• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Berbasis HOTS dan Penerapannya pada IPA Sekolah Dasar Fase C

N/A
N/A
Helmilia Qilla@Fr

Academic year: 2025

Membagikan "Penilaian Berbasis HOTS dan Penerapannya pada IPA Sekolah Dasar Fase C"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

TUGAS 7

PENILAIAN BERBASIS HOTS DAN PENERAPANNYA PADA IPAS FASE C

Dosen Pengampu: Dr. Sri Sulistyorini

Disusun Oleh:

Helmilia Qilla Fatur Rosyida (1401422063)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2024

(2)

i PRAKATA

Puji Syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkah limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “Penilaian Berbasis HOTs dan Penerapannya pada IPAS Fase C” ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyusun makalah ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Pada kesempatan yang baik ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan secara moral maupun material dalam proses penyelesaian makalah, terutama kepada Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Pembelajaran IPA SD.

Kami telah menyelesaikan makalah ini dengan bersungguh-sungguh dengan kajian pembelajaran yang sesuai dengan berbagai referensi yang dapat dipercaya. Apabila ditemukan ketidaksempurnaan dalam penulisan maupun penjelasan materi, saya bersedia untuk menerima kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Harapan saya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Atas kritik dan sarannya kami mengucapkan terima kasih.

Semarang, 16 Oktober 2024

Penulis

(3)

ii DAFTAR ISI

PRAKATA ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

BAB II ... 3

PEMBAHASAN ... 3

2.1 Definisi Penilaian HOTs ... 3

2.2 New Taksonomi Bloom/ Anderson ... 4

2.3 Prinsip Penyusunan Instrumen Penilaian HOTs ... 6

2.4 Langkah Penulisan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi ... 8

2.5 Penerapan Soal HOTs pada IPAS Fase C ... 8

BAB III ... 12

PENUTUP... 12

3.1 Simpulan... 12

3.2 Saran ... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penilaian Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan salah satu pendekatan penting yang telah banyak diadopsi dalam kurikulum pendidikan di berbagai jenjang.

Penilaian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan, yang jauh melampaui sekadar menghafal fakta atau konsep sederhana. Penerapan penilaian HOTS sangat relevan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS) fase C, khususnya di kelas 6, di mana siswa mulai diarahkan untuk memiliki pemahaman konseptual yang lebih mendalam dan mampu menghubungkan pengetahuan dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu topik yang ideal untuk penerapan penilaian HOTS adalah konsep rangka manusia.

Pada konsep rangka manusia, siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui komponen- komponen rangka, seperti tulang-tulang utama, tetapi juga memahami fungsi rangka dalam melindungi organ, memberikan bentuk tubuh, serta mendukung gerakan. Lebih dari itu, siswa perlu mengembangkan kemampuan untuk menganalisis bagaimana struktur rangka berperan dalam aktivitas sehari-hari, seperti berjalan, berlari, atau mengangkat benda.

Penilaian HOTS memungkinkan guru untuk mengukur sejauh mana siswa dapat menghubungkan konsep ini dengan masalah nyata, seperti cedera tulang atau gangguan pada sistem rangka, dan bagaimana mereka dapat merumuskan solusi untuk menjaga kesehatan tulang melalui pola makan yang seimbang atau olahraga yang tepat.

Penerapan penilaian HOTS dalam pembelajaran rangka manusia juga menantang siswa untuk berpikir kritis terhadap isu-isu yang lebih luas. Misalnya, mereka bisa diajak untuk mengevaluasi bagaimana postur tubuh yang buruk dapat mempengaruhi kesehatan rangka dalam jangka panjang, atau bagaimana inovasi dalam bidang kedokteran, seperti penemuan prostetik, berperan dalam membantu individu yang mengalami kerusakan pada rangkanya.

Dengan menggunakan pendekatan ini, siswa tidak hanya akan mampu menjawab soal-soal berbasis pengetahuan, tetapi juga dapat berpikir lebih jauh untuk memahami dampak dari apa yang mereka pelajari pada kehidupan mereka sehari-hari.

