• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan anak Dhuafa malalui pendidikan non formal di yayasan mizan amanah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan anak Dhuafa malalui pendidikan non formal di yayasan mizan amanah"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

DI YAYASAN MIZAN AMANAH

NURDIANA RATNA SARI NIM: 106054002053

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

▸ Baca selengkapnya: contoh perkaderan non formal

(2)

DI YAYASAN MIZAN AMANAH

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh

Nurdiana Ratna Sari 106054002053

Di bawah bimbingan

Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP. 196007201991031001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

PENDIDIKAN NON FORMAL DI YAYASAN MIZAN AMANAH telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Maret 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 18 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Wati Nilamsari, M. Si M. Hudri M.A NIP: 197105201999632002 NIP: 197206061998031003

Anggota,

Penguji I Penguji II

Dr. Sihabudin Noor, M.A Wati Nilamsari, M.Si NIP: 196902211997031001 NIP: 197105201999632002

Pembimbing

(4)

i ABSTRAK

Nurdiana Ratna Sari

PENGEMBANGAN ANAK DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN NON FORMAL DI YAYASAN MIZAN AMANAH

Yayasan Mizan Amanah ini berdiri untuk mengabdi dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayanan kesehatan terjangkau. Dua tahun kemudian didirikanlah asrama

yatim dan dhu’afa. Awalnya menyatuni dan membina puluhan anak di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan

terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.

Mizan amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’af.

Tujuan dari penelitian ini adalah; Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan program Yayasan Mizan Amanah dalam melakukan Pengembangan

Anak Dhu’afa dalam Pendidikan Non Formal?. Dan apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal?

Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian Kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah adalah Yayasan Mizan Amanah sebagai mediator, fasilitator, dan pendidik anak-anak agar mereka menjadi anak-anak yang berguna bagi diri mereka sendiri, orang tua dan orang banyak. Selain menjadi pendidik dan mengayomi masyarakat Yayasan mizan Amanah melaksanakan tugas yang kini menjadi program di yayasan

tersebut yaitu “Pendidikan Nonformal” yaitu: Pengembangan Fisik, Pengembangan Intelektual, Pengembangan Emosi, Pengembangan Spiritual, Pengembangan Sosial.

(5)

ii

ﻢﻴﺣﺮﻠﺍﻦﻤﺣﺮﻠﺍﷲﺍﻢﺴﺑ

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas karunia yang diberikan

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan tugas akhir ini. Shalawat

beriring salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

menunjukkan seluruh umatnya jalan keselamatan dan kemulian dunia akhirat.

Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitu pun dengan skripsi ini.

Banyak keterbatasan dan kekurangan yang masih butuh kesempurnaan dan perbaikan di

berbagai aspek. Namun, terselesaikannya skripsi ini merupakan suatu hasil kerja keras penulis dan bantuan dari berbagai pihak yang sebenarnya tidak cukup

penulis balas kebaikannya hanya dengan ucapan terima kasih.

Mengingat akan jasa baik yang telah diberikan oleh semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi, baik moril maupun

materil, maka penulis menyampaikan terimakasih terutama kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., sebagai Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Asep Usman Ismail, M.A., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dan dengan sabar memberikan bimbingan dan

pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat

(6)

iii

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah

menyampaikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat kepada penulis, serta masukan dan motivasinya selama perkuliahan.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama, serta Perpustakaan Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, khususnya kepada bapak Andi terimakasih karena telah membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis dalam peminjaman buku.

7. Ketua Yayasan Mizan Amanah, Bapak Dede Rohayat dan Para Pengurus Yayasan Mizan Amanah, serta adik-adikku tercinta yang selalu mewarnai

setiap perjalanan penulis hingga selesainya skripsi ini.

8. Untuk Papa dan Mamaku tercinta yang selalu memberikan support dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakakku tercinta, yang tidak pernah henti-hentinya memberikan perhatian yang diberikan kepada penulis sehingga dapat terselesaikan skripsi ini. 10.Untuk Kekasihku tercinta yang selalu mendukung dan membantu penulis dari

awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

11.Untuk semua keluarga besar jurusan PMI, teman-teman seperjuanganku

selama di perkuliahan khususnya PMI angkatan 2006. Lebih khususnya untuk para sahabat-sahabatku, Minarti dan Fitri Rachmawati. Terimakasih atas support dan doa yang diberikan sehingga penulis bisa terus bersemangat

(7)

iv

kekurangan dan kelebihan yang ada semoga skripsi ini dapat bermanfaat begi

penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita, Amin Yaa Rabb al-‘Alamiin.

Jakarta, 18 Maret 2011 Penulis

(8)

v

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 9

2. Anak sebagai fenomena biologis ... 12

3. Anak sebagai fenomena sosial...12

C. Fase Pengembangan Anak ... 17

D. Aspek Pengembangan Anak ... 20

E. Dhuafa ... 23

1. Pengertian Dhu’afa... 23

2. Ruang Lingkup Kaum Dhu’afa ... 24

3. Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa 25 F. Pendidikan Non Formal ... 27

(9)

vi

4. Syarat-Syarat Pendidikan Non Formal... 28

BAB III : GAMBARAN UMUM YAYASAN MIZAN AMANAH BINTARO SEKTOR 3 PONDOK BETUNG A. Sejarah Berdirinya Yayasan Mizan Amanah ... 30

B. Visi dan Misi Yayasan Mizan Amanah ... 32

C. Struktur Manajemen Yayasan Mizan Amanah ... 33

D. Program Pemberdayaan Yayasan Mizan Amanah ... 34

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS HASIL LAPANGAN A. Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah ... 35

B. Pengembangan Yang Dilakukan Yayasan Mizan Amanah Untuk Anak Dhu’afa ... 37

C. Hambatan, Tantangan Dan Harapan Dalam proses Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal ... 43

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 46

B. Perguruan Tinggi / Fakultas / Jurusan ... 48

(10)

vii

a. Tabel 1 Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah ... 33

b. Tabel 2 Sertifikat dan Penghargaan ... 32 c. Tabel 3 Data Pendidikan Formal Anak Asuh di Yayasan Mizan Amanah ... 37 d. Tabel 4 Perubahan Tingkat Tinggi Badan Sebelum dan Sesudah Masuk

Yayasan Mizan Amanah ... 39 e. Tabel 5 Mata Pelajaran Pendidikan Non Formal TPA ... 42

f. Tabel 6 TPA SMP ... 42 g. Tabel 7 Nama Keseluruhan Anak Yatim Piatu Dan Dhu’afa Di Yayasan Mizan

(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Di tengah suasana Bangsa yang penuh keprihatinan dengan hantaman badai krisis yang berkepanjangan, telah menjadikan negeri ini menjadi terpuruk. Namun negeri kini tengah berusaha semaksimal mungkin untuk keluar dari

berbagai kesulitan. Krisis yang dirasakan amat hebat ini menyentuh seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat luas baik Ideologi, Politik, Moral (Akhlak), Sosial,

Ekonomi, dan Budaya.

