• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH FILSAFAT DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL

N/A
N/A
Sophia NP

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH FILSAFAT DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL "

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

FILSAFAT DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL Tentang

PENDIDIKAN NON FORMAL DARI MASYARAKAT, OLEH MASYARAKAT DAN UNTUK MASYARAKAT

Oleh:

Kelompok 4 BERLINA MUKHTI FITRI SUHADA GULTOM

JURUSAN PENDIDIKAN NON FORMAL (S2) FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sesuai tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Jalur pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan No.20 Tahun 2003 adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Menurut undang-undang tersebut, jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal (jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi), pendidikan nonformal (jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang), dan pendidikan informal (jalur pendidikan keluarga dan lingkungan) yang dapat saling melengkapi dan saling memperkaya. Definisi pendidikan nonformal menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 pasal 1 adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Jadi, jelaslah bahwasanya pendidikan luar sekolah itu juga melaksanakan pendidikan secara terstruktur dan berjenjang.

UNESCO (1997:41) memberikan definisi bahwa pendidikan non formal adalah setiap kegiatan pendidikan yang diorganisir dan berkelanjutan yang tidak berkaitan secara tepat pada definisi pendidikan formal. Pendidikan non formal bisa terjadi baik di dalam maupun di luar lembaga-lembaga pendidikan, dan melayani orang-orang semua usia.

Tergantung pada konteks negara, bisa mencakup program-program pendidikan termasuk bagi orang dewasa yang belum bisa membaca, pendidikan dasar untuk anak-anak di luar sekolah, keterampilan kehidupan (life-skills), keterampilan kerja (work-skills), dan kebudayaan umum.

(3)

Program pendidikan non formal tidak perlu mengikuti sistem “tangga”, memiliki durasi yang berbeda, dan memperoleh atau tidak memperoleh sertifikat dari belajar yang dicapai. Berdasarkan beberapa definisi pendidikan non formal di atas dapat dirumuskan bahwa pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan secara terencana, sistematis, fleksibel, integral dan berlangsung di luar sistem pendidikan formal (sekolah).

Dalam kapasitas inilah pendidikan non formal dikatakan bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari faktor usia, tetapi juga faktor karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender, demografis, geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal, dan sebagainya. Sungguh sangat banyak kebutuhan belajar manusia yang hanya bisa didekati dan diselesaikan melalui pendidikan luar sekolah.

Di Indonesia karena masih banyak masyarakat yang kurang pengetahuan karena tidak mengenyam pendidikan. Tentu ada faktor yang mendasari mengapa mereka tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Faktor yang paling umum adalah keterbatasan ekonomi.

Faktor ekonomi di kalangan masyarakat miskin tentu menjadi kendala bagi mereka untuk mau melanjutkan pendidikan. Akibatnya mereka bekerja apa adanya dengan pendidikan yang terbatas.

Dalam kasus di Indonesia, kebutuhan belajar di bidang pelajaran dan pendidikan yang tidak diajarkan di sekolah adalah garapan dan tanggung jawab pendidikan luar sekolah. Banyak masalah dan kebutuhan belajar individu dan masyarakat yang hanya bisa disentuh dengan teknologi (rekayasa) pendidikan luar sekolah. Sementara itu daya jangkau dan kemampuan teknologi pembelajaran sekolah tidak akan bisa menyentuhnya.

Kemampuan sekolah untuk menyentuh masalah-masalah sosial kependidikan yang ada di masyarakat terbatas sekali, karena keterbatasan tempat, ruang, waktu, serta sarana- prasarana. .

Kehadiran pendidikan non formal semakin dibutuhkan seiring dengan perubahan sosial menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan menjadi sumber utama kekayaan bangsa, ekonomi, dan manusia, tetapi juga bisa menjadi faktor utama ketimpangan. Kemampuan manusia untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan cerdas, atas dasar yang terus berubah, itulah yang terpenting.

(4)

Untuk mengembangkan kapasitas ini sepenuhnya, orang perlu memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengambil hidup mereka ke tangan mereka sendiri – singkatnya menjadi warga negara yang aktif.

Pendidikan nonformal dapat memiliki bentuk dan bentuk yang berbeda. Namun, ada beberapa karakteristik umum:

• Pendidikan non formal adalah proses pembelajaran terencana dengan tujuan pendidikan.

• Kegiatan non formal didasarkan pada kebutuhan peserta didik. Kegiatan NFE terbuka untuk masukan peserta didik ke dalam proses pembelajaran dan mendorong pembuatan kaitan dengan kehidupan nyata.

• Pendidikan non formal didasarkan pada partisipasi sukarela peserta didik (dengan kata lain, NFE bukan kegiatan wajib).

• Pendidikan non formal bersifat inklusif dan dapat diakses, dengan kata lain setiap anak muda dapat berpartisipasi dan penyelenggara secara aktif mencari cara untuk mengikutsertakan orang-orang yang mungkin mengalami pengucilan atau marginalisasi.

• Metodologi pendidikan non formal bervariasi, partisipatif dan berpusat pada peserta didik, termasuk campuran pembelajaran individu dan kelompok dan mendorong orang untuk belajar dari satu sama lain.

• Pendidikan non formal itu semua tentang belajar keterampilan hidup dan mempersiapkan kewarganegaraan aktif.

• Pendidikan non formal bersifat holistik, yang berarti melibatkan emosi, pikiran, dan tubuh peserta didik.