Selain itu, penilaian HOTS juga mendorong pembelajaran yang lebih partisipatif dan berbasis proyek. Guru dapat merancang tugas-tugas di mana siswa diminta untuk membuat model rangka manusia, melakukan simulasi cedera tulang, atau bahkan mengembangkan

(5)

2

skenario berbasis masalah yang memerlukan solusi kreatif. Hal ini akan memacu siswa untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam menyelesaikan tantangan, serta memotivasi mereka untuk lebih aktif dan terlibat dalam proses belajar.

Dalam konteks pendidikan fase C kelas 6, penerapan penilaian HOTS tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pemahaman siswa terhadap materi ajar, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan pendidikan di jenjang berikutnya yang semakin kompleks. Siswa akan terbiasa berpikir kritis, mengevaluasi informasi dengan cermat, serta mampu menciptakan ide-ide baru yang dapat mereka terapkan di berbagai situasi. Dengan demikian, penerapan penilaian HOTS pada konsep rangka manusia tidak hanya relevan dalam konteks pembelajaran IPAS, tetapi juga berkontribusi dalam pembentukan keterampilan berpikir yang diperlukan untuk masa depan siswa. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan tentang penilaian HOTS dan penerapannya pada konsep rangka manusia mapel IPAS Fase C kelas 6.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas pokok permasalahan ini, yaitu:

1. Apa definisi dari HOTs?

2. Bagaimana New Txsonomi Bloom/Anderson?

3. Bagaimana prinsip penyusunan instrument penilaian HOTs?

4. Bagaiamana Langkah penulisan soal HOTs?

5. Bagaimana kisi-kisi soal HOTs dan penerapannya pada Mapel IPAS Fase C?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan definisi dari HOTs.

2. Untuk mengetahui tentang New Taxsonomi Bloom/Anderson.

3. Untuk mengetahui prinsip penyusunan instrument penilaian HOTs.

4. Untuk mengetahui langkah penulisan soal HOTs.

5. Untuk mengetahui kisi-kisi soal HOTs dan penerapannya pada Mapel IPAS Fase C.

(6)

3 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penilaian HOTs

High Order Thingkig Skill adalah kemamuan siswa dari aspek mental yang paling memerlukan pemikiran yang tinggi. HOTS didasari oleh levelisasi Bloom dalam taksnomi kognitif nya. Di zamannya Bloom membagi Taxsonomy Bloom mengklasifikasikan kemampuan nerpikir kedalam 2 bagian yaitu LOTS (Lower Order Thinking Skill) dan HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru. Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan (Irfan Abraham, 2021).

HOTS (Higher Order Thingking Skill) atau yang sering disebut sebagai kemampuan keterampilan atau konsep berpikir tingkat tinggi merupakan suatu konsep reformasi pendidikan berdasarkan pada taksonomi bloom yang dimulai pada awal abad ke- 21. Konsep ini dimaksukan ke dalam pendidikan bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia dalam menghadapi revolusi industri. Pada abad 21 ini sumber daya manusia diharapkan tidak hanya menjadi pekerja yang mengikuti pemerintah, tetapi memiliki keterampilan abad ke 21.

HOTS bukan mata pelajaran, bukan juga soal ujian. Menurut Abduhzen. HOTS adalah tujuan akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaranKeterampilan HOTS (Higher Order Thingking Skills) atau biasa disebut dengan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah proses berpikir yang mengaharuskan murid untuk mengembangkan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru.

Menurut Thomas & Thorne, HOTS merupakan “cara berpikir yang lebih tiggi daripada menghafalkan fakta, mengemukakan fakta, atau menerapkan peraturan, rumus, dan prosedur. Keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terdiri dalam shortterm memory. Jika dikaitkan dengan taksonomi Bloom, berpikir tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, dan

(7)

4

evaluasi. Selain itu, bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) tersebut jauh lebih dibutuhkan di masa kini daripada di masa-masa sebelumnya.

Keterampilan berpikir dari taksonomi Bloom direvisi oleh Anderson dan dipublikasikan Tahun 2001. Pada awalnya taksonomi Bloom yang dipublikasikan pada tahun 1956 terdiri dari knowledge, understand, application, analysis, synthesis dan evaluation. Revisi yang dilakukan menggunakan dua dimensi, yaitu (1) dimensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur, metakognitif), dan (2) dimensi proses kognitif (remember, understand, apply, analyze, evaluate, dan create) Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson &

Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).