Dalam bidang perekonomian khususnya, terlihat begitu jelas dengan

kenaikan berbagai macam harga-harga kebutuhan pokok yaitu sembako. Fenomena ini telah menyebabkan naiknya tingkat kriminal atau kejahatan yang dilakukan oleh sebagian kelompok demi mencukupi segala kebutuhan agar bisa

tetap hidup. Sebagaimana Hadits Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan:

ﺭﻘ ﻠ ﺩ ﻜ

نأ

ﺭ ﻜنﻭﻜﻴ

٠

“Hampir saja kemiskinan (kemiskinan jiwa dan hati) berubah menjadi kekufuran.”(HR. Athabrani).1

Seperti contoh sepenggal hadits di atas yang telah menjelaskan tentang kemiskinan yang begitu berpengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat

Indonesia, yang pada akhirnya mempengaruhi jiwa dan hati masyarakat. Sehingga seseorang itu menjadi kufur, tidak bersyukur terhadap apa yang Allah berikan

kepada manusia. Misalnya diberikan nikmat kepada Allah manusia tidak pernah bersyukur, diberikan harta kekayaan manusia tidak pernah bersyukur kepada

1

1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) Dr. Muhammad Faiz Almath, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya, 1995), Cet ke I, h. 98

(12)

Allah. Oleh karena itu sebagai seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang

diberikan Allah kepada manusia.

Belum lagi berbagai macam musibah yang telah melanda negeri ini seperti

Gempa Bumi, Tanah Longsor, Kebanjiran, Kebakaran Hutan, Tsunami yang merajalela bahkan semburan lumpur panas mendidih yang keluar dari perut bumi hingga saat ini belum dapat terselesaikan secara tuntas. Dengan adanya bencana

alam semestinya menyadarkan kembali akan ajaran kemanusiaan yang mulia ini. Dari kesadaran inilah yang membuat kepedulian sosial menjadi lebih bermakna.

Dari berbagai problem ini telah nampak di hadapan, jutaan penduduk kehilangan mata pencaharian, banyak wanita menjadi janda, banyak anak-anak

yang kehilangan orang tuanya, serta terpaksa keluar dari sekolah atau droop out dari sekolah karena ketidakmampuan mereka membayar iuran sekolah dan berapa banyak anak-anak yatim piatu dan dhu’afa yang terlantar. Sedangkan mereka yang

masih memliki orang tua terkadang tidak mampu menghadapi hantaman krisis yang begitu hebat. Apalagi mereka anak-anak yatim piatu dan dhu’afa yang hidup di panti-panti asuhan. Mereka semua adalah anak-anak bangsa sekaligus aset

berharga yang harus di berdayakan agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas di masa kini maupun di masa

yang akan datang.

Maka dari pembahasan di atas sangat perlu sekali peran pemerintah dan Masyarakat Indonesia yang turut andil dalam program pemberdayaan kaum lemah

lebih khususnya anak-anak terlantar (Duh’afa). Dengan adanya pemberdayaan maka kehidupan mereka sedikit demi sedikit dapat terbantu, bahkan menjadi lebih

(13)

Pemberdayaan menurut Gunawan Sumohadiningrat adalah “upaya untuk

membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong, memberikan

motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang dimiliki mereka, serta

berupaya untuk mengembangkannya”.2

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan yaitu memberikan motivasi kepada anak-anak khususnya bagi anak dhu’afa tentang

pentingnya potensi yang mereka miliki. Sehingga dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari tanpa bergantung kepada orang

lain. Serta menjadikan mereka mandiri, dan berkembang menjadi manusia-manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa khususnya untuk diri sendiri.

Oleh karena itu diperlukanlah lembaga pemerintah seperti yayasan dan panti sosial. Dengan adanya lembaga sosial ini semua masalah-masalah yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan sedikit, demi sedikit akan terbantu,

sekalipun tidak sesempurna yang diinginkan memberikan bantuan secara cuma-cuma, tanpa mengharapkan imbalan sedikitpun. Adapun tujuan dari yayasan itu adalah untuk memandirikan masyarakat yang kurang mampu. Oleh karena itu,

diberikan pendidikan untuk anak-anak yang tidak mampu agar dapat melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, mereka akan dilepaskan ke masyarakat,

tentunya dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan di lembaga sosial ini.

Dengan adanya permasalahan sosial seperti diatas ini penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang permasalahan apa saja yang terjadi di lembaga sosial

tersebut. Dalam hal ini penulis akan meneliti lembaga atau Yayasan Mizan Amanah. Yayasan Mizan Amanah ini Sudah 14 tahun Mizan Amanah mengabdi

2

(14)

dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai

wujud kepedulian dengan pelayanan kesehatan terjangkau. Dua tahun kemudian

didirikanlah asrama yatim dan dhu’afa. Awalnya menyatuni dan membina

puluhan anak di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa tersantuni. Data ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih

banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.3

Mizan amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial

kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat

nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’afa.4

19 juli 1995 dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan para mahasiswa dan aktivisis sosial, mizan amanah didirikan. Dengan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah keberadaan yayasan mizan amanah semakin

dipandang oleh masyarakat. Dengan kata Mizan yang artinya timbangan dan Amanah yang berarti terpercaya, Mizan Amanah bangkit menjadi lembaga sosial

kemanusiaan yang lebih amanah.5 Oleh karena itu penulis mengambil judul “Pengembangan Anak Dhua’fa Melalui Pendidikan Non Formal Di Yayasan

Mizan Amanah”.

3

Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah daerah Bintaro Jaya Tangerang Selatan tgl: 12 Juni 2010, pkl: 13:00 di kantor Yayasan.

4

Hasil wawancara peneliti dengan pengurus yayasan Mizan Amanah tgl: 13 juni 2010, pkl: 08:00 di tempat belajar anak-anak

5

(15)

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penulisan skripsi ini tidak terlalu meluas, maka

penulis membatasi masalah pada pengembangan apa yang dilakukan Yayasan Mizan Amanah dalam menjalankan program pendidikan non formal untuk anak dhuafa yang tinggal di lingkungan yayasan.

2. Perumusan Masalah

Kemudian setelah memberikan pembatasan untuk mempermudah peneliti

dalam penulisan skripsi, penulis merasa perlu merumuskan masalah yang ada di Yayasan Mizan Amanah, yang perlu dirumuskan dalam pembahasan skripsi ini

yaitu:

1. Bagaimana Yayasan Mizan Amanah dalam melakukan Pengembangan

Anak Dhu’afa dalam Pendidikan Non Formal?

2. Apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan apa yang ada di perumusan dan pembatasan masalah di

atas, peneliti memiliki tujuan yang sama yaitu:

a. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan program Yayasan Mizan

Amanah dalam melakukan Pengembangan Anak Dhu’afa dalam

Pendidikan Non Formal?

b. Apa hambatan dan tantangan dalam proses Pengembangan Anak Dhuafa

(16)

Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara akademis penting untuk

meningkatkan kesadaran bagi masyarakat Islam tentang pentingnya suatu lembaga seperti yayasan dalam pengembangan masyarakat yang lebih baik serta

memandirikan masyarakat.

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau

pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian Kualitatif. Menurut Taylor penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang diamati.6

Sedangkan menurut Anselm Strauss penelitian kualitatif adalah penelitian

yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lainnya dari pengukuran.7

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Yayasan Mizan Amanah Bintaro Jaya Tangerang Selatan. Yayasan Mizan Amanah adalah salah satu lembaga

yang peduli terhadap anak-anak yang tidak mampu dalam bidang ekonomi, kehidupan orang-orang disekitarnya, adapun alasan pemilihan lokasi itu didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

6

Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000) cet. Ke-1. h.3

7

(17)

a. Lokasi penelitian mudah di jangkau

b. Yayasan Mizan Amanah, adalah lembaga independen yang mempunyai hubungan kerjasama dengan beberapa perusahaan dan

instansi.

c. Orientasi program menitikberatkan pada pengembangan dari pemberdayaan potensi anak dhuafa yang ada disekitar yayasan.

d. Dalam rangka melaksanakan program, selain melakukan pemberdayaan anak dhuafa dalam bentuk pendidikan nonformal.

