam langsung mengukur suhu tubuh dengan menggunakan termometer dan mengkompres
C. Pernah dirawat/dioperasi
Ibu pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit hanya berobat jalan
D. Lama dirawat Tidak pernah E. Alergi
Ibu mengatakan An. A alergi terhadap susu formula F. Imunisasi
Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan pada An. A hanya imunisasi BCG yang diberikan pada saat lahir
V. Riwayat Kesehatan Keluarga A. Orang Tua
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit tertentu yang diderita oleh keluarga. Hanya terkadang ibu mengalami migrain. Dan
untuk meredakan migrain tersebut ibu hanya membeli obat yang ada diwarung dekat rumah.
B. Saudara Kandung
Ibu pasien mengatakan An. A pada saat ini adalah anak satu- satunya
C. Penyakit Keturunan yang ada
Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit yang serius yang diderita oleh keluarga.
D. Anggota Keluarga yang Meninggal
Ibu pasien mengatakan bahwa 2 tahun yang lalu anak pertama meninggal disebabkan karena demam.
E. Penyebab Keluarga Meninggal
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti.
VI. Riwayat Keadaan Psikososial
A. Pasien tentang penyakitnya Persepsi
Ibu pasien mengatakan bahwa penyakit yang diderita pasien saat ini adalah penyakit yang cukup serius. Karena ibu pasien mengatakan trauma kehilangan anak pertamanya yang meninggal secara tiba-tiba.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri
Pasien merasa tiap hari selalu diperhatikan dan sangat disayang oleh kedua orang tuanya.
- Peran Diri
Pasien merupakan anak ke 2 anak pertama sudah meninggal dunia.
- Ideal Diri
Ibu pasien berharap agar Tuhan dapat memberikan kesembuhan pada anak An. A
- Harga Diri
Pasien mersa lebih diperhatikan oleh anggota keluarganya.
VII. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum
CM
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 39◦C
- Tekanan darah : 95/65 mmHg
- Nadi : 94 x/i
- Pernapasan : 24 x/i C. Pemeriksaan Head to toe
1) Kepala dan rambut - Bentuk
Normal dan simetris - Kulit kepala
Tidak ada peradangan maupun bekas luka didaerah kepala yang merusak integritas jaringan kulit kepala.
2) Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambu
Rambut pasien menyebar secara merata pada kepala, berwarna hitam, pertumbuhan rambut baik.
- Bau
Tidak ada bau saat pengkajian dilakukan.
- Warna rambut Warna rambut hitam.
3) Wajah
- Warna kulit wajah: kemerah-merahan.
- Struktur wajah
Simetris anatara pipi kanan dan kiri, simetris antara mata kanan dan kiri.
4) Mata
- Kelengkapan dan keseimbangan
Organ mata terlihat dalam keadaan lengkap dan simetris.
- Palpebra
Palpebra pasien dalam keadaan normal, tidak ada oedem pada daerah palpebra pasien antara kiri dan kanan.
- Konjungtiva dan sklera
Konjungtiva pasien terlihat sedikit anemis dan sklera pasien terlihat bersih dengan warna putih.
- Pupil
Pupil dalam keadaan simetris antara pupil kiri dan kanan dan isokor.
- Kornea dan iris
Kornea dan iris simetris dan dalam bentuk serta warna yang normal.
- Visus
Visus dalam keadaan normal.
- Tekanan bola mata Normal.
5) Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
Tulang hidung dalam keadaan nornal, septum nasi dalam keadaan normal, tidak ada pembengkakan pada bagian dalam hidung pasien, tidak ada nyeri tekan pada bagian sinus maksilaris, frontalis dan sinus etmoideus.
- Lubang hidung
Lubang hidung dalam keadaan simetris.
- Cuping hidung
Pasien tidak bernapas dengan cuping hidung.
6) Telinga
- Bentuk telinga
Bentuk daun telinga dalam keadaan normal dan simetris.
- Ukuran telinga
Ukuran telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga
Lubang telinga ada dan diameter lubang telinga dalam keadaan normal dan simetris antara kiri dan kanan.
- Ketajaman pendengaran
Ketajaman pendengaran pasien baik.
7) Mulut dan faring - Keadaan bibir
Mukosa bibir terlihat kering dan terlihat sedikit pecah- pecah.
- Keadaan gusi dan gigi
Gusi dalam keadaan baik, warna gusi merah muda, gigi belum lengkap.
- Keadaan lidah
Keadaan lidah cukup baik.