• Kegiatan pendidikan non formal dapat dijalankan oleh pendidik/pelatih profesional dan/atau sukarelawan

Secara sederhana dapat dikatakan, di mana ada kebutuhan belajar atau masalah sosial yang membutuhkan sentuhan pendidikan di luar sistem persekolahan, rnaka di situ pendidikan non formal perlu hadir di tengah masyarakat. Peranan penting pendididkan pada lingkungan masyarakat atau pendidikan non formal dikarenakan manusia adalah makhluk sosial.

(5)

Sebagai makhluk sosial manusia menjadi bagian dari berbagai golongan dalam masyarakat, baik dengan sendirinya maupun dengan sengaja. Manusia dengan sendirinya adalah bagian dari keluarga, kota, negara dan kelompok agama.

Tapi ada juga golongan yang dengan sengaja dimasuki seperti perkumpulan olah raga, serikat pekerja, koperasi, organisasi politik, perkumpulan kesenian dan lain-lain.

Melalui kelompok-kelompok inilah pendidikan non formal dilakukan. Pendidikan non formal dapat menjadi pelengkap dari pendidikan formal, terlebih jika dikaitkan dengan keterbatasan-keterbatasan yang diakibatkan karena adanya krisis. Dengan hal demikian, maka dalam makalah ini akan dikupas bagaimana bentuk pendidikan non formal dari, oleh dan untuk masyarakat dalam perkembangan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana pendidikan non formal tersebut dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pendidikan non formal tersebut dari, oleh dan untuk masyarakat sendiri.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah;

1. Untuk melatih agar mampu menyusun karya ilmiah secara benar dan cermat.

2. Memberikan sumbangsih pemikiran, baik berupa konsep teoritis maupun konsep praktis

3. Memperluas wawasan dan memberikan manfaat bagi perkembangan konsep keilmuan maupun pemecahan masalah.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP PENDIDIKAN NON FORMAL

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktru dan berjenjang. Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar

masyarakat, dan majelis taklim, serta lembaga sejenis. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain. Pendidikan ini

diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebaga pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Hasil dari pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan. pengertian pendidikan non formal ialah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara berjenjang dan terstruktur “UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional”. Pendidikan non formal ialah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal. Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar nasional pendidikan. Dan karena berpedoman pada standar nasional pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal tersebut dapat dihargai setara dengan pendidikan formal.

(7)

Adapun pengertian Pendidikan Non formal menurut Para Ahli adalah sebagai berikut;

1. Hamojoyo (1973)

Pengertian pendidikan nonformal adalah usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu di luar sistem persekolahan, melalui hubungan sosial untuk membimbing individu, kelompok dan masyarakat agar memiliki sikap dan cita-cita sosial (yang efektif) guna meningkatkan taraf hidup dibidang materil, sosial dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.

2. Coombs (1973)

Secara luas Coombs memberikan pengertian pendidikan nonformal adalah:

setiap kegiatan pendidikan yang terorganisasi, diselenggarakan di luar pendidikan persekolahan, diselenggarakan secara tersendiri atau merupakan bagian penting dari suatu kegiatan yang lebih luas dengan maksud memberikan layanan khusus kepada warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar.

3. Niehoff, (1977)

Niehoff merumuskan pengertian pendidikan nonformal secara terperinci yakni: Pendidikan nonformal didefinisikan sebagai tujuan kita yang berisi metode menilai kebutuhan dan minat akhir orang dewasa dan remaja putus sekolah di negara berkembang – berkomunikasi dengan mereka, memotivasi mereka pada pola, dan kegiatan terkait yang akan meningkatkan produktivitas mereka dan meningkatkan kehidupan standar mereka.

4. Lifelong learning in Japan. (1992:39)

Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan sosial dalam hal ini adalah Semua kegiatan pendidikan termasuk di dalamnya pendidikan olah raga dan rekreasi yang diselenggarakan di luar sekolah bagi pemuda dan orang dewasa, tidak termasuk kegiatan-kegiatan pendidikan yang diselenggarakan dengan menggunakan kurikulum sekolah. Berikut definisi dan pengertian pendidikan non formal dari beberapa sumber buku dan referensi:

(8)

 Menurut Joesoef (1992), pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan

pendidikan yang terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem formal, baik tersendiri maupun merupakan bagian dari suatu kegiatan yang luas, yang dimaksudkan untuk memberikan layanan kepada sasaran didik tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajar.

 Menurut Sudjana (2010), pendidikan nonformal adalah kegiatan terorganisir dan sistematis yang dilaksanakan secara mandiri di luar pendidikan formal untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik yang membutuhkan tambahan, pengganti, atau pelengkap pendidikan formal sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

 Menurut Daulay dan Pasa (2012), pendidikan nonformal adalah pendidikan yang dilaksanakan di luar jam sekolah dan dikelola oleh masyarakat, termasuk dalam hal ini ialah pendidikan keterampilan, pendidikan keagamaan, kursus-kursus dan lain sebagainya.

 Menurut Rahmat (2018), pendidikan nonformal adalah tansmisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan dan sistematik (dengan penekanan terhadap peningkatan keterampilan) di luar teknologi pendidikan persekolahan formal, dengan suatu susunan struktur waktu, tempat, sumber-sumber dan warga belajar yang beragam akan tetapi terarahkan.