2. Subyek penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pengurus yayasan yang

melaksanakan program pendidikan nonformal. Adapun pengambilan sampel penelitian kualitatif ini adalah dengan teknik pengambilan sampel teoritis. Maksud sampel teoritis adalah pengambilan data dikendalikan

oleh konsep-konsep (pemahaman teoritis) yang muncul dan berkembang sejalan dengan pengambilan data itu sendiri. Penelitian kualitatif cenderung terbuka dalam desain dan metodenya, dalam arti desain dan

metode pengambilan data dapat dirubah dan disesuaikan dengan konteks dan setting saat penelitian berlangsung.8

8

(18)

3. Teknik Pengambilan Data.

Teknik pengambilan data yang digunakan dalam peneliti ini sebagai berikut :

a. Dokumentasi

Yaitu berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam penelitian melalui dokumentasi peneiti berusaha

menyelidiki benda-benda yang tertulis seperti: buku-buku, data-data jurnal, notulen anggaran dana pendidikan dan lain-lain.9 Dengan

menggunakan dokumentasi peneliti dapat mengumpulkan data yang tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini

dilakukan untuk mengambil data tentang kegiatan panti asuhan terhadap masalah yang diteliti.

b. Observasi.

Yaitu alat pengamatan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.10 Dengan demikian penulis diharapkan dapat memperoleh data tentang Yayasan

Mizan Amanah yang sesuai dengan penelitian. c. Wawancara.

Yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara dilakukan

kepada ketua yayasan, pengurus yayasan guna untuk dapat memperoleh data dan informasi tentang yayasan terhadap masalah yang diteliti. Dengan

9

H.M Djunaidi Ghani, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Prosedur. Teknik Dan Teori Grouned. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2001) cet, ke-1 h. 133

10

(19)

demikian peneliti memperoleh informasi yang relevan tentang Yayasan

Mizan Amanah pada khususnya masalah peranan yayasan dalam pengembangan masyarakat.

4. Sumber Data

Sumber data yang utama adalah subjek utama dalam meneliti masalah di atas untuk memperoleh data-data yang kongkrit. Adapun

sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Primer

Yaitu data yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi, wawancara dan dokumentasi Yayasan Mizan Amanah.

2. Data Sekunder

Yaitu buku-buku tertentu, internet, majalah dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti buat.

5. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelitian di Yayasan Mizan Amanah dari bulan Juni sampai desember

2010.

6. Analisa Data

Yang dimaksud dengan analisa data adalah suatu proses pengumpulan data dan mengurutkan kedalam pola, pengelompokan data tersebut untuk kemudian di analisa agar mendapat kesimpulan berdasarkan

data yang ada, yaitu dengan menggunakan data yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang kongkrit tentang aktifitas

(20)

terhadap anak asuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis deskriptif.11

Pada saat menganalisa data hasil observasi peneliti

menginterprestasikan catatan lapangan yang ada kemudian disimpulkan setelah itu, di olah kembali hasilnya untuk kemudian hasilnya di baca oleh penguji.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini disusun dan di analisis berdasarkan beberapa buku dan internet yang menjelaskan teori-teori tentang judul yang penulis ingin bahas, serta

data-data yang ditemukan di lapangan.

Penulis juga merujuk pada dua skripsi yang pernah membahas permasalahan tersebut yaitu skripsi yang berjudul: yang pertama “Peran Sekolah

Alam Kandang Jurank Doank Dalam Pengembangan Kreatifitas Anak di Kelurahan Jurang Mangu” kemudian yang kedua “Peran Yayasan Ar-Rasyid

Dalam Pemberdayaan Kaum Dhu’afa Di Sawangan Depok. Nama peneliti: Trijadi

Risnanto (0054020019), Reni Safitri (105054002052). Mahasiswa dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Masalah: Bagaimana peran sekolah dalam

pengembangan kreativitas anak dan Bagaimana memberdayakan kaum dhu’afa.

Meskipun penulis melakukan rujukan terhadap skripsi tersebut di atas, penelitian yang dilakukan penulis tetaplah berbeda. Dalam hal ini penulis

membahas tentang Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non formal di Yayasan Mizan Amanah.

11

(21)

F. Sistematika Penulisan

Pokok-pokok bahasan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi terdiri atas 5 bab, yang setiap bab terdiri dari sub bahasan dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB II Landasan Teori : Pengertian Pengembangan, Pengertian Anak, Pengembangan Anak (Pengertian Anak, karakteristik dan Tahapan

Pengembangan Anak), Dhu’afa (Pengertian Dhu’afa, Ruang

Lingkup Dhu’afa, Usaha-Usaha Pengembangan Dhu’afa), dan

Pengertian Pendidikan Non formal (Asas Pendidikan Non Formal, Tugas-Tugas Pendidikan Non Formal, Sifat-sifatnya dan

Syarat-syarat Pendidikan Non Formal)

BAB III Gambaran Umum Yayasan Mizan Amanah Dalam Pengembangan Masyarakat di Bintaro Jaya 3 terdiri dari Latar Belakang berdirinya

Yayasan, visi dan misi, struktur organisasi, Proses pengrekrutan anak, perolehan dan distribusi dana yayasan, keadaan yayasan, kegiatan yayasan.

BAB IV Analisis (Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah).

(22)

12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Pengembangan

1. Pengertian Pengembangan

Secara etimologis, pengembangan berasal dari kata kembang yang mempunyai, proses, cara, perbuatan mengembangkan.1 Sedangkan, secara

terminologis, pengertian pengembangan antara lain:

a. Menurut T. Hani Handoko dalam bukunya yang berjudul “Manajemen

Personalia” berpendapat bahwa pengembangan (development) mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya memperbaiki dan

meningkatkan pengetahuan, kemampuan sikap dan sifat-sifat kepribadian.2

b. Menurut Nanih Machendarawaty dan Agus Ahmad Syafei

“Pengembangan” adalah membina dan meningkatkan kualitas.3

c. Istilah pengembangan yang merupakan terjemahan dari kata development, sebenarnya mencakup banyak aspek. Jika ditinjau dari berbagai sudut

pandang disiplin ilmu yang mencakup bidang ekonomi, sosial budaya, psikologi dan politik. Namun semuanya akan selalu menuju kepada proses

perubahan aspek kehidupan manusia, baik individu atau kelompok,

menuju ke arah yang lebih positf.4

Pengembangan secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan mengembangkan. Sedangkan mengembangkan diri sendiri adalah membuka

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1955), h. 44

2

T. Hani Handoko Manajemen Personalia, (Yogyakarta: BPFE, 1996), cet. Ke-10, h. 104

3

Nanih Machendarawaty Dan Agus Ahmad Syafei, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), cet. Ke-1, h. 29

4

(23)

lebar, membentangkan, menjadikan besar, menjadikan maju (baik, sempurna, dan

sebagainya).5 Berdasarkan pengertian tersebut, pengembangan adalah proses menjadikan sesuatu agar lebih banyak dan baik.

Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, menyebutkan bahwa

pengembangan bisa disebut juga pemberdayaan.Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya

membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan seuai

dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga suatu proses yang relatif terus

berjalan untuk meningkatakan kepada perubahan.6

2. Tahapan Pengembangan

Secara sederhana, tahapan pengembangan dapat dilakukan dengan

beberapa langkah sebagai berikut:7

- Identifikasi program; tahap identifikasi program dilakukan oleh

kelompok-kelompok masyarakat, pemda, tim dan lainnya. Dari hasil identifikasi program ini akan dihasilkan skala prioritas program dan sumber-sumber pendanaan yang disepakati secara bersama-sama pertahun anggaran atau

selang waktu tertentu. Bentuk identifikasi ini dapat difasilitasi dengan lokakarya khususnya / regular meeting ataupun forum konsultasi yang

diadakan secara periodic atau pun pertahun anggaran.