- Orofaring
Orofaring terlihat baik dan berwarna merah muda.
8) Leher
- Posisi trakea
Posisi trakea dalam keadaan baik, tidak ada massa yang teraba
- Thyroid
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar throid - Suara
Suara pasien terdengar nornal tetapi sedikit lemah - Kelenjar Limfa
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfa - Vena jugularis
Vena jugularis teraba - Denyut nadi karotis
Denyut nadi karotis teraba dan frekuensinya sama dengan frekuensi denyut nadi radialias.
9) Pemeriksaan integumen - Kebersihan
Kebersihan integumen pasien cukup bersih, tidak ada ruam ataupun jejas pada daerah kulit.
- Kehangatan Akral hangat - Warna
Warna kulit putih - Turgor
Turgor kulit dalam keadaan baik, tidak terlihat adanya edema pada daerah ekstermitas.
- Kelembaban
Integumen masih dalam keadaan lembab - Kelainan pada kulit
Tidak ada kelainan (jejas dan penyakit kulit lainnya) kulit pasien.
10) Pemeriksaan thoraks/ dada - Inspeksi thoraks
Thoraks pasien dalam keadaan normal, tidak terlihat kelainan pada bentuk thoraks pasien, tidak ada kelainan pada bentuk tulang belakang pasien, dan terlihat adanya retraksi dada.
- Pernafasan
Sifa pernapasan pasien terlihat kombinasi antar pernapasan dadadan pernapasa perut, ritme pernapasam takipnea dengan frekuensi 24x/i
- Tanda kesulitan benafas
Tidak ada tanda kesulitan saat pasien bernapas 11) Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara
Adanya vocal fremitus yang simetris antara kiri dan kanan
- Perkusi
Terdengar sonor pada saat memperkusi paru-paru pasien - Auskultasi
Bunyi nafas vesikuler dan tidak ada terdengar bunyi suara nafas tambahan
12) Pemeriksaan jantung - Inspeksi
Normal - Palpasi
Tidak ada pembengkakkan saat dipalpasi - Perkusi
Saat dilakukan perkusi terdengar suara pekak - Auskultasi
Saat dilakukan auskultasi tidak terdengar suara tambahan 13) Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Abdomen terlihat dalam keadaan simetris - Auskultasi
Terdengar bunyi peristaltik - Perkusi
Terdengar bunyi timpani - Palpasi
Tidak teraba massa pada abdomen pasien 14) Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia
Normal tidak terdapat kelainan - Anus dan perineum
Anus dan perineum ada dalam bentuk yang normal dan tidak ada mengalami kelainan.
VIII. Pola Kebiasaan Sehari-hari A. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan
Ibu mengatakan pasien makan 2 kali sehari - Nafsu/selera makan
Ibu pasien mengatakan nafsu An. A sedikit berkurang karena demam.
- Nyeri ulu hati
Tidak terdapat nyeri ulu hati keadaan baik dan normal.
- Alergi
Ibu pasien mengatakan An. A alergi terhadap susu formula.
- Mual dan muntah
Ibu pasien mengatakan sebelum sakit tidak pernah mengalami mual dan muntah, setelah sakit ada mual muntah tapi tidak terlalu parah.
- Waktu pemberian makan
Waktu pemberian makan pasien 3x/hari - Jumlah dan jenis makan
Jenis makan yang diberikan yaitu nasi tim dan jumlahnya sedikit berkurang dari biasanya.
B. Perawatan diri (personal hygiene) - Kebersihan tubuh
Kebersihan tubuh terlihat cukup bersih, bau badan tercium.
- Kebersihan gigi dan mulut
Gigi pasien belum lengkap dan mulut tampak kering.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan
Kebersihan kuku kaki dan tangan cukup bersih.
C. Pola kegiatan atau aktivitas
Aktivitas pasien sangat terbatas karena pasien belum bisa jalan.
D. Pola eliminasi
1) Buang Air Besar (BAB)
Ibu pasien mengatakan BAB pada pasien lancar dengan pola 1x/hari.
- Karakter fases
Ibu pasien mengatakan karakter fases yang dikeluarkan agak keras berwarna coklat.
- Riwayat perdarahan
Ibu pasien mengatakan tidak ada perdarahan saat pasien BAB.
- BAB terkhir
Pada saat pengkajian ibu pasien mengatakan pasien sudah BAB pada pagi harinya.
- Penggunaan laktasif
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat pencahar dalam proses buang air besar (BAB).
