• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pembelajaran Inkuiri

N/A
N/A
maria napitupulu

Academic year: 2024

Membagikan "Model Pembelajaran Inkuiri"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Metodologi Pembelajaran Matematika MODEL PEMBELAJARAN

INKUIRI

Dosen Pengampu : Dr. Edy Surya, M.Si

Disusun Oleh:

Meri Chrismas Silalahi 8246171012

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat- Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penyusunan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Metodologi Pembelajaran Matematika. Penulis menyadari bahwa makalah ini sebenarnya masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu, pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki dalam menemukan referensi yang berkaitan dengan Model Pembelajaran inquiry learning. Dengan segala kerendahan hati, penulis menantikan kritik dan saran yang membangun atas penulisan makalah ini agar dapat memberikan manfaat khusunya bagi penulis sendiri umumnya dan kepada seluruh pembaca makalah ini.

Medan, 31 Agustus 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan... 2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri ... 3 B. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam

Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika

Siswa... 5 C. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri dalam

Meningkatkan Minat dan Motivasi Siswa dalam Belajar

Matematika... 7 D. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan

Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika... 9 E. Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri pada

Pembelajaran Matematika dan Cara

Mengatasinya... 11 F. Model pembelajaran inkuiri dan hubungannya

dalam kehidupan nyata... .13

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan... 14 B. Saran ... 14

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran matematika sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan terlalu abstrak oleh sebagian besar siswa. Mereka sering mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi kehidupan nyata, sehingga mengurangi minat dan motivasi mereka untuk belajar. Permasalahan ini dapat menyebabkan hasil belajar yang tidak optimal dan membuat siswa semakin enggan untuk mendalami mata pelajaran matematika.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif. Salah satu pendekatan yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa adalah model pembelajaran inkuiri. Model ini menawarkan cara belajar yang menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran, dimana mereka didorong untuk berperan aktif dalam proses pencarian pengetahuan.

Model pembelajaran inkuiri adalah sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pada proses investigasi aktif oleh siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman mereka sendiri.

Melalui model ini, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi dari guru, melainkan didorong untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menemukan jawaban atas permasalahan yang dihadapi secara mandiri. Pendekatan ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analisis, dan pemecahan masalah yang sangat penting dalam pembelajaran matematika.

Bransford, Brown, dan Cocking (2000) menjelaskan bahwa pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk terlibat secara mendalam dengan materi pelajaran, sehingga mereka dapat memahami konsep-konsep matematika dengan lebih baik. Dengan melibatkan siswa dalam proses inkuiri, mereka tidak hanya belajar mengenai konsep matematika itu sendiri, tetapi juga bagaimana cara berpikir secara ilmiah dan sistematis, yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang kompleks.

Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan minat, motivasi, dan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran

(5)

ini. Selain itu, model ini juga dapat membekali siswa dengan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah yang mereka perlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam karir mereka di masa depan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika siswa?

2. Apakah model pembelajaran inkuiri efektif dalam meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika?

3. Bagaimana model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika?

4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran matematika dan bagaimana cara mengatasinya?

5. Sejauh mana model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi kehidupan nyata?

C. Tujuan Masalah

1. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika melalui penerapan model pembelajaran inkuiri.

2. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif dan eksploratif.

3. Mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa dalam pembelajaran matematika melalui proses inkuiri.

4. Mengidentifikasi dan mengatasi kendala yang mungkin muncul dalam penerapan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran matematika.

5. Membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi kehidupan nyata melalui pembelajaran inkuiri yang kontekstual.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)

Model pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pendidikan yang berfokus pada proses investigasi aktif oleh siswa untuk membangun pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman mereka sendiri. Dalam model ini, siswa tidak hanya sekadar menerima informasi dari guru, tetapi juga didorong untuk menjadi peneliti aktif yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Mereka berpartisipasi dalam kegiatan bertanya, mengeksplorasi, mengamati, menganalisis, dan menarik kesimpulan secara mandiri atau kolaboratif. Pembelajaran inkuiri menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, di mana mereka diajak untuk mengeksplorasi berbagai pertanyaan atau masalah yang relevan dengan materi pelajaran. Siswa ditantang untuk mencari jawaban melalui pengamatan, eksperimen, diskusi, dan refleksi, sehingga mereka tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memahami bagaimana pengetahuan itu diperoleh dan diaplikasikan.

Menurut, John Dewey (1910) , salah satu pelopor model ini, menjelaskan bahwa inkuiri adalah proses di mana siswa aktif terlibat dalam eksplorasi masalah dan fenomena nyata,

mengajukan pertanyaan, dan membangun pemahaman berdasarkan pengalaman langsung.

Selanjutnya, Jerome Bruner (1961) memperkuat gagasan tersebut dengan menekankan bahwa pembelajaran inkuiri melibatkan siswa dalam penemuan pengetahuan melalui eksplorasi aktif, di mana peran guru adalah sebagai fasilitator, bukan hanya sebagai pemberi informasi.

Joseph Schwab (1966) menambahkan konsep "pembelajaran inkuiri terbimbing", yang mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dengan bantuan guru, terutama dalam pemecahan masalah berdasarkan data empiris yang mereka kumpulkan sendiri.

David Ausubel (1968) menekankan pentingnya pengetahuan awal dalam proses inkuiri.

Menurutnya, pembelajaran akan lebih efektif jika siswa memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk memahami dan mengintegrasikan informasi baru yang mereka temukan.

Sementara itu, Lev Vygotsky (1934, diterjemahkan 1978) , melalui konsep "zona perkembangan proksimal" (ZPD), menyatakan bahwa interaksi sosial dan dukungan dari guru atau teman sebaya sangat penting dalam mencapai pemahaman yang lebih tinggi selama proses inkuiri.

(7)

Ada beberapa tahapan utama dalam model pembelajaran inkuiri, yaitu:

1. Orientasi: Tahap ini melibatkan pengenalan terhadap masalah atau pertanyaan yang akan dieksplorasi. Guru dapat memulai dengan memberikan stimulus berupa fenomena, pertanyaan terbuka, atau masalah yang memancing rasa ingin tahu siswa.

2. Merumuskan Pertanyaan: Siswa didorong untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari orientasi awal. Pertanyaan ini menjadi dasar untuk kegiatan eksplorasi selanjutnya.

3. Hipotesis: Siswa membuat hipotesis atau dugaan sementara yang akan diuji selama proses inkuiri. Hipotesis ini biasanya berdasarkan pengetahuan awal atau pemahaman sementara yang dimiliki siswa.

4. Eksplorasi: Siswa melakukan eksplorasi untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang telah dirumuskan. Ini dapat dilakukan melalui eksperimen, pengumpulan data, pengamatan, atau penelitian lapangan.

5. Analisis dan Interpretasi: Siswa menganalisis data atau informasi yang telah dikumpulkan dan mencoba menghubungkannya dengan hipotesis yang telah dibuat. Mereka menafsirkan hasilnya dan menarik kesimpulan.

6. Komunikasi Hasil: Siswa mempresentasikan hasil temuan mereka kepada guru dan teman-teman sekelasnya. Ini bisa dilakukan melalui presentasi, diskusi, laporan tertulis, atau media lainnya.

7. Refleksi: Siswa dan guru merefleksikan proses yang telah dilakukan, mengevaluasi pemahaman yang diperoleh, serta mempertimbangkan langkah-langkah selanjutnya untuk memperdalam pengetahuan atau memecahkan masalah lain yang lebih kompleks.