Dapat disimpulkan bahwa HOTS (High Order Thingking Skill) adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus ada pada diri peserta didik yang tidak hanya menguji kemampuan intelektual dalam hal ingatan tetapi juga menguji pada kemampuanmengevalusi, kreatifitas, analisis dan berpikir kritis tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dan lebih menekankan pada pemikiran- pemikiran kritis terhadap suatu penyelesaian permasalahan. Jadi disini keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak hanya menguji pada keterampilan menghafal sebuah materi pelajaran tetapi lebih kepada penerapan.

2.2 New Taksonomi Bloom/ Anderson

Taksonomi Bloom/ Anderson Versi lama C1

Pengetahuan

C2 Pemahaman

C3 Aplikasi

C4 Analisis

C5 Sintesis

C6 Evaluasi Versi baru C1

Mengingat

C2 Memahami

C3

Mengaplikasikan

C4 Menganalisis

C5 Mengevaluasi

C6 Menciptakan

(8)

5 1. Ranah Kognitif

Mengingat C1

Memahami C2

Mengaplikasikan C3

Menganalisis C4

Mengevaluasi C5

Menciptakan C6 Mengutip

Menerbitkan Menjelaskan Memasangkan Membaca Menamai Meninjau Mentabulasi Memberi kode Menulis Menyatakan Menunjukkan Mendaftar Menggambar Membilang Mengidentifikasi Menghafal Mencatat Meniru

Memperkirakan Menceritakan Merinci Mengubah Memperluas Menjabarkan Mencontohkan Mengemukakan Menggali Mengubah Menghitung Menguraikan Mempertahankan Mengartikan Menerangkan Menafsirkan Memprediksi Melaporkan Membedakan

Menentukan Menerapkan Memodifikasi Membangun Mencegah Melatih Menyelidiki Memproses Memecahkan Melakukan Mensimulasikan Mengurutkan Membiasakan Mengklasifikasi Menyesuaikan Menjalankan Mengoperasikan Meramalkan

Memecahkan Menegaskan Menganalisis Menyimpulkan Menjelajah Mengaitkan Menstranfer Mengedit Menemukan Menyeleksi Mengoreksi Mendeteksi Menelaah Mengukur Membangunkan Merasionalkan Mendiagnosis Memfokuskan Memadukan

Membandingkan Menilai

Mengarahkan Mengukur Merangkum Mendukung Memilih

Memproyeksikan Mengkritik Mengarahkan Memutuskan Memisahkan Menimbang

Mengumpulkan Mengatur Merancang Membuat Mengkreasikan Memperjelas Mengarang Menyusun Mengode

Mengkombinasikan Memfasilitasi Mengkonstruksi Merumuskan Menghubungkan Menciptakan Menampilkan

2. Ranah Psikomotorik Meniru

P1

Manipulasi P2

Presisi P3

Artikulasi P4

Naturalisasi P5 Menyalin

Mengikuti Mereplikasi Mengulang Mematuhi

Membangun Melakukan Melaksanakan Menerapkan

Menunjukkan Melengkapi Menyempurnakan Mengkalibrasi Mengendalikan

Membangun Mengatasi Menggabungkan Mengadaptasi Memodifikasi Merumuskan

Mendesain Menentukan Mengelola

(9)

6 3. Ranah Afektif

Menerima A1

Merespon A2

Menghargai A3

Menyakini A4

Mengamalkan A5 Mengikuti

Menganut Mematuhi Meminati

Menyenagi Menyambut Mendukung Melaporkan Memilih Menampilkan Menyetujui Mengatakan

Mengosumsikan Menyakinkan Memperjelas Menekankan Menyumbang

Mengubah Menata Membangun Membentuk pendapat Memadukan Mengelola Merembuk Menegosiasi

Membiasakan Mengubah Perilaku

Berakhlak mulia Melayani

Membuktikan Memecahkan

2.3 Prinsip Penyusunan Instrumen Penilaian HOTs

A. Prinsip Penyusunan Instrumen Penilaian Secara Umum

Berikut merupakan prinsip dalam penyusunan instrumen penilaian secara umum, yaitu:

