i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS
HOTS PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS
JURNAL PENYESUAIAN KELAS X SMK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Rayneldis Nanga
NIM: 141334087
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Kedua orangtua terkasih bapak Urbanus Kau dan Ibu Makrina Wula yang
senantiasa mendukung saya dalam doa dan yang selalu memberi kasih
sayang yang melimpah.
2. Adik saya Florenthyna Oli yang selalu membantu mengoreksi penelitian
dan mengingatkan untuk mengerjakan tugas akhir ini serta semua
dukungannya.
3. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma angkatan 2014 yang telah memberi dukungan dan semangat selama
kuliah.
v MOTTO
“Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku.”
Mazmur 62:5
“Juara adalah pecundang yang bangkit dan mencoba lagi.”
Dennis DeYoung
“Berjuanglah seakan-akan nyawamu sedang dipertaruhkan.”
Dewa Eka Prayoga
“Salah satu kunci kebahagiaan adalah menggunakan uangmu untuk pengalaman bukan untuk keinginan.”
B. J Habibie
“Kebahagiaan adalah segala ketika apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu katakan, apa yang kamu lakukan berjalan dengan harmoni.”
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Januari 2019 Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rayneldis Nanga Nomor Mahasiswa : 141334087
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS JURNAL PENYESUAIAN KELAS X SMK
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Januari 2019
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS
HOTS PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS
JURNAL PENYESUAIAN KELAS X SMK
Rayneldis Nanga Universitas Sanata Dharma
141334087
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK, (2) mengetahui kualitas pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK.
Penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018 dengan menggunakan delapan langkah model pengembangan tes hasil belajar Suryabrata, (2005), yaitu: 1) pengembangan spesifikasi tes, 2) penulisan soal, 3) penelaahan soal, 4) perakitan soal, 5) uji coba soal, 6) analisis butir soal, 7) seleksi dan perakitan soal, 8) pencetakan tes. Instrumen yang dikembangkan adalah soal berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian. Uji coba soal dilaksanakan di SMK Negeri 1 Yogyakarta sebanyak 64 peserta didik, SMK Negeri 1 Bantul sebanyak 111 peserta didik dan SMK Negeri 1 Tempel sebanyak 95 peserta didik. Data dianalisis menggunakan program Quest.
Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa rata-rata skor validasi uji coba soal dari ahli bahasa sebesar 52 dengan kategori “Sangat Baik” dan dari ahli materi sebesar 52,575 dengan kategori “Baik”. Hasil analisis dari program Quest diperoleh mean INFIT MNSQ 1,00 dan SD 0,09. Soal yang paling sukar yaitu item nomor 17 yang paling mudah item nomor 4, 5 dan 6. Berdasarkan analisis 39 item dinyatakan fit atau cocok sesuai dengan model Rasch dengan batas penerimaan ≥0,77 sampai ≤ 1,30. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa uji coba soal menganalisis jurnal penyesuaian layak menjadi instrumen penilaian bagi pendidik dalam pembelajaran.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF ASSESSMENT INSTRUMENTS
BASED ON HOTS IN BASIC COMPETENCY FOR
ANALYZING ADJUSTMENT JOURNAL, THE TENTH
GRADE OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL
Rayneldis Nanga
Sanata Dharma University
141334087
The objectives of this research are: (1) to develop the assesment instrument based on HOTS in the basic competency by analyzing adjustment journal at the tenth grade of vocational high school, (2) to know the quality of assessment instrument development based on HOTS in the basic competency by analyzing adjustment journal at the tenth grade of vocational high school.
This study is a research and development that held in April-May 2018 which using eight steps of Suryabrata style development (2005): 1) the development of test spesification, 2) writing test items, 3) analysis questions, 4) compilation of questions, 5) simulation of question, 6) the analyzing the item of the test, 7) selecting and compilating test items, 8) Printing of test items. The instrument that had been developed was based on HOTS primary analysis compentency of journal adjustment. Trying out of test items was held in SMK Negeri 1 Yogyakarta with 64 learners, SMK Negeri 1 Bantul with 111 learners and SMK Negeri 1 Tempel with 95 learners. The analysis data used Quest program.
The result of research and development shows that the average of simulation validation score from linguistic expert is 52, it is at “very good” category and from material expert is 52,575, it is at “good” category. The result of analysis of the Quest program gained mean INFIT MNSQ 1,00 and SD 0,09. The of most difficult of question is item number 17 and the easiest questions are items number 4,5,and 6. Based on analysis, 39 items were stated fit and match with Rasch model with the acceptance limit ≥0,77 to ≤ 1,30. Based on the result, researcher concludes that trying out of test items of simulation applied posting is approviate to be assessment instrument for the teacher in the learning process.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar
Menganalisis Jurnal Penyesuaian Kelas X SMK”. Skripsi ini ditulis dan diajukan
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mau mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
2. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. 3. Natalina Premastuti Brataniningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Wakil Ketua
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
4. Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Dosen
Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, dan
memberi dukungan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf karyawan program studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
xi
6. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. yang telah berkenan menjadi ahli
bahasa.
7. Ceacilia Kusumastuti, S.Pd. yang telah berkenan menjadi ahli materi. 8. Kepala sekolah, guru dan peserta didik SMK Negeri 1 Yogyakarta, SMK
Negeri 1 Bantul dan SMK Negeri 1 Tempel yang telah membantu peneliti melakukan penelitian di sekolah.
9. Kedua orangtua tersayang, Urbanus Kau dan Makrina Wula yang senantiasa
mendoakan dan memberikan dukungan yang luar biasa.
10. Adik tercinta, Florentina Oli yang senantiasa memberi semangat dan
bantuannya.
11. Sahabat-sahabat seangkatan, mbak Santi, Asti Taeteti, Klodi Ganes, Rista
Sartika, Sumi, Rebana, yang senantiasa memberi bantuan dan semangat
serta dorongan positifnya.
12. Teman-teman sekelas Sinta, Monik, Ririn, Vista, Tere Wua, Ayu, Katarina,
Maria, Ellen, Siska, Astria, Tesa, Trisna, Mega, Rista Ratu, Desi, Avi, Marsel, Tendry, Pace Tinus, Irwan, yang telah memberi semangat dan pengalaman baru selama proses perkuliahan.
13. Teman-teman satu pembimbing, Lia, Novi, Fitri, Fatmi, Linda, Devi,
Dimas, Bayu, Rinto, Deyafajar yang senantiasa memberi dorongan positif
dan semangat selama proses penelitian.
