MAKALAH Tentang
PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA
Dosen Pengampu : Hairunisa, M.Pd.
Oleh Kelompok VII :
Nama Anggota : 1. Ainun Hikmawati: 2022070063 2. Muhsina : 2022070053 3. Marliah : 2022070089 4. Kurniati : 2022070070 5. Nurfaija : 2022070086
Kelas : III – B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD) SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
TAMAN SISWA BIMA SEPTEMBER 2023 KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulisan makalah yang bersifat sederhana ini, dibuat berdasarkan tugas kelompok yang di berikan oleh Dosen Pengampu.
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kami semua dapat menyusun, menyesuaikan, serta dapat menyelesaikan sebuah makalah ini. Di samping itu, kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yan telah banyak membantu kami dalam menyelesaikan pembuatan sebuah makalah ini, baik dalam bentuk moril maupun dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang masih banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini. Di samping itu, kami sangatt mengharapkan kritik serta sarannya dari semua teman-teman demi tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa akan datang.
Bima, September 2023
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...
KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan... 2 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Discoveri Learning... 3 2.2 Metode Diskusi... 9 2.3 Metode Latihan ... 16 BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ... 20 B. Saran ... 20 DAFTAR PUSTAKA ... 21
BAB PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar siswa.
Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah tentang Metode Discoveri Learning?
2. Bagaimanakah tentang Metode Diskusi?
3. Bagaimanakah tentang Metode Latihan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Metode Discoveri Learning 2. Untuk mengetahui tentang Metode Diskusi
4. Untuk mengetahui tentang Metode Latihan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Discoveri Learning 2.1.1 Pengertian
Menurut Sund dalam Roestiyah (1998,22),discovery learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain:
Mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjejelaskan, mengukur, membuat kesinmpulan,dan sebagainya.
Para ahli mendefinisikan discovery learning berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandanganya masing-masing:
1. Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman serta melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.
2. Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
3. Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagian hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ide menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier dalam Winddiharto(2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata-mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.
2.1.2 Langkah-langkah metode discovery Learning
Menurut Jerome Bruner Langkah-langkah penggunaan discovery learning ada 6:
a. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198). Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah Syah (2004:244). Sebagaimana pendapat Djamarah (2002:22) bahwa: tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Teacher can provide the condition in which discovery learning is nourished and will grow. One way they can do this is to guess at answers and let the class know they are guessing. (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248). Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Sedangkan menurut (Djamarah, 2002:22) permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisa perrmasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang bergunaammembangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Sebagaimna pendapat Bruner bahwa: The students can then analyze the teacher’s answer. This help prove to them that exploration can be both rewarding and safe. And it is thus a valuable technique for building life long discovery habits in the student (Norman dan Richard Sprinthall, 1990:248).
c. Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data processing (pengolahan data)
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi.
Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e. Verification (pentahkikan/pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41). Sehingga setelah mencapai tujuan tersebut atau berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak (Djamarah, 2002:22).
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalitation/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198), yang perlu diperhatikan siswa setelah menarik kesimpulan adalah proses generalisasi menekankan pentingnya penguasaan pelajar atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu (Slameto, 2003:119). Yaitu dengan menangkap ciri-ciri atau sifat sifat umum yang terdapat dalam sejumlah
hal yang khusus (Djamarah, 2002:191)Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan mengaplikasikan metode discovery learning.
2.1.3 Implementasi Metode Discovery Learning
Ada banyak cara untuk menerapkan model pembelajaran penemuan, salah satunya dalam pembelajaran Matematika untuk konsep bilangan prima.
Minta siswa untuk meletakkan kacang di baris dan kolom. Dalam prosesnya, siswa akan menemukan angka-angka tertentu di mana kacang tidak bisa ditata dalam baris dan kolom lengkap karena ada satu yang terlalu banyak atau sedikit. Dengan begitu, mereka akan menemukan sendiri konsep bilangan prima.
Contoh discovery learning lainnya adalah saat siswa diminta untuk menemukan sendiri bagaimana lilin bekerja. Mereka akan melakukan pengamatan sederhana, kemudian membuat ide dan hipotesis yang akan diuji.
Di sini, guru berperan untuk mendukung pembelajaran, lalu menjelaskan pembakaran dalam Kimia berdasarkan hasil penemuan siswa.