5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), cet. Ke-9, h. 414

6

Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, (Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2000), cet. Ke-1, h. 32-33

7

(24)

- Perancangan program. Hasil dari identifikasi program tersebut kemudian

digulirkan kepada publik. Kepada kelompok-kelompok masyarakat yang ingin terlibat diberikan guidelines / panduan tentang:

a. Proposal yang harus diajukan

b. Pagu dana yang diberikan

c. Tipe-tipe program yang akan digulirkan

d. Skala waktu penerimaan proposal sampai dengan proposal yang disetujui.

- Rancangan program yang dibuat oleh kelompok masyarakat secara minimal haruslah sudah berisikan tentang:

a. Tujuan dari program itu

b. Aktivitas yang akan dilakukan c. Hasil yang diharapkan

d. Sumber daya yang akan digunakan termasuk persoalan pendanaan. - Penilaian program; penilaian program seyogianya dilakukan oleh sebuah

tim khusus yang diambil dari jaringan / forum. Penilaian yang dilakukan

meliputi hal-hal yang terkait dengan rancangan program yang didasarkan kepada kriteria dan indikator tertentu seperti: pagu dana, keterkaitan

usulan program dengan tema program yang disepakati, keterwakilan pelibatan masyarakat dalam program dan lain sebagainya. Hasil dari penilaian ini adalah rekomendasi yang akan diberikan kepada tim yang

berisikan program-program yang dianggap layak untuk dijalankan

(25)

persetujuan tentang pendanaan dan lembaga-lembaga lain yang terlibat

dalam sharing pendanaan program jika ada.

3. Tujuan pengembangan

Secara umum, tujuan pengembangan adalah menciptakan lingkungan yang

kondusif dan harmonis antara stakeholders, pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta.Selain itu, juga memberikan nilai tambah secara sosial ekonomi bagi

masyarakat sekitar dan pemerintahnya.8

Adapun tujuan pengembangan adalah diarahkan pada terbentuknya

masyarakat yang memiliki yang kuat, akhlak mulia dan sikap istiqamah dengan

memiliki keahlian.9

4. Strategi Pengembangan

Sebagai sebuah praktik sosial dalam rangka membantu sebuah masyarakat

menjadi berkembang dan memiliki kapasitas, maka pengembangan memerlukan strategi dalam penerapannya.Hal ini untuk mendukung keberhasilan program ini dalam pelaksanaan di lapangan.

Strategi ini terdiri dari perencanaan kegiatan yang terdiri di dalamnnya kajian potensi dan alternatif kegiatan, pelaksanaan kegiatan yang di dalamnya

terdiri dari sikap dan perilaku, kemudian pemantauan kegiatan yang di dalamnya terdiri monitoring perkembangan, evaluasi kegiatan yang di dalamnya meliputi kajian hasil akhir sebuah program, dan terakhir adalah penjagaan kebutuhan yang

di dalamnya memuat kajian masalah dan kebutuhan.

8

Ibid: h. 41

9

(26)

B. Anak

1. Pengertian Anak.

Anak merupakan makhluk sosial sama halnya dengan orang dewasa. Anak juga membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan bakat dan

kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak akan mampu mencapai taraf kemanusiaan

yang normal, oleh karena itu anak membutuhkan figur seorang guru atau orang yang menjadi pacuan hidupnya dalam hal ini kedua orang tuanya yang menjadi

cermin bagi seorang anak.

Sobur 1988, mengartikan anak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan, dan minat berbeda dengan orang dewasa

dengan segala keterbatasan.10 Sedangkan menurut Jhon Locke, anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal

dari lingkungan.11 Augustinus mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian

terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa anak adalah pribadi yang sangat polos dalam arti anak mempunyai pikiran dan hati yang bersih serta sensitif terhadap rangsangan yang diterima oleh lingkungan di sekitarnya

baik keluarga, teman serta lingkungan diluar rumah dan sekelilingnya. Dan

10

Agus sujanto, Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-7, h. 35.Sobur 1988

11

(27)

mempunyai kepekaan yang kuat sehingga orang tua harus selalu berhati-hati

dalam perketaan dan perbuatan dengan anak-anak terutama bagi anak yang usianya masih labil.

2. Anak sebagai fenomena biologis

Secara biologis, anak adalah orang yang mengalami fase perkembangan masa kanak-kanak (childhood), yaitu fase antara balita dengan dewasa. Anak

sebagai fenomena biologis, anak juga dapat diartikan sebagai manusia yang masih dalam tahap perkembangan yang belum mencapai tingkat utuh. Kenyataan itu

dapat ditandai dari kondisi fisik, organ reproduktif, kemampuan motorik, kemampuan mental dan psikososialnya yang dianggap masih belum terselesaikan. Memahami anak dapat di klasifikasikan ke dalam beberapa tingkatan yaitu

masa bayi, balita, kanak-kanak, remaja awal, remaja akhir.

3. Anak sebagai Fenomena Sosial

Sebagai fenomena sosial, anak dianggap tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan tindak sosial tertentu, karena tingkat perkembangan mental dan psikososialnya yang kurang.

C. Fase Pengembangan Anak

Dalam hal ini penulis membagi pengembangan anak dari mulai bayi hingga dewasa serta proses pengembangan secara normal. Proses pengembangan secara normal itu akan menjadikan anak berkembang secara baik dan yang

pastinya selalu diharapkan kepada setiap orang tua-orang tua lainnya.

(28)

pengembangan anak adalah tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang

anak, baik yang besifat jasmani maupun rohani, tingkah laku yang baik maupun yang buruk.12

Tahap-tahap pengembangan manusia memiliki fase yang cukup

panjang.Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya menggambarkan pengembangan dalam pengertian periode atau fase

pengembangan.

Klasifikasi periode pengembangan yang paling luas digunakan meliputi

urutan sebagai berikut: Periode pra kelahiran, masa bayi, masa awal anak-anak, masa pertengahan dan akhir anak-anak, masa remaja, masa awal dewasa, masa pertengahan dewasa dan masa akhir dewasa.

Perkiraan rata-rata rentang usia menurut periode berikut ini memberi suatu gagasan umum kapan suatu periode mulai dan berakhir. Berikut adalah penjelasan

lebih lanjut mengenai pada setiap periode tahap tahap pengembangan manusia:

- Periode prakelahiran (prenatal period) ialah di awali dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan masa pertumbuhan yang luar

biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang dihasilkan dalam periode 9

bulan.13

- Masa bayi (infacy) ialah periode pengembangan yang merentang dari

kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi

hanya sebagai permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Jakarta, Rosda, 2000), h. 48.

13

(29)

sensorimotor, dan belajar sosial.

- Masa awal anak-anak (early chidhood) yaitu periode pengembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun,

periode ini biasanya disebut dengan periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin mandiri dan menjaga diri mereka

sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman teman sebaya. Jika telah memasuki kelas

satu sekolah dasar, maka secara umum mengakhiri masa awal anak anak.

- Masa pertengahan dan akhir anak anak (middle and late childhood) ialah periode pengembangan yang merentang dari usia kira kira enam hingga sebelas tahun, yang kira kira setara dengan tahun tahun sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun tahun sekolah dasar.