14. Semua keluarga, Pater Yakobus Weke, kae Detha, Rian Kolin, Om Jhon,
Bapa Dami, Hipolitus, Melki, Kae Bartol, Rind Ngobe, Rini, Ongki, yang
xii
15. Teman Oswin Coo yang sudah memberi semangat, solusi dan menjadi
pendengar serta semua dukungannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan, dukungan, saran dan semangat sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan.Penulis berharap semoga hasil karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. iv
MOTTO ………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……….. vii
ABSTRAK ………. viii
2. Penilaian Ranah Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan ……… 17
a. Penilaian Ranah Pengetahuan ………... 17
xiv
c. Penilaian Ranah Keterampilan ………. 20
3. Lower Order Thingking Skill (LOTS) ……….. 22
4. Higher Order Thingking Skill (HOTS) ……… 23
5. Kompetensi Inti ………... 25
6. Kompetensi Dasar ………... 26
C. Taksonomi Bloom ……….. 27
1. Taksonomi Bloom sebelum revisi ………... 27
2. Taksonomi Bloom setelah revisi (Anderson & Krathwohl) ………... 29
D. Validitas dan Reliabilitas ……….. 33
1. Validitas ………... 33
2. Reliabilitas ……….. 38
E. Classical Test Theory (CTT) ………. 41
F. Item Respon Theory (IRT) ……….. 45
G. Program Quest ………... 52
H. Jurnal Penyesuaian ……….. 54
1. Jurnal Penyesuaian Perusahaan Jasa ……….. 54
2. Jurnal Penyesuaian Perusahaan Dagang ……….. 61
I. Prosedur Penelitian Pengembangan ……… 62
1. Pengembangan Spesifikasi Tes ……… 62
2. Penulisan Soal ……….. 62
3. Penelaahan Soal ………... 63
4. Perakitan Soal ………. 64
5. Uji Coba Tes ……… 64
6. Analisis Butir Soal ………... 65
7. Seleksi dan Perakitan Soal ………... 67
8. Pencetakan Soal ………... 69
9. Administrasi Tes Bentuk Akhir ………. 69
10. Penyusutan Skala dan Norma ……….………. 69
J. Penelitian Relevan ……….. 71
K. Kerangka Berpikir ………... 74
xv
A. Jenis Penelitian ………... 77
B. Sumber Data Penelitian ………... 77
C. Populasi dan Sampel ………... 78
D. Pengembangan Instrumen ……….. 78
E. Teknik Pengumpulan ………. 85
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ……….. 89
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ………. 89
1. Pengembangan Spesifikasi Tes ……… 89
2. Penulisan Soal ……….. 92
3. Penelaahan Soal ……….. 93
4. Perakitan Soal ………... 100
5. Uji Coba Soal ……….. 101
6. Analisis Quest ………... 101
7. Seleksi dan Perakitan Soal ………... 110
8. Pencetakan Tes ………. 113
B. Pembahasan ……….. 114
BAB IV PENUTUP ……….. 121
A. Kesimpulan ………. 121
B. Keterbatasan Pengembangan ………. 122
C. Saran …...………... 122
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 perbedaan kurikulum 2013 dan KTSP ... 12
Tabel 2.2 mata pelajaran SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen ... 13
Tabel 2.3 Kompetensi Inti ... 25
Tabel 2.4 Kompetensi Dasar ... 26
Tabel 2.5 Revisi Taksonomi Bloom ... 31
Tabel 3.1 Sampel Uji Coba ... 80
Tabel 3.2 Kriteria kecocokan butir dengan pendekatan IRT ... 84
Tabel 3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Item ... 84
Tabel 3.4 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian oleh Ahli Bahasa ... 84
Tabel 3.5 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian oleh Ahli Materi ... 84
Tabel 3.6 Kriteria Kualitas Instrumen Penilaian oleh Peserta Didik ... 84
Tabel 4.1 Kisi-kisi Soal Jenis Pilihan Ganda ... 91
Tabel 4.2 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Bahasa ... 95
Tabel 4.3 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Materi ... 99
Tabel 4.4 Perbaikan Soal Hasil Validasi oleh Ahli Bahasa ...100
Tabel 4.5 Perbaikan Soal Hasil Validasi oleh Ahli Materi ...101
Tabel 4.6 Data Jumlah Peserta Didik pada Masing-masing Sekolah ...101
Tabel 4.7 Taraf Kesukaran dari 39 Butir Soal ...110
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Bahasa ... 94
Grafik 4.2 Validasi Penilaian Instrumen Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Materi .... 97
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal uji coba ... 127
Lampiran 2 Lembar Jawaban ... 150
Lampiran 3 Lembar penilaian oleh ahli bahasa ... 151
Lampiran 4 Lembar penilaian oleh ahli materi ... 157
Lampiran 5 Angket respon peserta didik ... 166
Lampiran 6 Surat perizinan penelitian ... 172
Lampiran 7 Silabus ... 180
Lampiran 8 RPP SMK Negeri 1 Tempel ... 183
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Salah satu tuntutan dan tantangan yang dihadapi dunia pendidikan
pada saat ini adalah pendidikan hendaknya mampu menghasilkan generasi yang memiliki kompetensi yang utuh. Dalam rangka mewujudkan niat tersebut, melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pemerintah
terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang kependidikan.Salah satunya adalah pembaharuan kurikulum yaitu kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diperbaharui untuk menjawab tantangan
dan pergeseran paradigma pembangunan. Kurikulum merupakan rencana tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam
menempuh pendidikan di lembaga pendidikan (Kurniasih & Sani, 2014). Tujuan dari kurikulum 2013 ialah untuk mempersiapkan generasi mudah
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Kunandar 2013:
16).
Penilaian adalah suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan
mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek. Penilaian sangat penting bagi seorang pendidik untuk
memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil
belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang
sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik.
Proses penilaian mencakup pengumpulan bukti untuk menunjukkan
pencapaian belajar (ketercapaian kompetensi) dari peserta didik. Ketercapaian suatu kompetensi tergantung pada terlaksananya kompetensi dan instrumen penilaian. Didalam kurikulum 2013, instrumen penilaian
harus diterapkan dalam pembelajaran, diantaranya adalah kisi–kisi soal dan soal. Soal dibuat guna mengukur tingkat pemahaman peserta didik. Ditinjau
dari tujuan kurikulum 2013 yaitu menciptakan generasi yang mampu berkontribusi di masyarakat dan dunia luar serta unggul dalam mutu, maka sudah seharusnya kategori soal yang dibuat diantaranya dikategori dalam
taraf HOTS (Higher Other Of Thinking Skill).
HOTS (Higher Other Of Thinking Skill) meliputi aspek kemampuan
berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Dalam penerapan instrumen soal berbasis HOTS masih tergolong baru bagi kalangan pendidik dan belum semua tenaga
kependidikan menerapkan kategori penilaian HOTS ini. Pendidik terkadang masih keliru dalam pembuatan komponen soal berbasis HOTS.
Berdasarkan hasil wawancara di SMK Negeri 7 Yogyakarta, pendidik sendiri belum memahami maksud dari HOTS. Dalam penerapannya, pendidik belum membuat penilaian tes hasil belajar peserta didik berbasis
dalam membuat instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar menganalisis jurnal penyesuaian kelas X Akuntansi SMK.
Berdasarkan latar belakang, peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS pada
Kompetensi Dasar Menganalisis Jurnal Penyesuaian Kelas X Akuntansi SMK”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, peneliti membatasi masalah dengan tujuan supaya lebih fokus dan mendalam, dengan demikian
permasalahan penelitian yang dibahas perlu dibatasi variabelnya.Penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS Pada Kompetensi Dasar Menganalisis Jurnal Penyesuaian Kelas X SMK”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS pada
Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK? 2. Bagaimana kualitas pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS
pada Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK?
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengembangkan produk Instrumen penilaian berbasis HOTS pada
Kompetensi Dasar Menganalisis transaksi jurnal penyesuaian kelas X SMK.
