LAPORAN MAKALAH PENYAJI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I (60 Tahun) DENGAN GLUKOMA
Diajukan sebagai salah satu tugas Case Analysis Methode (CAM) Studi Kasus Keperawatan pada Mata Kuliah Keperawatan Dewasa III
dosen pengampu Bapak Sajodin M.AIFO
Disusun oleh :
3A
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG Elisa Yustia Salsabila 302021022 Rani Karlina Fauziah 302021015 Dendi Jamaludin 302021025
Nindi Alisya 302021014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala kenikmatan, karunia dan rahmat-Nya kepada kami sehingga makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. I dengan Glukoma” ini dapat terselesaikan tepat waktu yang ditentukan. Kami yakin tanpa ridha dan izin-Nya tidak mungkin makalah ini dapat terwujud. Tak lupa shalawat dan salam semoga tecurah limpahkan kepada junjungan kita, pahlawan revolusi islam, penutup para anbiya dan Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat, keluarga, tabiin tabiut tabiin, dan kepada kita selaku umat akhir zaman yang senantiasa menunggu syafaat darinya.
Alhamdulillah selalu kami panjatkan kepada Allah SWT atas suksesnya penyusunan makalah ini, sejalan dengan kurikulum makalah ini sudahlah menjadi bagian dari tugas pemenuhan pembelajaran, kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menjadi tambahan wawasan bagi anda semua yang membacanya.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Untuk itu kami mengajak pembaca semua untuk megharapkan kritik dan saran yang pembaca berikan kepada kami, kami akan terima dengan lapang dada sebagai wujud koreksi diri agar kedepannya makalah ini bisa menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Demikian apabila ada kesalahan pada makalah ini penulisan memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Bandung, 9 November 2023
Penyaji
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan. Pokok permasalahan utamanya adalah mengetahui. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud anatomi fisiologi biokimia Glukoma ? 2. Apa yang dimaksud Glukoma?
3. Apa saja klasifikasi Glukoma?
4. Apa etiologi Glukoma?
5. Apa faktor risiko Glukoma ? 6. Bagaimana patofisiologi Glukoma?
7. Apa tanda dan gejala Glukoma?
8. Bagaimana penatalaksanaan Glukoma ? 9. Apa pemeriksaan penunjang Glukoma?
10. Apa komplikasi Glukoma?
11. Bagaimana pencegahan Glukoma?
C. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus yang diuraikan sebagi berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini. Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui .
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai berikut:
a. untuk mengetahui anatomi fisiologi biokimia Glukoma;
b. untuk mengetahui definisi Glukoma;
c. untuk mengetahui klasifikasi Glukoma;
d. untuk mengetahui etiologi Glukoma;
e. untuk mengetahui faktor risiko Glukoma;
f. untuk mengetahui patofisiologi Glukoma;
g. untuk mengetahui tanda dan gejala Glukoma;
h. untuk mengetahui penatalaksanaan Glukoma;
i. untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Glukoma;
j. untuk mengetahui komplikasi Glukoma;
k. untuk mengetahui pencegahan Glukoma;
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Biokimia Glukoma
Anatomi Mata
(Sumber:http://www.noweyeknow.com/central-retinal-vein-occlusion/crvo/overview/)
Mata merupakan organ perifer sistem penglihatan, karenanya perlindungan organ ini sangat penting. Untuk menciptakan suatu keadaan struktural yang melindungi mata dari adanya jejas yang tidak mengurangi fungsi bahkan mengoptimalkannya, maka bola mata terletak di suatu rongga skeletal yang disebut orbita (dr.Hartono et al.,2007) (Pasquale et al., 2017).
Mata diisi dengan cairan intraokular yang mempertahankan tekanan yang cukup pada bola mata untuk menjaga distensinya. Cairan ini dibagi menjadi dua bagian yakni humor aqueous dan humor vitreus, yang berada diantara permukaan posterior lensa dan retina. Humor aqueous adalah cairan yang mengalir bebas, sedangkan humor vitreus adalah sebuah massa dari gelatin. Humor aqueous secara terus- menerus dibentuk dan direabsorbsi. Keseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi mengatur volume total dan tekanan cairan intraokuler (Guyton, 2011).