Keterampilan keterampilan fundamental seperti membaca, menulis, dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia

yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.

- Masa remaja (adolescence) ialah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira

10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan

(30)

perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat

menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.

- Masa awal dewasa (early adulthood) ialah periode pengembangan yang bermula pada akhir usia belasan tahun atau awal usia duapuluhan tahun

dan yang berakhir pada usia tugapuluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa pengembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar hidup

dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.

- Masa pertengahan dewasa (middle adulthood) ialah periode pengembangan yang bermula pada usia kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan tahun. Ini adalah masa untuk

memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang berkompeten,

dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan dalam berkarir.

- Masa akhir dewasa (late adulthood) ialah periode pengembangan yang

bermula pada usia enampuluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya

(31)

D. Aspek pengembangan anak 3.1.Pengembangan Fisik

Pertumbuhan fisik pada masa ini lambat dan relativ seimbang.Peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya.Peningkatan berat

badan anak terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya.

3.2.Pengembangan Intelektual

Pengertian intelektual.Beberapa definisi intelektual menurut para ahli,

diantaranya :

 Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang

untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991).

 Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah

kombinasi sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan

memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan

kemampuan memperoleh kemampuan baru.

Jadi, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi, berfikir abstrak, menalar, bertindak secara efisien dan efektif, serta

dapat menyelesaikan masalah-masalah yang timbul di lingkungan. Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan

(32)

a. Periode sensori motorik (0-2 tahun)

b. Periode pra operasional (2-7 tahun) c. Periode operasional konkrit (7-11 tahun) d. Periode operasional formal (11-16 tahun)

Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti faktor kematangan

mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual.Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan

suatu permasalahan yang rumit) dengan baik. 3.3.Pengembangan Emosi

Pengembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai:

merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua

dan orang-orang di sekitarnya.

Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka

akan belajar untuk menyayangi.

3.4.Pengembangan Spiritual

Menurut Mimi Doe & Marsha Walch mengungkapkan bahwa spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki.Ia memberi arah dan arti bagi kehidupan kita tentang kepercayaan mengenai adanya

(33)

namakan sebagai sumber keberadaan kita. Spiritual juga berarti kejiwaan, rohani,

batin, mental, moral.

Jadi berdasarkan arti spiritual dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menghadapi dan memecahkan masalah yang berhubungan

dengan nilai, batin, dan kejiwaan.

3.5.Pengembangan Sosial

Pengembangan Sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa

dan bermain bersama teman-teman sebayanya.Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara

seimbang.

Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian

aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.

E. Dhu’afa

1. Pengertian Dhu’afa

Makna dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk jamak dari

kata “dha’if”.Kata ini berasal dari akar kata “dha’afa atau dha’ufa-yadh’ufu

-dhu’fan atau dha’fan”14

yang secara umum mengandung dua pengertian, lemah

dan berlipat ganda.Menurut al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari

14

(34)

quwwah yang berarti kuat.15

Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah kedua

berarti berlipat ganda seperti contoh ayat yang mengandung arti bertambah atau berlipat ganda. Yaitu dalam surat An-Nisa ayat 28, yaitu:

SURAT AN-NISA AYAT 28 “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu[286], dan manusia dijadikan bersifat lemah.”

2. Ruang Lingkup Kaum Dhu’afa

Timbulnya komunitas dhu’afa bukanlah timbul dengan sendirinya

fenomena ini merupakan pengejawean dari sunnatullah, layaknya sunnatullah seperti adanya siang dan malam.

Kondisi ini yang kerap mendapatkan perlakuan tak layak dikalangan masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa karena boleh jadi yang kita sekarang akan mendatangkan kebahagiaan. Al-qur’an ketika

menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu’afa, yaitu:

(35)

- Ibnu Sabil

- Tawanan Perang

- Kaum Cacat

- Al-Gharim / orang-orang yang berhutang

- Al-Abdu wa Al-Riqad / hamba sahaya dan budak

Pada dasarnya setiap individu yang lahir kedunia tidak ingin dilahirkan

dalam keadaan miskin atau lemah, namun keduanya akan timbul melalui serentetan sebab musabab.

Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan

dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu

sendiri, seperti: sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-lain.

b. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan yang terjadi berasal dari

faktor luar individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya atau sistem ekonomi yang otoriter, yang

hanya menguntungkan pemilik modal saja.

c. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas

di tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari Tuhan.16

16

(36)

3. Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa

Kaum dhu’afa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah,

menderita, sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah dalam ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan

agama.Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan diperlakukan sewenang-wenang.

Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan dan pembelaan.Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah masalah dan

membantu kaum dhu’afa agar kehidupan mereka tidak lemah, sengsara dan

menderita. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan antara lain: Memberikan pendidikan, Bantuan Sosial, Memberikan Perlindungan

Pemberdayaan dan Jaminan Sosial. a. Memberikan Pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian

juga bagi kaum dhu’afa untuk menanggulangi kebodohan dan keterbelakangan mereka.

Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk kepada

kaum dhu’afa.

b. Bantuan Pemberdayaan

(37)

yang akan mereka peroleh yaitu:

1. Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak bergantung kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.

2. Mengurangi dan bahkan dapat menghilangkan kelemahan, penderitaan, kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan mereka.

3. Agar mereka menjadi orang yang berguna dan bermanfaat bagi orang lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada orang yang

membutuhkan.17

F. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan yang teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak telalu mengikuti peraturan-peraturan yang tetap dan ketat.18

Dari pengertian diatas, Yayasan Mizan Amanah lebih menekankan kepada anak-anak asuhnya pada pendidikan Non Formal.Dan peneliti pun lebih mengarah kepada pendidikan Non Formal yang berada di Yayasan Mizan Amanah.

1. Asas pendidikan non formal

Seperti pendidikan formal, pendidikan non formal mempunyai asas-asas

yang menjadi pedoman bagi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan pendidikan ini.

1) Asas inovasi

2) Asas penentuan dan perumusan tujuan pendidikan non formal.

3) Asas perencanaan dan pengembangan program pendidikan non

17

MK muhsin, Menyayangi Dhu’afa (jakarta: Gema Insani Press, 1)h.146

18

(38)

formal.19

2. Tugas-Tugas Pendidikan Non Formal.

Tugas pendidikan non formal adalah membantu kualitas dan martabat sebagai individu dan warga Negara yang dengan kemampuan dan kepercayaan

pada diri sendiri harus dapat mengendalikan perubahan dan kemajuan.20

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,

atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Fungsi dari pendidikan nonformal mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan

fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

3. Sifat-sifat Pendidikan Non Formal Sifat-sifat yang dimaksud adalah:

1) Pendidikan non formal lebih fleksibel

2) Pendidikan non formal lebih efektif dan efisien untuk bidang-bidang pelajaran tertentu.

3) Pendidikan non formal bersifat quick yielding artinya dalam waktu

yang singkat dapat digunakan untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan, terutama untuk memperoleh tenaga yang memiliki

kecakapan.

4) Pendidikan non formal sangat instrumental artinya pendidikan yang bersangkutan bersifat luwes, mudah dan murah serta dapat

menghasilkan dalam waktu yang relatif singkat.