(8)

Model pembelajaran inkuiri sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis, analitis, dan problem-solving. Selain itu, model ini juga meningkatkan motivasi belajar siswa karena mereka merasa terlibat langsung dalam proses penemuan dan memahami relevansi pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Dengan demikian, model ini sangat cocok diterapkan dalam berbagai mata pelajaran, termasuk matematika, sains, dan ilmu sosial.

Model pembelajaran inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan dan eksplorasi oleh siswa. Dalam model ini, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, melakukan investigasi, dan menarik kesimpulan sendiri, bukan hanya menerima informasi secara pasif.

B. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Model pembelajaran inkuiri merupakan pendekatan yang efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika. Penerapan model ini berfokus pada pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis, serta keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Adapun penerapan model pembelajaran inkuiri dalam matematika dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa melalui beberapa mekanisme berikut:

1. Pengalaman Belajar yang Mendalam dan Kontekstual:

Model pembelajaran inkuiri mengarahkan siswa untuk tidak hanya mempelajari konsep matematika secara teoritis, tetapi juga menerapkannya dalam konteks yang nyata melalui eksplorasi dan investigasi. Dengan terlibat langsung dalam proses penemuan, siswa dapat menginternalisasi konsep-konsep tersebut secara lebih efektif karena mereka dapat melihat aplikasi langsung dari konsep-konsep tersebut dalam situasi yang relevan dan kontekstual.

2. Pembelajaran Berbasis Pertanyaan:

Pembelajaran inkuiri dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah yang menantang, yang bertujuan untuk mendorong siswa berpikir kritis dan mencari solusi. Proses bertanya ini penting untuk mendorong siswa mengeksplorasi lebih dalam konsep-konsep matematika yang diajarkan, sehingga mereka tidak hanya menerima informasi secara pasif tetapi juga membangun pemahaman mereka sendiri melalui investigasi yang didorong oleh rasa ingin tahu.

3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Analitis:

(9)

Melalui proses inkuiri, siswa dilatih untuk menganalisis masalah, mengidentifikasi pola, menyusun hipotesis, dan mengevaluasi hasil dari investigasi mereka. Pengembangan keterampilan berpikir kritis dan analitis ini sangat penting dalam membantu siswa memahami konsep-konsep matematika yang lebih kompleks. Siswa belajar untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga memperkuat pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.

4. Keterlibatan Aktif dalam Pembelajaran:

Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, yang secara signifikan dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mereka. Keterlibatan aktif ini memungkinkan siswa untuk lebih fokus dan tertarik pada materi yang dipelajari, sehingga pemahaman mereka terhadap konsep matematika menjadi lebih kuat dan bertahan lama.

5. Kolaborasi dan Diskusi:

Pembelajaran inkuiri sering melibatkan diskusi dan kerja sama antar siswa. Kolaborasi ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk berbagi ide, memeriksa pemahaman satu sama lain, serta belajar dari perspektif yang berbeda. Melalui diskusi ini, siswa dapat mengklarifikasi pemahaman mereka, mengoreksi kesalahan konsep, dan membangun pemahaman yang lebih komprehensif terhadap materi yang dipelajari.

6. Refleksi dan Evaluasi:

Tahap refleksi dalam pembelajaran inkuiri memberikan ruang bagi siswa untuk merenungkan proses pembelajaran yang telah mereka lalui, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, serta mempertimbangkan bagaimana pemahaman mereka berkembang. Proses refleksi ini membantu siswa untuk mengidentifikasi dan memperbaiki kesenjangan dalam pemahaman mereka, sehingga mereka dapat mencapai pemahaman yang lebih baik terhadap konsep-konsep matematika.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran inkuiri tidak hanya membantu siswa dalam memahami konsep-konsep matematika, tetapi juga membangun keterampilan berpikir kritis, kemampuan analitis, dan pemecahan masalah yang sangat penting dalam pembelajaran matematika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

(10)

C. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri dalam Meningkatkan Minat dan Motivasi Siswa dalam Belajar Matematika

Model pembelajaran inkuiri telah terbukti efektif dalam meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Efektivitas ini dapat dijelaskan melalui beberapa faktor berikut:

1. Keterlibatan Aktif Siswa:

Model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek aktif dalam proses belajar.

Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga terlibat langsung dalam proses penemuan, eksplorasi, dan pemecahan masalah. Keterlibatan aktif ini memungkinkan siswa merasa lebih memiliki kontrol terhadap pembelajaran mereka, yang pada gilirannya meningkatkan minat dan motivasi mereka untuk belajar.

2. Pembelajaran yang Relevan dan Kontekstual:

Dalam pembelajaran inkuiri, masalah atau pertanyaan yang diajukan biasanya diambil dari situasi nyata yang relevan dengan kehidupan siswa. Dengan melihat bagaimana konsep matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, siswa menjadi lebih tertarik dan termotivasi untuk memahami materi yang dipelajari. Relevansi ini membantu siswa menyadari pentingnya matematika, yang kemudian dapat mendorong minat mereka dalam mempelajari subjek ini lebih lanjut.

3. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif:

Pembelajaran inkuiri mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menemukan solusi atas masalah yang dihadapi. Tantangan intelektual yang diberikan oleh model ini dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa, karena mereka merasa tertantang dan terdorong untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan mereka sendiri. Ketika siswa berhasil menemukan solusi atau jawaban melalui upaya mereka sendiri, hal ini memberikan rasa pencapaian yang dapat meningkatkan motivasi mereka.

4. Variasi dalam Metode Pembelajaran:

Model pembelajaran inkuiri menawarkan variasi dalam metode pembelajaran, yang berbeda dari metode pembelajaran tradisional yang sering dianggap monoton oleh siswa. Dengan menggunakan berbagai strategi seperti eksperimen, observasi, diskusi, dan kolaborasi, pembelajaran menjadi lebih dinamis dan menarik. Variasi ini dapat membantu menjaga minat siswa, mencegah kebosanan, dan meningkatkan motivasi mereka untuk belajar.

5. Lingkungan Pembelajaran yang Kolaboratif:

(11)

Pembelajaran inkuiri sering kali melibatkan kerja sama dan diskusi kelompok, yang menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif dan suportif. Interaksi sosial ini dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik bagi siswa. Ketika siswa bekerja sama dan saling berbagi ide, mereka tidak hanya belajar dari satu sama lain tetapi juga merasa lebih termotivasi karena mereka merasa menjadi bagian dari komunitas belajar.

6. Umpan Balik dan Refleksi:

Dalam pembelajaran inkuiri, siswa mendapatkan kesempatan untuk merefleksikan proses belajar mereka dan menerima umpan balik yang konstruktif. Refleksi ini membantu siswa mengenali pencapaian dan kemajuan mereka, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka. Umpan balik dari guru dan teman sebaya juga memberikan penguatan positif yang dapat memotivasi siswa untuk terus berusaha dan belajar lebih baik.

Secara keseluruhan, model pembelajaran inkuiri efektif dalam meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika. Dengan menempatkan siswa sebagai peserta aktif dalam proses pembelajaran, menyediakan konteks yang relevan, dan menawarkan tantangan intelektual, model ini mampu menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik, dinamis, dan memotivasi bagi siswa.

D. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran inkuiri dalam hal mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa dalam konteks pembelajaran matematika dijelaskan berdasarkan pandangan para ahli, berikut ini adalah cara model ini berkontribusi terhadap pengembangan keterampilan tersebut:

1. Proses Bertanya dan Penyelidikan:

Menurut Bransford, Brown, dan Cocking (2000), model pembelajaran inkuiri menekankan proses bertanya dan investigasi sebagai inti dari pembelajaran. Siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, dan melakukan penyelidikan untuk menemukan jawaban. Proses ini melibatkan keterampilan berpikir kritis karena siswa harus mengevaluasi informasi, mengidentifikasi pola, dan menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi yang dihadapi. Dengan berlatih merumuskan dan menjawab pertanyaan secara sistematis, siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks.