1. Menentukan secara jelas apa yang akan dinilai

Dalam menyusun instrumen, tidak cukup hanya menentukan topik atau materi yang akan dinilai, perlu juga ditentukan lebih spesifik proses berpikir apa yang akan dinilai untuk materi tertentu. Sebagai contoh untuk IPA, kemampuan untuk mengelompokkan tumbuhan berdasarkan ciri-ciri hasil pengamatan/ciri-ciri yang disajikan berbeda dengan kemampuan untuk menentukan ciri-ciri tumbuhan tertentu. Pada hal yang kedua proses berpikir yang dituntut hanya mengingat ciri dari suatu tumbuhan, sedangkan pada hal yang pertama, mengingat ciri-ciri dari tumbuhan tertentu saja tidak cukup, peserta didik perlu mengidentifikasi karakteristik pada beberapa tumbuhan yang disajikan. Demikian pula pada bahasa, misalnya untuk materi puisi, perlu ditentukan apakah yang dinilai kemampuan menginterpretasi puisi ataukah menulis puisi.

2. Menyusun tugas atau soal tes yang harus dikerjakan

Tugas yang dirancang hendaknya sejalan dengan materi dan proses berpikir yang akan dinilai. Sebagai contoh, jika yang akan dinilai adalah kemampuan menginterpretasi puisi, namun tugas yang diberikan meminta peserta didik

(10)

7

mengidentifikasi rima atau menulis puisi maka tugas tersebut tidak sesuai meskipun tugas menulis puisi menuntut proses berpikir tingkat tinggi.

3. Menentukan kriteria penguasaan hal yang dinilai dari hasil pelaksanan tugas / tes Setelah menentukan tugas, pendidik perlu menentukan bukti apa yang akan digunakan untuk menunjukkan peserta didik telah mencapai atau belum mencapai target. Dalam penilaian formatif, pendidik perlu menginterpretasi hasil kerja peserta didik dan memberikan umpan balik sejauh mana capaiannya, apa yang harus dilakukan. Dalam penilaian sumatif untuk pemberian nilai, pendidik perlu menyusun pedoman untuk menskor hasil kerja peserta didik, sehingga capaian skor memberi informasi yang bermakna.

B. Prinsip Penyusunan Instrumen Penilaian Keterampilan Berpikir Tingkat

Berikut merupakan prinsip dalam penyusunan instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi.

1. Menggunakan stimulus

Stimulus dapat berupa teks, gambar, skenario, tabel, grafik, wacana, dialog, video, atau masalah. Stimulus berfungsi sebagai media bagi peserta didik untuk berpikir. Tanpa adanya stimulus, soal cenderung menanyakan atau menilai ingatan.

Stimulus yang digunakan hendaknya yang positif, dalam arti tidak menimbulkan efek negatif misalnya menyudutkan kelompok tertentu, atau memberikan penguatan untuk perilaku negatif. Bila memungkinkan stimulus yang digunakan hendaknya edukatif, memberi wawasan, pesan moral dan inspirasi kepada peserta.

2. Menggunakan konteks yang baru

Konteks yang baru yang dimaksud adalah konteks soal secara keseluruhan, dapat berupa materi atau rumusan soal. Agar dapat berfungsi sebagai alat yang mengukur berpikir tingkat tinggi, soal hendaknya tidak dapat dijawab hanya dengan mengandalkan ingatan. Bila suatu konteks soal sudah familiar karena sudah dibahas di kelas atau merupakan pengetahuan umum, dalam menjawab peserta didik tidak lagi berpikir tetapi hanya mengingat.

3. Membedakan tingkat kesulitan dan kompleksitas proses berpikir

Tingkat kesulitan dan proses berpikir merupakan dua hal yang berbeda. Soal yang mengukur ingatan dapat mudah dan dapat juga sulit, demikian pula soal yang mengukur berpikir tingkat tinggi juga dapat mudah dan dapat sulit, tergantung pada kompleksitas pertanyaan atau tugas.

(11)

8

2.4 Langkah Penulisan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi 1. Menentukan kompetensi dasar dan materi yang akan dinilai

Pendidik harus menganalisis proses kognitif, dimensi pengetahuan, dan materi pada kompetensi dasar dalam kurikulum yang memungkinkan dapat dibuatkan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2. Menyusun kisi-kisi

Pendidik harus memastikan seluruh komponen yang terdapat dalam kisi-kisi konsisten, selaras, dan dapat dibuatkan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3. Merumuskan indikator soal

Untuk menghasilkan soal yang mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, rumusan indikator perlu memenuhi prinsip penilaian pada keterampilan ini yaitu perlunya stimulus, konteks baru, dan proses berpikir tingkat tinggi. Konteks stimulus disarankan berkenaan dengan kehidupan nyata sehari-hari dan sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Stimulus yang kontekstual akan memudahkan peserta didik untuk mentransfer hal-hal yang telah dipelajari sehingga timbul sikap positif dan mengapreasiasi hal-hal yang telah dipelajari. Stimulus dengan konteks yang tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik akan sulit dicerna sehingga tidak mendukung berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi.

4. Menulis soal sesuai dengan kaidah penulisan soal

Untuk memastikan kualitas soal sehingga memberi informasi yang valid, soal perlu memenuhi kaidah penulisan soal dari aspek konstruksi, substansi, dan bahasa.

Prinsip ini sama dengan prinsip penulisan soal secara umum (kaidah penulisan soal dan contoh-contoh soal level 1, 2, dan 3 bisa dilihat pada buku Panduan Tes Tertulis.

Aspek lain yang perlu dipertimbangkan adalah isu sensitif. Soal hendaknya tidak menyinggung suku, agama, ras, antargolongan, dan tidak mengandung unsur pornografi, politik praktis, kekerasan, dan komersialisasi produk.

2.5 Penerapan Soal HOTs pada IPAS Fase C

Kelas : VI (Enam)

Bab : Bab 1 “Bagaimana Tubuh Kita Bergerak?”

Topik : Topik A “Rangka, Sendi, dan Otot”

Buku Siswa : Halaman 96-104

(12)

9

KISI KISI SOAL

Capaian Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran

Indikator Soal

Level/

Aspek Kognitif

Bentuk Soal

Nomor Soal

Peserta didik melakukan simulasi dengan menggunakan gambar /bagan/alat/media sederhana tentang sistem organ tubuh manusia (sistem pernafasan/pecernaan/p eredaran darah) yang dikaitkan dengan cara menjaga kesehatan organ tubuhnya dengan benar.

Peserta didik dapat menyebutkan rangka dan fungsinya dengan benar. (C1)

Disajikan pernyataan, peserta didik dapat

menyebutkan rangka manusia yang dimaksud dengan benar.

L3/C1 PG 1

Diberikan sebuah pernyataan tentang rangka manusia, peserta didik dapat menyebutkan fungsi dari rangka tersebut dengan benar.

L3/C1 PG 2

Peserta didik dapat menjelaskan bahwa ada beberapa jenis

tulang yang

menyusun rangka tubuh manusia dengan benar. (C2)

Diberikan sebuah pernyataan, peserta didik dapat

menjelaskan jenis tulang yang dimaksud

dengan benar.

L3/C2 PG 3

(13)

10

Disajikan sebuah gambar, peserta didik dapat menjelaskan jenis tulang yang dimaksud

dengan benar.

L3/C2 PG 4

Peserta didik dapat mendemonstrasikan bagaimana rangka menjalankan

fungsinya dengan benar. (C3)

Disajikan sebuah pernyataan, peserta didik dapat

mendemonstrasi kan rangka yang menjalankan fungsinya dengan benar.

L3/C3 PG 5

Soal

1. Tulang-tulang yang ada pada manusia tersusun secara teratur dan membentuk…..

a. Sendi b. Rangka c. Otot d. Sel

2. Tulang-tulang penyusun rangka kepala terdiri dari tulang keras, hal tersebut berfungsi untuk melindungi…..

a. Hati b. Paru-paru c. Otot d. Jantung

3. Ada 3 jenis tulang yang ada pada tubuh manusia yaitu tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Dibawah ini yang merupakan tulang pipih adalah…..

a. Tulang belikat b. Tulang pangkal kaki

(14)

11 c. Tulang betis

d. Ruas tulang belakang 4. Perhatikan gambar dibawah ini!

Bagian yang menunjukkan nomor 3 merupakan salah satu contoh jenis tulang pipa yang berfungsi sebagai penopang berat badan dan sebagai tumpuan tubuh saat bergerak.