19

Sudjana SF, Djudju. (1983). Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-Azas), Theme, Bandung. Hal.4

20

(39)

4. Syarat-Syarat pendidikan non formal

Bila diingat sifat-sifat pendidikan non formal diatas, tampaknya sangat mudah pendidikan non formal tersebut dilaksanakan dan dapat mencapai

hasil seperti yang diharapkan. Akan tetapi tidak demikian prakteknya, karena dalam pelaksanaan pendidikan non formal harus memenuhi

syarat-syarat dalam pelaksanaan sebagai berikut: 1) Pendidikan non formal harus jelas tujuannya.

2) Ditinjau dari segi masyarakat, program pendidikan non formal harus menarik baik hal yang akan dicapai maupun cara-cara melaksanakannya.

3) Adanya integrasi pendidikan non formal dengan program-program pembangunan masyarakat.21

21

(40)

30

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Mizan Amanah

Yayasan Mizan Amanah merupakan yayasan berdiri secara bertahap mempunyai cita-cita membahagiakan masyarakat yang kurang beruntung dalam

arti yang kurang mampu baik dalam segi keuangan, serta kemampuan dalam berilmu yang amat sangat kurang sekali dalam kehidupannya.

Mizan Amanah sesuai dengan visinya menjadikan lembaga sosial kemanusian pengelola kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat

nasional merupakan sebuah organisasi sosial (non-profit) yang ingin berdedikasi dalam penyantunan dan pembinaan anak-anak yatim dan pemberdayaan kaum

dhu’afa.1

19 juli 1995 dengan nilai kesederhanaan dan kebersamaan para mahasiswa dan aktivisis sosial, mizan amanah didirikan. Dengan kepercayaan penuh dari masyarakat dan pemerintah keberadaan Yayasan Mizan Amanah semakin exis.

Dengan kata Mizan yang artinya timbangan dan Amanah yang berarti terpercaya, mizan amanah bangkit menjadi lembaga sosial kemanusiaan yang lebih amanah.2

Sudah 14 tahun Mizan Amanah mengabdikan dan melayani masyarakat, diawali dengan pembukaan klinik bersalin sebagai wujud kepedulian dengan pelayaanan kesehatan terjangkau dan dua tahun kemudian didirikanlah asrama

yatim dan dhu’afa. Di awali dengan menyatuni dan membina puluhan anak,

1

Wawancara dengan bagian Pendidikan Yayasan Mizan Amanah pak Abdul Malik hari Sabtu tanggal 23-10-2010 di tempat belajar anak-anak Yayasan Mizan Amanah

2

(41)

sekarang di tahun 2009 sudah lebih dari seribu anak yatim dan kaum dhu’afa

tersantuni. Data ini akan terus bertambah seiring dengan berkembangnya keinginan dan cita-cita Mizan Amanah dan ditambah lagi dengan kenyataan masih

banyaknya anak-anak yatim dan kaum dhu'afa terlantar disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan.

Puncak kepercayaan masyarakat dan pemerintah kepada Yatim Piatu dan

Dhuafa Mizan Amanah. Alhamdulillah pada tahun 2008 berturut-turut yayasan Mizan Amanah mendapat pengharagaan dari gubernur Jawa Barat dan Menteri

Sosial RI sebagai orsos berprestasi tingkat Nasional.

Kami percaya bahwa segala bentuk perubahan untuk menuju ke arah yang

lebih baik bisa kita lakukan dengan cara memberikan kontribusi nyata dan langsung dengan masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kapasitas kita masing-masing.

Dari perjalanan atau sejarah berdirinya mizan amanah dapat disimpulkan bahwa yayasan mizan amanah berdiri secara bertahap dan tidak semudah membalik telapak tangan. Di awali dengan membuka klinik bersalin, sehingga

pada akhirnya karena dengan niat yang tulus untuk membantu masyarakat yang kurang beruntung dalam arti kurang mampu untuk memenuhi kebutuhannya

(42)

B. Visi dan Misi Yayasan Mizan Amanah 1. Visi Yayasan Mizan Amanah:

Menjadikan Mizan Amanah sebagai lembaga sosial kemanusiaan

pengelola anak yatim dan kaum dhua’afa yang lebih amanah dan terbaik tingkat nasional. Penjelasan singkat tentang visi mizan amanah sebagai berikut:

a. Mizan Amanah adalah lembaga sosial kemanusiaan yang bergerak

dalam penyantunan dan pemberdayaan anak yatim dan kaum dhu’afa. b. Pengertian dhu’afa adalah anak yatim piatu, fakir ,miskin dan atau

yang tergolong kepada penyandang masalah kesejahteraan sosial. c. Lebih amanah artinya pelayanan yang dilakukan bersumber dari

nilai-nilai kepercayaan tanpa ada yang disembunyikan.

d. Terbaik tingkat nasional adalah menjadikan kaderbinaan yang mandiri dan berdaya saing tinggi dan diakui secara nasional.

2. Misi Yayasan Mizan Amanah:

a. Mengelola, mendidik dan menyantuni kaum dhua’fa sehingga menjadi

muslim yang hakiki.

b. Menjadi fasilitator maliyah yang amanah dan melayani layanan amal

shaleh yang professional

Penjelasan singkat tentang Misi Mizan Amanah sebagai berikut:

a. Mewujudkan kaderbinaan yang mandiri, kuat secara ilmu dan sehat secara

fisik serta berjiwa ihsan.

b. Menjadi media terpercaya dalam penyaluran zakat, infak, shadaqah, wakaf

(43)

C. Struktur Manajemen Yayasan Mizan Amanah

Dewan Pembina : Aos Saepudin

: Dedi Effendi

Ketua Dewan Syariah : Ust. Fuad Hasyim Robbani

Direktur : Andri Yanto, SHI

Manager Keuangan : DeniWastiadi, SE Pelayanan dan Pemberdayaan : Dindin Suryanto

Fundraising : Nurdin Latif

Wakaf : Fuad HR

Manager Area : Dede Rohayat

Tabel 1

Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah Tahun 2010-20113

No Tingkat Jumlah

1. PraSekolah 4

2. SD 14

3. SMP 5

Jumah anak Yatim Piatu dan Dhuafa 23

3

Data Tingkat Pendidikan Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah Tahun 2010-2011,

(44)

D. Program Pemberdayaan Yayasan Mizan Amanah Program Pemberdayaan kaum dhuafa melalui zakat produktif

 Dhuafa Bangkit Adalah program pemberdayaan bagi kaum dhuafa yang

bertujuan untuk memberikan peluang kepada kaum dhuafa yang mempunyai motivasi untuk berubah dengan memberikan bantuan stimulant baik berupa motivasi, pengarahan dan bimbingan manajemen,

pemberian bantuan permodalan bergulir, sehingga menghasilkan entrepreneur yang mandiri serta dapat menjadi motor penggerak ekonomi

baik, bagi dirinya, keluarga dan masyarakat lainya.

Exelent training centre adalah program pendidikan dan latihan untuk

(45)

35

A. Pengembangan Anak Dhu’afa Melalui Pendidikan Non Formal di Yayasan Mizan Amanah

Yayasan Mizan Amanah berperan untuk membantu masyarakat yang sedang dalam keadaan sulit, baik dalam segi perekonomian serta kelanjutan hidup mereka kedepan dan yang

lebih penting lagi untuk keberlanjutan hidup anak-anak mereka yang menjadi penerus masa depan kehidupan mereka yang lebih terang. Oleh karena itu Yayasan Mizan Amanah hadir untuk membantu mereka. Serta berusaha untuk memfasilitasi segala kebutuhan mereka.