(12)

2. Eksplorasi dan Analisis Data:

Hmelo-Silver (2004) menjelaskan bahwa eksplorasi aktif dan pengumpulan data dalam model pembelajaran inkuiri membantu siswa mengembangkan keterampilan analisis dan sintesis.

Dalam konteks matematika, siswa tidak hanya menggunakan rumus atau prosedur yang telah diketahui, tetapi juga mengumpulkan data, menganalisis pola, dan mengevaluasi hasil. Proses analisis data ini memperkuat kemampuan berpikir kritis siswa dengan mengajarkan mereka bagaimana mengevaluasi bukti dan menarik kesimpulan yang logis.

3. Diskusi dan Kolaborasi:

Wood (1998) mengungkapkan bahwa diskusi dan kolaborasi dalam pembelajaran inkuiri memungkinkan siswa untuk mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam melalui interaksi sosial. Dengan berdiskusi dan bekerja sama, siswa dapat berbagi ide, mempertimbangkan perspektif berbeda, dan mengevaluasi argumen satu sama lain. Diskusi ini memperkuat keterampilan berpikir kritis karena siswa harus mempertimbangkan berbagai pandangan dan membuat keputusan berdasarkan bukti yang ada.

4. Refleksi dan Evaluasi:

Schön (1983) menekankan pentingnya refleksi dalam proses pembelajaran. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa diharapkan untuk merefleksikan proses penyelidikan mereka, mengevaluasi hasil, dan mempertimbangkan bagaimana pemahaman mereka telah berkembang.

Refleksi ini membantu siswa mengevaluasi efektivitas pendekatan mereka dan memperbaiki strategi pemecahan masalah. Kemampuan untuk merefleksikan dan mengevaluasi proses pemecahan masalah merupakan bagian penting dari keterampilan berpikir kritis.

5. Pengembangan Keterampilan Metakognitif:

Flavell (1979) menyatakan bahwa keterampilan metakognitif, seperti perencanaan, pemantauan, dan evaluasi diri, sangat penting dalam berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Model pembelajaran inkuiri mendukung pengembangan keterampilan ini dengan mendorong siswa untuk merencanakan strategi pembelajaran, memantau kemajuan mereka, dan mengevaluasi hasil dari penyelidikan mereka. Dengan mengembangkan keterampilan metakognitif, siswa belajar bagaimana berpikir secara reflektif dan strategis dalam menghadapi tantangan matematika.

6. Penerapan Pengetahuan dalam Konteks Baru:

(13)

Bransford dan koleganya (2000) juga mencatat bahwa penerapan pengetahuan dalam konteks baru membantu siswa memahami konsep secara lebih mendalam dan fleksibel. Dalam model pembelajaran inkuiri, siswa dihadapkan pada situasi baru di mana mereka harus menerapkan konsep matematika yang telah dipelajari. Hal ini mengajarkan siswa bagaimana menerapkan pengetahuan dalam berbagai konteks dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.

Secara keseluruhan, model pembelajaran inkuiri efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah dengan menyediakan lingkungan yang menantang dan dinamis. Para ahli sepakat bahwa pendekatan ini menciptakan kondisi yang mendukung pengembangan keterampilan berpikir yang diperlukan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam matematika dan kehidupan sehari-hari.

E. Kendala dalam Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri pada Pembelajaran Matematika dan Cara Mengatasinya

Penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika menghadapi sejumlah kendala yang perlu diatasi agar efektivitasnya dapat maksimal. Berikut adalah beberapa kendala utama dan cara untuk mengatasinya:

1. Kendala: Kurangnya Waktu

Penjelasan: Model pembelajaran inkuiri sering kali memerlukan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional. Proses bertanya, investigasi, dan refleksi dapat memakan waktu yang cukup lama, sehingga menyulitkan dalam menyesuaikan dengan kurikulum yang padat.