Kegiatan-kegiatan di atas mendorong keterlibatan siswa secara aktif, memotivasi mereka dalam belajar, mengembangkan kreativitas dalam pemecahan masalah, dan memberikan pengalaman belajar yang baru.
2.2 Metode Diskusi
2.2.1 Pengertian Metode Diskusi
Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan
kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs. 1979: 251).
Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan.Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, seringkali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain.
Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai nara sumber. Dalam penentuan pimpinan diskusi, anggota kelompok dapat menetapkan pemimpin diskusi mereka sendiri.
Sehingga melalui metode diskusi, keaktifan siswa sangat tinggi.
Mc.Keachie dan Kulik (Gage dan Berliner, 1984: 487), menyebutkan bahwa dibanding dengan metode ceramah, dalam hal retensi, proses berfikir tingkat tinggi, pengembangan sikap dan pemertahanan motivasi, lebih baik dengan metode diskusi. Hal ini disebabkan metode diskusi memberikan kesempatan anak untuk lebih aktif dan memungkinkan adanya umpan balik yang bersifat langsung.
Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.
Hasil-hasil penelitian tentang penggunaan metode diskusi kelompok oleh Lorge, Fox, Davitz, dan Brenner (Davies, 1984:237--239) dapat disimpulkan dalam rangkuman berikut.
a. Mengenai soal-soal yang berisiko, keputusan kelompok lebih radikaldari pada keputusan perorangan.
b. Kalau ada lagi pendapat tentang sebuah soal yang masih baru, makapemecahan kelompok lebih tepat daripada pemecahan perorangan;
tetapi tidak selalu demikian kalau soalnya biasa-biasa saja.
c. Kalau bahan persoalan bukan materi baru, dan anggota-anggotakelompok mempunyai keterampilan dalam memecahkan soal-soal sejenis, pemecahan kelompok lebih baik dari pemecahan oleh anggota masing- masing, tetapi kadang-kadang pemcahan anggota yang paling cerdas lebih baik lagi.
d. Kebaikan utama diskusi kelompok bukanlah pengajuan banyak pendekatan, melainkan penolakan terhadap pendekatan yang tidak masuk akal. (Konklusi ini tidak berlaku untuk "brain storming").
e. Yang memperoleh keuntungan dari diskusi kelompok, ialah siswa- siswayang lemah dalam pemecahan soal.
f. Superioritas kelompok merupakan fungsi dari kualitas tiap anggota kelompok. Sebuah kelompok dapat diharapkan memecahkan sebuah soal,kalau sekurang-kurangnya satu anggota dapat memecahkan soal itu secaraindividual, sekalipun ia memerlukan lebih banyak waktu.
g. Dalam hal waktu, metode kelompok biasanya kurang efisien. Kalau anggota-anggota kelompok dapat bekerja lebih cepat daripada kerja
perorangan.
h. Kehadiran orang luar mempengaruhi prestasi anggota-anggotakelompok.
Kalau kelompok itu bekerjasama secara harmonis, dan orangluar bergabung dengan kelompok, hal itu mempunyai pengaruh positif;kalau kerja sama itu tidak harmonis, maka kehadiran itu merusak,jika dia hanya bertindak sebagai pendengar saja.
i. Dengan metode diskusi perubahan sikap dapat dicapai dengan lebihbaik daripada kritik langsung untuk mengubah sikap yang diharapkan.Metode diskusi juga paling baik untuk memperkenalkan inovasi-inovasiatau perubahan.
j. Kalau dipakai struktur pembahasan yang cocok dengan tugas, dancukup waktu untuk meninjau persoalan dari segala segi, serta jikaanggota- anggota tidak saling mengevaluasi, maka diskusi kelompokterbukti lebih kreatif daripada belajar perorangan. (Kondisi-kondisi ini terdapat pada
"brain storming").
Bertolak dari hasil-hasil penelitian tersebut di atas menyokong asumsi bahwa keunggulan metode diskusi terletak pada efektivitasnya untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran tingkat tinggi dan tujuan pembelajaran ranah afektif (Davies, 1984: 239). Karena itu, ada tiga macam tujuan pembelajaran yang cocok melalui penggunaan metode diskusi:(1) penguasaan bahan pelajaran, (2) pembentukkan dan modifikasi sikap, serta (3) pemecahan masalah.