Cairan aqueous diproduksi oleh badan silier, yaitu pada prosesus siliaris.
Humor aqueous berjalan dari Kamera Okuli Posterior (KOP) ke Kamera Okuli Anterior (KOA) yang kemudian melewati trabekulum menuju kanal Schlemm yang kemudian ke kanal kolektor, yang berujung ke sistem vena episklera untuk kembali ke jantung. Sehingga dibutuhkan keseimbangan antara produksi cairan aqueous dan pembuangannya agar tekanan bola mata normal (Hartono et al.,2007).
Humor aqueous adalah cairan bening yang mengisi dan membantu membentuk ruang anterior dan posterior mata. Komponen utama dari humor aqueous adalah organik dan ion anorganik, karbohidrat, glutathione, urea, asam amino dan protein, oksigen, karbon dioksida dan air (Goel et al., 2010).
Fisiologi humor aqueous
(Sumber :https://indrabaktip.wordpress.com/2010/12/05/glaukoma/)
Adapun struktur pada mata : a. Kelopak mata / Palpebra
Berperan untuk melindungi bola mata dan menyebarkan film air mata melewati mata sambil berkedip secara konstan, yang mencegah permukaan mata menjadi kering.
b. Konjungtiva
Merupakan lapisan epitel transparan, tipis serta menutupi bagian dalam palpebra dan bagian sklera yang dapat dilihat. Sekresi mukus nya merupakan komponen film air mata
c. Glandula lacrimalis
Terletak pada sudut luar atas (lateral) orbita, dan banyak kelenjar asesorius (Glandula lacrimales accessoriae) terletak pada kelopak mata, menghasilkan air mata (Lacrimae)
d. Keenam otot ekstraokuler
Otot-otot ini berinsertio di bulbus oculi dan menggerakkannya ke arah yang berbeda. Sebagian besar berasal dari Anulus tendineus communis yang mengelilingi N.Opticus II pada tempat masuknya orbita (Sobbota,2006).
Bola mata dapat dipandang sebagai organ akhir saraf yang merupakan saraf sensoris. Mata menerima rangsang sinar dan mengubahnya menjadi impuls saraf yang berjalan di sepanjang lintasan visual yang terdiri atas retina, nervus optikus, khiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika yang pada akhirnya mencapai korteks visual di fisura kalkarina sehingga timbul sensasi untuk melihat (Pasquale et al., 2017).
B. Definisi Glukoma
Glaukoma adalah suatu jenis gangguan penglihatan yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan yang ada pada daerah bola mata. Meningkatnya tekanan dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola mata bisa merusak jaringan syaraf halus yang ada di retina dan belakang bola mata (Nurafif, 2015).
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan mengalami kebutaan. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati (Faradilla, 2011).
Glaukoma adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya suatu peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler), dan degenerasi saraf optik serta defek lapang pandang yang khas (Tamsuri, 2011).
C. Klasifikasi Glukoma
Berikut ini merupakan beberapa klasifikasi dari penyakit Glaukoma (Sidarta Ilyas,2012) :
1. Glaukoma Primer
Glaukoma primer adalah glaukoma yang tidak berhubungan dengan penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan meningkatnya resistensi aliran aqueous humor. Glaukoma primer biasanya terjadi pada kedua mata.
Untuk penyakit glaukoma primer sendiri terbagi menjadi 3 yaitu : a. Glaukoma Sudut Terbuka
Glaukoma primer sudut terbuka merupakan glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya dan ditandai dengan sudut bilik mata terbuka. Glaukoma primer sudut terbuka merupakan penyakit kronis dan progresif yang lambat.
Glaukoma primer sudut terbuka memiliki kecenderungan familiar, Pada umumnya glaucoma primer sudut terbuka terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi juga lebih tinggi pada orang berkulit gelap atau berwarna dibandingkan dengan orang berkulit putih.
Sifat penyakitnya yang samar serta perjalanan penyakitnya yang lama maka timbulnya gejalanya pun lambat dan tidak disadari sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan.
