• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Tuberkulosis Paru di Indonesia

N/A
N/A
Fiolita Nofrida

Academic year: 2024

Membagikan " Makalah Tuberkulosis Paru di Indonesia"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

Kami dengan rendah hati menyadari dan mengakui bahwa isi artikel ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih dalam proses pembelajaran. Penyusunan dokumen ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang membantu kami. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nieniek R selaku pengajar mata kuliah Keperawatan Medik Bedah I atas bimbingan yang diberikan kepada kami sehingga artikel ini dapat kami selesaikan.

Leukosit polimorfonuklear (PMN) memfagosit bakteri tetapi tidak membunuhnya. Kemudian leukosit digantikan oleh makrofag, alveoli yang terkena berkonsolidasi dan muncul gejala pneumonia akut. Gejala-gejala ini mungkin hilang dengan sendirinya. Prosesnya dapat berlanjut dan bakteri terus melakukan fagositosis dan. Bacillus juga menyebar melalui kelenjar getah bening regional. Lesi berkembang dan terbentuk bekas luka di sekitar tuberkulosis, yang disebut fokus Ghon, dan kombinasi serangan kelenjar getah bening regional dengan fokus Ghon disebut kompleks Ghon. Fokus ghon dapat menjadi nekrotik dan membentuk massa seperti keju, dapat mengalami pengapuran hingga membentuk lapisan pelindung sehingga kuman menjadi dorman. Setelah paparan awal dan infeksi, individu dapat mengembangkan penyakit aktif karena respon sistem kekebalan tubuh melemah atau tidak memadai. Penyakit aktif juga dapat terjadi karena infeksi ulang atau aktivasi bakteri yang tidak aktif. Hanya sekitar 10% dari mereka yang pertama kali terinfeksi mengembangkan penyakit aktif. Basil tuberkulosis dapat bertahan hidup dalam keadaan dorman selama lebih dari 50 tahun. Penyakit ini juga bisa menyebar melalui kelenjar getah bening dan. Pembuluh darah yang disebut limfohematogen menyebar ke berbagai organ lain, seperti usus, ginjal, selaput lendir otak, kulit dan lain-lain. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC).

Pathway Tuberkulosis Paru

Jenis – Jenis Tuberkulosis 1. Tuberkulosis Primer

Jika pertahanan tubuh (pejamu) kuat maka infeksi primer tidak akan berkembang lebih lanjut dan bakteri tuberkulosis tidak dapat berkembang biak lagi dan menjadi dorman atau dorman. Setelah infeksi primer teratasi, sejumlah kecil bakteri tuberkulosis masih hidup dalam keadaan tidak aktif di jaringan parut. Reaktivasi penyakit TBC terjadi jika daya tahan tubuh menurun, alkoholisme, keganasan, silikosis, diabetes melitus, AIDS.

Berbeda dengan TB primer, kelenjar getah bening regional dan organ lain jarang terkena pada TB sekunder, lesinya lebih terbatas dan terlokalisasi. Secara umum, kavitasi dan manifestasi lain dari TB sekunder merupakan akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai hipersensitivitas seluler. TBC paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari sumber eksogen, terutama pada usia lanjut dengan riwayat penyakit tersebut pada usia muda.

Biasanya hal ini terjadi di daerah apikal atau segmen posterior lobus superior (fokus Simon), 10-20 mm dari pleura dan segmen apikal lobus inferior. Hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya kadar oksigen di area tersebut, sehingga mendukung pertumbuhan bakteri TBC. Lesi sekunder berhubungan dengan kerusakan paru-paru. Kerusakan paru-paru disebabkan oleh produksi sitokin yang berlebihan. ditutupi oleh produksi tebal pembuluh darah paru. Rongga kronis ditutupi dengan jaringan fibrotik yang tebal. Masalah lain pada gigi berlubang kronis adalah kolonisasi jamur seperti aspergillus. Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada klien gangguan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).

