• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Hakekat dan Konsep Mutu dalam Sistem Pendidikan

N/A
N/A
Novidayanti

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH Hakekat dan Konsep Mutu dalam Sistem Pendidikan "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Hakekat dan Konsep Mutu dalam Sistem Pendidikan

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu:

Dr. Muhammad Amin Nur, M.A

Disusun oleh:

Ema Rizky Ananda 220103220003 Khoirun Nisa Hasibuan 2201032220004

PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hakekat dan Konsep Mutu dalam Pendidikan” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Muhammad Amin Nur, M.A, selaku dosen mata kuliah Sistem Penjaminan dalam Mutu Pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya serta mendukung dan membantu penyusunan makalah, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Harapannya,semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan dan penulisan. Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sebagai bagian darirevisi makalah ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Malang, Maret 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah ...1 C. Tujuan Penulisan ...1 BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Mutu ...2 B. Konsep Mutu dalam Sistem Pendidikan ...3 C. Peningkatan Mutu dan Cara Mengukurnya ...13 BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...20 B. Saran ...20 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran krusial dalam pembentukan individu dan kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan yang baik menjadi pondasi penting bagi perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya suatu masyarakat. Untuk memastikan kualitas pendidikan yang optimal, diperlukan sistem penjaminan mutu pendidikan yang efektif. Namun, di banyak negara, terdapat berbagai tantangan yang menghambat pencapaian penjaminan mutu pendidikan yang optimal. Misalnya, perbedaan kualitas pendidikan antar wilayah, ketidaksesuaian standar pendidikan dengan kebutuhan aktual peserta didik, serta keterbatasan sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur pendidikan.

Selain itu, kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses penjaminan mutu pendidikan juga menjadi perhatian, mengingat hal tersebut dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan. Dalam konteks globalisasi dan persaingan ekonomi yang semakin ketat, peningkatan mutu pendidikan menjadi suatu keharusan. Negara-negara di seluruh dunia perlu memperkuat sistem penjaminan mutu pendidikan mereka agar dapat menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di tingkat global. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang tantangan, rumusan masalah, dan tujuan penjaminan mutu pendidikan menjadi penting dalam upaya meningkatkan kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hakekat mutu?

2. Bagaimana konsep mutu dalam sistem Pendidikan?

3. Bagaimana peningkatan mutu dan cara mengukurnya?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan , penulis memiliki tujuan penulisan dimana akan membahas :

1. Untuk memahami hakekat mutu

2. Untuk memahami konsep mutu dalam sistem Pendidikan 3. Untuk memahami peningkatan mutu dalam sistem Pendidikan

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Hakekat Mutu

Menurut Goetsch dan Davis secara luas mendifinisikan mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.1 Sedangkan Depdiknas mengatakan mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat.2

Dari berbagai pendapat di atas terdapat beberapa kesamaan bahwa dalam konsep mutu terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

a. Mutu meliputi usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.

c. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa mutu merupakan gambaran (kondisi dinamis) produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan untuk memenuhi harapan pelanggan. Dalam konteks pendidikan mutu merupakan sebuah proses untuk memperbaiki keluaran pendidikan yang dihasilkan. Karena dengan metodologi mutu system kerja dapat dibagi ke dalam serangkaian proses kerja. Setiap rangkaian kerja merupakan proses yang unik yang memberikan sumbangan pada penciptaan keluaran.

Menurut Juran dalam tujuan utama manajemen mutu diterapkan dalam pendidikan adalah:3 a. Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir

b. Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program sekali jalan c. Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator d. Pelatihan massal merupakan prasyarat mutu

e. Setiap orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan mutu.

1 Tjiptono & Anastasia Diana, Total Quality Management, (Yogyakarta: Andi Press, 2001), Hlm.4.

2 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah :Konsep Dan Pelaksanaan, (Jakarta:

Depdiknas, 2001), Hlm.25.

3 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), Hlm.9.

(6)

Untuk mencapai mutu yang baik maka dalam penyelenggaraan pendidikan harus mengenali siapa pelanggannya. Dengan mengenali pelanggan penyelenggara pendidikan dapat menentukan mutu yang hendak dicapai sehingga memenuhi kepuasan pelanggan. Menurut Jerome dalam proses penyelenggaraan pendidikan pelanggan dapat diklasifikasilan menjadi 2 yaitu :4

a. Pelanggan internal, adalah seluruh sumber daya manusia yang terlibat dalam proses penyelenggaraan pendidikan, seperti peserta didik , orang tua, guru, staf administrasi yang berada di dalam system pendidikan. Sebagai satu system penyelenggara pendidikan masing-masing saling memberikan input dan output yang saling mempengaruhi tercapainya mutu.

b. Pelanggan eksternal, adalah masyarakat luar yang menggunakan produk dari hasil penyelenggaraan pendidikan proses pendidikan (output) seperti: masyarakat, dunia industri, lembaga / instansi yang berada diluar organisasi.

B. Konsep Mutu dalam Sistem Pendidikan 1. Pengertian Mutu Pendidikan

Mutu pendidikan terdiri dari kata mutu dan pendidikan. Mutu dalam bahasa Arab yaitu

khasana” yang artinya baik5, dalam bahasa Inggris quality artinya mutu, kualitas.6Dalam kamus besar bahasa Indonesia mutu adalah ukuran, baik buruk suatu benda taraf atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dsb).7Secara istilah mutu adalah kualitas memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Dengan demikian mutu adalah tingkat kualitas yang telah memenuhi atau bahkan dapat melebihi dari yang diharapkan.8Berdasarkan pengamatan mutu pendidikan dari segi proses dan hasil mutu pendidikan dapat dideteksi dari ciri-ciri sebagai berikut: kompetensi, relevansi, fleksibilitas, efisiensi, berdaya hasil, kredibilitas.