2) Buang Air Kecil (BAK) - Pola BAK
Ibu pasien mengatakan pola buang air kecil pasien sebelum sakit 5-7 kali sehari setelah sakit pasien jarang BAK.
- Karakter urine
Ibu mengatakan urine yang dikeluarkan sedikit kuning dan ada bau yang khas.
- Nyeri/rasa terbakar/ kesulitan BAK
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih pada pasien.
- Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih
Ibu pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih pada pasien
- Penggunaan diuretik
Ibu pasien mengatakan tidak pernah menggunakan obat diuretik.
- Upaya mengatasi masalah
Ibu mengatakan upaya untuk mengatsi masalah yaitu dengan banyak memberi air putih.
2.3.2 Analisa Data No
.
Data Penyebab Masalah
Keperawatan 1. DS:
- Ibu pasien mengatakan badan pasien terasa panas.
- Ibu pasien mengatakan demam terus- menerus selama 3 hari.
- Ibu pasien mengatakn pasien rewel.
DO:
- Pasien tampak lemas dan pucat.
- Suhu tubuh: 39◦C
- Pasien dalam keadaan berkeringat - Pendingin ruangan (-)
Proses penyakit Hipertermi
2. DS:
- Ibu pasien mengatakan porsi makan pasien berkurang dan sulit makan.
DO:
- Pasien tampak lemas dan pucat
- Porsi makan hanya habis 3-4 sendok makan.
Kurang asupan makanan
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. DS:- DO:
- Saat pengkajian dilihat An. A tampak lemas dan bibir kering
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan (misal):
status
hipermetabolik
Resiko kekurangan volume cairan
2.3.3 Rumusan Masalah 1. Hipertermi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung 3 hari, An. A rewel suhu tubuh 39◦C.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan pasien tampak pucat dan lemas.
3. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan hipermetabolik ditandai dengan An. A tampak lemas dan bibir kering.
2.3.5 Intervensi Asuhan Keperawatan pada An. A dengan masalah Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di lingkungan 1 Sari Rejo kecamatan Medan polonia
Hari/
tanggal
Diagnosa Intervensi Keperawatan (Perencanaan Keperawatan)
Senin, 06 juni 2017
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan pasien ibu pasien
mengatakan demam sudah berlangsung selama 3 hari, An.
A rewel dan suhu
tubuh 39◦C. Hipertemi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung 3 hari, An. A rewel suhu tubuh 39◦C Tujuan dan Kriteria Hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal dan stabil dengan rentang 36,6◦C, kulit tidak teraba hangat, tidak berkeringat berlebihan.
Rencana Keperawatan Rasional
Mandiri:
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Berikan pengetahuan pada keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.
3. Anjurkan ibu
memberikan pakaian yang tipis kepada pasien yang menyerap keringat.
4. Anjurkan ibu
memberikan banyak minum air putih 2-2,5 liter perhari
5. Berikan kompres hangat pada dahi, ketiak.
6. Memastikan pasien meminum obat penurun demam atau antipiretik yaitu parasetamol atau ibuprofen.
1. Tanda-tanda vital merupakam acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
2. Agar keluarga mengetahui
peningkatan suhu tubuh yang terjadi
dan untuk
mengurangi kecemasan
3. Untuk menjaga agar pasien merasa nyaman, dan pakaian tipis yang dikenakan untuk membantu
penguapan tubuh 4. Peningkatan suhu
tubuh
mengakibatkan penguapan tubuh meningkat
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak untuk
terjadinya dehidrasi.
5. Kompres hangat membantu untuk menurunkan suhu tubuh.
6. Sebagai obat penurun demam yang didapat dari puskesmas
terdekat.
Senin, 06 juni 2017
Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan, pasien tampak pucat dan lemas.
Tujuan dan Kriteria hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selam 3x24 jam, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, pasien tampak pucat dan lemas, diharapkan nutrisi pasien dapat terpenuhi, berat badan pasien kembali normal, nafsu makan kembali normal 3x sehari.
Rencana Keperawatan Rasional Mandiri:
1. Identifikasi alergi makanan pasien.
2. Monitor asupan diet pasien.
3. Anjurkan keluarga memberikan makanan dalam porsi yang sedikit tapi sering.
4. Tentukan diet sesuai
1. Mengetahui jenis makanan yang membuat pasien alergi.
2. Mempertahankan asupan diet pasien tetap stabil.
3. Mencukupkan kebutuhan nutrisi
dengan kebutuhan.
5. Berikan penkes kepada keluarga pasien tentang kebutuhan nutrisi.
pasien.