Manifestasi Klinis Tuberkulosis Paru

Komplikasi

  • TULANG
  • USUS
  • OTAK
  • GINJAL

Pemeriksaan Penunjang 1. Ziehl Neelsen

Sayangnya, karena sel saraf rusak, pasien tidak bisa kembali ke kondisi normal. Bakteri tuberkulosis juga dapat merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun dari dalam tubuh akan terganggu. Selain itu, bukan tidak mungkin Anda akan mengalami gagal ginjal. Gejala umumnya adalah mual, muntah, nafsu makan berkurang, sakit kepala, lemas, dan sejenisnya. Gagal ginjal akut dapat disembuhkan sepenuhnya dengan perawatan dan pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronis tidak bisa disembuhkan. Beberapa dari mereka harus menjalani transplantasi ginjal. http://nerssaputra.blogspot.com/2011/01/kompasi-dasar-asuhan-nursing-pada.html). Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio sisa udara terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim. Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy, . S.Kp.2004. Keperawatan Bedah Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC).

Pencegahan

Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio sisa udara terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim. Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy,. S.Kp.2004. Keperawatan medis bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC).

Penatalaksanaan

Penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio sisa udara terhadap kapasitas total paru, dan penurunan saturasi oksigen akibat infiltrasi atau fibrosis parenkim. Asih, Niluh Gede Yasmin, S.Kp dan Christantie Effendy, . S.Kp.2004. Keperawatan Bedah Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC). Individu yang menunjukkan tes kulit tuberkulin positif setelah sebelumnya negatif, meskipun individu tersebut tidak menunjukkan gejala aktif, biasanya menerima antibiotik selama 6-9 bulan untuk membantu respon imun dan meningkatkan kemungkinan pemberantasan basal secara menyeluruh. Jika TBC resistan terhadap obat berkembang, obat yang lebih beracun akan diresepkan. Pasien boleh tetap dirawat di rumah sakit atau di bawah pengawasan karantina jika kepatuhan terhadap terapi medis rendah. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku. Patofisiologi Jakarta: Buku Kedokteran EGC). memperhatikan usia biologis klien. Tuberkulosis pada anak dapat terjadi pada semua usia, namun usia tersering adalah usia 1-4 tahun). Tuberkulosis biasanya menyerang salah satu faktornya yaitu rendahnya pendidikan). biasanya lingkungan kerja dapat menjadi faktor penyebab penyakit tuberkulosis paru). agar perawat mengetahui apakah lingkungan tempat tinggal klien merupakan salah satu faktor penyebab tuberkulosis paru). Hal ini penting agar perawat dapat mengetahui situasi kehidupan bangsal atau keluarga terdekat klien, sehingga perawat dapat membuat rencana pemulangan yang sesuai). Tuberkulosis sering disebut sebagai the great imitator, penyakit yang memiliki banyak kesamaan dengan penyakit lain yang juga menimbulkan gejala umum seperti lemas dan demam. Pada banyak klien, gejala yang muncul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan terkadang tanpa gejala. Keluhan yang sering dialami klien tuberkulosis paru untuk mencari pertolongan ke tim medis dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu. Keluhan batuk muncul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. Perawat harus menanyakan apakah batuknya nonproduktif/produktif atau ada darah pada dahaknya. Keluhan batuk darah pada penderita TBC paru selalu menjadi alasan utama pasien untuk mencari pertolongan medis. Hal ini disebabkan ketakutan klien terhadap darah yang keluar dari saluran pernafasan. tanyakan berapa banyak darah yang keluar atau hanya pembuluh darah yang berbentuk garis atau titik. Masalah ini terjadi bila kerusakan parenkim paru sangat luas atau karena ada hal penyerta seperti efusi pleura, pneumotoraks, anemia, dan lain-lain. Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik ringan. Gejala-gejala ini terjadi ketika tuberkulosis mempengaruhi sistem pernapasan di pleura. Sakit dan nyeri yang umum terjadi pada sore atau malam hari ini mirip dengan demam mirip flu, datang silih berganti dan berlangsung lebih lama. semakin lama serangannya, maka semakin pendek periode bebas serangannya. Masalah umum termasuk keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan rasa tidak enak badan. Keluhan biasanya berkembang secara bertahap dan terjadi dalam kurun waktu beberapa minggu/bulan. Namun, serangan akut disertai batuk, demam, dan sesak napas, meski jarang, mungkin juga menyerupai gejala pneumonia. Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada klien gangguan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).

Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat Kesehatan Lalu

Riwayat Kesehatan Keluarga dan Genogram

Penurunan berat badan pada penderita tuberkulosis paru erat kaitannya dengan proses penyembuhan penyakitnya serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan oleh penggunaan OAT. Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada klien gangguan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).

Pemeriksaan Fisik

Penurunan berat badan pada klien TB paru erat kaitannya dengan proses penyembuhan penyakitnya serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan oleh penggunaan OAT. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika). Muttaqin, Arif. 2008. Buku Pedoman Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).

Pemeriksaan Sistematis B1 (Breathing)

Tuberkulosis paru yang disertai atelektasis paru menyebabkan bentuk dada menjadi tidak simetris sehingga menyebabkan penderitanya mengalami penyempitan ruang interkostal (ICS) pada sisi yang terkena. Periksa jumlah produksi sputum, terutama bila tuberkulosis paru disertai bronkiektasis yang menyebabkan klien mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat besar. Pada tuberkulosis paru yang disertai efusi pleura masif dan pneumotoraks akan mendorong posisi trakea berlawanan arah dengan posisi penyakit.

TBC paru tanpa komplikasi saat dilakukan palpasi, pergerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara sisi kanan dan kiri. Penurunan gerak dinding pernafasan biasanya menandakan TB paru dengan kerusakan parenkim paru yang luas. Penurunan fremitus teraba pada klien TB paru biasanya dijumpai pada klien dengan komplikasi efusi pleura masif, sehingga transmisi suara menurun karena transmisi getaran suara harus melewati cairan yang terkumpul di rongga pleura.

Pada penderita TBC paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan terdengar bunyi resonansi atau nyaring di lapang paru. Penderita tuberkulosis paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan mengeluarkan suara yang tumpul hingga tumpul pada sisi yang terkena. Pada penderita tuberkulosis paru, muncul suara pernapasan tambahan (rini) pada sisi yang terkena. Penting bagi perawat yaitu penyidik. mendokumentasikan hasil auskultasi pada daerah ditemukannya ronkus. Bunyi yang terdengar melalui stetoskop pada saat klien berbicara disebut resonansi vokal. Pasien dengan tuberkulosis paru yang menyertai. Komplikasi seperti efusi pleura dan pneumotoraks mengakibatkan penurunan resonansi vokal pada sisi yang terkena. Pada penderita tuberkulosis paru, penilaian yang diperoleh meliputi : Inspeksi : memeriksa adanya jaringan parut dan keluhan kelemahan fisik Palpasi : nadi perifer lemah. Perkusi: batas jantung tergeser pada TB paru dengan efusi pleura masif yang mendorong sisi yang sehat. Auskultasi: tekanan darah biasanya normal, bunyi jantung tambahan biasanya tidak terdengar. Kesadaran biasanya compos mentis, sianosis perifer ditemukan bila gangguan perfusi jaringan berat. Selama penilaian obyektif, klien tampak dengan wajah meringis, menangis, mengerang, meronta dan menggeliat. Saat mata diperiksa, biasanya ditemukan adanya. konjungtiva anemia pada tuberkulosis paru dengan hemoptoma masif dan kronis serta sklera ikterik pada tuberkulosis paru dengan gangguan fungsi hati. Mengukur jumlah urin yang dikeluarkan berhubungan dengan asupan cairan. Oleh karena itu, perawat harus memantau adanya oliguria karena ini merupakan tanda awal syok. Klien disarankan untuk membiasakan diri dengan urine yang berwarna oranye tua dan berbau tidak sedap. menunjukkan fungsi ginjal masih normal sebagai ekskresi akibat konsumsi OAT khususnya rifampisin. Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Aktivitas sehari-hari sangat berkurang pada penderita tuberkulosis paru. Gejala yang terjadi antara lain lemas, mudah lelah, susah tidur, gaya hidup sedentary, dan jadwal olahraga yang tidak teratur. Muttaqin, Arif. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan pada klien gangguan pernafasan. Jakarta: Salemba Medika).