Menurut Mujammil mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar semaksimal mungkin.

4 Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), Hlm.40.

5 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia (Jakarta: Al-Ma’arif, 1984), 110.

6 John M. Echolis, Kamus Inggris Indonesia Cet. Ke XVI (Jakarta: Gramedia, 1988), 460.

7 Lukman Ali, Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet. Ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 677.

8 M. N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu Cet. Ke-3 (Jakarta: Gha lia Indonesia, 2004), 15.

(7)

Menurut Edward Sallis mengemukakan bahwa konsep mutu yaitu: (a) mutu sebagai konsep absolut (mutlak), dalam konsep ini mutu dianggap sesuatu yang ideal dan tidak ada duanya, (b) mutu dalam konsep relative, konsep ini menyatakan bahwa sesuatu produk atau jasa telah memenuhi persyaratan, kriteria atau spesifikasi yang ditetapkan (standar), (c) mutu menur ut konsumen konsep ini menganggap konsumen sebagai penentu akhir tentang mutu suatu produk atau jasa, sehingga kepuasan konsumen menjadi prioritas.9

Konsep mutu yang dikemukakan oleh Edward Sallis dapat disimpulkan bahwa dari konsep-konsep ini didapatkan kualitas/mutu bukanlah merupakan tujuan akhir, melainkan sebagai alat ukur atas produk akhir standar yang ditentukan.

Definisi mutu menurut Nanang Fatah adalah kemampuan yang dimiliki oleh suatu produk atau jasa (service) yang dapat memenuhi kebutuhan dan harapan, kepuasan pelanggan yang dalam pendidikan dikelompokkan menjadi dua yaitu internal customer dan eksternal. Internal customer yaitu siswa atau mahasiswa sebagai pembelajar dan eksternal customer yaitu masyarakat dan dunia industri.10

Mutu secara umum adalah gambaran karakteristik menyeluruh dari bidang atau jasa yang menunjukkan dalam kemampuan memuaskan kebutuhan yang dibutuhkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, dan output Pendidikan.11

Sedangkan dalam peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan system pendidikan nasional. Pengertian ini mengarahkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia akan bisa dicapai jika melaksanakan ketentuan dan ruang lingkup system pendidikan nasional yang ada dalam undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 yang salah satu penjabarannya adalah peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang standar Nasional pendidikan. Peraturan pemerintah tersebut menjelaskan antara lain definisi Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan definisi istilah dalam ruang lingkup SNP (pasal 1) seperti standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi (ayat 5), standar proses (ayat 6),

9 Umaedi, Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (mengelola pendidikan dalam era masyarakat berubah (Jakarta: CEQM, 2004), 161.

10 Nanang Fatah, Sistem Penjamin Mutu Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), 2.

11 Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: Depdiknas, 2001), 24.

(8)

standar pendidik dan tenaga kependidikan (ayat 7), biaya pendidikan, KTSP, ujian, ualangan, evaluasi, akreditasi BNSP, dan LPMP. No. 19 ini juga menjabarkan lingkup, fungsi dan tujuan SNP dan menejlaskan delapan standar pendidikan.12

Mutu pendidikan dapat dilihat dari segi relevansinya dengan kebutuhan masyarakat, dapat tidaknya lulusan dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya bahkan sampai memperoleh suatu pekerjaan yang baik, serta kemampuan seseorang di dalam mengatasi persoalan hidup. Mutu pendidikan dapat dilihat dari kemanfaatan pendidikan bagi individu, masyarakat dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang ingin dicapai oleh seseorang yang menempuh pendidikan. Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil pendidikan. Pada proses pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya.

Namun pada hasil pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan umum, raport, ujian nasional, dan prestasi non-akademik seperti bidang olahraga, seni atau keterampilan.13

Menurut Hari Sudrajat pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompetensi, baik kompetensi akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal dan social, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan kecakapan hidup (life skill), pendidikan yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia dengan pribadi yang integral (integrated Personality) mereka yang dapat mengintegrasikan iman, ilmu dan amal.14 Dengan output atau produk yang berhasil dalam mencapai target atau ketentuan dari lembaga pendidikan tertentu maka mutu atau kualitas pada lembaga tersebut dapat dikatakan baik sesuai dengan mutu yang telah ditetapkan.

Menurut Rusman, antara proses dan hasil pendidikan yang bermutu saling berhubungan. Akan tetapi agar proses yang baik itu tidak salah arah, maka mutu dalam

12 Donni Juni Prima, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Bandung: Alfabeta, 2014), 15.

13 Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidika (Jakarta: Pena Citrasatria, 2008), 21.

14 Hari Suderadjat, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK (Bandung: Cipta Lekas Grafika, 2005), 17.

(9)

artian hasil (output) harus dirumuskan lebih dahulu oleh sekolah, dan harus jelas target yang akan dicapai setiap tahun atau kurun waktu lainnya.15

Dari uraian beberapa pendapat tentang mutu pendidikan maka dapat diartikan bahwa suatu pilar untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) salah satunya adalah mutu pendidikan. Yang mana suatu masa depan bangsa itu terletak pada keberadaan kualitas pendidikan yang berada pada masa kini. Suatu pendidikan yang berkualitas akan tercipta apabila terdapat manajemen sekolah yang bagus. Mutu juga merupakan suatu ajang berkompetisi yang sangat penting, karena itu merupakan suatu wahana untuk meningkatkan mutu produk layanan jasa. Dengan demikian, untuk mewujudkan suatu pendidikan yang bermutu adalah penting, sebagai upaya peningkatan masa depan bangsa sekaligus sebagian dari produk layanan jasa.