2. Mengetahui kualitas Instrumenpenelitian berbasis HOTS pada
kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian kelas X SMK. E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai
barikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi penelitian
dalam bidang yang sama dan bagi pendidik umum lainnya mengenai instrumen penilaian berbasis HOTS.
b. Menjadi sumber referensi dan informasi bagi para penelitian
selanjutnya agar lebih baik. 2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Pendidik
Menambah wawasan dan memperluas kajian tentang pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi dasar, khususnya
b. Bagi Peserta didik
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi peserta didik
menganalisis materi pembelajaran khususnya Kompetensi Dasar Menganalisis jurnal penyesuaian yang disampaikan oleh pendidik
selama pembelajaran berlangsung. c. Peneliti lain
Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan bagi peneliti lainnya
dengan tujuan supaya dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pengembangan instrumen
penilaian berbasis HOTS.
F. Spesifikasi Produk yang di Kembangkan
1. Instrumen penelitian ini dibuat berdasarkan soal-soal yang dapat
memacu kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi. 2. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.10
menganalisis jurnal penyesuaian.
3. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan kurikulum 2013 dengan
menggunakan taksonomi Anderson yang terdiri dari menganalisis,
menilai dan mengkreasi.
4. Instrumen penilaian ini disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda
yang berjumlah 40 butir.
5. Instrumen penilaian ini dapat digunakan sebagai alat evaluasi soal
6. Instrumen penilaian memiliki durasi waktu mengerjakan soal serta
terdapat petunjuk pengerjaan soal yang membantu peserta didik dalam
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Dalam dunia pendidikan kurikulum sangat tidak asing bagi seorang pendidik. Ada beberapa pandangan tentang kurikulum dengan pendapat yang berbeda-beda. Berikut ini beberapa pengertian kurikulum: a. Kurikulum adalah semua pembelajaran yang direncanakan sekolah
dan diarahkan oleh pihak sekolah untuk peserta didik, baik secara berkelompok maupun perseorangan (Kerr, 2008 dalam Palupi).
Selanjutnya, Bobbit, (1918) dalam Palupi, menjelaskan serangkaian pengalaman yang harus dilewati oleh peserta didik dan
pendidik guna memperoleh kemampuan sikap, kebiasaan dan pengetahuan yang dibutuhkannya.
b. Kurikulum merupakan rencana mata pelajaran secara tertulis serta
program yang direncanakan dan dilaksanakan dengan nyata di sekolah (Ladjid, 2005, p. 2).
c. Kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai
peserta didik di sekolah guna memperoleh ijazah (Arifin, 2011).
Selanjutnya, Arifin menjelaskan kurikulum adalah semua isi kegiatan yang disusun secara secara ilmiah, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas atas tanggungjawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
d. UU Nomor 20 tahun 2013 dalam Kurniasih, (2014), menjelaskan
kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
tujuan, isi dan bahan pelajaran sebagai pedoman menyelenggarakan proses belajar guna mencapai tujuan pendidikan.
e. Kurikulum adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai
pegangan dalam mewujudkan tujuan pendidikan (Nasution , 2006).
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan sebuah perencanaan yang berisi tujuan dan isi pengetahuan yang digunakan sebagai pedoman dalam mewujudkan
tujuan pendidikan. Dalam penerapannya baik di dalam kelas maupun di luar kelas dengan bimbingan dari pihak sekolah.
2. Isi Kurikulum
Menurut (Ladjid, 2005, p. 5), isi suatu kurikulum di sekolah dibedakan berdasarkan jenis bidang studi yang disajikan dan isi
program masing-masing bidang studi. Jenis bidang studi yang disajikan di sekolah misalnya IPS, bahasa dan IPA. Dari jenis-jenis bidang studi
bahasan disertai dengan sub pokok bahasan. Bahan pengajaran ini ditetapkan berdasarkan pada tujuan instruksional.
Menurut UU Sisdiknas dalam Palupi, (2016), isi dan bahan kurikulum merupakan materi pelajaran yang harus disampaikan oleh
pendidik kepada peserta didiknya dengan tujuan peserta didik mempunyai kompetensi setelah menerima pembelajaran. Menurut Hidayat, (2013), isi program kurikulum atau bahan ajar merupakan
sesuatu yang ditawarkan kepada peserta didik sebagai proses belajar dalam kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, Hidayat mengatakan isi
kurikulum terdiri dari mata pelajaran yang harus dikuasai peserta didik dan isi program masing-masing mata pelajaran. Kriteria dalam menentukan isi suatu kurikulum menurut (Hidayat, 2013) antara lain:
a. Isi kurikulum harus sesuai dan tepat serta bermakna bagi
perkembangan peserta didik.
b. Isi kurikulum mencerminkan kenyataan sosial.
c. Isi kurikulum mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
d. Isi kurikulum harus mendukung tujuan pendidikan.
Menurut Hilda Taba, (1962), dalam Hidayat, berpendapat bahwa kriteria dalam menentukan isi materi kurikulum, antara lain:
1) Materi harus menggambarkan pengetahuan terbaru.
2) Materi yang disampaikan harus relevan dengan kenyataan sosial
dan kultur.
4) Materi harus mencakup tujuan dan sesuai dengan kemampuan,
kebutuhan dan minat serta pengalaman peserta didik.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa isi kurikulum merupakan materi pelajaran yang disampaikan pendidik
kepada peserta didik dengan maksud agar peserta didik memiliki kompetensi setelah mengikuti pembelajaran. Dalam isi kurikulum terdapat jenis bidang studi yang disajikan beserta isi setiap bidang studi
yang disajikan dalam suatu pembelajaran di sekolah. 3. Perubahan Kurikulum
Kurikulum sistem pendidikan Indonesia bersifat dinamis. Perubahan terjadi karena adanya perbedaan dalam satu komponen guna menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan tersebut
misalnya, tujuan pembelajaran yang tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyebab terjadinya
perubahan kurikulum antara lain: (a) perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, (b) adanya peningkatan mutu pendidikan, (c) adanya hubungan antara tujuan pendidikan dengan kemampuan yang
dibutuhkan di dunia kerja dan (d) adanya efektivitas dan efisiensi di bidang pendidikan (Ladjid, 2005, p. 7). Perubahan kurikulum KTSP
menjadi kurikulum 2013 menimbulkan beberapa perbedaan.
Menurut (Kurniasih & Sani, 2014) ada beberapa perubahan kurikulum sebelumnya dan kurikulum 2013, antara lain:
Penyempurnaan standar kompetensi lulusan sangat memperhatikan pengembangan nilai, pengetahuan dan keterampilan. Ada empat
kompetensi inti, yaitu penghayatan dan pengalaman agama, sikap, keterampilan dan pengetahuan.
b. Perubahan Standar Isi
Perubahan pada tahap ini, mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan
menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (standar proses).
c. Perubahan Standar Proses
Perubahan yang terjadi pada standar proses sama artinya melakukan perubahan strategi pembelajaran. Seorang pendidik
harus merancang dan mengolah proses pembelajaran aktif dan menyenangkan. Dimana peserta didik difasilitasi untuk
mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta.