Keluhan pasien biasanya sangat sedikit atau samar, misalnya mata terasa berat, kepala pusing sebelah, dan lain-lain. Tekanan intraocular sehari-hari biasanya tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil serta ekskavasio glaukomatosa. Kerusakan dimulai dari
Glaukoma sudut terbuka
tepi lapang pandang, dengan demikian penglihatan sentral tetap bail, sehingga penderita seolah-olah melihat melalui teropong.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Untuk glaukoma sudut tertutup dibagi menjadi 3, yaitu : 1) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut
Glukoma primer sudut tertutup akut adalah kondisi yang timbul saat TIO meningkat secara cepat, Hal ini dapat menimbulkan manifestasi berubah rasa sakit, penglihatan buram, mual, dan muntah. Peningkatan TIO yang tinggi menyebabkan edema epitel kornea yang bertanggung jawab dalam timbulnya keluhan penurunan penglihatan.
Tanda-tanda pada glaucoma sudut tertutup akut antara lain:
a) TIO yang tinggi
b) Pupil yang lebar dan terkadang irregular c) Edema epitel kornea
d) Kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva e) Kamera okuli anterior yang sempit
Selama serangan akut, TIO cukup tinggi sehingga dapat menyebabkan gangguan nervus optikus dan oklusi pembuluh darah retina.
2) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Subkutan
Glaukoma primer sudut tertutup subkutan (intermiten) adalah kondisi yang ditandai dengan adanya penglihatan yang buram, dan rasa sakit yang ringan, disertai dengan peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler). Gejala ini membaik dengan sendirinya, terutama selama tidur, dan muncul kembali secara periodik dalam hitungan hari atau minggu.
Glaukoma sudut tertutup
3) Glaukoma Primer Sudut Tertutup Kronis
Glukoma primer sudut tertutup kronis merupakan kondisi yang timbul setelah glukoma sudut tertutup akut atau saat sudut kamera anterior tertutup secara bertahap dan tekanan intraokuler meningkat secara perlahan.
Gejala klinisnya serupa dengan glukoma primer sudut terbuka,yaitu keluhan samar, cuping pupil nervus optikus yang progresif dan gangguan lapang pandang glaukomatosa. Sehingga pemeriksaan gonioskopi diperlukan untuk menentukan diagnosis yang tepat.
c. Glaukoma Kongenital
Glaukoma kongenital primer atau infantile adalah glaukoma yang timbul sesaat setelah lahir sampai beberapa tahun pertama setelah kelahiran. Selain itu, glaucoma kongenital juga dapat timbul menyertai anomaly kongenital lainnya.
Gejala mulai dilihat dengan adanya tanda-tanda : 1) Bola mata membesar
2) Edema atau kornea keruh akibat endotel kornea sobek 3) Tidak tahan dengan sinar matahari
4) Mata berair
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang berhubungan dengan penyakit mata atau sistemik yang menyebabkan menurunnya aliran aqueous humor.
Glaukoma sekunder sering terjadi hanya pada satu mata. Glaucoma sekunder dapat terlihat dalam bentuk sudut terbuka. Kelainan-kelainan tersebut dapat terletak pada:
Penglihatan Glaukoma
a. Sudut bilik mata, akibat goniosinekia, hifema, leukoma adheren dan kontusi sudut bilik mata
b. Pupil, akibat seklusio dan oklusi relative pupil
c. Badan siliar, seperti rangsangan akibat luksasio lensa(Perubahan posisi lensa)
Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan glaucoma, yaitu:
a. Uveitis
Dimana glaucoma terjadi akibat adanya sinekia anterior maupun posterior, penimbunan sel radang di sudut bilik mata dan seklusi pupil yang biasanya disertai dengan iris bombe.
b. Pasca trauma serta ulkus kornea, yang mengakibatkan leukoma adheren sehingga bilik mata tertutup dan mengganggu aliran aqueous humor.
c. Hifema, akan mengakibatkan tersumbatnya sudut bilik mata 3. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glukoma dimana sudah terjadi kebutaan total.Pada glaukoma absolut, kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, pupil atrofi dengan ekskavasio glukomatosa, mata kerat seperti batu dan dengan rasa sakit. Mata dengan kebutuhan ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah.