Rumah yatim piatu dan dhuafa ini berdiri karena ingin membantu memfasilitasi layanan amal bagi masyarakat yang membutuhkan khususnya di daerah bintaro. Bintaro adalah

lingkungan yang statusnya rata-rata menengah ke atas, dan dari hasil survei pengurus yayasan Mizan Amanah hampir 80% status pendidikanya yaitu S1 ke atas. Tidak jauh dari bintaro seperti

di daerah pondok ranji yang minus kumuh sekali, sehingga hampir tidak layak untuk dijadikan tempat tinggal. Yayasan Mizan amanah hadir dalam rangka menjembatani antara kaum agnia dan kaum dhuafa.

Rencana awal Yayasan Mizan Amanah hanya membuka kantor cabang saja, namun karena seiring berjalannya waktu, seperti pengajuan anak-anak yatim salah satunya yaitu ada

anak yang terlantar di masjid selama 5 hari, yaitu tepatnya berada di masjid An-nashr, kemudian salah satu warga datang ke Yayasan Mizan Amanah untuk meminta di tampung disini dan sampai saat ini sudah ada 17 anak yang statusnya berbeda-beda yaitu ada yang bapaknya

(46)

Dan untuk pertama kali buka pengurus Yayasan Mizan Amanah langsung melakukan uji coba ke warga sekitar Bintaro Jaya kemudian setelah melihat dari respon masyarakat di sini sangat baik

dan kemudian kami mencoba membuka cabang baru Yayasan Mizan Amanah di daerah Bintaro Jaya.1

Oleh karena itu dengan adanya Yayasan Mizan Amanah diharapkan dapat memberikan

solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada di lingkungan sekitar bintaro jaya lebih khususnya bagi perkembangan anak-anak yang berada di lingkungan tersebut, sehingga

mereka dapat tumbuh dan berkembang seperti layaknya anak-anak yang sebaya dengan mereka. Yayasan Mizan Amanah berdiri untuk anak-anak agar kreatifitas mereka dapat tersalurkan, sehingga mereka bebas untuk mengekspresikan diri disini namun tetap dalam

batas-batas tertentu.Kemudian mereka juga diarahkan kearah yang baik, islami, serta berpengetahuan luas. Dan anak-anak di Mizan Amanah sama seperti anak-anak yang sebaya mereka tetap dapat

bergaul dengan masyarakat di sekitar Bintaro, namun dengan waktu-waktu tertentu. Karena mereka dibatasi dengan jadwal-jadwal yang sangat padat, jadi waktu bermain pun mereka sangat

sempit.

Kemudian dari segi pengrekrutan anak Yayasan Mizan Amanah memiliki prosedur persyaratan untuk layak atau tidakkah Anak tersebut masuk ke dalam Yayasan ini. Serta harus

memenuhi standar persyaratan yang ada di Yayasan Mizan Amanah yaitu: - Harus ada surat kematian orang tuanya

- Harus ada keterangan tidak mampu dari aparat setempat

- Dan ada bukti dari keluarga yang ditinggalkan, seperti ada Kartu Keluarga atau keterangan anak tersebut sekolah. Dan apabila persyaratan-persyaratan tersebut

1

(47)

terpenuhi, dan dari pengurus Yayasan Mizan Amanah mengkroscek ke lapangan apakah data yang diajukan sesuai dengan yang ada di lapangan.

Karena banyak ibu atau bapak yang datang ke Yayasan Mizan Amanah untuk meminta bantuan untuk anaknya, kemudian dengan alasan anaknya yatim dan anak yang dibawa tidak sedikit ada yang bawa dua, tiga atau bahkan lima anak yang mereka bawa. Dari Yayasan Mizan

Amanah tidak dapat percaya hanya sebatas pengakuan lisan, tanpa ada dokumentasi bukti rujukan untuk kita bisa menerimanya, dan kalau semuanya sudah jelas dari sisi keluarga sudah

tidak ada yang merawatnya sudah akan kami asramakan, tetapi kalau misalkan surat keterangan lengkap, dari keluarga yang tidak mampu, dan dari ibunya masih kelihatan sehat, masih bisa mengurus anaknya, dan kami sebagai pengurus Yayasan memberi saran untuk dirawat oleh

ibunya sendiri, karena kasih sayang ibu tidak akan tergantikan oleh posisi kami sebagai pengurus, dari pengurus yayasan mizan amanah akan membantu untuk operasional sekolahnya

setiap bulan dan sembako, untuk yang kasusnya sama 101 anak yang rutin kami santuni setiap bulan baik sembako, beras, dan lainnya. Serta uang dan transportasi untuk sehari-harinya 100

juta untuk 10 ribu binaan dan total keseluruhan dari jabodetabek 3.652 binaan.

Kemudian untuk masalah pendidikan formal atau sekolah mereka tetap melakukan aktivitas sebagaimana anak-anak lain yang sebaya dengan mereka.Untuk sekolahnya itu mereka

sendiri yang mencari sekolahnya, karena di Yayasan Mizan Amanah ini belum memfasislitasi sekolah untuk anak-anak.Yayasan Mizan Amanah hanya memfasilitasi rumah dhuafa untuk

(48)

Table 2

Data Pendidikan Formal Anak Asuh di Yayasan Mizan Amanah di tahun 2010-20112

B. Pengembangan Yang Dilakukan Yayasan Mizan Amanah Untuk Anak Dhuafa

Menurut pendapat Isbandi Rukminto Adi dalam bukunya yang berjudul Pemberdayaan, Pengembangan dan Investasi Komunitas, menyebutkan bahwa pengembangan bisa disebut juga

pemberdayaan.Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya, guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengontrol

kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan juga suatu proses yang relatif terus berjalan untuk

meningkatakan kepada perubahan.3

(49)

Dari pendapat Rukminto adi, tujuan dari Mizan Amanah yaitu untuk memberdayakan kehidupan mereka sehingga mereka dapat hidup mandiri tanpa ada ketergantungan terhadap

orang lain. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan Anak Yayasan Mizan Amanah dapat terangkum dan tersususn di sini yaitu:

a. Pengembangan Fisik

Melihat dari begitu pentingnya kesehatan untuk anak-anak asuh yang berada di Yayasan Mizan Amanah, dan mereka dalam tahap pertumbuhan.Oleh karena itu di yayasan ini

mengadakan pembinaan fisik untuk anak-anak asuh.

Kegiatan pembinaan fisik yang sampai saat ini dilakukan adalah olah raga pagi seperti lari pagi sudah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan sebagai pembinaan fisik.Kemudian

pembinaan olah raga renang juga menjadi kegiatan rutin dilakukan oleh anak-anak yang berada di Yayasan Mizan Amanah, tetapi dilakukannya seminggu sekali dan bergiliran dengan olah raga

sepak bola Yayasan Mizan Amanah sengaja melakukan ini karena di khawatirkan mereka jenuh melakukan kegiatan ini.4

Kegiatan olahraga ini berguna untuk: - Menyehatkan tubuh mereka

- Memperbaiki pertumbuhan mereka sehingga menjadi lebih sehat

- Menambah wawasan mereka akan dunia luar.

Dengan demikian pendidikan itu bukan hanya di dapatkan hanya di sekolah saja.Namun

pendidikan dapat dilakukan dimana saja tanpa ada batasnya seperti mengembangkan intelektual, fisik, emosi, sosial serta spiritual anak pun harus di kembangkan dalam rangka memajukan anak bangsa yang cerah.

4

(50)

b. Pengembangan Intelektual

Di yayasan Mizan Amanah ini ditekankan pada pendidikan baik pendidikan formal

maupun pendidikan non formal, karena anak-anak disini fikirannya, serta gerak-geriknya itu masih sangat labil dalam arti masih sangat cepat menyerap apa yang dilakukan oleh orang lain jadi, kemungkinan mereka bisa cepat menangkap dan dapat merubah perilakunya menjadi lebih

baik.