Kebiasaan Sehari - hari 1. Pola Makan

Data Psikologi, Sosio, Spritual

Data Penunjang

Program Terapi dan Penatalaksanaan II. Analisa Data

Diagnosa Keperawatan

Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian yang dibayangkan (ketidakmampuan bernapas) dan prognosis penyakit yang tidak jelas. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang perjalanan penyakit dan manajemen perawatan di rumah.

Rencana Intervensi

Mengidentifikasi penyebabnya memungkinkan kita menentukan jenis efusi pleura sehingga kita dapat mengambil tindakan yang tepat. Tidak adanya gelembung udara mungkin menunjukkan bahwa ekspansi paru-paru sudah optimal atau saluran drainase tersumbat. Setelah WSD dilepas, tutuplah sisi saluran masuk dengan kain kasa steril dan perhatikan tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan kambuhnya pneumotoraks, seperti sesak napas dan keluhan nyeri.

Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan efektif jaringan paru, atelektasis, kerusakan membran. Kaji perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan warna kulit, termasuk selaput lendir dan kuku. Perubahan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan, anoreksia, dispnea, peningkatan metabolisme tubuh.

Rencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi dan kalori yang meningkat akibat status hipermetabolik klien. Langkah-langkah yang tepat harus diambil untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien dan membangun kepercayaan untuk mengurangi kecemasan. Kaji kemampuan klien untuk berpartisipasi dalam pembelajaran (tingkat kecemasan, kelelahan umum, pengetahuan klien sebelumnya dan suasana yang sesuai).

Pelajari dan kaji kemampuan klien dalam mengidentifikasi gejala/tanda reaktivasi penyakit (hemoptisis, demam, nyeri dada, kesulitan bernapas, gangguan pendengaran, dan vertigo).

Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Model pelacakan household contact diharapkan akan meningkatkan CDR TB paru sehingga hasil penelitian dapat dijadikan masukan untuk mengimplementasikan model pelacakan

Penelitian ini mampu menambah ilmu pengetahuan serta informasi bagi peneliti lain terkait hubungan pengetahuan terhadap keyakinan diri penderita TB paru sehingga

Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Manajemen Regimen Terapeutik Pasien Tuberkulosis (TB) di Poli TB RS Paru Jember ( Relationship between The Nurse Caring Behavior

Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian keterlambatan diagnosis TB paru adalah jenis pekerjaan, gejala awal yang muncul, pelayanan kesehatan

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang masih merupakan masalah kesehatan di dunia dan Indonesia sampai

tuberculosis yang digunakan Bostanabad et al berasal dari sumber yang sama dengan penelitian ini, yaitu dari sputum penderita TB paru, tetapi Bostanabad et al tidak meng-inklusi

Sesuai dengan hasil dilapangan, bahwa umur tidak mempengaruhi kepatuhan berobat pasien TB Paru, baik umur yang tergolong produktif (15-50 tahun) maupun umur yang

Analisis spasial menunjukan bahwa sebaran kasus baru dan insiden TB paru BTA (+) cenderung mengikuti sebaran kepadatan penduduk, jumlah tenaga kesehatan dan