D. Etiologi Glukoma
Penyakit ini ditandai dengan adanya peningkatan TIO (Tekanan Intra Okuler) di dalam mata, Beberapa Etiologi dari glaukoma adalah sebagai berikut (Sidarta Ilyas,2012) :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan cilliary atau cilliary body 2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata / dicelah
pupil
3. Peningkatan tahanan aliran keluar aqueus humor melalui jaring-jaring trabekula
Selain itu beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya glaukoma, antara lain:
1. Memiliki anggota keluarga yang juga mengidap glaukoma 2. Pernah mengalami cedera mata atau operasi pada mata 3. Mengidap penyakit mata lainnya, seperti rabun
4. Mengkonsumsi obat tetes mata pada jangka waktu yang lama 5. Mengidap anemia, diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung E. Faktor Risiko Glukoma
Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular, akan timbul suatu gangguan degenerasi pada saraf optikus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor :
1. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut saraf pada papil saraf optik.
2. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi gangguan pada papil saraf optik.
3. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf optik. (Tamsuri M, 2011)
Risiko terjadinya glaukoma, progresifitas penyakit dan kebutaan yang diakibatkannya, dihubungkan dengan berbagai faktor risiko. Selain tingginya tekanan intraokular yang range normal nya 12-20 mmHg, faktor risiko lainnya antara lain adalah ras, jenis kelamin, usia, jenis/ tipe glaukoma, adanya riwayat glaukoma dalam keluarga, adanya penyakit yang mempengaruhi vaskular dan penglihatan, dan riwayat pengobatan yang didapatkan (Ismandari and Helda, 2011).
F. Patofisiologi Glukoma
Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humoraqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humoraquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemmdan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometri. Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan penanganan yang lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan kerusakan fungsi secara bertahap.
Pathway
Primer - Akut
∞ Trauma - Kronis
∞ Diabetes mellitus
∞ Hipertensi
∞ Arterisklerosis
∞ Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
∞ Miopia tinggi dan progresif
Sekunder – Katarak
– Perubahan lensa – Kelainan uvea – Pembedahan
Trauma Kontusio bola mata
Hifema Darah menyumbat
COA
Pemakaian kortikosteroid jangka
panjang
Metabolisme giloksaminoglikan dan lipopolisakarida meningkat
Penimbunan di trabekular
Uveitis Peradangan mengenai
sel-sel trabekular Trabekulitis Gg. permanen fungsi
trabekula
Katarak matur
Kapsul lensa bocor keluar
Menyumbat saluran
Katarak
Katarak hipermatur Zonulla zinni rapuh Penurunan outflow
aqueus humor
Sudut mata menutup meshwork Sudut COA menutup HA Dislokasi lensa
Menyumbat aliran HA Sinekia anterior
Menutup saluran ekskresi HA Peningkatan TIO
GLAUKOMA rahang
Iritasi saraf vagus
Bronkokontriksi
Iritasi saraf trigeminus dan
vagus
Reflek okulokardiak
Tekanan pada saraf optik dan retina Kerusakan saraf optik
dan retina
Iritasi saraf vagus
Mual, muntah
Iskemia retina Nyeri
Penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina
Suplai O2 menurun
Berkurangnya akson di saraf optik
Kehilangan cairan
Merangsang N.
trigeminus
Visus menurun
Penglihatan kabur Peningkatan kerja
napas Dyspnea
Atrofi optik
Hilangnya pandangan perifer
Nyeri
menyebar ke pelipis, rahang
Imobilisasi kurang
MK :
- Gg. Persepsi sensori (visual) - Resti cidera
MK: Resiko perubahan nutrisi kurang
dari Anoreksia
MK : Gg.
immobilitas fisik
MK : Resiko Gg. Perfusi jaringan
Bradikardia
MK : Resiko kekurangan volume cairan
MK : Resiko pola
napas tidak efektif
G. Tanda dan Gejala Glukoma H. Penatalaksanaan Glukoma
Medis
Terapi Farmakologi Terapi Diet
I. Pemeriksaan Penunjang Glukoma J. Komplikasi Glukoma
K. Pencegahan Glukoma
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Kasus : GLUKOMA
Pasien perempuan berumur 60 tahun dibawa ke RS Cicendo oleh keluarganya dengan keluhan nyeri pada kepala disertai nyeri pada mata Kanannya. Saat dilakukan wawancara keluhan nyeri di rasakan 2 minggu terakhir dengan durasi hilang timbul. Selain itu terdapat keluhan penglihatan nya semakin menurun sejak 1 tahun terakhir, bukan hanya mata kanannya, mata kiri pasien pun dikeluhkan sedikit buram meski pun tidak separah mata sebelah kanan. pasien menyangkal bahwasannya pernah terjadi terauma pada mata.