Motifasi dari yayasan Mizan Amanah yang selalu mendorong anak didiknya menjadi

lebih berguna untuk dirinya sendiri, masyarakat serta untuk meneruskan kelanjutan hidup mereka yang lebih baik.Jadwal keseharian anak Yayasan Mizan Amanah bagi yang sekolah SD. Mereka masuk sekolah pagi-pagi, seperti anak-anak sekolah lainnya.Mereka belajar dengan giat dan

mendapatkan hasil yang memuaskan.Sedangkan untuk anak SMP belajar untuk sekolah setiap harinya, mereka dimulai dari siang hari sekitar pukul 12:00 sampai jam 05:00 sore.

c. Pengembangan Emosi

Hal yang penting dari pengembangan emosi yaitu, emosional digeneralisasi oleh para

pendidik terutama guru, pembimbing, dan orang tua ternyata emosi dengan segala karakteristiknya dapat mempengaruhi tubuh dalam melakukan berbagai tindakan. Akibat dari kurangnya perhatian kasih sayang pada anak-anak ialah terjadi keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan fisik pada anak.

Emosi anak yang terlantar akan mempengaruhi perkembangan motorik anak diantaranya

perkembangan kemampuan untuk duduk, berdiri, berjalan, serta perkembangan lain dalam diri anak menjadi terhambat. Keadaan ini cenderung menimbulkan keterlambatan apabila disertai kondisi lain yang tidak menyenangkan anak menjadi tidak bahagia, bahkan sampaikan pada

(51)

Oleh karena itu dari pembahasan diatas yayasan mizan amanah membantu agar pertumbuhan anak sejak dini hingga nanti kedepan, akan menjadi manusia yang berguna. Di

mizan amanah setiap subuh akan diadakan pembelajaran keagamaan yaitu: shalat, mengaji agar hati ini selalu di jaga dan selalu dilindungi oleh Allah SWT.

d. Pengembangan Spiritual

Kegiatan yang dilakukan Yayasan Mizan Amanah dalam pengembangan spiritual yang sampai saat ini dilakukan yaitu:

- Shalat tahajud berjamaah yang dilakukan setiap hari minggu, karena dikhawatirkan mereka lelah atau terkadang mereka tertidur saat waktunya belajar.

- Shalat subuh, zuhur, asar, magrib dan isya wajib berjamaah

Kemudian anak-anak di Mizan Amanah diberikan program bagi anak yang belum sekolah atau pra sekolah dalam tanda kutip masih kecil sekitar umur 3 atau 4 tahun biasanya

masih diberikan kebebasan untuk bermain tetapi harus tetap belajar mengaji paling tidak mengenal huruf-huruf bahasa arab, sedangkan anak yang sudah masuk SD atau minimal anak SD

itu sudah harus hafal juz ‘amma, sedangkan anak SMP minimal hafal surat Al-Baqarah.

Pelajaran ini dimulai pada sore hari sekitar jam 16:00 sampai jam 17:00 sore. Ini dilakukan setelah mereka melakukan aktifitas belajar di sekolah mereka masing-masing

Tabel 3

Mata Pelajaran Pendidikan Non Formal TPA

No Hari Mata pelajaran

1 Senin Doa-Doa harian dan membaca Iqra

2 Selasa Fiqih dan membaca Iqra

(52)

4 Kamis Hafalan Juzama dan membaca Iqra

5 Jumat Permainan dan membaca Iqra

6 Sabtu Hadits dan membaca Iqra

7 Minggu Bahasa Inggris dan Berenang

Sedangkan untuk anak SMP belajar keagamaan dimulai pagi dari jam 08:00 sampai jam 09:00 pagi, sebelum mereka melakukan aktifitas belajar mereka sehari-hari. Untuk anak SMP ini di fokuskan untuk menghafal Al-Quran, dan pada saat ini sudah mencapai surat Al-Baqarah dari

ayat pertama sampai ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Tabel 4 TPA SMP

No Hari Mata pelajaran

1 Senin Tahfidz Al-Quran

2 Selasa Tahfidz Al-Quran

3 Rabu Tahfidz Al-Quran

4 Kamis Tahfidz Al-Quran

5 Jumat Tahfidz Al-Quran

6 Sabtu Bahasa Arab

7 Minggu Bahasa Inggris dan Berenang

Di rangkaian ini kita dapat melihat perubahan-perubahan baik dari segi fisik, intelektual, emosi, social, spiritual, yang perubahannya pun semakin lama semakin membaik sehingga

(53)

e. Pengembangan Sosial

Pengembangan Sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan

lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang

secara seimbang.

Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek.

Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memperhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.5

Di yayasan mizan amanah ini anak-anak dididik selalu menjadi anak yang saling sayang

menyayangi anatara yang lebih tua dengan yang lebih kecil harus saling bantu membantu dan tolong menolong antara sesama.

C. Hambatan, Tantangan Dan Harapan Dalam Proses Pengembangan Anak Dhuafa Melalui Pendidikan Non Formal

Dalam proses perjalanan Yayasan Mizan Amanah dalam pengembangan anak hingga saat ini banyak tantangan dan hambatan yang harus di lalui, mengingat dari latar belakang

mereka yang berbeda-beda serta dari pola hidup mereka yang tidak teratur. Sedangkan ketika masuk ke Yayasan Mizan Amanah ini sudah diatur sedemikian rupa, sehingga waktu untuk

bermain, dan menonton televisi itu sangat jarang, kalau pun ada itu hanya sabtu dan minggu saja. Proses perubahan ini sangat berat sekali mereka lalui. Namun keinginan dari pengurus yayasan Mizan Amanah ini ingin merubah mereka menjadi anak-anak yang cerdas dan

berkualitas itu sangat tinggi. Sehingga sampai saat ini mereka menjadi anak yang semua orang

5

Gambar

gambaran yang
Gambaran Umum Yayasan Mizan Amanah Dalam Pengembangan
GAMBARAN UMUM YAYASAN MIZAN AMANAH
Tingkat Pendidikan Tabel 1 Anak Dhu’afa Di Yayasan Mizan Amanah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji dari aplikasi website e-book cerita anak menunjukkan bahwa aplikasi ini dapat digunakan sebagai pengembangan sarana membaca buku pada anak di PT.. Mizan

Jhony Seragih (anak sulung Almarhum Dalan seragih) yang menjadi kepala yayasan, oleh orang Amerika yang datang berdoa dipertapakan tersebut mengundangnya pula untuk dating

Komunikasi yang berlangsung pada saat sosialisasi dalam pelaksanaan Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) non formal di Kabupaten Purworejo kurang

Hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat, terucap,

Peranan perempuan dalam pengembangan pendidikan Non Formal Keagamaan dan Non Keagamaan melalui Badan Kontak Majelis Ta’lim (BKMT) Kota Pekanbaru dapat terlihat dari

Jhony Seragih (anak sulung Almarhum Dalan seragih) yang menjadi kepala yayasan, oleh orang Amerika yang datang berdoa dipertapakan tersebut mengundangnya pula untuk dating

Lapangan sepak bola di atasa merupakan contoh dari sarana yang terdapat di yayasan peduli anak di Lombok, lapangan tersebut juga berfungsi untuk kegiatan-kegiatan non

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran peta kompetensi guru Pendidikan Anak Usia Dini PAUD non-formal di Kabupaten Sleman dari aspek kompetensi pedagogik, profesional,