 Menurut Marzuki (2009), pendidikan nonformal adalah setiap kesempatan dimana terdapat komunikasi yang teratur dan terarah di luar sekolah, dan seseorang memperoleh informasi, pengetahuan dan latihan maupun bimbingan sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang memungkinkan baginya menjadi peserta yang efisien dan efektif dalam lingkungan keluarganya bahkan

masyarakatnya dan negaranya.

(9)

B. FUNGSI PENDIDIKAN NON FORMAL

Pendidikan non formal berfungsi mengisi waktu luang, mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, Pengembangan sikap dan kepribadian profesional, Menjamin integrasi kehidupan sosial, Berpartisipasi secara maksimal dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat.

Disamping itu, pendidikan non formal juga mempunyai fungsi yang sangat penting bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan di jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal), keberadaan pendidikan di luar sekolah juga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak didapatkan dalam pendidikan formal.

1. Fungsi pendidikan non formal sebagai pengganti pendidikan sekolah

Materi pelajaran yang diberikan sama dengan yang diberikan dalam pendidikan sekolah. Contoh: Pendidikan Kesetaraan, yaitu Paket A setara SD untuk anak usia 7-17 tahun, Paket B setara anak usia 13-15 tahun, dan Paket C setara SMP untuk remaja usia SMA. Setelah siswa menyelesaikan studi dan lulus ujian akhir, mereka mendapatkan ijazah setara SD, SMP, dan SMA.

2. Fungsi pendidikan non formal sebagai pelengkap pendidikan sekolah

Pendidikan non formal sebagai pelengkap adalah pendidikan yang materinya melengkapi apa yang diperoleh di sekolah. Ada beberapa alasan mengapa materi pendidikan sekolah harus diselesaikan dalam pendidikan non formal. Pertama, karena tidak semua yang dibutuhkan siswa dalam perkembangan fisik dan psikisnya dapat dituangkan dalam kurikulum sekolah.

Dengan demikian, jalur pendidikan non formal merupakan kendaraan yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kedua, ada kegiatan atau pengalaman belajar tertentu yang biasanya tidak diajarkan di sekolah. Misalnya prestasi olahraga, belajar bahasa asing di sekolah dasar, dan lain sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran tersebut, pendidikan non formal adalah saluran yang tepat.

(10)

3. Fungsi pendidikan non formal sebagai pelengkap pendidikan sekolah

Mengapa mereka membutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap tertentu selain pendidikan yang tidak diperoleh di sekolah. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung sangat cepat, sehingga kurikulum sekolah sering tertinggal. Hal ini dapat dicapai dengan melakukannya melalui pendidikan non formal.

Adapun menurut Sudjana (2004), tiga fungsi pendidikan nonformal adalah sebagai berikut:

1. Komplement (pelengkap) pendidikan sekolah. Pendidikan nonformal menyajikan seperangkat kurikulum tetap yang dibutuhkan sesuai dengan situasi daerah dan masyarakat. Artinya peserta didik pada satuan pendidikan formal merasa perlu untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan sikap melalui jalur pendidikan nonformal.

Misalnya: kursus komputer, bahasa asing, kursus kepribadian.

2. Suplement (tambahan). Pendidikan nonformal memberikan kesempatan pendidikan bagi mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan formal tetapi dalam tempat dan waktu berbeda. Artinya apabila pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh peserta didik pada satuan pendidikan formal dirasa belum memadai maka ia dapat menambahnya melalui pendidikan nonformal Misalnya: bimbingan belajar, les privat.

3. Substitusi (pengganti) pendidikan sekolah. Pendidikan nonformal dapat mengganti fungsi sekolah terutama pada daerah-daerah yang belum dijangkau oleh program pendidikan sekolah. Artinya apabila warga masyarakat tidak memiliki akses terhadap satuan pendidikan formal atau putus sekolah (DO) dari pendidikan formal, maka ia dapat mengikuti pendidikan melalui jalur nonformal.

Oleh karena itu, para lulusan tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang dituntut dunia kerja melalui pendidikan non formal. Ketiga, proses belajar itu sendiri berlangsung seumur hidup. Meskipun telah menyelesaikan

(11)

pendidikan sekolah hingga jenjang tertinggi, seseorang tetap perlu belajar untuk menjaga kehidupannya selaras dengan perkembangan dan tuntutan lingkungannya

C. CIRI-CIRI DAN TUJUAN PENDIDIKAN NON FORMAL

Pendidikan nonformal memiliki ciri-ciri yang berbeda dari pendidikan formal atau sekolah. Namun ke dua pendidikan tersebut saling menunjang dan melengkapi. Menurut Abdulhak dan Suprayogi (2012), karakteristik atau ciri-ciri dari pendidikan nonformal antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bertujuan untuk memperoleh keterampilan yang segera akan dipergunakan.

Pendidikan non formal menekankan pada belajar yang fungsional yang sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan peserta didik.

2. Berpusat pada peserta didik. Dalam pendidikan non formal dan belajar mandiri, peserta didik adalah pengambilan inisiatif dan mengontrol kegiatan belajarnya.

3. Waktu penyelenggaraannya relatif singkat, dan pada umumnya tidak berkesinambungan.

4. Menggunakan kurikulum kafetaria. Kurikulum bersifat fleksibel, dapat dimusyawarahkan secara terbuka, dan banyak ditentukan oleh peserta didik.