Pembentukkan dan modifikasi sikap merupakan tujuan diskusi yang berorientasi pada isu yang sedang berkembang. Diskusi yang bertujuan
membentuk atau memodifikasi sikap ini, dimulai dengan guru mengajukan permasalahan atau sejumlah peristiwa yang menggambarkan isu yang ada dalam masyarakat (seperti: kolusi dalam suatu lembaga, pelecehan seksual, gerakan disiplin nasional, penggusuran, dan lain sebagainya). Guru atau pimpinan kelompok selanjutnya meminta pandangan dari anggota kelompok untuk menemukan alternatif-alternatif pemecahan masalah isu tersebut.
Komentar-komentar terhadap masalah atau jawaban masalah dapat diberikan anggota kelompok maupun pimpinan kelompok.
Selama diskusi berlangsung, pemimpin diskusi mencoba memperoleh penajaman dan klarifikasi yang lebih baik tentang isu tersebut dengan memperkenalkan contoh-contoh yang berbeda, dan menggerakkan para anggota diskusi mengajukan pernyataan-pernyataannya.
2.2.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Diskusi
Langkah-langkah diskusi sangat bergantung pada jenis diskusi yang digunakan.Hal ini dikarenakan tiap-tiap jenis memiliki karakteristik masing- masing.Seminar memiliki karakteristik yang berbeda dengan simposium, brain storming, debat, panel, sindikat group dan lain-lain. Demikian pula siposium dan yang lain-lain tersebut juga memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Akibat perbedaan karakteristik tersebut, maka langkah dan atau prosedur pelaksanaannya berbeda satu dengan yang lain. Meskipun demikian, secara umum untuk keperluan pembelajaran di kelas, langkah- langkah diskusi kelas dapat dilaksanakan dengan prosedur yang lebih sederhana.
Langkah-langkah penggunaan metode diskusi melalui tahap-tahap berikut ini:
a. Tahap Persiapan
1) Merumuskan tujuan pembelajaran
2) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
3) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
4) Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi:
a) menentukan dan merumuskan aspek-aspek masalah, b) menentukan alokasi waktu,
c) menuliskan garis besar bahan diskusi, d) menentukan format susunan tempat, e) menetukan aturan main jalannya diskusi.
5) Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi:
a) menggandakan bahan diskusi, b) menentukan dan mendisain tempat,
c) mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
b. Tahap pelaksanaan
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
3) Menjelaskan prosedur diskusi.
4) Mengatur kelompok-kelompok diskusi 5) Melaksanakan diskusi.
c. Tahap penutup
1) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
2) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
3) Memberikan umpan balik.
4) Menyimpulkan hasil diskusi.
2.2.3 Implementasi Metode
Pokok Bahasan : Sumber Daya Alam
a. Metode belajar yang digunakan metode sumbang saran (brain-storming).
b. Proses pembelajaran (siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya; mengemukakan masalah baru, berlatih mengajukan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik.
Masalah yang dapat diajukan daiantaranya;
1) Apa yang dimaksud dengan sumber daya alam?
2) Apakah semua sumber daya alam dapat diperbaharui?
3) Bagaimana cara yang dapat kita lakukan untuk mengkonversikan sumber daya alam?
4) Dan permasalahan lain yang mungkin berkembang dari permasalahan di atas;
c. Jika terdapat kesalahan konsep (miskonsepsi) yang berkembang dalam pembicaraan, kita harus meluruskannya tanpa harus menyinggung dari pendapat siapa kesalahan itu bermula, dengan penyampaian yang bijak.
d. Evaluasi terhadap metode yang digunakan
Berhasil jika selama kegiatan seluruh siswa terlibat aktif dalam menaggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar, bertanya, atau
mengemukakan masalah baru dan mampu menyampaikannya dengan bahasa dan kalimat yang baik.
2.3 Metode Latihan
2.3.1 Pengertian Metode Latihan/Drill
Penggunaan istilah drill atau latihan sering disamakan artinya dengan istilah ulangan. Padahal latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pengajaran tersebut.
a. Mengenai definisi atau pengertian metode drill, para ahli memberikan definisi yang agak sedikit berbeda meskipun pada intinya definisi-definisi tersebut sama. Adapun metode drill (latihan siap) menurut beberapa pendapat antara lainRoestiyah berpendapat metode drill, ialah suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau ketrampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari.
b. Menurut Ramayulis, metode drill atau disebut latihan siap dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau ketrampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukan secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan siap-siaga.
c. Menurut Abdul Majid, suatu rencana menyeluruh tentang penyajian materi secara sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan dengan cara
latihan agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat dimiliki dan dikuasai sepenuhnya oleh peserta didik.
d. Zuhairini mendefinisikan drill sebagai suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.
e. Menurut Shalahuddin, ialah suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan menjadi permanen.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa terlebih dahulu telah dibekali dengan pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
2.3.2 Langkah-langkah Metode Drill (Latihan)
Dalam pelaksanaannya, metode ini terkadang mengalami beberapa hambatan, teutama terkait dengan kesiapan guru dan pengkondisian kelas. Oleh karena itu, guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip umum metode drill berikut ini:
a. Drill hanyalah untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
b. Latihan harus memiliki arti dalam rangka yang lebih luas.
1) Sebelum dilaksanakan latihan siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan itu.
2) Siswa perlu menyadari bahwa latihan- latihan itu berguna untuk kehidupan siswa selanjutnya.
3) Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan-latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar.
c. Latihan – latihan itu pertama- tama harus ditekankan kepada diagnose.
1) Pada taraf- taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang mengurus.
2) Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul.
3) Respon yang benar akhirnya harus dikenal siswa dan respon yang salah harus diperbaiki.
4) Siswa memerlukan waktu untuk mewarisi latihan, perkembangan arti dan control.
5) Di dalam latihan pertama- tama ketetapan, kemudian kecepatan, dan pada akhirnya kedua- duanya harus dapat tercapai.
d. Masa latihan relative singkat, tetapi harus sering dilakukan pada waktu lain.
e. Masa latihan menarik, gembira, dan menyenagkan.
1) Agar hasil latihan memuaskan, minat intrinsic diperlukan.
2) Tiap- tiap kemajuan yang dicapai siswa harus jelas.
3) Hasil latihan terbaik dengan sedikit menggunakan emosi.
f. Pada waktu latihan, harus didahulukan proses yang sensual.
g. Proses latihan dan kebutuhan harus disesuaikan kepada perbedaan individu.
1) Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak usah sama.
2) Latihan secara perseorangan perlu untuk menambah latihan kelompok.
Selain itu, dalam pelaksanaan metode drill ini yang tak kalah pentingnya bagi seorang guru adalah memerhatikan petunjuk dibawah ini:
a. Sebelum latihan dimulai, siswa hendaknya diberi pengertian yang mendalam tentang apa yang dilatihkan.
b. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnostis. Kalau pada latihan pertama siswa tidak berhasil, maka guru mengadakan perbaikan lalu penyempurnaan.
c. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
d. Latihan hendaknya disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
e. Latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan berguna.
2.3.3 Implementasi Metode Latihan
Dalam Metode Latihan Ilmu Pengetahuan Alam guru harus selalu meneliti hambatan-hambatan atau kesukaran- kesukaran apa yang ditemui oleh murid selama melakukan latiah Ilmu Pengetahuan Alam yang guru berikan.
Dari Hambatan-hambatan yang ditemui guru dapat memperbaikinya pada latihan-latihn berikutnya. Sebagai Guru juga harus memberikan tanggapan- tanggapan yang telah benar dan memperbaiki tanggapan-tanggapan yang salah setelah latihan di lakukan.
Contoh metode Latihan yaitu latihan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di laboratorium sperti menggunakab mikroskop, penggolongan berbagai jenis hewan dan tanaman . Metode latihan ini bertujuan untuk murid menguasa keterampilan melakukan sesuatu dan memliki keterampilan yang lebih baik dari apa yang di pelajarinya sebelumnya.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa.
2. Diskusi sebagai metode pembelajaran adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.
3. Bahwa metode drill (latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
3.2 Saran
Dari makalah yang telah penulis buat, mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu dari penulisan atau dari kata-katanya, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna memperbaiki makalah ini nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8533922/MODEL_PEMBELAJARAN_DISCOVERY_LEA RNING
https://www.scribd.com/document/409636067/Makalah-Discovery-Learning
https://gurubelajar.id/metode-discovery-learning-dan-strategi-implementasinya-di-kelas/
https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-diskusi.html
http://nengberbagi.blogspot.com/2014/11/metode-pembelajaran-driil.html https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/metode-latihan-driil.html
http://ayuvisgatiara14.blogspot.com/2017/11/metode-dalam-pembelajaran-ipa-di- sd.html