2. Penjamin Mutu Dalam Pendidikan

Dalam KBBI kualitas “mutu” yaitu ukuran baik maupun buruknya suatu kualitas, derajat (kepandaian, kecerdasan) atau taraf. Kualitas (mutu) merupakan gambaran maupun karakteristik yang menyeluruh dari jasa maupun barang yang akan menunjukkan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan.16 Menurut Rusman proses maupun hasil pendidikan yang berkualitas (mutu) saling berhubungan tetapi supaya proses yang baik tidak akan salah, dengan begitu kualitas (mutu) bisa diartikan dari hasil (out put) yang dirumuskan dahulu oleh suatu sekolah serta target yang akan dicapai setiap kurun waktu maupun tahun.17 Penjaminan mutu secara internal oleh satuan penididikan adalah pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang dikdasmen menerapkan menejemen berbasis sekolah: kemendirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas

Mutu dibidang pendidikan, menurut Kementrian Pendidikan Nasional yang dikutip oleh Mulyasa, pengertian kualitas atau mutu meliputi input, proses, dan output. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan yang bermutu maupun berkualitas ketika mampu menciptakan suasana pembelajaran yang PAIKEM

15 Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja Wali Pers, 2009), 555.

16Poewadarminta W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) 88

2 Rusman, Manajemen Kurikulum (Jakarta: Raja wali Pers, 2009) 55.

(10)

(Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan). Output dinyatakan bermutu ketika hasil belajar akademik dan non akademik siswa tinggi.18

Dalam buku manajemen peningkatan mutu sekolah mengatakan konteks pendidikan sekolah yang berkualitas atau bermutu dimaknai dengan lulusannya baik, gurunya baik dan sebagiannya. Dalam “proses pendidikan” yang berkualitas atau bermutu terlibat sebagai input seperti bahan ajar kognitif, afektif maupun psikomotorik, metodologi yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru, sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana prasarana serta sumber daya lainnya dan suasana yang kondusif.19

Menurut Hari Sudradjad pendidikan yang betkualitas (mutu) yaitu pendidikan yang akan mengahasilkan lulusan yang memiliki kompetensi maupaun kemampuan baik dari kejuruan atau akademi yang dilandasi oleh kompotensi sosial, personal dan nilai-nilai akhlak mulia. Dengan adanya pendidikan maka akan mampu menghasilkan manusia yang utuh sehingga mereka mampu mengintegralkan amal, ilmu dan iman.20

Kualitas dalam konteks “hasil pedidikan” mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi maupun hasil pendidikan (students achievement) yang dicapai bisa berupa hasil test kemampuan akademis seperti ulangan umum. Sedangkan prestasi di bidang lain seperti cabang olahraga, seni maupun ketrampilan. Bahkan prestasi sekolah bisa berupa kondisi yang tidak dapat dipegang misalnya suasana disiplin, saling menghormati, keakraban dan kebersihan.21

Sebagaimana dikatakan oleh Creemers dalam buku Manajamen Peningkatan Mutu Sekolah bahwa semua yang berkepentingan dengan lembaga atau sekolah hendaknya mengarahkan segala sumber daya untuk mendukung terlaksananya proses pengajaran sebagai kunci untuk meningkatkan hasil belajar siswa. sumber daya yang dimaksud bukan hanya pada manusa (man), uang (money) dan material (material).22

18Sabar Puji Raharjo dkk., Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2019).

19 Riyuzen Praja Tuala, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah (Bandar Lampung: Lintang Rasi Aksara Books, (2018) 38.

20Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) 56.

21Riyuzen Praja Tuala, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah (Bandar Lampung: Lintang Rasi Aksara Books, 2018) 62.

22 Riyuzen Praja Tuala, Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah (Bandar Lampung: Lintang Rasi Aksara Books, 2018) 70.

(11)

Sesuai dengan pengertian yang di atas yaitu kualitas (mutu) pendidikan yaitu pilar yang mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang dimana suatu masa depan bangsa akan terletak pada kualitas pendidikan yang berada di masa kini. Pendidikan yang berkulitas (mutu) akan muncul apabila terdapat manajemen sekolah yang bagus. Kualitas (mutu) yaitu ajang kompetisi yang penting oleh sebab itu wahana guna peningkatan kualitas (mutu) produk layanan. Maka dengan mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas (mutu) penting guna peningkatan masa depan bangsa sebagian dari produk layanan jasa.

Penjaminan Mutu Pendidikan (Quality Assurance) adalah suatu mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu. Penjaminan mutu pendidikan merupakan suatu konsep dalam manajemen mutu pendidikan.23Mutu dalam pendidikan madrasah atau sekolah sudah semestinya menyediakan pendidikan yang baik dan juga memadai bagi peserta didik. Manajemen mutu merupakan potensi bagi madrasah atau sekolah untuk meningkatkan beberapa komponen dalam satuan pendidikan seperti kinerja guru, menawarkan partisipasi langsung kelompok-kelompok terkait dan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Pendidikan.24

Mutu Pendidikan menurut Permendiknas nomor 63 tahun 2009 adalah tingkat kecerdasan kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan Sistem Pendidikan Nasional. Mutu juga dapat di definisikan sebagai sesuatu yang memuaskan atau melampaui keinginan dan kebutuhan pelanggan. Definisi ini disebut juga mutu sesuai persepsi (quality in perception). Mutu ini bisa disebut sebagai mutu yang ada di mata orang yang melihatnya. Ini merupakan definisi yang sangat penting, sebab ada satu resiko yang seringkali kita abaikan dari definisi ini, ayitu kenyataan bahwa para pelanggan adalah pihak yang membuat keputusan terhadap mutu, dan mereka melakukan penilaian tersebut dengan merujuk pada produk terbaik yang bisa bertahan dalam persaingan.25

Menurut Sallis mutu dapat diartikan sebagai derajat kepuasan luar biasa yang diterima oleh costumer sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Ahmad mengemukakan bahwa

23 R. Ibrahim, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan, (Jakarta : Imtima, 2007), H. 341

24 Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah , (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2013), Hlm. 123.