5. Menggunakan metode pembelajaran yang partisipasi, dengan penekanan pada belajar mandiri.

6. Hubungan pendidik dengan peserta didik bersifat mendatar. Pendidik adalah fasilitator bukan menggurui. Hubungan di antara kedua pihak bersifat informal dan akrab. Peserta didik memandang fasilitator sebagai narasumber dan bukan sebagai instruktur.

7. Penggunaan sumber-sumber lokal. Mengingat sumber-sumber untuk pendidikan sangat langka, maka diusahakan sumber-sumber lokal digunakan seoptimal mungkin.

Secara singkat, dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya yang merupakan ciri pendidikan non formal, yakni sebagai berikut:

(12)

 Tempat pembelajarannya bisa di luar gedung

 Kadang tidak ada persyaratan khusus.

 Umumnya tidak memiliki jenjang yang jelas.

 Adanya program tertentu yang khusus hendak ditangani.

 Bersifat praktis dan khusus.

 Pendidikannya berlangsung singkat

 Terkadang ada ujian

 Dapat dilakukan oleh pemerintah atau swasta

 Pembelajaranya bertujuan membekali peserta dengan keterampilan khusus

 Tidak adanya pembatasan usia.

Dalam hal ini mengacu pada pengertian pendidikan non formal di atas, tujuan utama dari pendidikan di luar sekolah ialah berfungsi untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal. Dan pada dasarnya dalam pendidikan non formal terdapat dua tujuan utama yaitu; Untuk memenuhi kebutuhan belajar tingkat dasar, misalnya pengetahuan tentang alam, pendidikan keaksaraan, pengetahuan kesehatan dan gizi, pengetahuan umum dan kewarganegaraan dan sebagainya. Selain itu untuk keperluan pendidikan lanjutan melengkapi pendidikan tingkat dasar dan pendidikan nilai-nilai hidup. Misalnya meditasi, pendidikan kesenian, pengajian, sekolah minggu, dan lain-lain.

Seperti kita ketahui, setiap individu membutuhkan pendidikan dan pembelajaran di dalam hidupnya sepanjang hayat. Dengan mendapatkan pendidikan di luar sekolah, setiap individu dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang bermanfaat bagi perkembangan dirinya.

Namun cukup banyak anak yang tidak mendapatkan akses pendidikan karena berbagai alasan. Misalnya karena kurangnya kesadaran dari orang tua akan pentingnya pendidikan, keterbatasan biaya, diskriminasi gender dan lainnya. Hal inilah yang menjadi salah satu tujuan diadakannya pendidikan di luar sekolah yaitu untuk memberikan akses pendidikan bagi anak yang tidak sekolah atau putus sekolah.

(13)

Secara umum, tujuan dari pendidikan non formal adalah sebagai berikut;

 Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan

 Meningkatkan kemampuan akademik bimbingan belajar dapat membantu meningkatkan kemampuan akademik anak dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

 Waktu belajar fleksibel dengan mengikuti bimbingan belajar secara privat/bimbel, anak dapat menyesuaikan jadwal belajar dengan waktu yang tersedia sehingga tidak terfokus pada jadwal sekolah, bisa menyesuaikan waktu.

 Mudah memonitor aktivitas belajar anak dengan baik dan efisien. Orangtua juga dapat berkonsultasi setiap saat dengan guru les untuk memantau perkembangan kemampuan akademik anaknya, begitupun sudah sejauh mana perkembangan anak nya.

 Anak Lebih Berkonsentrasi Les privat/bimbel menggunakan fasilitas belajar sendiri yang lebih nyaman, dan anak selalu ditemani oleh guru les sehingga anak akan lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar.

 Membantu Orangtua yang Sibuk bimbingan belajar dengan les privat/bimbrl sangat membantu orangtua yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk menemani atau memberikan bimbingan kepada anak saat belajar.

 Mengembangkan sumber daya manusia, baik daya fisiknya, daya pikirnya, rasa dan karsanya, daya budi dan daya karyanya

 Mengembangkan secara selaras, serasi dan seimbang kecerdasan sikap, kreativitas dan keterampilan dalam upaya meningkatkan mutu taraf hidup warga masyarakat bangsa dan negara.

 Memperbaiki kehidupan atau taraf hidup artinya Segala sesuatu yang dikerjakan orang-orang tersebut hendaknya bermanfaat untuk kehidupan mereka dan bisa memperbaiki taraf hidup mereka. Mereka bebas berbuat apa saja, mau belajar apa saja untuk perubahan, asalkan yang dipelajari dan dilakukan tidak melanggar norma- norma, nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada masyarakat.

(14)

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nonformal adalah:

1. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

2. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

D. PERAN PENDIDIKAN NON FORMAL DALAM MASYARAKAT

Peran pendidikan non formal dalam pengembangan masyarakat hadir jauh lebih awal dari pendidikan formal. Pendidikan nonformal sudah ada sebelum lembaga pendidikan sekolah lahir. Pada masa itu, pendidikan nonformal berperan dalam membangun masyarakat. Program tersebut bervariasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat, namun secara umum berkaitan dengan pengembangan kemampuan membaca dan menulis, pengetahuan dasar, kecakapan hidup dan kemampuan berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat. Di Indonesia, misalnya, pada tahun-tahun awal setelah kemerdekaan, program pendidikan luar sekolah memegang peranan sentral dalam meningkatkan kemampuan warga negara untuk mengembangkan diri dan masyarakat.