4. Memberikan diet kepada pasien sesuai dengan kebutuhan.
5. Meningkatkan kebutuhan nutrisi sesuai dengan kebutuhan.
senin, 06 juni 2017
Resiko
kekurangan cairan berhubungan dengan
hipermetabolik ditandai dengan An. A lemas dan bibir kering.
Tujuan dan Kriteria hasil:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, resiko kekurangan volume cairan dapat tertasi dengan kriteria hasil, tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit elastis, membaran mukosa lembab.
Rencana Keperawatan Rasional
Mandiri:
1. Identifikasi kemungkinan penyebab kekurangan cairan.
2. Monitor adanya kehilangan cairan.
3. Anjurkan keluarga memberikan banyak minum air putih.
1. Mengetahui penyebab untuk mengetahui penyelesaian.
2. Mengetahui keadaan umum pasien.
3. Mencukupkan kebutuhan agar tidak terjadi dehidrasi.
2.3.6 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan pada An. A dengan masalah Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di lingkungan 1 kecamatan Medan polonia.
Hari/
tanggal
Diagnosa Implementasi Keperawatan
Evaluasi SOAP Senin, 06-06-
2017
Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas ditandai dengan ibu mengatakan badan pasien
Tindakan Mandiri:
1. Membina hubungan saling percaya dengan An. A dan keluarga.
2. Melakukan pengkajian hingga pemeriksaan head to toe.
3. Mengobservasi tanda- S:
-Ibupasien mengatakan
Badan An. A terasa panas.
O:
-Tampak lemas dan sidikit pucat.
terasa panas, pasien tampak lemas, tidak ada pendingin
ruangan, pasien terlihat
berkeringat, suhu tubuh 39◦C.
tanda vital.
4. Memberikan penjelasan pada keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.
5. Menganjurkan ibu untuk menggunakan pakain yang tipis dan menyerap keringat.
6. Menganjurkan ibu memberikan banyak minum kepada pasien.
7. Memberikan kompres hangat.
8. Memastikan obat sudah diberikan kepada pasien.
-An. A tampak rewel.
-suhu tubuh 39◦C.
A:
-Masalah hipertermi belum teratasi wajah An. A masih pucat dan bibir kering.
P:
-Intervensi di lanjutkan.
Senin,06-06- 2017
Ketidakseimbang an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan, pasien tampak pucat dan lemas.
Tindakan Mandiri:
1. Monitor asupan diet pasien: makanan yang masuk ke tubuh 3-4 sendok.
2. Menganjurkan keluarga memberi makan dalam porsi yang sedikit tapi sering.
3. Memberikan penkes pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi:
menambah pengetahuan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi
S:
-Ibu pasien
mengatakan An. A sudah mau makan dan minum yang banyak.
O:
-Pasien habis makan 1 porsi.
A:
-Masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi.
P:-
Senin, 06-06- 2017
Resiko
kekurangan cairan berhubungan dengan dengan hipermetabolik.
Tindakan Mandiri:
1. Anjurkan ibu
memberikan banyak minum kepada An. A 2. Memberikan penjelasan
akibat kekurangan cairan tubuh.
3. Monitor status hidrasi pasien (kelembaban mukosa kering).
S:-pasien mengatakan An. A sudah mau minum yang banyak.
O:
-status hidrasi atau kelembababn
membrane mukosa lembab.
A:
-Pasien tidak ada tanda-tanda dehidrasi lagi.
P:
-intervensi dihentikan Selasa, 07-
06-2017
Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.
Tindakan Mandiri:
1. Mengobservasi tanda- tanda vital pasien.
2. Memberikan kompres hangat.
S:
-ibu An. A mengatakan demam sudah berkurang O:
-suhu tubuh 37,8◦C A:
-Masalah hipertermi teratasi sebagian temperatur berkurang 37,8◦C.
P:
-Intervensi dilanjutkan Rabu, 08-06-
2017
Hipertermi berhubungan dengan paparan lingkungan yang panas.
Tindakan Mandiri:
1. Mengobservasi tanda- tanda vital.
2. Mengobservasi membran mukosa, dan turgor kulit.
S:
-Ibu pasien mengatakan tidak demam lagi.
-ibu pasien
3. Memberikan kompres hangat.
mengatakan keringat yang keluar tidak banyak lagi.
O:
-Pasien tampak segar -Wajah pasien tidak pucat lagi
-Temperatur 36,5◦C A:
-Masalah teratasi P:
-Intervensi dihentikan.