25 Edward Sallis, Total Quality Management In Education. Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi, (Jogjakarta:

Ircisod, 2007), Hlm.56.

(12)

mutu pendidikan di sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku. Sallis juga mengemukakan dua standar utama untuk mengukur mutu, yaitu: 1) standar hasil dan pelayanan, dan 2) standar costumer. Indikator yang termasuk dalam standar hasil dan pelayanan adala spesifikasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh anak didik. Hasil pendidikan itu dapat dimanfaatkan di masyarakat atau di dunia kerja, tingkat kesalahan yang sangat kecil, bekerja benar dari awal dan benar untuk pekerjaan berikutnya. Indikator yang termasuk dalam standar costumer adalah terpenuhinya kepuasan, harapan, dan pencerahan hidup bagi costumer itu.26

Mutu pendidikan adalah kualitas atau ukuran baik atau buruk proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui upaya bimbingan pengajaran dan pelatihan. Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome. Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berproses. Proses pendidikan bermutu apabila mampu menciptakan suasana Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM).

3. Tujuan Penjamin Mutu

Tujuan kegiatan penjaminan mutu bermanfaat, baik bagi pihak internal maupun eksternal organisasi. Perkembangan Penjaminan Mutu dalam Pendidikan, tujuan penjaminan (Assurance) terhadap kualitas tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Membantu perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui praktek yang terbaik dan mau mengadakan inovasi.

b. Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat clan dapat dipercaya.

c. Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar pesaing.

d. Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki.

26 Danim Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Cet. Ke 2, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), Hlm.79-80.

(13)

Selain itu, tujuan dari diadakannya penjaminan kualitas (quality assurance) ini adalah agar dapat memuaskan berbagai pihak yang terkait di dalamnya, sehingga dapat berhasil mencapai sasaran masing-masing. Penjaminan kualitas merupakan bagian yang menyatu dalam membentuk kualitas produk dan jasa suatu organisasi atau perusahaan. Mekanisme penjaminan kualitas yang digunakan juga harus dapat menghentikan perubahan bila dinilai perubahan tersebut menuju ke arah penurunan atau kemunduran. Kegiatan penjaminan kualitas merupakan kegiatm pengendalian melalui prosedur secara benar, selungga dapat mencapai perbaikan dalam efisiensi, produktivitns, dan profitabilitas.

4. Prinsip Mutu Pendidikan

Peningkatan mutu pendidikan bagi sebuah lembaga pendidikan saat ini merupakan prioritas utama. Hal ini bagian terpenting dalam membangun pendidikan yang berkelanjutan, oleh karena itu para tenaga pendidik/ kependidikan harus memiliki sebuah prinsip manajemen dalam melakukan taraf perubahan atau pembangunan kearah pendidikan yang bermutu. Menurut Hensler dan Brunell ada empat prinsip utama dalam manajemen mutu pendidikan, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip Pelanggan, mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi- spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan.

b. Respect Terhadap Setiap Orang, dalam sekolah yang bermutu kelas dunia, setiap orang di sekolah dipandang memiliki potensi.

c. Manajemen Berdasarkan Fakta, sekolah harus berorientasi pada fakta, maksudnya setiap keputusan selalu didasarkan pada fakta, bukan pada perasaan (felling) atau ingatan semata.

d. Perbaikan Secara Berkala, agar dapat sukses setiap sekolah perlu melaukan sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan.27

Mutu pendidikan dapat ditinjau dari kemanfaatan pendidikan bagi indivisu, masyarakat dan bangsa atau Negara. Secara spesifik ada yang melihat mutu pendidikan dari segi tinggi dan luasnya ilmu pengetahuan yang ingin di capai oleh seseorang yang menempuh pendidikan. Pada proses pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan ajar, metodologi, sarana prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan sebagainya.

27 Husaini Usman, Majamenen Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 73.

(14)

Namun pada hasil pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang dicapai sekolah dalam kurun waktu tertentu yang dapat berupa tes kemampuan akademik, seperti ulangan harian, raport, ujian nasional, dan prestasi non akademik seperti bidang olahraga, seni, atau keterampilan.28

Manajemen peningkatan mutu madrasah atau sekolah merupakan paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat madrasah (Pelibatan Masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan Nasional. otonomi diberikan agar madrasah leluasa dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat. Dalam melibatkan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan.29 Melibatkan masyarakat termasuk dalam manajemen peningkatan mutu dalam lembaga pendidikan dikarenakan dapat melakukan pendekatan masyarakat sekitar sehingga program atau kegiatan yang dilaksanakan oleh lembaga atau madrasah dapat diterima dan didukung oleh masyarakat sekitar.

Manajemen peningkatan mutu sekolah/madrasah perlu diterapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan daya saing madrasah melalui pemberian kewenangan dalam mengelola madrasah dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikannya.30

5. Ruang Lingkup Mutu Pendidikan

Mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, baik yang tangible maupun yang intangible.

Dalam konteks pendidikan pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input, seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah serta dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Manajemen

28 Choirul Fuad Yusuf, Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan (Jakarta: PT. Pena Citrasatria, 2008), 21.

29 Prim Maskoran Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah, Strategi Peningkatan Mutu Dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), 123.

30 Ibid, 133.

(15)

sekolah dan manajemen kelas berfungsi untuk mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar baik antar guru, siswa dan sarana pendukung di kelas.31

Keunggulan akademik dinyatakan dengan nilai yang dicapai oleh peserta didik.