Bagian yang ditunjukkan oleh nomor 3 disebut dengan tulang…..

a. Tulang betis b. Tulang paha c. Tulang pengupil d. Tulang kering

5. Berikut ini yang berfungsi untuk melindungi alat pencernaan dan alat reproduksi bagian dalam yaitu…..

a. Tulang belakang b. Tulang pinggul c. Ruas tulang d. Rangka kepala

(15)

12 BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

HOTS (High Order Thingking Skill) adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi yang harus ada pada diri peserta didik yang tidak hanya menguji kemampuan intelektual dalam hal ingatan tetapi juga menguji pada kemampuanmengevalusi, kreatifitas, analisis dan berpikir kritis tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu mata pelajaran dan lebih menekankan pada pemikiran-pemikiran kritis terhadap suatu penyelesaian permasalahan. Prinsip dalam penyusunan instrumen penilaian secara umum, yaitu:

menentukan secara jelas apa yang akan dinilai, menyusun tugas atau soal tes yang harus dikerjakan dan menentukan kriteria penguasaan hal yang dinilai dari hasil pelaksanan tugas atau tes.

Penyusunan instrumen penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu, menggunakan stimulus, menggunakan konteks yang baru dan membedakan tingkat kesulitan dan kompleksitas proses berpikir. Langkah penulisan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu, menentukan kompetensi dasar dan materi yang akan dinilai, menyusun kisi-kisi, merumuskan indikator soal dan menulis soal sesuai dengan kaidah penulisan soal.

3.2 Saran

Dengan adanya pembahasan tentang materi “Penilaian Berbasis HOTs dan Penerapan pada IPAS Fase C” ini, penulis berharap pembaca dapat mempelajari dan memahami lebih lanjut tentang penilaian berbasis HOTS. Penulis telah membuat makalah ini dengan bersungguh-sungguh. Penulis berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

(16)

13

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, I., Tjalla, A., & Indrajit, R. E. (2021). HOTS (High Order Thingking Skill) dalam Paedagogik Kritis. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan), 5(3).

Hartanto, R., Winarni, E. W., & Koto, I. (2023). Pengembangan Instrumen Penilaian Higher Order Thingking Skills (HOTS) pada Pembelajaran IPA Siswa Kelas iv sdn 21 Bengkulu Tengah. Kajian Pendidikan Dasar .

Irfan Abraham, A. T. (2021). HOTS (High Order Thingking Skill) dalam Paedagogik Kritis.

Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan.

Putra, W., Gunamantha, I., & Sudiana, I. (2023). Pengembangan ELKPD HOTS dalam meningkatkan berpikir kritis pada pembelajaran IPA SD. Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia .

Taubah, M. (2019). Penilaian Hots dan Penerapannya di SD/MI. Elementary.

(17)

14 Link PPT:

https://www.canva.com/design/DAGTv4GdYkI/HM7PzAnUd8AvxNC1obBscw/edit?utm_co ntent=DAGTv4GdYkI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=shar ebutton

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) ini menggunakan prosedur pengembangan 4D yang terdiri dari tahap pendefinisian ( define

Oleh karena itu, disimpulkan bahwa soal pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal layak menjadi instrumen penilaian bagi guru dalam pembelajaran.. Kata kunci: HOTS,

terhadap teori-teori belajar, maka peneliti memilih pengembangan instrumen penilaian HOTS terhadap sikap disiplin dalam pembelajaran fisika dan untuk mengetahui

Penelitian pengembangan modul pembelajaran IPA berbasis High Order Thinking Skill (HOTS) ini menggunakan prosedur pengembangan 4D yang terdiri dari tahap pendefinisian

Tabel 2 Hasil Validasi Instrumen Penilaian Praktikum IPA Berbasis Inkuiri Terbimbing No Aspek Validasi Rata-rata 1 Petunjuk penggunaan instrumen penilaian praktikum IPA berbasis

Seharusnya pembelajaran yang diterapkan haruslah berorientasi pada High Order Thinking Skills HOTS, yang dimana pada model pembelajaran ini siswa lebih mampu untuk mengingat, memahami

Capaian Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial IPAS Fase A – Fase C untuk SD/MI/Pr Fase AFase BFase C Di akhir Fase A, peserta didik mengidentifikasi dan

Sehinga dengan mengembangan instrumen awal berbasis STEM dapat menghasilkan instrumen awal IPA SD materi pola sebab akibat fase A, instrumen soal yang layak,serta dapat mengetahui