Perhatian dunia internasional terhadap pendidikan non formal telah dimulai dan menguat sejak Coombs dan Ahmed (1973) menerbitkan hasil studinya tentang pendidikan non formal dalam bukunya yang berjudul New Paths to Learning. Ia melihat pembangunan masyarakat di negara-negara miskin menghadapi masalah, dan pendidikan merupakan bagian penting dari masalah tersebut. Agar anak-anak dan remaja dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan dewasa, mereka perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan minimal yang berharga untuk mengembangkan kemampuan mereka untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan dewasa. Kebutuhan belajar minimal adalah (a) sikap positif terhadap kerja sama dan membantu keluarga,

(15)

sesama, pekerjaan, masyarakat dan pembangunan nasional, (b) literasi dan numerasi fungsional, (c) pandangan ilmiah dan pemahaman dasar tentang proses alam, (d) pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk berumah tangga dan menjalankan rumah tangga, (e) pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk mencari nafkah, (f) pengetahuan dan keterampilan fungsional untuk partisipasi masyarakat.

Pendidikan Non Formal dari Masyarakat

Sebagaimna yang kita ketahui bersama setiap masyarakat membutuhkan sebuah pendidikan dan pelatihan untuk menumbuh-kembangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka dan lingkungan mereka, juga sebagai wadah untuk merangkul semua potensi- potensi tersebut agar dapat dikembangkan secara bagus. Untuk dapat mengembangkan potensi tersebut tentu memerlukan sebuah wadah ataupun yang kita kenal dengan program-program yang sifatnya mudah untuk dikelolah oleh masyarakat itu sendiri, program yang berbasis masyarakat. Program-program yang memungkinkan bisa berjalan dengan baik dalam masyarakat tentunya program program yang ada pada pendidikan non formal, seperti program pemberdayaan dan program keterampilan lainnya.

Melihat begitu luasnya cakupan pembahasan msyarakat diindonesia yang terdiri dariberbagai macam suku bangsa ras dan agama, maka sangat tidak memungkinkan menyamakan semua persepsi terhadap pendekatan pembelajaran dan pelatihan yang akan dilakukan, tentunya harus menggunakan pendekatan pendekatan khusus yang kita kenal dengan pendekatan berbasis pendidikan luar sekolah. Salah-satu ciri khas dari pendidikan luar sekolah ataupun pendidikan nonformal adalah program yang diselenggarakan harus berdasarkan kebutuhan daripada masyarakat atau peserta didik, programnya harus berdasarkan analisis kebutuhan dari sasaran program itu sendiri serta harus bisa melibatkan masyarakat sebagai peserta didik dalam merumuskan tujuan program itu sendiri. dengan menyelenggarakan program yang berbasisi kebutuhan maka secara aktif masyarakat akan ikut serta dalam pelaksanaan dan mensukseskan jalannya program dan lebih lanjut masyarakat akan ikut serta dan bahkan membuat program mandiri yang berbasis kebutuhan bersama.

Pendidikan non Formal oleh masyarakat masyarakat

(16)

Pendidikan secara umum adalah sebuah wadah untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri manusia baik bersifat kognitif ataupun keterampilan. Pendidikan tentunya tidak bisa dilepaskan dari kebutuhan dari manusia itu sendiri sebab pendidikan kebutuhan dasar yang harus dimiliki setiap manusia. Selain kebutuhan dasar pendidikan secara khusus juga bertujuan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kuhusu bagi manusi, melalui pedidikan inilah manusi bisa berekperimen dan berbuat banyak hal yang positif untuk memnciptakan sesuatu yang baru dan khas.

Pendidikan nonformal adalah salah satu bagian daripada wadah itu, pendidikan non formal justru lebih erat dan dekat cakupan bahasannya dengan masyarakat. Jika kita tijau dari program-program yang ada pada pendidikan non formal maka akan kita jumpai begitu banyak program-programnya yang bertujuan dan menyentuh langsung kepada masyarakat untuk bisa memberdayakan masyarakat mencipta sesuatu hal yang baru dan bermanfaat 10. Lebih lanjut, jika kita lihat sasaran daripada pendidikan non formal adalah masyarakat itu sendiri, diharapkan program-program yang diselenggarakan adalah program yang di inisiatifi oleh masyarakat yang bersangkutan, sebab biar bagaimnapun yang lein mengetahui kebutuhan mereka adalah mereka sendiri dan sebuah program pendidikan non formal mensi harus berdasarkan kebutuhan dari masyarakat atau warga belajarnya.

Salah satu kunci sukses dar sebuah program secara umum adalah merasa memiliki dan mau bertanggung jawab serta berkorban terhadap program yang dijalankan, sebab jika tidak demikian maka program yang akan dijalankan ketika menghadapi sebuh asalah akan tidak menemukanjlan krluar yang pada ahirnya menyebabkan program tersebut terbengkalai dan terhenti. Dalam menjalankan sebuah program yang berbasiskan masyarakat, maka hal yang sangat penting diperhatikanadalah bagaimna cara menanamkan pemahaman kepada masyarakat bahwa program yang hendak akan dijalankan adalah bertujuan untuk kepentingan dan kebutuhan mereka, masyarakat mesti harus diberikan pemahaman dan pengetahuan tentang sejauh mana pengaruh keberhasilan program yang akan dijalankan dengan keberhasilan menumbuhkembangkan berbagai potensi-potensi yang ada disekitar mereka, sebab pengetahuan terhadap sesuatu akan mempengaruhi seseorang untuk melakukannya. Jika pendekatan pendekatan pendidikan

(17)

non formal sudah dijalankan dengan baik, maka masyarakat akan merasakan bahwa program tersebut bukanla sebuah beban atau masalah baru bagi mereka akan tetatapi program tersebut akan mereka anggap menjadi sebuah keharusan yang mesti mereka jalankan dengan baik sehingga program-program pendidikan nonformal akan menjadi program yang dari, oleh dan untuk masyarkat.