d. Perubahan Standar Evaluasi
Dalam standar evaluasi berhubungan dengan penilaian. Penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan
Selanjutnya, Kurniasih & Sani menjelaskan perubahan kurikulum 2013 dan kurikulum sebelumnya mengakibatkan beberapa perbedaan.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP
No KTSP Kurikulum 2013
1 Standar isi ditentukan terlebih dahulu melalui Permendiknas No 22 Tahun 2006, kemudiaan menentukan SKL (Standar Kompetensi Lulusan) melalui Permendiknas No 23 Tahun 2006
SKL ditentukan terlebih dahulu, melalui Permendikbud No 54 Tahun 2013 kemudiaan menentukan Standar Isi yang berbentuk Kerangka Dasar Kurikulum, dan dituangkan dalam permendikbud No 67, 68 dan 70 Tahun 2013
2 KTSP lebih menekankan pada aspek pengetahuan
Aspek kompetensi lulusan ada keseimbangan soft skills dan hard skills meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan
3 Jenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-III
Jenjang SD tematik terpadu untuk kelas I-VI
4 Jumlah jam pelajaran lebih sedikit dan jumlah mata pelajaran lebih banyak
Jumlah jam per minggu lebih banyak dan jumlah mata pelajaran lebih sedikit
5 Standar proses dalam pembelajaran terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta
6 TIK sebagai mata pelajaran TIK bukan sebagai mata pelajaran tetapi sebagai media pembelajaran
7 Penilaian lebih dominan pada aspek pengetahuan
No KTSP Kurikulum 2013 pengembangan potensi siswa
Dari penjelasan di atas, maka disimpulkan perubahan kurikulum terjadi diakibatkan adanya perbedaan suatu komponen kurikulum yang
ada. Salah satu penyebabnya adalah adanya peningkatan mutu pendidikan. Perubahan kurikulum itu yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses dan standar evaluasi.
4. Struktur Kurikulum SMK
Struktur kurikulum SMA dan SMK pada umumnya sama.
Perbedaan terletak pada pengakomodasian minat peserta didik. Dalam struktur kurikulum SMK, ada tiga kelompok mata pelajaran yaitu (1) kelompok A (wajib), (2) kelompok B (wajib) dan (3) kelompok C
(peminatan) (Widyastono, 2014, p. 165). Untuk lebih jelas, lihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Mata Pelajaran SMK Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen
Mata Pelajaran 9 Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan kesehatan
3 3 3 3 3 3
Kelompok C (Peminatan) C-1. Dasar Bidang Keahlian
10 Pengantar ekonomi dan bisnis 2 2 2 2 11 Pengantar akuntansi 2 2 2 2 12 Pengantar administrasi
perkantoran
2 2 2 2
C-2 Dasar Program Keahlian 1 8
Menurut (Sanjaya, 2005), struktur kurikulum SMK dibagi
beberapa komponen, yaitu (1) normatif berisikan kompetensi dengan maksud agar peserta didik menjadi warga negara yang memiliki
nilai-nilai dalam hidup bermasyarakat, bangsa dan negara, (2) adaptif berarti kompetensi dengan maksud peserta didik mampu beradaptasi dan berkembang sesuai perkembangan masyarakat dan negara, budaya,
seni, ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai keahlian dan tuntutan dunia kerja, (3) produktif berarti memiliki kompetensi dengan tujuan
berlaku di bidang keahlian yang menjadi bagian dari profesi, hasil inventarisasi, konsekuensi dunia kerja serta pihak terkait.
Dari penjelasan di atas, disimpulkan bahwa struktur kurikulum SMK di bedakan menjadi tiga bagian mata pelajaran, yaitu kelompok A (wajib),
kelompok B (wajib) dan kelompok C (peminatan). Struktur kurikulum juga di bedakan beberapa komponen, yaitu normatif, adaptif dan produktif.
B. Penilaian
1. Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan semua kegiatan memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data mengenai proses dan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan guna memperoleh informasi yang
bermanfaat untuk mengambil keputusan (Sunarti & Rahmawati, 2014). Menurut (Subali, 2012), penilaian adalah prosedur untuk mendapatkan
informasi guna mengetahui taraf pengetahuan dan keterampilan peserta didik sehingga hasilnya dimanfaatkan sebagai evaluasi. Menurut (Kurniasih & Sani, 2014, p. 47), penilaian adalah proses
mengumpulkan dan mengolah informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Menurut pendapat (Mardapi, 2008),
penilaian merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Penilaian mencakup semua cara yang ditempuh untuk menilai unjuk kerja peserta didik. Selanjutnya menurut (Permendikbud No. 104 Tahun 2014),
peserta didik mengenai kompetensi sikap spiritual dan sikap soaial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang dilakukan
terencana dan sistematis selama dan setelah proses pembelajaran. Ciri penilaian ialah adanya program dan kriteria yang dinilai
sebagai pebanding antara kenyataan dengan kriteria (Sudjana, 2009). Selanjutnya, menurut Sudjana, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu:
a. Penilaian formatif, berarti penilaian yang dilakukan pada akhir
program belajar mengajar dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan proses belajar mengajar. Penilaian formatif berorientasi pada proses belajar mengajar, dengan tujuan pendidik dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pembelajaran. b. Penilaian sumatif, penilaian yang dilaksanakan pada akhir catur
wulan, akhir semester dan akhir tahun. Tujuan penilaian sumatif
ialah untuk melihat hasil yang dicapai peserta didik seperti sejauh mana tujuan kurikuler dikuasai. Penilaian ini berorientasi pada produk dan bukan proses.
c. Penilaian diagnostik, bertujuan untuk melihat kelemahan dan
factor penyebab dari peserta didik. Dilaksanakan untuk keperluan
d. Penilaian selektif, dilaksanakan untuk keperluan seleksi seperti
ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.
e. Penilaian penempatan, dilaksanakan untuk mengetahui
keterampilan prasyarat bagi suatu program belajar dan penguasaan
belajar. Penilaian ini berorientasi pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi program baru dan kecocokan program belajar dengna kemampuan peserta didik.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian merupakan bagian hasil dari evaluasi dimana proses yang ditempuh
untuk mendapat informasi tentang taraf pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Jenis-jenis penilaian, yaitu: penilaian normatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif dan penilaian
penempatan.
2. Penilaian Ranah Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Penilaian dapat dilaksanakan dalam berbagai teknik. Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran untuk mengetahui pencapaian kompetensi peserta didik seperti pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Menurut (Sunarti & Rahmawati, 2014), berdasarkan kompetensi yang dicapai, dimensi yang dinilai antara lain:
a. Penilaian Ranah Pengetahuan
1) Tes tulis, berarti tes yang menuntut peserta tes memberi
jawaban secara tertulis berupa pilihan atau isian. Tes yang
jawaban berupa pilihan seperti pilihan ganda, benar salah dan menjodohkan. Sedangkan tes isian berupa isian singkat atau
uraian.
2) Tes lisan, merupakan tes yang dilaksanakan melalui kmunikasi
langsung antara pendidik dan peserta didik. pertanyaan dan
jawaban diberikan secara lisan.
3) Penugasan, berarti memberikan tugas kepada peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan sebagai penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, seperti praktik di
laboratorium, tugas rumah, portofolio, proyek dan produk. b. Penilaian Ranah Sikap
Penilaian ranah sikap peserta didik dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peran yang penting dalam menentukan keberhasilan suatu proses belajar. Sikap menunjukan reaksi
seseorang dalam menghadapi suatu objek. Menurut (Sunarti & Rahmawati, (2014)), dalam ranah sikap, dua hal yang dinilai, yaitu
& Rahmawati, (2014), menjelaskan kemampuan peserta didik yang dinilai antara lain:
a) Peserta didik memberi respon terhadap situasi yang dialami b) Peserta didik menerima nilai dan norma yang mempunyai
etika dan estetika
c) Menilai dari segi baik-buruk dan adil-tidak adil dari suatu
fenomena
d) Peserta didik mempraktikkan nilai, norma, etika dan estetika
dalam hidup sehari-hari
e) Menilai peserta didik dari segi daya tarik, motivasi, minat,
ketekunan dalam belajar, dan sikap terhadap mata pelajaran
dan proses pembelajaran.