Keunggulan ekstrakurikuler dinyatakan dengan aneka jenis keterampilan yang diperoleh siswa selama mengikuti program ekstrakurikuler. Di luar kerangka itu mutu keluaran juga dapat dilihat dari milai- nilai hidup yang dianut, moralitas, dorongan untuk maju, dan lain- lain yang diperoleh peserta didik selama mengikuti pendidikan. Djaali (2014) secara spesifik mengatakan bahwa ukuran mutu pendidikan adalah (1) kompetensi lulusan yang dinyatakan dengan pencapaian kompetensi dasar esensial minimal, (2) kualitas proses pembelajaran di kelas dan proses pendidikan di sekolah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan adalah nilai tertinggi dari input, proses, output dan outcome pendidikan, dalam kaitannya dengan pemenuhan standar Nasional pendidikan, mutu pendidikan diukur melalui evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.32

Mutu atau kualitas memiliki definisi yang bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategic. Definisi konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performance, kendala, mudah dalam penggunaan, estetika, dan lain sebagainya. Definisi strategic dari mutu adalah suatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).

Gasperz mendefinisikan sebagai totalitas dari karaketristik suatu produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan.33Kelayakan program pada satuan pendidikan mengacu pada SNP, SNP merupakan kriteria minimal tentang system pendidikan di seluruh wilayah hukum.

Secara nasional standar kualitas (mutu) pendidikan merujuk pada Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat 1, lingkup SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian

31 Ni Made Suciani, Peta Mutu Pendidikan (Bali: LPMP, 2018), 4.

32 Ibid, 5.

33 Gaspersz Vincent, Total Quality Management (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), 5.

(16)

pendidikan tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendididkan (SNP) sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi lulusan kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap.

2. Standar isi yaitu kriteria yang mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi guna mencapai kompotensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

3. Standar proses yaitu kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

4. Standar pendidikan dan tenaga kependidikan yaitu kriteria mengenai pendidikan penjabatan dan kelayakan maupun mental serta pendidikan dalam jabatan

5. Standar sarana dan prasarana yaitu kriteria mengenai ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi serta sumber belajar lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran termasuk penggunaan teknologi komunikasi dan informasi.

6. Standar pengelolaan yaitu kriteria mengenai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten atau kota, provinsi atau nasional supaya tercapai efesien dan efektivitas penyelenggarakan pendidikan.

7. Standar pembiayaan yaitu kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahuan.

8. Standar penilian pendidikan yaitu kriteria mengenai mekanisem, prosedur dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik.

C. Peningkatan Mutu dan Cara Mengukurnya

Untuk menjadikan sekolah unggul yang bernuansa islam serta mampu merespon kebutuhan masyarakat pada setiap zaman maka harus memiliki strategi peningkatan kualiats dan cara mengukurnya yang efektif. Dengan memiliki strategi maka akan mampu memperbaiki serta merumuskan visinya dalam rumusan tujuan pendidikan yang jelas.34

Tujuan tesebut akan dirumuskan dalam program pendidikan yang metode, aplikabel, pendekatan yang partisipatif, guru yang berkualitas, lingungan pendidikan yang kondusif dan sarana prasana yang relavan dengan pencapai tujuan pendidikan. dalam dunia pendidikan harus

34Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) 16.

(17)

memiliki strategi sebagai alat untuk menolong maupun membantu masyarakat supaya bisa eksis secara fungsional di tengah-tengah masyarakat yang sesuai dengan ajaran agama.

Berhasilnya strategi tersebut bisa dilihat melalui indikator sebagai berikut:

a. Secara akademik lulusan pendidikan tersebut dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang tinggi.

b. Secara moral, lulusan pendidikan dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap masyarakat sekitar.

c. Secara individual lulusan pendidikan bisa semakin meningkat ketakwaannya dengan manusia yang melaksanakan segala perintah Allah Swt dan menjauhi larangannya.

d. Secara sosial lulusan pendidik bisa dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

e. Secara kultural lulusan pendidik mampu menginterprestasikan ajaran agama yang sesuai dengan lingkungan sosial. Secara kognitif intelektual, afektif emosional dan psikomotorik praktis kultural yang dapat terbina secara seimbang.35

Dengan adanya indikator tersebut maka kita bisa melihat ukuran- ukuran yang dapat dibangun untuk melihat ketetapan strategi pendidikan yang ditetapkan.

1. Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Pendidikan

Dalam peningkatan kualitas dipengaruhi oleh faktor proses manajemen pendidikan maupun input. Sebab input pendidikan yaitu sesuatu yang harus tersedia sebab dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Secara umum, Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education mengatakan kondisi yang menyebabkan rendahnya kualitas atau mutu lembaga pendidikan berasal dari berbagai macam seperti miskinya rancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan gedung, lingkungan kerja yang kurang kondusif, ketidak sesuai sistem dan prosedur (manajemen), tidak cukupnya jam pelajaran dan kurangnya sumber daya.36

Ada pula faktor pendukung peningkatan kualitas maupun mutu pendidikan islam yaitu visi (tujuan) yang jelas untuk masa depan, iklim kerja yang baik atau lingkungan sekolah, mempunyai hubungan yang baik dengan masyarakat sehingga bisa melibatkan mereka secara

35Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010) 17.

36Nur Kolis, Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi (Jakarta: Granedia Widiasarana Indonesia, 2017) 107.

(18)

aktif untuk peningkatan kualitas lembaga serta memiliki sumber daya manusia yang berkualitas dari guru maupun peserta didik.