Pendidikan non formal untuk masyarakat

Dewasa ini tentu berbagai macam program pendidikan yang sudah dan sedang serta akan diprogramkan oleh pemerintah untuk masyarakat yang kesemuanya bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan hidup masyrakat itu sendiri. Untuk dapat menyukseskan berbagai macam program pendidikan non formal tersebut tentu harus melibatkan semua eleman baik dari pemerintah dengan instituti yang besangkutan maupun struktur masyarakat yang berperan juga sebagi sasaran dari program program tersebut. Adapun sasaran dari pada program program pendidikan nonformal adalah masyarakat secara umum yang nantinya akan dilakukan pengelompokan berdasarkan jenis program dan berdasarkan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Seperti katakan saja promram-program yang sasarannya adalah ibu-ibu hamil dan menyusui, program yang sasarannya adalah kelompok tani, nelayan, pedagang dan program kepemudaan lainnya.

Dengan menguatkan semua unsur dan elemen baik yang ada oada pemerintah sebagi perancang promram atau masyarakat sebagai sasaran program maka peluang untuk berhasilnya sebuah program akan semakin besar, juga memberikan pemahaman yang benar melalui sosialisasi kepada masyarakat tentang hakikat program yang dijalankan adalah dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri sebagi mana juga yang tercantum dalam UUD 1945.

Setelah Deklarasi Dakar pada tahun 2000, perhatian internasional terhadap pendidikan non formal mulai muncul (Hoppers, 2006), terutama karena adanya pengakuan berikut.

1. Ada berbagai jenis pendidikan nonformal yang dapat diadaptasi untuk kebutuhan belajar khusus individu dan populasi dalam kondisi yang berbeda. pendekatan pendidikan non-formal yang elastis dan kontekstual sesuai dan berguna dalam

(18)

memenuhi hak atas pendidikan bagi penduduk yang terpinggirkan dan penduduk dengan kebutuhan belajar khusus

2. Seiring dengan pembelajaran formal dan informal, pendidikan nonformal merupakan bagian integral dari pembelajaran sepanjang hayat di mana banyak negara mengalihkan fokus kebijakannya.

3. Sifat inovatif dari pendidikan nonformal untuk mengembangkan kemampuan manusia, meningkatkan kohesi sosial dan untuk menciptakan warga negara masa depan yang bertanggung jawab semakin diakui.

4. Telah muncul ekspektasi individu dan masyarakat yang tinggi akan dampak positif pendidikan nonformal terhadap produktivitas ekonomi.

Kehadiran pendidikan nonformal semakin dibutuhkan seiring dengan perubahan sosial menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan menjadi sumber utama kekayaan bangsa, ekonomi, dan manusia, tetapi juga bisa menjadi faktor utama ketimpangan. Kemampuan manusia untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan cerdas, atas dasar yang terus berubah, itulah yang terpenting. Untuk mengembangkan kapasitas ini sepenuhnya, orang perlu memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengambil hidup mereka ke tangan mereka sendiri – singkatnya menjadi warga negara yang aktif.

Pendidikan dan pelatihan seumur hidup adalah cara terbaik bagi setiap orang untuk menghadapi tantangan perubahan. (Mirceva, Jasmine)

1. Salah orientasi.

Selama ini pendidikan nonformal lebih ditekankan pada pengembangan keterampilan yang sesuai dengan dunia kerja, dalam bahasa Habermas. termasuk dalam kategori pengetahuan instrumental. Pengetahuan ini tidak akan mampu mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan transformasi diri. Hal itu akan menjerat manusia berkembang ke arah pemikiran analitis rasional yang berujung pada sikap anti ekologis, patriarkis, eksploitatif, dan kompetitif.

2. Krisis kepercayaan

Meskipun ada kecenderungan perhatian yang semakin kuat terhadap pendidikan nonformal, namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang kurang atau bahkan tidak percaya terhadap pendidikan nonformal. Hal ini disebabkan

(19)

tidak adanya pengakuan terhadap output pendidikan nonformal. Masyarakat masih memandang rendah kualitas pendidikan nonformal atau kurang berkualitas. Hal ini berimplikasi pada pemanfaatan hasil pendidikan ke dunia kerja dan pendidikan selanjutnya

3. Kelas kedua atau bawahan dalam sistem pendidikan nasional

Dalam konteks sistem pendidikan nasional, belum semua pemerintah memberikan perhatian penuh terhadap keberadaan pendidikan nonformal. Hal ini tercermin dari banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah di bidang pendidikan nonformal. Sebagai gambaran, dapat disajikan total anggaran negara maju dan negara berkembang. Di Austria, sebagian besar ditanggung oleh layanan ketenagakerjaan publik (38%) diikuti oleh perusahaan sektor swasta (30%), dan oleh individu (20%).