Untuk menilai ranah sikap dilakukan melalui observasi, yang diperkuat dengan penilaian diri dan penilaian antarteman yang
dicatat dalam bentuk jurnal. Menurut (Kurniasih & Sani, 2014), ranah sikap dapat dinilai dengan cara, yaitu:
1) Observasi
Teknik penilaian yang dilaksanakan secara berkesinambingan menggunakan indera, baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format obsevasi yang didalamnya berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Penilaian observasi dapat dilakukan
2) Penilaian diri
Merupakan teknik penilaian yang dilakukan dengan
meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan yang dihadapi ketika
pembelajaran.Penilaian jenis ini berupa lembar penilaian diri.
3) Penilaian antar teman
Teknik penilaian yang dilaksanakan dengan meminta peserta didik untuk saling menilai terkait sikap dan
perilaku keseharian peserta didik. Penilaian jenis ini berupa lembar penilaian antar peserta didik.
4) Jurnal
Penilaian yang dilakukan berupa catatan pendidik di dalam dan di luar kelas tentang hasil pengamatan kekuatan dan
kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal merupakan catatan berkesinambungan dari hasil observasi.
c. Penilaian Ranah Keterampilan
Penilaian ranah keterampilan berarti kemampuan peserta
didik dalam mengaplikasikan pengalaman belajar dalam dunia nyata. Menurut Sudjana, (1990), menjelaskan ada beberapa tingkatan keterampilan, yaitu gerakan refleks dimana didalamnya
Selanjutnya Sudjana, mengatakan adanya keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. Timbulnya kemampuan perseptual seperti
membedakan visual, auditif dan motoris. Terakhir Sudjana menjelaskan, adanya kemampuan dalam bidang fisik, gerakan skill
dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Kemampuan keterampilan dalam pembelajaran akuntansi, misalnya:
1) seorang peserta didik bisa membedakan akun-akun
bernominal debet dan akun-akun bernominal kredit
2) kemampuan untuk menjelaskan posisi normal akun-akun,
seperti akun Kas posisi normal berada di sebelah Debet, secara mandiri, mencontohkan seperti penjelasan pendidik
maupun bisa melakukan setelah proses belajar yang berulang 3) peserta didik dengan keahliannya mempunyai sikap
moralnya, membantu teman berkesulitan
4) memiliki sikap cepat melakukan penyesuaian terhadap hal
baru
5) peserta didik berperilaku sesuai sikap yang dimiliki diri
sendiri. Teknik penilaian ranah sikap bisa dilakukan dengan
kinerja, produk, proyek dan portofolio.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan penilaian pada aspek kompetensi meliputi penilaian ranah pengetahuan, ranah sikap dan
tes lisan dan penugasan. Ranah sikap dapat berupa observasi yang diperkuat dengan penilaian diri dan penilaian antar teman dalam bentuk
jurnal. Sedangkan pada ranah keterampilan, dapat berupa keterampilan dalam gerakan refleks, gerakan-gerakan dasar, kemampuan konseptual
dan kemampuan di bidang fisik serta gerakan skill. 3. Lower Order Thingking Skill (LOTS)
Berpikir tingkat rendah atau lower order thingking skill (LOTS)
adalah cara berpikir peserta didik menggunakan level rendah, yang mana penerapan kemampuan peserta didik langsung menggunakan
informasi yang ada maupun sudah diketahui sebelumnya untuk menyelesaikan masalah (Palupi, 2016, p. 107). Selanjutnya Palupi menjelaskan aspek berpikir tingkat rendah yaitu: mengingat (C1),
memahami (C2) dan menerapkan (C3). Berikut maksud dari tiga aspek tersebut:
a. Mengingat (C1) berarti proses mengambil pengetahuan secara
langsung atau yang sudah terjadi. Misalnya, peserta didik mampu mengingat simbol atau istilah dalam pembelajaran.
b. Memahami (C2) berhubungan dengan memahami. Misalnya
peserta didik memahami pesan yang disampaikan pendidik dalam
pembelajaran.
c. Menerapkan (C3) berarti peserta didik menerapkan pengetahuan
Berpikir tingkat rendah dikenal sebagai proses menyelesaikan masalah. Dalam arti, proses penyelesaian masalah sementara dan
tidak mendalam karena berpikir tingkat rendah tidak melewati proses berpikir kritis dari suatu peristiwa.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa proses berpikir tingkat rendah atau LOTS merupakan proses berpikir peserta didik dengan taraf dimensi yang rendah, yaitu mengingat,
memahami dan menerapkan.
4. Higher Order Thingking Skill (HOTS)
Berpikir tingkat tinggi atau higher order thingking skill (HOTS) menurut Palupi, (2016), berpikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang mengharuskan peserta didik untuk menalar lebih lanjut dari
informasi guna menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut Saputra, (2016), berpikir tingkat tinggi atau yang disebut HOTS merupakan
proses berpikir peserta didik dengan level kognitif lebih tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Saputra, 2016). Maksud dari indikator berpikir tingkat tinggi, yaitu:
a) Menganalisis (C4) berarti membagi materi dalam beberapa bgaian,
menentukan hubungan secara keseluruhan dengan melakukan
penurunan dan pengelolaan. Dimana peserta didik dituntut agar dapat menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian, membedakan fakta dan pendapat dan menemukan hubungan sebab
b) Mengevaluasi (C5) merupakan kemampuan untuk mengambil
keputusan, menyatakan pendapat menurut suatu kriteria. Peserta
didik dituntut untuk menilai suatu situasi, keadaan atau pernyataan menurut kriteria yang ada.
c) Mencipta (C6) berarti mengembangkan ide atau gagasan, produk
serta metode baru dengan cara menggabungkan unsur-unsur membentuk fungsi secara keseluruhan dan menata kembali unsur
tersebut menjadi pola baru melalui perencanaan dan pengembangan. Pada dimensi ini, pendidik dapat menguji
kemampuan peserta didik dengan memberikan tugas untuk berkreasi seperti membuat sebuah cerita, peralatan, karya seni dan
eksperimen.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan berpikir tingkat tinggi merupakan proses berpikir peserta didik dalam taraf kognitif
lebih tinggi. Dimana didalamnya berupa dimensi menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
5. Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah kompetensi bebas atau kompetensi tidak
terikat pada mata pelajaran (Palupi , 2016, p. 43). Tabel 2.3 Kompetensi Inti Bidang keahlian : bisnis dan manajemen Program keahlian : akuntansi dan keuangan
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan)
Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) 3 Memahami, menerapkan,
menganalisis dan mengevaluasi tentang pengetahuan factual, konseptual, operasional dasar dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkungan kerja perbankan dan keuangan mikro pada tingkat teknis, spesifik, detil dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dalam konteks
4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang perbankan dan keuangan mikro. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan manalar, mengolah dan
menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif dan solutif dalam ranah
abstrakterkait dengan pengembangan diriyang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan diri yang dipelajari di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
6. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kompetensi setiap mata pelajaran yang diturunkan dari sumber kompetensi inti yang didalamnya ada aspek
Mata pelajaran : Akuntansi Dasar Alokasi waktu : 180 Jam Pelajaran
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar 3.1 Memahami pengertian,
tujuan, peran akuntansi dan pihak–pihak yang membutuhkan informasi akuntansi.