Sebelumnya pasien memang menggunakan kacamata namun itu pun hanya untuk membaca saja. Saat ini kacamata tersebut sudah tidak digunakan karena sudah tidak dapat terlihat.
Riwayat pasien sebelumnya mempunyai penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Pasien mengaku hanya meminum obat ketika ada keluhan saja, dan ketika obatnya habis, obat tidak dilanjutkan.
Hasil pemeriksaan Fisik tekanan darah 140/90mmHg, Nadi 89x/menit Suhu 36,9C ,Respirasi 20x/menit, skala nyeri pada mata 5 (1-5), pusing, sklera jernih, lensa keruh, bola mata sebelah kanan tertutup bayangan putih, ketajaman penglihatan menurun pada kedua mata, Hasil pemeriksaan Tonometri pada mata kanan 30mmHg dan kiri 20mmHg, shadow test positif, hasil funduskopi mata kanan pasien sulit dinilai karena terhalang oleh kekeruhan lensa, uji lapang pandang pada kedua mata hanya 60 derajat, visus 0.3 pada mata kanan, Pasien mengeluh kesulitan ketika berjalan, pasien pernah tersandung ketika berjalan di rumahnya. Sampai saat ini pasien sering menggunakan obat tetes mata beta bloker untuk mengurangi keluhan pada matanya. Saat ini pasien di diagnosa mengalami Glukoma akibat komplikasi penyakitnya. Pasien di rencanakan untuk menjalani terapi rabeculoplasty laser.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. I
PENGKAJIAN
A. PENGUMPULAN DATA a. Identitas Klien
Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Suku :
Agama :
Status :
Gol darah :
Tanggal Masuk RS : Tanggal Pengkajian : Diagnosa Medis : b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan : Pendidikan : Alamat :
Agama :
Suku :
Hubungan Dengan Klien :
c. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama
2) Riwayat Kesehatan Sekarang 3) Riwayat Kesehatan Dulu 4) Riwayat Kesehatan Keluarga
d. Pemeriksaan Fisik Persistem Keadaan Umum
Kesadaran :
TD :
N :
RR :
S :
BB :
TB :
1) Sistem pernapasan 2) Sistem kardiovaskuler 3) Sistem saraf
4) Sistem endokrin 5) Sistem integumen 6) Sistem pencernaan 7) Sistem perkemihan 8) Sistem penginderaan 9) Sistem muskoloskeletal
Ekstremitas atas : Ekstremitas bawah : 10) Sistem reproduksi
e. Pola Aktivitas Sehari-hari
NO Pola Aktivitas Sebelum ke rumah sakit
Setelah di rumah sakit 1. Nutrisi
a. Makan 1). Jenis 2). Frekuensi 3). Porsi 4). Alergi 5). Keluhan b. Minum 1). Jenis 2). Frekuensi 3). Keluhan 2. Pola Eliminasi
a. BAK 1). Frekuensi 2). Warna 3). Keluhan b. BAB 1). Frekuensi 2). Warna 3). Konsistensi 4). Keluhan 3. Pola istirahat
1). Tidur siang 2). Tidur malam 3). Keluhan
4. Personal Hygiene a. Mandi b. Gosok Gigi c. Keramas d. Gunting kuku 5. Pola Aktivitas
f. Riwayat Psikologis dan Spiritual 1) Aspek Psikologis
1. Status Emosi 2. Konsep Diri
a. Gambaran diri b. Ideal diri c. Identitas diri d. Harga diri 2) Aspek spiritual
g. Data Penunjang Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Normal Interpensi
HB 11,6-13,9g/dL menurun
Leukosit 5000-12.000 meningkat
Pemeriksaan Radiology
Farmakologi & Theraphy
No Nama Obat Cara
Pemberian
Dosis Waktu Kegunaan
Non Farmakologi
A. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS:
DO: -
Gangguan Persepsi Sensori (penglihatan) (Sdki D. 0085)
DS:
DO: -
Risiko Jatuh b/d gangguan
Penglihatan (Sdki D.0143)
DS:
DO: -
Ansietas (Sdki D.0080)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. B.d d.d
C. INTERVENSI KEPERAWATAN (EBP)
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Persepsi Sensori (penglihatan) (Sdki D. 0085)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kriteria hasil : Persepsi sensori
membaik (Slki L.09083)
Verbalisasi melihat meningkat
Respons sesuai stimulus membaik
Distorsi sensori menurun
Konsentrasi membaik
Orientasi membaik
Minimalisasi Rangsangan (Siki I.08241)
Periksa status mental, status sensori, dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri, kelelahan)
Diskusikan tingkat toleransi terhadap beban sensori (mis.