Sumber publik dari pemerintah adalah bagian yang lebih kecil dari 12% (Vogtenhuber, Stefan, dkk). Sementara itu di Mali, Pada tahun 2004, pendidikan nonformal menerima 0,7% dari pengeluaran sektor pendidikan saat ini, dengan tingkat yang tidak lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya (Frédérique Weyera,2009). Di Indonesia, Meskipun Undang-Undang Dasar mensyaratkan bahwa 20 persen Anggaran Pendapatan Negara (APBN) dialokasikan untuk pendidikan, anggaran pendidikan nasional menurun dari 7,39 persen pada tahun 1999 menjadi 4,57 persen pada tahun 2005, dengan rata-rata lima tahun. persen pada setiap tahun tersebut (DBE3,2006).

Pendidikan non formal mempunyai manfaat secara institusional yang memungkinkan warga masyarakat memiliki:

1. kesempatan mengembangkan kepribadian dan mengaktualisasikan diri;

2. kemampuan menghadapi tantangan hidup baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam lingkungn masyarakat,

3. kemampuan membina keluarga sejahtera untuk memajukan kesejahteraan umum;

4. kemampuan wawasan yang luas tentang hak dan kewajiban sebagai warga segara;

5. kemampuan kesadaran berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam rangka pembangunan manusia dan masyarakat;

(20)

6. kemampuan menciptakan atau membantu menciptakan lapangan kerja sesuai dengan keahlian yang dimiliki.

Orang-orang terus belajar di mana-mana dan setiap saat. Tidak ada satu hari pun berlalu yang tidak menghasilkan tambahan keterampilan, pengetahuan dan/atau kompetensi bagi semua individu. Bagi orang-orang di luar sistem pendidikan dan pelatihan awal, khususnya orang dewasa, kemungkinan besar pembelajaran ini, yang terjadi di rumah, di tempat kerja atau di tempat lain, jauh lebih penting, relevan, dan signifikan daripada jenis pembelajaran yang terjadi di pengaturan resmi. Namun, pembelajaran yang terjadi di luar sistem pembelajaran formal tidak dipahami dengan baik, dibuat terlihat atau, mungkin sebagai konsekuensinya, dinilai dengan tepat.

Menurut Faisal (1981), berdasarkan fungsinya, pendidikan non formal dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan Keaksaraan. Jenis program pendidikan keaksaraan, ia berhubungan dengan populasi sasaran yang belum dapat membaca-menulis. Target pendidikannya dari program pendidikan keaksaraan ini adalah terbebasnya populasi sasaran dari buta baca, buta tulis, buta bahasa Indonesia, dab buta pengetahuan umum.

2. Pendidikan Vokasional. Jenis program pendidikan vokasional berhubungan dengan populasi sasaran yang mempunyai hambatan di dalam pengetahuan dan keterampilannya guna kepentingan bekerja atau mencari nafkah. Target pendidikannya dari program pendidikan vokasional ini adalah terbabasnya populasi sasaran dari ketidak-tahuan atau kekurang-mampunya di dalam pekerjaan-pekerjaan yang sedang atau akan dimasukinya.

3. Pendidikan Kader. Jenis program pendidikan kader berhubungan dengan populasi sasaran yang sedang atau bakal memangku jabatan kepemimpinan atau pengelola dari suatu bidang usaha di masyarakat, baik bidang usaha bidang sosial-ekonomi maupun sosial- budaya. Jenis pendidikan ini diharapkan hadir tokoh atau kader pemimpin dan pengelola dari kelompok-kelompok usaha yang tersebar di masyarakat.

4. Pendidikan Umum dan Penyuluhan. Jenis program pendidikan ini berhubungan dengan berbagai variabel populasi sasaran, target pendidikannya terbatas pada pemahaman dan menjadi lebih sadar terhadap sesuatu hal. Lingkup geraknya bisa sangat luas dari soal keagamaan, kenegaraan, kesehatan, lingkungan hukum dan lainnya.

(21)

5. Pendidikan Penyegaran Jiwa-raga. Jenis program pendidikannya ini berkaitan dengan pengisian waktu luang, pengembangan minat atau bakat serta hobi.

Kehadiran pendidikan non formal semakin dibutuhkan seiring dengan perubahan sosial menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan menjadi sumber utama kekayaan bangsa, ekonomi, dan manusia, tetapi juga bisa menjadi faktor utama ketimpangan. Kemampuan manusia untuk menciptakan dan menggunakan pengetahuan secara efektif dan cerdas, atas dasar yang terus berubah, itulah yang terpenting. Untuk mengembangkan kapasitas ini sepenuhnya, orang perlu memiliki keinginan dan kemampuan untuk mengambil hidup mereka ke tangan mereka sendiri – singkatnya menjadi warga negara yang aktif.

(22)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Pendidikan non formal ialah jalur pendidikan yang tujuannya untuk mengganti, menambah dan melengkapi pendidikan formal. Pendidikan ini dapat diselenggarakan oleh lembaga khusus yang ditunjuk oleh pemerintah dengan berpedoman pada standar nasional pendidikan. Dan karena berpedoman pada standar nasional pendidikan maka hasil dari pendidikan non formal tersebut dapat dihargai setara dengan pendidikan formal.

Pendidikan non formal dikatakan bersifat multi audiens, tidak saja ditinjau dari faktor usia, tetapi juga faktor karakteristik individu dan sosial seperti jenis kelamin dan gender, demografis, geografis, pekerjaan, latar pendidikan formal, dan sebagainya. Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya pendidikan non formal itu sangat penting dan berperan di tengah masyarakat. Kehadiran pendidikan non formal semakin dibutuhkan seiring dengan perubahan sosial menuju masyarakat berbasis pengetahuan.