Cara Mengatasi: Untuk mengatasi kendala ini, guru dapat merencanakan kegiatan inkuiri dalam unit pembelajaran yang lebih panjang atau membagi kegiatan menjadi beberapa sesi.

Perencanaan yang matang dan pemilihan masalah yang relevan dan sesuai dengan waktu yang tersedia juga dapat membantu mengoptimalkan penggunaan waktu.

2. Kendala: Keterbatasan Sumber Daya

Penjelasan: Model pembelajaran inkuiri memerlukan berbagai sumber daya seperti alat peraga, materi eksperimen, dan teknologi. Keterbatasan sumber daya ini dapat menghambat implementasi model ini secara efektif.

Cara Mengatasi: Guru dapat mencari sumber daya yang tersedia di lingkungan sekolah

(14)

atau memanfaatkan sumber daya digital dan online. Kolaborasi dengan pihak-pihak eksternal seperti perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya juga dapat membantu dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan.

3. Kendala: Kesulitan dalam Pengelolaan Kelas

Penjelasan: Dalam model pembelajaran inkuiri, pengelolaan kelas menjadi tantangan karena siswa bekerja dalam kelompok dan melakukan eksplorasi aktif. Situasi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengawasi dan mengelola aktivitas siswa.

Cara Mengatasi: Guru perlu menetapkan aturan yang jelas dan membagi tugas dengan baik dalam kelompok. Penggunaan teknik manajemen kelas yang efektif, seperti rotasi kelompok dan pembagian peran yang spesifik, dapat membantu menjaga keteraturan dan memastikan setiap siswa terlibat secara produktif.

4. Kendala: Keterampilan Guru yang Tidak Merata

Penjelasan: Tidak semua guru memiliki keterampilan dan pengalaman yang memadai dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri. Keterampilan yang tidak merata dapat memengaruhi kualitas implementasi model ini.

Cara Mengatasi: Pengembangan profesional untuk guru, seperti pelatihan dan workshop tentang pembelajaran inkuiri, sangat penting. Selain itu, guru dapat berbagi pengalaman dan strategi dengan rekan sejawat untuk meningkatkan keterampilan mereka dalam menerapkan model ini.

5. Kendala: Resistensi dari Siswa

Penjelasan: Beberapa siswa mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan model pembelajaran inkuiri, terutama jika mereka terbiasa dengan metode pembelajaran tradisional yang lebih terstruktur.

Cara Mengatasi: Guru perlu memberikan orientasi yang jelas tentang manfaat dan prosedur model pembelajaran inkuiri. Memberikan dukungan tambahan kepada siswa, seperti bimbingan individual atau kelompok kecil, dapat membantu mereka beradaptasi dengan metode ini.

6. Kendala: Penilaian dan Evaluasi

Penilaian dalam model pembelajaran inkuiri sering kali memerlukan pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan penilaian tradisional. Menilai keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah memerlukan rubrik penilaian yang spesifik dan sering kali memerlukan

(15)

waktu tambahan.

Cara Mengatasi: Pengembangan rubrik penilaian yang jelas dan terukur untuk keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah sangat penting. Guru dapat menggunakan portofolio, penilaian formatif, dan umpan balik konstruktif untuk mengevaluasi kemajuan siswa secara lebih holistik.

Dengan mengidentifikasi kendala-kendala ini dan menerapkan solusi yang sesuai, penerapan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran matematika dapat dilakukan secara lebih efektif dan dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi pengembangan keterampilan siswa.