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas. Sehubungan dengan kasus yang saya ambil pada karya tulis ilmiah adalah An. A dengan usia 1 tahun, berjenis kelamin laki-laki, beragama islam, tinggal di jl. Citra karya gang seram lingkungan 1 kecamatan Medan polonia. Pada tanggal 06 juni 2017 dan dilakukan pengkajian pukul 10.00 WIB. Pasien menderita demam sudah berlangsung selama 3 hari dan pasien rewel suhu tubuh 39◦C dan pernah mengalami riwayat kejang. Keluhan utama pasien adalah ibu pasien mengatakan An. A mengalami peningkatan suhu tubuh, disebabkan karena proses infeksi yang terjadi di dalam tubuh dan suhu tubuh An. A pernah sampai 40◦C, ibu pasien sudah membawa berobat ke puskesmas terdekat dan pasien kesulitan untuk makan. Untuk meminimalisasikan masalah pada diagnosa prioritas dan diagnosa keperawatan. Penulis menginplementasikan intervensi yang telah direncanakan oleh penulis 3x24 jam. Diagnosa prioritas yang diangkat oleh peneliti teratasi sesuai dengan target.
3.2 Saran
1. Bagi penulis
Diharapkan penulis dapat menggunakan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan dengan prioritas kebutuhan dasar yaitu hipertermi secara optimal pada pasien kelolaan.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
Sebaiknya pendidikan keperawatan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa dan menambah referensi tentang peningkatan suhu tubuh.
3. Bagi Praktik Keperawatan
Memberikan masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu keperawatan dan profesi keperawatan yang profesional sehingga bisa meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Dengan adanya bimbingan yang dilakukan oleh perawat selama proses pemberian asuhan keperawatan, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2007. Penanganan Demam Pada Anak,
http://naturaterapi.com/indeks.php/penanganan-demam-pada-anak/
Diakses 24 Juni 2013
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:
EGC
Doenges, Moorhouse dan Geisster A. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi4. Jakarta: EGC
Iqbal Wahid Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dsar Manusia Teori dan Aplikkasi dalam Praktki. Jakarta: EGC
Nelwan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter and Perry.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC
Suratun dan Lusiana. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: TIM
Lampiran
CATATAN PERKEMBANGAN Hari/
tanggal
No. Dx Implementasi Keperawatan
Senin, 06 Juni 2017
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung selama 3 hari, An. A rewel dan suhu tubuh 39◦C.
Tindakan Mandiri:
1. Membina hubungan saling percaya dengan An. A dan keluarga.
2. Melakukan pengkajian identitas hingga pemeriksaan head to toe pada An. A.
3. Mengobservasi tanda-tanda vital 4. Memberikan penjelasan pada
keluarga tentang peningkatan suhu tubuh yang terjadi.
5. Menganjurkan ibu pasien memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
6. Menganjurkan pasien untuk minum banyak kurang lebih 2- 2,5 liter per hari.
7. Memberikan kompres hangat.
8. Memastikan pasien sudah minum obat yang didapat dari puskesmas sesuai dengan resep yang diberikan dokter.
Senin, 06 Juni 2017
Ketidakseimbangan nutrisi 9kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan ditandai dengan pasien tampak pucat dan lemas.
Tindakan Mandiri:
1. Monitor asupan diet pasien:
makanan yang masuk ke tubuh 3-4 sendok.
2. Menganjurkan keluarga memberi makan dalam porsi yang sedikit
3. Memberikan penkes pada keluarga tentang kebutuhan nutrisi: menambah pengetahuan keluarga tentang pentingnya nutrisi bagi keluarga.
Senin, 06 Juni 2017
Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan hipermetabolik ditandai dengan An. A tampak lemas dan bibir kering.
Tindakan Mandiri:
1. Anjurkan ibu memberikan banyak minum kepada An. A.
2. Memberikan penjelasan akibat kekurangan cairan tubuh.
3. Monitor status hidrasi pasien (kelembaban mukosa kering).
Selasa, 07 Juni 2017
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung selama 3 hari, An. A rewel dan suhu tubuh 39◦C.
Tindakan Mandiri:
1. Mengobservasi tanda-tanda vital pasien.
2. Memberikan kompres hangat.
Rabu, 08 Juni 2017
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan ibu pasien mengatakan demam sudah berlangsung selama 3 hari, An. A rewel dan suhu tubuh 39◦C.
Tindakan Mandiri:
1. Mengobservasi tanda-tanda vital.
2. Mengobservasi membran mukosa, dan turgor kulit.
3. Memberikan kompres hangat.