Sedangkan menurut Muzayyin Arifin faktor penghambat dalam peningkatan kualitas maupun mutu pendidikan islam yaitu kurangnya dana, rendahnya sumber daya manusia, kurangnya sarana prasarana dan rendahnya peran masyarakat.37 Berikut ini ada penjelasan dari faktor pendukung dan penghambat dalam peningkatan kualitas lembaga pendidikan islam sebagai berikut:

1) Faktor pendukung

a. Kualitas dan Kinerja Guru (pendidik) merupakan orang yang berpengaruh dalam kegiatan proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru harus bisa membawa siswa kepada tujuan yang akan dicapai. dalam hal ini guru harus berpandangan luas serta mempunyai empat kompetensi dasar yang bisa dikuasai seperti pedagogik, sosial, pribadi dan kompetensi profesional. Guru dalam hal ini memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan. adapun cara yang dilakukan oleh suatu lembaga untuk peningkatan kualitas guru sebagai berikut:

b. Peningkatan pengetahuan guru melalui kursus, penataran, tugas untuk belajar.

c. Mengadakan musyawarah antar guru serta semua warga madrasah untuk memecahkan suatu masalah maupun peningkatan kualitas pendidikan.

d. Mengadakan studi perbandingan dengan madrasah lain dengan harapan bisa memberikan masukan yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan.

e. Mengaktifkan guru dengan pemantauan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.

f. Peserta didik adalah objek suatu pendidikan, sehingga kualitas pendidikan akan tercapai tidak terlepas dengan ketergantungan terhadap kondisi fisik tingkah laku serta minat bakat dari peserta didik.

g. Alat pendidikan yaitu usaha maupun tindakan yang sengaja digunakan untuk mencapai tujuan dari pendidikan. Oleh sebab itu alat pendidikan sangat penting dalam suatu pembelajaran seperti sarana prasarana dan kurikulum.

h. Lingkungan atau masyarakat, suatu lembaga pendidikan banyak dipengaruhi oleh masyarakat seperti orang tua siswa, tanpa adanya masyarakat maka akan sulit untuk

37Muhamad Amirudin, “Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MtsN 2 Kota Kediri” (Malang, UIN Malang, 2018) 34.

(19)

melaksanakan peningkatan kualitas maupun mutu pendidikan.38

i. Peran Masyarakat merupakan komunikasi dua arah dari lembaga pendidikan ke masyarakat merupakan saling memberi informasi maupun berpartisipasi guna membina proses pendidikan. Masyarakat memegang peran penting dalam pelaksanaan dan penyelenggarakan pendidikan. Dalam dunia pendidikan ada tanggung jawab bersama mulai dari pemerintahan, orang tua dan masyarakat. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat maka pendidikan tidak akan bisa berhasil secara maksimal.

Masyarakat adalah lingkungan pendidikan yang berperan dalam proses pembelajaran.

Dalam pelaksanaan pendidikan akan berdampak pada masyarakat sehingga terdapat korelasi positif yang bersifat timbal balik antara masyarakat dan pendidikan.

2) Faktor penghambat

a. Kurangnya dana akan menentukan kualitas pendidikan.

b. Sarana dan prasarana yaitu faktor yang bisa mempengaruhi upaya dalam peningkatan kualitas maupun mutu lembaga. Dengan terbatasnya sarana prasarana bisa menghambat pelaksanaan kegiatan pendidikan dan kependidikan di dalam madrasah.

Maka madrasah dituntut melakukan kerja sama dengan lembaga lain maupun masyarakat untuk melakukan inisiatif untuk mengatasi kurangnya sarana dan prasarana.

c. Intake (pemasukan) peserta didik merupakan sangat penting dalam suatu lembaga.

Adanya peserta didik yang mewadai maka akan peningkatan suatu lembaga menjadi berkualitas (mutu). Dalam ini peserta didik berperan penting dalam memajukan suatu instansi (lembaga) yang telah mereka tempati.

2. Upaya Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan Islam

Setiap lembaga pendidikan kualitas yaitu suatu isi sentral yang perlu diperhatikan. Menurut ismail, penerapan manajemen kualitas (mutu) dalam dunia pendidikan memerlukan adanya pengelolaan yang baik dan profesional, manajemen organisasi yang baik dan penyediaan personil yang mewadai dalam menjalankan proses yang baik sehingga menghasilkan output yang berkualitas tinggi dan bermutu.39

Dalam kualitas pendidikan maupun mutu terdapat standar yang ditentukan dalam standar

38Muhamad Amirudin, “Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MtsN 2 Kota Kediri” (Malang, UIN Malang, 2018) 35-36.

39Mardan Umar dan Feiby Ismail, “Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam (Tinjauan Konsep Mutu Edward Deming dan Joseph Juran),” Jurnal Pendidikan Islam Iqra Vol 11, no. 2 (2017): 24.

(20)

nasional pendidikan. Standar Nasional yang ditetapkan merupakan standar yang sudah dikaji dan dicapai oleh setiap lembaga pendidikan di Indonesia. Konsep standarisasi pendidikan nasional berimplikasi pada peningkatan kualitas maupun mutu pendidikan, sehingga diharapkan dengan adanya standar nasional dapat memotivasi sekolah untuk memberikan layanan yang baik bagi peserta didik di lingkungan pendidikannya. Sesuai dengan J. Scheerens yang menyoroti peningkatan kualitas dan efektivitas lembaga pendidikan diantaranya dari aspek keterlibatan masyarakat, sumber daya manusia atau keungan, kebijakan, kepemimpinan, lingkungan, efisiensi waktu, lingkungan, kesempatan belajar dan evaluasi.

Sedangkan menurut Soedijarto memberikan tawaran perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan Islam melalui lima aspek seperti peningkatan kualifikasi tenaga guru, yang dimana tenaga guru harus memiliki latar belakang pendidikan yang relavan dengan bidang tugas mereka, perbaikan dan pengembangan kurikulum, perbaikan buku teks, peningkatan efektivitas atau efisiensi supervisi dan pengembangan evaluasi.40

Menurut Sudarwan Danim mengatakan Adapula cara institusi dalam peningkatan kualitas (mutu) pendidikan dapat terlaksanakan harus melibatkan lima faktor yang dominan berikut ini41:

1) Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepala sekolah harus mehamami visi kerja yang jelas, mau bekerja keras, memiliki dorongan yang tinggi, tabah dan tekun dalam bekerja serta memberikan layanan yang optimal dan disiplin dalam kerja. Adanya kepemimpinan kepala sekolah akan berjalannya poses yang sudah dilakukan oleh kepala sekolah guna mempengaruhi staf tata usaha atau bawahan maupun guru-guru supaya bekerja guna mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditentukan secara efisien maipun efektif.