Dalam masyarakat berbasis pengetahuan, pengetahuan menjadi sumber utama kekayaan bangsa, ekonomi, dan manusia, tetapi juga bisa menjadi faktor utama ketimpangan.Dimana dalam proses pembelajarannya, pendidikan non formal ini bersumber dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga apa yang akan dibutuhkan, itulah yang menjadi program pendidikan yang akan diselenggarakan. Dan apabila program pendidikan tersebut telah terselenggara, maka maysrakat itu sendiri yang dapat merasakan manfaatnya.

Dalam hal ini perlu disadari bahwa pengembangan masyarakat itu akan lancar apabila di masyarakat itu telah berkembang, motivasi untuk membangun serta telah tumbuh kesadaran dan semangat mengembangkan diri ditambah kemampuan serta ketrampilan tertentu yang dapat menopangnya, dan melalui kegiatan pendidikan, khususnya pendidikan non formal diharapkan dapat tumbuh suatu semangat yang tinggi untuk membangun masyarakat desanya sendiri sabagai suatu kontribusi bagi pembangunan bangsa pada umumnya.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, Ishak dan Suprayogi, Ugi. 2012. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Non Formal.

Jakarta: Raja Grafindo Pustaka

Council of Europe,2023. Avenue de l'Europe F-67075 Strasbourg Cedex, France Non-formal education in youth projects https://www.coe.int/en/web/european-youth-

foundation/non-formal-education Di akses 1 Maret 2023

Coombs, Philip H and Ahmed Manzoor (1973). New Paths to Learning. USA: International Council for Educational Development

Daulay, H.P., dan Pasa, Nurgaya. 2012. Pendidikan Islam Dalam Mencerdaskan Bangsa.

Jakarta: Rineka Cipta.

Detik.com Contoh dan prospek kerja.. https://www.detik.com/bali/berita/d-6465091/pendidikan- luar-sekolah-contoh-dan-prospek-kerjanya Di akses 1 Maret 2023

Djuju Sudjana. 1991. Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkambangan, Falsafah, Azas dan Teori Pendukung. Bandung: Nusantara Press.

________________. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press

____________1981. Startegi Kegiatan Belajar Mengajar dalam Pendidikan Luar Sekolah.

Bandung: Nusantara Press

Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Nonformal di dalam Sistem Pendidikan dan Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Offset Printing.

Imadiklus. Pengertian pendidikan non formal. https://imadiklus.or.id/pengertian-pendidikan- non-formal-manfaat-konsep-pentingnya-dan-contohnya/ Di akses 1 Maret 2023

Joesoef, Soelaman. 1992. Konsep Dasar Pendidikan Nonformal. Jakarta: Bumi Aksara Knowles, Holton & Swanson. 2005. The Adult Learner. The Definitive Classic in Adult

Education and Human Resources Develoment. Amsterdam: Elsevier.

Knowles, Malcolms. 1997. The modern practice of adult education. New York: Association press

Marzuki, Saleh. 2009. Dimensi-dimensi Pendidikan Nonformal. Malang: UNM Press.

(24)

Mirčeva, Jasmina (2015). The Role of Education in the European Knowledge Based Society Slovenian Institute for Adult Education WORKPACKAGE 10 . Avalaibel at: http://arhiv.acs.si/porocila/INCLUD-ED_Report_4.pdf. di akses pada 1 Maret 2023 Pintek,id. Pendidikan luar sekolah. https://pintek.id/blog/pendidikan-luar-sekolah/ Di akses 1

Maret 2023

Sudjana. 2010. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Profuction.

Sumarno, Yoyon Suryono, Entoh Tohani (2011). Nonformal Education and Poverty Reduction in Rural Area (development of Life Skill Education Model Program Approach) in the Province of DIY. International Conference. Faculty of Education, University of Malaya. Malaysia.

Rahmat, Abdul. 2018. Manajemen Pemberdayaan Pada Pendidikan Nonformal. Gorontalo:

Ideas Publishing.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Yoyon Suryono, Sugito, Iis Prasetyo (2017). Pengembangan Model Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup. Research Report. LPPM UNY.

Referensi

Dokumen terkait

Muhammadiyah dalam kiprahnya bagi masyarakat salah satunya menyelenggarakan Pendidikan, baik Pendidikan Formal, Non Formal maupun Informal untuk menggambarkan sebesar

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah adalah Yayasan Mizan Amanah sebagai

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program pendidikan non formal pada PAUD di Kabupaten Sintang adalah: Standar pendidikan dan tenaga

Dalam pelaksanaannya program pendidikan non formal yang terdapat di masyarakat menurut Sihombing (1999:20) dapat di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu: 1) Program

pendidikan non formal, kesempatan masyarakat akan lebih luas dalam mengakses layanan pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. 9 Dinno Mulyono, “Menegaskan

Dari uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas yang menunjukkan bahwa pembelajaran non-formal (bimbingan belajar) berpengaruh terhadap kualitas

Peranan perempuan dalam pengembangan pendidikan Non Formal Keagamaan dan Non Keagamaan melalui Badan Kontak Majelis Ta’lim (BKMT) Kota Pekanbaru dapat terlihat dari

Pengertian dan Ciri Khas Pendidikan Islam Non Formal di Indonesia Pengertian Pendidikan Islam non formal ialah Pendidikan Islam yang setiap kegiatan terorganisasi dan sitematis, diluar