F. Model pembelajaran inkuiri dan hubungannya dalam kehidupan nyata.

Model pembelajaran inkuiri dapat membantu siswa menghubungkan konsep-konsep matematika dengan situasi kehidupan nyata dengan cara yang mendalam dan efektif. Melalui model ini, siswa diajak untuk terlibat langsung dalam penyelidikan masalah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, yang memungkinkan mereka melihat penerapan langsung dari konsep matematika yang dipelajari. Proses ini dimulai dengan memberikan masalah atau situasi yang memiliki konteks nyata, yang mengharuskan siswa untuk menggunakan dan menerapkan konsep matematika untuk menemukan solusi.

Sebagai contoh, siswa dapat diminta untuk merancang anggaran keluarga, yang melibatkan konsep matematika seperti perhitungan biaya, alokasi anggaran, dan analisis finansial. Dalam situasi ini, siswa tidak hanya belajar tentang teori matematika, tetapi juga bagaimana teori tersebut digunakan dalam pengambilan keputusan yang praktis. Melalui eksplorasi dan diskusi kelompok, siswa dapat berbagi dan mendiskusikan berbagai pendekatan untuk menyelesaikan masalah, yang memperluas pemahaman mereka tentang cara-cara berbeda untuk menerapkan konsep matematika. Proses ini juga memungkinkan siswa untuk melihat hubungan antara teori matematika dan aplikasi praktis, meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat koneksi antara apa yang mereka pelajari dan situasi yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri tidak hanya memperdalam pemahaman matematika tetapi juga meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis siswa dalam konteks yang relevan dan nyata.

(16)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Model pembelajaran inkuiri terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep matematika dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta pemecahan masalah. Dengan pendekatan ini, siswa aktif terlibat dalam proses bertanya, menyelidiki, dan menerapkan konsep matematika dalam situasi nyata. Ini membantu mereka melihat relevansi matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang pada gilirannya memperdalam pemahaman mereka dan meningkatkan motivasi belajar.

Namun, terdapat beberapa kendala dalam penerapan model ini, seperti keterbatasan waktu, sumber daya, dan keterampilan guru. Untuk mengatasi kendala tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan. Perencanaan yang matang dan integrasi model inkuiri dalam unit pembelajaran yang lebih panjang dapat membantu mengelola waktu. Penggunaan sumber daya yang tersedia dan kolaborasi dengan pihak eksternal dapat mengatasi masalah keterbatasan sumber daya. Pengembangan profesional bagi guru melalui pelatihan dan workshop serta berbagi pengalaman dengan rekan sejawat dapat meningkatkan keterampilan dalam menerapkan model ini.

Selain itu, penting bagi guru untuk memberikan dukungan tambahan kepada siswa yang mungkin mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan metode ini. Penilaian yang jelas dan terukur serta penggunaan rubrik penilaian yang spesifik untuk keterampilan berpikir kritis dapat membantu dalam evaluasi yang efektif.

B. Saran

1. Perencanaan dan Integrasi: Rencanakan kegiatan inkuiri dalam konteks yang sesuai dengan waktu dan kurikulum yang tersedia, serta integrasikan pendekatan ini dalam unit pembelajaran yang lebih panjang.

2. Pemanfaatan Sumber Daya: Manfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekolah dan cari sumber daya tambahan dari luar, seperti kerjasama dengan lembaga pendidikan atau

(17)

penggunaan sumber daya digital.

3. Pengembangan Profesional: Adakan pelatihan dan workshop untuk guru mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri, serta dorong berbagi pengalaman antara guru untuk meningkatkan keterampilan dalam model ini.

4. Dukungan Siswa: Berikan dukungan tambahan kepada siswa yang memerlukan bantuan dalam beradaptasi dengan model inkuiri, termasuk bimbingan individual atau kelompok kecil.

5. Penilaian dan Evaluasi: Kembangkan rubrik penilaian yang jelas dan terukur untuk keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta gunakan penilaian formatif untuk mengevaluasi kemajuan siswa.

Dengan menerapkan saran-saran ini, diharapkan model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan secara lebih efektif, memberikan manfaat maksimal bagi pengembangan keterampilan matematika siswa, serta meningkatkan relevansi dan aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ausubel, D. P. (1968). Psikologi Pendidikan: Suatu Pandangan Kognitif . New York: Holt, Rinehart and Winston.

Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (Eds.). (2000). Bagaimana Orang Belajar:

Otak, Pikiran, Pengalaman, dan Sekolah . Washington, DC: National Academy Press.

Bruner, J. S. (1961). "Tindakan Penemuan". Harvard Educational Review , 31(1), 21-32.

Dewey, J. (1910). Bagaimana Kita Berpikir . Boston: D.C. Heath & Co.

Flavell, J. H. (1979). "Metakognisi dan Pemantauan Kognitif: Area Baru dalam Penelitian Perkembangan Kognitif". American Psychologist , 34(10), 906-911.

Hmelo-Silver, C. E. (2004). "Pembelajaran Berbasis Masalah: Apa dan Bagaimana Siswa Belajar?". Educational Psychology Review , 16(3), 235-266.

Schwab, J. J. (1966). "Pengajaran Sains sebagai Penyelidikan". Dalam J. J. Schwab & P. F.

Brandwein (Eds.), Pengajaran Sains (hlm. 21-32). Cambridge, MA: Harvard University Press.

Schön, D. A. (1983). Praktisi Reflektif: Bagaimana Para Profesional Berpikir dalam Tindakan . New York: Basic Books.

Vygotsky, L. S. (1978). Pikiran dalam Masyarakat: Perkembangan Proses-Proses Psikologis yang Lebih Tinggi . Cambridge, MA: Harvard University Press. (Karya asli diterbitkan 1934).

Wood, D. (1998). Bagaimana Anak-Anak Berpikir dan Belajar: Konteks Sosial dalam Perkembangan Kognitif . Oxford: Blackwell Publishing.

Wulandari, A. (2017). "Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas". Jurnal Pendidikan Indonesia , 6(2), 143-150.

Suryani, N., & Mahmudah, S. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa . Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Prasetyo, Z. K. (2018). "Analisis Pengaruh Metode Diskusi Kelompok terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa". Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran , 8(3), 75-89.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(19)

Hadi, S. (2004). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Daftar laman youtube skala internasional sebagai pedoman model pembelajaran inkuiri:

- Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (2000). How People Learn: Brain, Mind, Experience, and School . National Academy Press.

- Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn?

Educational Psychology Review, 16 (3), 235-266.

- Schön, D. A. (1983). The Reflective Practitioner: How Professionals Think in Action . Basic Books.

- Wood, D. (1998). How Children Think and Learn: The Social Contexts of Cognitive Development . Blackwell Publishing.

- Flavell, J. H. (1979). Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive- Developmental Inquiry . American Psychologist, 34(10), 906-911.

- Brunsell, E., & Horejsi, M. (2015). Inquiry-Based Learning: A Guide to the Practice . New York: Routledge.

- Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn?

Educational Psychology Review, 16 (3), 235-266.

- NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics . National Council of Teachers of Mathematics.

Referensi

Dokumen terkait

STUDI KOMPARASI KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN.. INKUIRI TERSTRUKTUR MATERI TERMOKIMIA PADA SISWA KELAS XI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA.. PADA MATERI LISTRIK DINAMIS DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan berkah-Nya skripsi yang berjudul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) DENGAN MEDIA DIAGRAM VEE (V) UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA

Perbedaan Keterampilan Generik Sains antara siswa yang menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terstruktur dan Inkuiri Terbimbing secara jelas dapat dilihat dari

Kesimpulan dari hasil penelitian terbukti bahwa hasil kemampuan psikomotorik siswa yang diterapkan model pembelajaran inkuiri lebih tinggi maka hasilnya lebih baik

Makalah ini membahas model pembelajaran menulis Bahasa Indonesia untuk siswa Sekolah

Makalah ini membahas tentang Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dalam mata kuliah Metodologi Pembelajaran