2) Guru

Guru adalah peran penting dalam pelaksanaan dunia pendidikan. Peningkatan kualiatas guru diperlukan guna menjadikan dunia pendidikan itu berkualitas (mutu).

Adapun cara untuk peningkatan kualitas guru sebagai berikut:

a. Meningkatkan kedisiplinan guru guna meningkatkan kualitas (mutu) pendidikan.

40Mardan Umar dan Feiby Ismail, “Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam (Tinjauan Konsep Mutu Edward Deming dan Joseph Juran),” Jurnal Pendidikan Islam Iqra Vol 11, no. 2 (2017): 27.

41Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) 56.

(21)

faktor tersebut sangat penting karena sekolah akan berjalan dengan baik ketika gurunya disiplin. Guru merupakan tauladan dalam melaksanakan disiplin.

Sebab guru ikut berperan dalam menentukan kedisiplinan siswa. Dengan guru memberikan contoh yang baik. adil, jujur maka siswa akan berdampak positif.

Maka akan terwjudnya kualitas (mutu) pendidikan yang baik.

b. Meningkatkan pengetahuan guru guna mengikuti perkembangan ilmu yang semakin maju sampai sekarang, guru harus di tuntut meningkatkan pengetahuan baik melanjutkan ke jenjang yang tinggi, membaca dan mengikuti pelatihan guna menambah pengetahuan. Sebab kewajiban guru yaitu mendidik dengan memiliki pengetahuan yang luas akan menciptakan siswa yang berkualitas (mutu).

c. Rapat guru guna meningkatkan kualitas guru dalam mengembangkan tanggung jawab dan tugas sebagai pendidik. Bentuk rapat yang dilakukan bermusyawarah supaya lebih efektif dalam perbaikan program kerja. Dengan adanya rapat guru akan menjadikan evaluasi untuk perkembangan peserta didik.42

3) Peserta Didik

Dalam peningkatan kualitas (mutu) sumber daya manusia atau bisa disebut dengan istilah Total Quality Manajemen (TQM), peserta didik dipandang sebagai pelanggan harus dilayani dengan baik. sebab peserta didik yaitu stakholders yang berpengaruh untuk pencapain kualitas (mutu) pada suatu lembaga pendidikan. Maka peningkatan kualitas (mutu) pendidikan peserta didik bisa mendapatkan perhatian yang khusus.

Adapun cara untuk peningkatan pengetahuan, prestasi maupun kualitas (mutu) pendidikan sebagai berikut:

a. Mengaktifkan siswa bisa dilakukan dengan guru mengabsen peserta didik saat memulai pembelajaran.

b. Memberikan bimbingan guna mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.

Sebab peserta didik membutuhkan bimbingan supaya memiliki ketrampilan belajar yang baik. Dengan guru memberikan bimbingan kepada peserta didik maka proses belajar akan lebih efektif dan baik.

c. Pemberian tugas kepada peserta didik untuk melihat apakah tujuan dalam

42Abdul Kafi, “Strategi Kepala Madrasah Dakam Meningkatkan Mutu Lembaga Di MTsN 6 Puncu Kediri”

(Kediri, IAIN Kediri, 2018) 39-41.

(22)

proses pembelajatan yang sudah disusun bisa tercapai maupun tidak. Sebab kesuksesan guru dalam mengajar dilihat dari kerja kelompok atau tugas individu maupun dari nilai ulangan harian. Maka adanya pemberian tugas usaha untuk peningkatan kualitas (mutu) siswa sebab pemberian tugas akan merangsang belajar peserta didik.

d. Mengadakan kegiatan ektrakulikuler guna menumbuhkan minat maupun bakat yang ada pada diri peserta didik. Adanya kegiatan ektrakurikuler akan meningkatkan keberhasilan peserta didik. Kegiatan ektrakurikuler dirancang guna peningkatan kualitas (mutu) pendidikan di sekolah yang akan memperkaya pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan di luar jam pelajaran.

4) Kurikulum

Kurikulum yaitu serangkaian penyusunan rencana guna mempelancarkan proses pembelajaran. Rencana tersebut disusun berada di bawah tanggung jawab suatu lembaga pendidikan dan para mengajar yang ada di lembaga. Adanya kurikulum yang konsisten serta terpadu akan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga tujuan bisa dicapai secara maksimal.

5) Jaringan Kerjasama

Jaringan kerjasama ini tidak terbatas pada lingkungan sekolah serta masyarakat seperti orang tua dan masyarakat.. Hubungan kerja sama yang terjalin guru dengan wali murid bertujun guna mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu proses pembelajaran. Dalam menjalin kerja sama oleh wali murid bisa dilakukan dengan hubungan silaturrahim guna memberikan informasi kepada wali murid tentang keadan anaknya di sekolah, sebaliknya wali murid memberikan informasi keadaan anaknya diluar sekolah. Dengan begitu kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik dapat teratasi dengan baik sehingga kualitas (mutu) pendidikan dapat ditingkatkan.43

43Maudin dkk., “Pentingnya Kerjasama Guru dan Orang Tua Siswa Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Pada SMP Negeri 14 Baubau,” Syattar Vol 1, no. 2 (Mei 2021): 108.