Bising, terlalu terang)
Batasi stimulus lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)
Jadwalkan aktivitas harian dan waktu istirahat
Kombinasikan prosedur/tindakan dalam satu waktu,
sesuai kebutuhan
Ajarkan cara meminimalisasi stimulus (mis.
mengatur pencahayaan ruangan, mengurangi, membatasi kunjungan)
Kolaborasi dalam prosedur/tindakan
Kolaborasi pemberian obat yang
mempengaruhi stimulus persepsi
2. Risiko Jatuh b/d gangguan Penglihatan (Sdki D.0143)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kriteria hasil : Tingkat jatuh menurun (Slki L.14138)
Jatuh saat berdiri menurun
Jatuh saat duduk
Pencegahan Jatuh (Siki I.14540)
Identifikasi faktor resiko jatuh
Identifikasi resiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
Identifikasi faktor
menurun
Jatuh saat berjalan menurun
Jatuh saat dipindahkan menurun
Jatuh saat di kamar mandi menurun
Jatuh saat membungkuk menurun
lingkungan yang meningkatkan resiko jatuh (misalnya lantai licin, penerangan kurang)
Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (Misalnya Fall Morse Scale, Humpty Dumpty Scale) Jika perlu
Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya
Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam keadaan terkunci
Pasang Handrail tempat tidur
Tempatkan pasien beresiko tinggi
dekat dengan pantauan perawat atau nurse station
Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
Gunakan alat bantu berjalan
Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpindah
Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
Anjurkan
melebarkan kaki untuk
meningkatkan keseimbangan
saat berdiri
3. Ansietas (Sdki D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kriteria hasil : Tingkat Ansietas menurun (Slki L.09093)
Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
Perilaku gelisah dan tegang menurun
Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
Konsentrasi dan pola tidur membaik
Orientasi membaik
Reduksi ansietas (Siki I.09314)
Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor.
Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Monitor tanda anxietas baik verbal dan non verbal
Ciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
Pahami situasi yang membuat ansietas
Dengarkan dengan penuh perhatian
Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi
mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang mungkin dialami
Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
Anjurkan
mengungkapkan perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
Latih teknik relaksasi
D. IMPLEMENTASI
Tanggal/jam Diagnosa implementasi Evaluasi
Observasi:
Terapeutik:
-
S:Klien mengatakan nyeri sudah sedikit mengurang O:Kejang sudah tidak terjadi lagi
A:Masalah belum teratasi P:Lanjutkan intervensi
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
B. Saran
Meskipun kami sebagai penyusun makalah menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu di perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu kritik dan saran dipersilahkan untuk membangun dan menambah pengalaman serta pengetahuan para pembaca. Kami sangat berharap untuk dapat melakukan perbaikan ke depannya. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamin.
DAFTAR PUSTAKA
Faradilla, N.(2011). Glaukoma dan Katarak Sentralis. Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
Nurafif, Amin Huda, 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Medication.
Sidarta Ilyas et.al. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Sagung seto, (2012)
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. EGC Weinreb,et al (2014), Pengobatan Glaukoma
PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) edisi 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi (SIKI) 1 cetakan II.
DPP PPNI. Jakarta
PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) edisi 1 cetakan II. DPP PPNI. Jakarta