4.1 Mengelompokan pihak – pihak yang membutuhkan informasi akuntansi sesuai perannya.
3.2 Memahami jenis–jenis profesi akuntansi (bidang– bidang spesialisasi akuntansi, pentingnya etika profesi).
4.2 Mengelompokan profesi akuntansi (bidang–bidang spesialisasi akuntansi. Pentingnya etika profesi). 3.3 Memahami jenis dan bentuk
badan usaha.
4.3 Mengelompokan jenis dan bentuk badan usaha. 3.4 Memahami asumsi,
prinsip–prinsip dan konsep dasar akuntansi.
4.4 Mengelompokan asumsi, prinsip–prinsip dan konsep dasar akuntansi.
3.5 Memahami tahapan siklus akuntansi.
4.5 Mengelompokan tahapan siklus akuntansi
3.6 Menerapkan persamaan dasar akuntansi
4.6 Membuat persamaan akuntansi
3.7 Memahami transaksi bisnis perusahaan baik perusahaan jasa, dagang dan manufaktur.
4.7 Mengelompokan transaksi bisnis perusahaan baik perussahaan jasa, dagang dan manufaktur.
3.8 Menerapkan buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan dan bentuk jurnal.
4.8 Melakukan pencatatan buku jurnal, konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan dan bentuk jurnal.
3.9 Menerapkan posting 4.9 Melakukan posting 3.10 Menganalisis jurnal
penyesuaian.
4.10 Membuat jurnal penyesuaian. 3.11 Menganalisis perkiraan
untuk menyususn laporan keuangan.
4.11 Menyusun laporan keuangan.
C. Taksonomi Bloom
Manurut (Kusaeri, 2014), taksonomi Bloom domain kognitif ada enam kategori pokok dengan urutan jenjang paling rendah sampai jenjang
paling tinggi, yaitu: Pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis) dan evaluasi (evaluation) (Kusaeri, 2014, p. 32).
Menurut taksonomi Bloom (dalam Prihantoro, sebagai translator 2010) dibagi menjadi beberapa aspek yaitu:
a. Pengetahuan
Aspek pengetahuan melibatkan proses mengingat dan menyebut.
Pengetahuan dikelompokan menjadi pengetahuan tentang fakta yang spesifik, pengetahuan untuk menghadapi hal spesifik, pengetahuan tentang konseptual dan pengetahuan metodologi. b. Pemahaman
Pemahaman merupakan tingkat memahami terendah. Aspek
pemahaman dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) penerjemahan berarti proses memahami secara teliti dan akurat guna menciptakan suatu bentuk komunikasi ke bentuk komunikasi lain sesuai dengan
bentuk komunikasi aslinya, (2) penafsiran adalah ringkasan dari sebuah komunikasi. Penafsiran melibatkan penataan ulang atau
Aspek penerapan melibatkan proses menyiapkan, mengoperasikan, mengubah, menghitung dan menghubungkan. Pada aspek
penerapan peserta didik dituntut mampu mengaplikasikan konsep, metode dan prosedur dalam berbagai situasi. Misalnya, peserta
didik mampu mengaplikasikan perkalian dan pembagian bilangan dua angka dalam konteks permasalahan matematika.
d. Analisis
Menganalisis berarti memecahkan suatu masalah ke bagian-bagian kecil sehingga ide-ide menjadi jelas dan hubungan antar ide
menjadi eksplisit. Misalnya, peserta didik diberi naskah teks pidato, peserta didik mampu menganalisis masalah sesuai fakta. e. Sintesis
Sintesis berarti merancang bagian kecil menjadi satu kesatuan. Dalam sintesis peserta didik dituntut untuk memadukan unsur yang
ada sedemikian membentuk pola baru. Misalnya, peserta didik mampu membuat pemetaan potensi dari provinsi yang ada di pulau Jawa beserta ciri-cirinya.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah menilai materi dan metode suatu tujuan. Ada dua
bentuk evaluasi yaitu (1) evaluasi bukti internal, (2) evaluasi bukti eksternal (Anderson & Krathwohl, 2010).
Taksonomi Bloom sudah digunakan sekian lama sebagai dasar dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Untuk menyesuaikan dengan
perkembangan zaman, Anderson & Krathwohl, menelaah kembali Taksonomi Bloom dan melakukan revisi. Yang menjadi perubahan
taksonomi Bloom yaitu dari dimensi kata benda menjadi kata kerja. Menurut Anderson & Krathwohl, (dalam Prihantoro, sebagai translator 2010), perubahan tingkatan proses kognitif dari yang terendah sampai
yang paling tinggi antara lain:
a. Mengingat berarti proses mengambil pengetahuan dari kejadian
yang berlangsung atau sudah diketahui sebelumnya. Menurut (Sani, 2016), mengingat berarti peserta didik dituntut untuk mengingat fakta, konsep atau pengetahuan prosedural tanpa harus
memahami atau menerapkan.
b. Memahami berarti proses mengkonstruksi makna dari mata
pembelajaran maupun pesan yang disampaikan oleh pendidik. Peserta didik mengetahui makna fakta, konsep atau prosedur yang dipelajari. Dengan harapan bahwa peserta didik mampu
menyatakan atau memberikan contoh tentang fakta, konsep atau prosedur menggunakan kalimat sendiri.
c. Mengaplikasikan berarti proses menggunakan prosedur dalam
dituntut untuk agar dapat menerapkan ide, konsep, prinsip, prosedur, metode atau teori dalam situasi baru.
d. Menganalisis berarti proses memecahkan materi menjadi bagian
kecil dan menentukan hubungan antar bagiannya. Pada bagian ini,
pendidik dapat menguji kemampuan peserta didik dengan menugaskan mereka untuk menguraikan informasi ke dalam bagian kecil, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat
serta menemukan hubungan sebab akibat. Menganalisis dilakukan guna mengkaji fakta, konsep, prosedur atau pengetahuan
metakognisi.
e. Mengevaluasi adalah mengambil keputusan berdasarkan kriteria
dan standar, seperti ketika peserta didik menguji apakah data-data
yang digunakan mendukung atau menolak hipotesis atau menguji apakah bahan pembelajaran berisikan bagian yang bertentangan.
Proses mengevaluasi berarti kemampuan untuk mengambil keputusan, menyatakan pendapat atau memberi penilaian sesuai kriteria-kriteria tertentu. Peserta didik dituntut agar dapat menilai
sebuah situasi, keadaan atau pernyataan menurut kriteria yang ada. f. Mencipta berarti proses menyusun elemen-elemen baru menjadi
sebuah keseluruhan yang koheren. Tujuan dari mencipta ialah peserta didik diminta untuk membuat produk baru mereorganisasi sejumlah elemen yang belum pernah ada sebelumnya.
menggabungkan unsur-unsur menjadi pola atau struktur baru melalui pengembangan, perencanaan dan produksi. Pendidik dapat
menguji peserta didik dengan menugaskan kepada mereka untuk membuat sebuah cerita, peralatan, karya seni dan eksperimen.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.5 revisi Taksonomi
Bloom oleh Anderson & Krathwohl, (dalam Sani, 2016), sebagai
berikut:
Tabel 2.5 Revisi Taksonomi Bloom
Tingkatan Taksonomi Bloom (1956)
Anderson & Krathwohl (2000)
C1 Pengetahuan Mengingat
C2 Pemahaman Memahami
C3 Aplikasi Menerapkan
C4 Analisis Menganalisis
C5 Sintesis Mengevaluasi
C6 Evaluasi Mencipta
Berdasarkan tabel 2.5 dapat dilihat perubahan Taksonomi dari kata
benda (taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (taksonomi revisi Anderson & Krathwohl). Perubahan tersebut sesuai dengan tingkatan proses kognitif. Menurut Anderson & Krathwohl, (2000)
dalam Sani, (2016), tingkat proses kognitif di mulai dari tingkat kognitif terendah sampai ke tingkat kognitif tertinggi. Untuk lebih
jelas, dapat di lihat pada gambar 2.1, sebagai berikut:
Mencipta
Gambar 2.1 Tingkat proses kognitif menurut Anderson dan
Krathwohl (Sani, 2016, p. 104)
Revisi taksonomi oleh Anderson dan Krathwohl
mendeskripsikan perbedaan antara dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan (pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan
metakognitif) (Sani, 2016). Dari perbedaan tersebut didalamnya termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Untuk kemampuan berpikir tingkat rendah, yaitu mengingat, memahami dan mengaplikasikan. Sedangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suatu tingkat kognitif maka semakin kompleks
dimensi proses kognitifnya. D. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
a) Pengertian validitas
Menganalisis
Mengaplikasikan
Memahami
Menurut Sudjana, (1990), validitas merupakan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul
menilai apa yang dinilai. Selanjutnya Sudjana, menjelaskan validitas tidak berlaku umum dikarenakan bergantung pada situasi
dan tujuan penilaian. Sehingga suatu alat penilaian yang sudah valid untuk penilaian tertentu belum tentu valid untuk tujuan lain (Sudjana, 1990).Validitas merupakan salah satu ciri tes yang tidak
semata-mata valid dan tidak valid (Sunarti & Rahmawati, 2014). Dimana adanya perbedaan tingkat dan kadar validitas dalam
bentuk kategori, seperti sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
b) Macam-macam validitas
Menurut Suryabrata, (2005), dalam bidang psikologi validitas atau kesahihan dibagi menjadi tiga konteks, yaitu:
1) Validitas penelitian berarti kesesuaian antara hasil penelitian
dan keadaan yang sebenarnya atau sejauh mana hasil penelitian mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
2) Validitas soal berarti derajat kesesuaian antara sesuatu soal
dengan perangkat soal-soal, dengan ukuran validitas soal yaitu
korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada perangkat soal yang dihitung dengan korelasi biserial. Isi dari validitas soal adalah daya pembeda soal. Menurut Suryabrata, (2005),
kumpulan validitas soal berarti sudah memiliki validitas tes. Selanjutnya Suryabrata, (2005), menjelaskan bahwa kumpulan
atau perangkat soal itu bersama-sama mengukur sesuatu. Tetapi apakah sesuatu merupakan hal yang diukur oleh tes,
informasinya tidak ada (Suryabrata, 2005).
3) Validitas tes merupakan sejauh mana tes mengukur apa yang
diukur. Tujuannya untuk menunjukkan derajat fungsi
mengukurnya suatu tes atau derajat kecermatan ukurnya suatu tes. Menurut Suryabrata, (2005), untuk mengkaji suatu alat
ukur, sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang dimaksud, maka validitas tes dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a) Validitas Isi
Validitas isi tes menunjuk pada sejauh mana tes mengukur apa yang dimaksud untuk diukur. Ukuran sejauh mana ditentukan menurut derajat representatif isi
tes dengan hal yang akan diukur. Validitas tes ditentukan melalui pendapat professional dalam proses telaah soal
belajar agar sesuai dengan kenyataan, dan menggunakan sampel butir dari suatu populasi butir. Tujuan pengujian
validitas butir adalah guna menjamin pengujian sampel dari sebuah populasi, dimana sampel yang diambil
mewakili sifat dari suatu populasi. Uji validitas isi, dilakukan dengan cara menelaah butir instrumen, meminta pertimbangan ahli dan analisis korelasi
butir-total.
Apabila dilakukan pengembangan dari butir-butir tes
hasil belajar, harus berpetokan pada kisi-kisi yang direncanakan. Dimana, uji validitas isi dilaksanakan dengan menelaah butir (item review) agar sesuai dengan
isi pada perencanaan kisi-kisi dengan kata lain, materi instrumen tes hasil belajar tidak menyimpang dari
kisi-kisi.Hal ini yang menjadikan kisi-kisi sangat penting dalam pengujian validitas isi.
(b) Validitas Kriteria
Menurut Suryabrata, (2005), validitas alat ukur dilihat dari sejauh mana hasil pengukuran dengan alat
yang dipersoalkan sama atau mirip dengan hasil pengukuran alat lain sebagai kriteria. Kriteria yang dimaksud ialah hasil pengukuran atribut yang sama
baik atau memenuhi persyaratan akademik dan professional. Validitas kriteria merupakan uji coba
validitas antara tes hasil belajar dan yang bukan tes hasil belajar (Purwanto, (2009)). Uji coba instrumen valid
apabila sudah menguji hasil menggunakan hasil pengukuran kriteria.
Validitas kriteria dibagi menjadi dua, yaitu: (1)
validitas konkuren, uji validitas dengan kriteria eksternal, misalnya: tes hasil belajar akhir semester, menggunakan
hasil ulangan sebagai kriteria, (2) validitas prediktif, uji validitas menggunakan kriteria eksternal, membanding sebelum adanya tes hasil belajar, misalnya:
membandingkan nilai peserta didik baru sebelum dan sesudah mengikuti pelajaran di kelas.
(c) Validitas Konstruk
Menurut Suryabrata, (2005), validitas konstruk mempersoalkan sejauh mana skor-skor hasil pengukuran
dengan instrumen yang dipersoalkan menjadi suatu nilai dari konstruk yang mendasari suatu penyusunan alat ukur.
Validitas konstruk menunjukkan apakah tes yang disusun sesuai dengan konsep ilmu yang dites. Menurut Sunarti & Rahmawati, (2014), validitas konstruk merupakan usaha
mencerminkan konstruk yang sama dengan sasaran pengukuran. Validitas konstruk merupakan uji coba
validitas dengan melihat kesesuaian antara konstruksi butir dengan kisi-kisi (Purwanto, 2009).
Menurut Sudjana, (1990), validitas konstruk berhubungan dengan kesanggupan alat penilaian untuk mengukur pengertian yang terkandung dalam materi yang
diukur. Pengertian itu dalam konsep kemampuan, minat, sikap yang jelas untuk diukur. Untuk memudahkan dalam
pengukuran membutuhkan indikator dari setiap konsep. Menurut Sudjana, suatu Indikator dapat dilakukan dengan menggunakan pemahaman atau logika berpikir atas dasar
teori pengetahuan ilmiah dan menggunakan pengalaman empiris seperti kejadian dari kehidupan nyata.
2. Reliabilitas
a) Pengeritan Reliabilitas
Menurut (Sudjana, 2009), reliabilitas alat penilaian adalah
keajengan alat dalam menilai apa yang dinila dengan maksud apabila alat penilaian tersebut digunakan secara terus menerus dan
pada objek yang sama tetapi memberi hasil yang relatif sama. Menurut (Purwanto, 2009), reliabilitas berarti kemampuan alat ukur dalam melakukan pengukuran yang tepat. Selanjutnya
dihasilkan oleh alat ukur suatu pengukuran. Suatu alat ukur yang reliabel dapat menghasilkan ukuran sebenarnya atau memberikan
hasil yang relatif stabil dan konsisten akibat hasil pengukuran galat minimal.
b) Jenis-jenis Reliabilitas 1) Reliabilitas tes ulang
Menurut Sudjana, (1990), tes ulang merupakan penggunaan
alat penilaian terhadap subjek yang sama, namun dilakukan dua kali pada waktu yang berbeda. Menurut Sunarti &
Rahmawati, (2014), tes-retes merupakan teknik yang ditempuh untuk mengujikan instrumen tes yang sama dua kali pada subjek yang sama dalam rentang waktu yang berbeda.
Rentang skor yang diperoleh pengujian pertama dan kedua dikorelasi guna melihat korelasi koefisiennya. Sehingga
besarnya korelasi dinyatakan sebagai indeks reliabilitas. Apabila koefisien korelasi yang diperoleh cukup tinggi maka tes yang dilakukan dinyatakan reliable.
2) Reliabilitas pecahan setara
Sudjana, (1990), menjelaskan teknik ini dilakukan dengan
menggunakan hasil dari bentuk tes yang sebanding atau setara yang diberikan pada subjek yang sama dan pada waktu sama. Menurut Sunarti & Rahmawati, (2014), menjelaskan bahwa
sejenis namun karakteristiknya sama, yaitu memiliki kesejajaran dalam bentuk, panjang, tingkat kesulitan alokasi
waktu menyelesaikan tes. Selanjutnya Sudjana, (1990), menjelaskan teknik ini memerlukan dua perangkat tes yaitu
untuk melihat kesamaan dan kesetaraan, dari segi isi, tingkat kesukaran, abilitas yang diukur, jumlah pertanyaan, bentuk pertanyaan maupun segi teknis lainnya. Apabila dilakukan
secara optimal maka teknik ini dianggap paling baik dibandingkan tes ulang.
Untuk kesulitannya, terletak pada penyusunan perangkat tes yang benar-benar mengandung derajat kesetaraan yang tinggi. Cara menguji tingkat reliabilitas ialah dengan
mengujicobakan kedua perangkat tes kepada subjek yang sama. Sehingga dapat melihat korelasinya, tinggi rendahnya
koefisien korelasi mencerminkan tinggi rendahnya reliabilitas dari kedua perangkat.
3) Reliabilitas belah dua
Menurut Sunarti & Rahmawati, (2014), teknik yang dilakukan ialah dengan mengujikan seperangkat tes satu kali pada sekali
atas dasar nomor dasar ganjil dan genap. Selanjutnya kedua jumlah skor dikorelasikan untuk mendapatkan koefisiennya. 4) Kesamaan rasional
Teknik ini dapat dilakukan dengan menghubungkan setiap
butir dalam satu tes dengan butir-butir lainnya secara keseluruhan tes itu sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan ada beberapa
validasi, yaitu validasi isi, validasi kriteria dan validasi konstruk. Sedangkan reliabilitas dibedakan menjadi, yaitu raliabilitas tes ulang,
reliabilitas pecahan setara, reliabilitas belah dua dan reliabilitas kesamaan rasional.
E. Classical Test Theory (CTT)
Classical Test Theory (CTT) adalah metode pertama yang dikembangkan untuk pengukuran. Teori-teori CTT mendominasi pengembangan rumus reliabilitas dan validitas yang dikenal dewasa ini
(Suryabrata, 2005). Model dari pendekatan teori tes klasik ini disebut sebagai model skor murni (true score model). Pendekatan ini telah berhasil meletakkan dasar-dasar konsep dalam analisis karakteristik psikometri perangkat ukur psikologi (Crocker & Algina, (1986), dalam
Pendekatan CTT ini juga telah berkontribusi dalam pengembangan pengukuran psikometri dan pendekatan ini dianggap
sebagai model yang sederhana dan kuat. Fokus utama dari pendekatan ini adalah informasi pada level tes dan juga menyediakan informasi mengenai item-item yang digunakan (Coaley, 2010), dalam Suryabrata,
(2005). Selain itu, teori tes klasik ini juga praktis dan tidak memerlukan perhitungan yang rumit (Kaplan & Saccuzo, 2005) dalam Suryabrata, (2005).
Aspek-aspek yang diperhatikan dalam teori uji klasik, yaitu
tingkat kesukaran butir, daya beda butir, penyebaran pilihan jawaban dan reliabililtas skor tes (Safari, 2000), dalam Suryabrata, (2005).
1. Tingkat Kesukaran Butir (P)
Tingkat kesukaran butir soal merupakan peluang untuk menjawab benar pada suatu tingkat yang dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks kesukaran pada umumnya dalam bentuk proporsi dengan
besaran antara 0,00 – 1,00. Perhitungan indeks tingkat kesukaran dapat dilihat dengan rumus berikut:
𝑝 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑠𝑒𝑟𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑠
Semakin besar nilai p maka semakin besar pula proporsi peserta
soal menjadi sukar. Sedangkan bagi peserta tes yang berkemampuan tinggi, tingkat kesukarannya rendah. Sehingga pada butir soal yang
mudah, memperlihatkan kemampuan peserta tes yang tinggi sedangkan pada butir soal yang sukar, kemampuan peserta tes dalam menjawab menjadi rendah.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa tingkat kesukaran butir soal tidak sepenuhnya menggambarkan ukuran karakteristik butir soal yang sebenarnya, melainkan menggambarkan kemampuan rata-rata kelompok peserta tes. Klasifikasi tingkat
kesukaran soal dalam Nitko, (1996), dalam Suryabrata, (2005) sebagai berikut:
Jika nilai p diantara 0,00 – 0,30 soal tergolong sukar.
Jika nilai p diantara 0,31 – 0,70 soal tergolong sedang. Jika nilai p diantara 0,71 – 1,00 soal tergolong mudah. 2. Daya Pembeda (DP)
Daya pembeda soal merupakan nilai indeks butir soal yang membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan peserta tes yang berkemampuan rendah. Daya pembeda suatu butir
soal didasari oleh hasil tes itu sendiri. Sehingga hasil dari suatu tes tidak berlaku untuk kelompok lain. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi nilai daya pembeda
𝐷𝑃 =2(𝐵𝐴 − 𝐵𝐵)𝑁
DP = daya pembeda soal
BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah
N = jumlah siswa yang mengerjakan tes
Crocker & Algina, (1896) dalam (Sudaryono, 2013), daya pembeda diklasifikasikan sebagai berikut:
Jika DP ≥ 0,4 maka butir soal/diterima.
Jika 0,3 ≤ DP < 0,4 maka butir soal cukup baik.
Jika 0,2 ≤ DP < 0,3 maka butir soal perlu diperbaiki.
Jika DP < 0,2 maka soal ditolak.
Selain menggunakan rumus di atas, untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda, dapat menggunakan rumus korelasi
biserial sebagai berikut:
rbis
=
𝑋𝑏−𝑋𝑠𝑋𝑏
√𝑝𝑞
Keterangan:
rbis = koefisien biserial
Xb = rata-rata skor kriteria peserta yang memilih jawaban benar Xs = rata-rata skor kriteria peserta yang memilih jawaban salah