(23)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Mutu dalam pendidikan merujuk pada keunggulan atau kualitas dari proses dan hasil pendidikan yang dicapai. Ini meliputi pencapaian akademik, perkembangan siswa secara holistik, kualitas pengajaran, kurikulum yang relevan, fasilitas fisik yang memadai, dan dukungan sistemik yang mendukung pembelajaran efektif.

Konsep mutu dalam sistem pendidikan melibatkan upaya untuk mencapai standar yang ditetapkan dalam menyediakan layanan pendidikan yang berkualitas kepada semua peserta didik. Ini melibatkan penekanan pada pencegahan masalah, peningkatan proses pembelajaran, dan memastikan bahwa setiap komponen dalam sistem pendidikan berkontribusi pada pencapaian hasil yang optimal bagi siswa.

Peningkatan mutu dalam pendidikan melibatkan evaluasi terus-menerus terhadap proses dan hasil pendidikan, serta mengidentifikasi area-area di mana perbaikan dapat dilakukan. Cara mengukur peningkatan mutu meliputi penggunaan data hasil belajar siswa, umpan balik dari para pemangku kepentingan, penilaian terhadap praktik pengajaran dan pembelajaran, serta pemantauan terhadap faktor-faktor lain yang memengaruhi kualitas pendidikan seperti fasilitas fisik dan dukungan masyarakat.

Dalam rangka mencapai mutu pendidikan yang optimal, penting untuk menerapkan pendekatan yang holistik, melibatkan kolaborasi antara semua pemangku kepentingan, dan memprioritaskan kebutuhan siswa dalam setiap langkah yang diambil.

B. Saran

Pada makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, yang disebabkan oleh kurangnya sumber materi guna penyusunannya. Untuk itu saran dan komentar yang possitif dan

membangun sangat diperlukan.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Lukman. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet. Ke-3. Jakarta: Balai Pustaka

Amirudin, Muhamad. 2018. “Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Di MtsN 2 Kota Kediri”. Malang: UIN Malang

Arcaro, Jerome S. Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-Prinsip Perumusan Dan Tata Langkah Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Danim, Sudarwan. 2007. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah :Konsep Dan Pelaksanaan.

Jakarta: Depdiknas

Echolis, John M. 1988. Kamus Inggris Indonesia Cet. Ke XVI. Jakarta: Gramedia

Fatah, Nanang. 2013. Sistem Penjamin Mutu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Ibrahim, R. 2007. Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan. Jakarta : Imtima

Kafi, Abdul. 2018. “Strategi Kepala Madrasah Dakam Meningkatkan Mutu Lembaga Di MTsN 6 Puncu Kediri”. Kediri, IAIN Kediri

Kolis, Nur. 2017. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta: Granedia

(25)

Widiasarana Indonesia

Maudin dkk., 2021. “Pentingnya Kerjasama Guru dan Orang Tua Siswa Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam Pada SMP Negeri 14 Baubau,” Syattar Vol 1, no. 2 Mutohar, Prim Masrokan. 2013. Manajemen Mutu Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Nasution, M. N. 2004. Manajemen Mutu Terpadu Cet. Ke-3. Jakarta: Gha lia Indonesia

Prima, Donni Juni. 2014. Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Bandung:

Alfabeta

Raharjo, Sabar Puji dkk., 2019. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Raja Wali Pers

Sallis, Edward. 2007. Total Quality Management In Education. Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi.

Jogjakarta: Ircisod

Suciani, Ni Made. 2018. Peta Mutu Pendidikan. Bali: LPMP

Sudarwan, Danim. 2006. Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Cet. Ke 2,. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Suderadjat, Hari. 2005. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Implementasi KBK. Bandung: Cipta Lekas Grafika

Tjiptono & Anastasia Diana. 2001. Total Quality Management. Yogyakarta: Andi Press Tuala, Riyuzen Praja. 2018. Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah. Bandar Lampung: Lintang

Rasi Aksara Books

Umaedi. 2004. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah/Madrasah (mengelola pendidikan dalam era masyarakat berubah. Jakarta: CEQM

Umar, Mardan dan Feiby Ismail. 2007. “Peningkatan Mutu Lembaga Pendidikan Islam (Tinjauan Konsep Mutu Edward Deming dan Joseph Juran),”. Jurnal Pendidikan Islam Iqra Vol 11, no. 2

Usman, Husaini . 2011. Majamenen Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Vincent, Gaspersz. 2001. Total Quality Management. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama W.J.S, Poewadarminta. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Yunus, Muhammad. 1984. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Al-Ma’arif

Yusuf, Choirul Fuad. 2008. Budaya Sekolah dan Mutu Pendidikan. Jakarta: Pena Citrasatria

Referensi

Dokumen terkait

terhadap proses penjaminan mutu Sekolah Standar Nasional di Jawa Barat yang.. terdiri dari kepemimpinan pembelajaran, budaya mutu, supervisi

Adapun yang dibahas berkaitan dengan fokus penelitian meliputi: (1) Pemahaman kepala sekolah tentang manajemen berbasis sekolah (2) Visi Kepala Sekolah dalam peningkatan mutu

strategi pengembangan mutu yang dilakukan pengelola pesantren dengan. prestasi sekolah yang unggul dari sisi akademik atau

Rencana kerja sekolah terdiri atas RKJM yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu 4 tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin

Hasil evaluasi audit mutu oleh tim audit mutu internal maupun eksternal berupa rekomendasi peningkatan mutu yang ditetapkan maupun peningkatan standar mutu baru

Sedangkan, mutu pendidikan dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu, Suryosubroto (2004:

Adapun teknik pengumpulannya melalui wawancara, observasi serta dokumentasi.”“Objek penelitiannya kepala sekolah, ketua penjamin mutu sekolah, para koordinator mutu pemetaan mutu,

PENUTUP Mutu pendidikan memiliki arti sebagai segala upaya sekolah/madrasah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien tehadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah