• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH INDEKS KARIES - Kelompok 1

N/A
N/A
ANAK AGUNG SISKA

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH INDEKS KARIES - Kelompok 1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH INDEKS KARIES

MODUL EVIDENCE BASED DENTISTRY

DOSEN PENGAMPU : Rizka Wahyuni, MDSc.

Dr. Drg. Niwayan Mariati, M.Kes DISUSUN OLEH :

Meyke Widyaningrum (20011103012) Virgie Glory Elias (230111030003) Jeaclin Beattrix F. Lombogia (230111030004) Charline Angel Simbolon (230111030006)

Maria J. Zefanya (230111030009)

Raine Anglian (230111030013)

Marcelino S. Kumaat (230111030019)

Liza Pratiwi (230111030021)

Anak Agung Siska (230111030022)

Khayla Aura N.Syafri (230111030026)

PRODI STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI TAHUN 2024

(2)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... 1

KATA PENGANTAR... 2

BAB I... 3

PENDAHULUAN... 3

1.1 Latar Belakang... 3

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penulisan...4

BAB II... 5

PEMBAHASAN... 5

2.1 Pengertian Indeks Karies Gigi...5

2.2 Kegunaan Indeks DMF-T Dan def-t... 5

2.3 Komponen Indeks DMF-T dan def-t... 7

2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Komponen indeks DMF-T dan def-t... 9

2.5 Kode Status Gigi dalam DMF-T dan def-t... 10

2.6 Cara Menghitung Indeks DMF-T... 11

2.7 Cara Menghitung Indeks def-t... 12

BAB III... 14

PENUTUP... 14

3.1 Kesimpulan...14

3.2 Saran...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul "Indeks Karies Gigi" ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai indeks DMF-T dan Indeks def-t dalam penilaian kesehatan gigi, yang menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan kondisi kesehatan gigi dan mulut pada populasi tertentu.

Makalah ini disusun berdasarkan referensi terpercaya untuk memperkaya informasi terkait cara penggunaan, komponen, hingga metode perhitungan indeks DMF-T dan def-t. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi tambahan bagi para pembaca, khususnya mahasiswa dan praktisi dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan kita semua.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini.

Manado, 31 Oktober 2024

Tim Penyusun

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Salah satu permasalahan utama dalam kesehatan gigi adalah karies gigi, Karies merupakan penyakit rusaknya jaringan keras gigi oleh aktivitas metabolisme bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi yang masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Karies gigi dapat memengaruhi kualitas hidup individu karena menimbulkan rasa sakit, gangguan makan, serta masalah estetika yang berdampak pada kepercayaan diri dan fungsi sistem stomatognatik..

Untuk memantau dan mengevaluasi tingkat keparahan karies gigi pada populasi, digunakanlah metode pengukuran yang dikenal sebagai indeks DMF-T (Decayed, Missing, Filled, Teeth) untuk orang dewasa dan def-t untuk anak-anak. Indeks ini membantu dalam mengidentifikasi jumlah gigi yang mengalami kerusakan, hilang, atau telah ditambal.

Penggunaan indeks DMF-T dan def-t memudahkan tenaga kesehatan untuk memetakan permasalahan karies di masyarakat dan mengevaluasi efektivitas program kesehatan gigi yang telah dilakukan.

Namun, dalam penerapannya, indeks DMF-T dan def-t seringkali membingungkan, terutama dalam menentukan komponen-komponen yang termasuk dalam kategori "Decayed,"

"Missing," atau "Filled." Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai komponen, metode penghitungan, dan penerapan indeks DMF-T dan def-t agar dapat digunakan secara optimal dalam pemantauan kesehatan gigi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan manfaat dari indeks DMF-T dan def-t dalam kesehatan gigi?

2. Apa saja komponen yang termasuk dalam indeks DMF-T dan def-t dan bagaimana cara menentukannya?

3. Bagaimana cara menghitung indeks DMF-T dan def-t secara tepat dan akurat?

(5)

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan pengertian dan manfaat dari indeks DMF-T dan def-t dalam pemantauan kesehatan gigi.

2. Mengidentifikasi komponen-komponen dalam indeks DMF-T dan def-t serta cara menentukan setiap komponen.

3. Menganalisa metode perhitungan indeks DMF-T dan def-t agar dapat diterapkan dengan tepa dan akurat..

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Indeks Karies Gigi

Indeks karies adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi yang mengalami karies pada seseorang atau sekelompok orang. Beberapa indeks karies yang sering digunakan yaitu indeks DMF-T dan indeks def-t. Indeks ini menunjukkan jumlah pengalaman karies individu atau sekelompok orang.

Indeks DMF-T merupakan indikator yang secara luas digunakan menilai karies dalam suatu populasi. Indeks DMF-T merupakan indeks irreversible yang mengukur pengalaman karies berdasarkan jumlah gigi yang karies (Decayed), gigi yang hilang (Missing), dan gigi yang ditumpat (Filling) melalui pemeriksaan menyeluruh.

DMF-T dan def-t diperkenalkan oleh Klein dkk pada tahun 1938 saat sedang mempelajari distribusi karies di Hagerstone, Maryland. Karies merupakan kerusakan gigi yang paling umum dan disebabkan oleh proses demineralisasi.

DMF-T dan def-t merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengukur tingkat kejadian karies. Hal ini juga mencakup angka kejadian karies serta keparahan karies pada suatu individu maupun suatu kelompok individu. DMF-T adalah indeks yang digunakan untuk gigi permanen sedangkan def-t digunakan untuk gigi sulung. Merupakan indeks yang irreversibel (indeks yang dapat mengukur total life time caries experience) dan merupakan indeks yang paling banyak digunakan serta dapat diterima secara universal.

2.2 Kegunaan Indeks DMF-T Dan def-t

Adapun berbagai kegunaan indeks DMF-T dan def-t adalah sebagai berikut:

1. Epidemiologi: Kedua indeks ini sangat berguna untuk mengetahui tingkat prevalensi karies dalam populasi, sehingga dapat memandu kebijakan kesehatan masyarakat.

2. Monitoring dan Evaluasi: Indeks ini juga membantu dalam memantau dan mengevaluasi keberhasilan program kesehatan gigi, seperti program pencegahan karies di sekolah.

(7)

3. Perencanaan Program Kesehatan: Data dari DMF-T dan def-t membantu dalam menyusun program pencegahan dan perawatan yang sesuai, baik untuk anak-anak maupun dewasa.

4. Untuk Melihat Status Karies Gigi

Indeks DMF-T dan def-t memberikan gambaran tentang status kesehatan gigi terkait karies (gigi berlubang). Dengan menghitung jumlah gigi yang rusak (decay), hilang (missing), atau ditambal (filled), kita dapat mengetahui tingkat kerusakan yang dialami oleh seseorang atau populasi.

Status karies gigi membantu tenaga kesehatan memahami seberapa parah masalah karies pada individu atau kelompok. Data ini sangat penting untuk mengidentifikasi seberapa umum dan seriusnya masalah karies gigi di masyarakat, yang nantinya bisa menjadi dasar pengambilan keputusan dalam intervensi kesehatan gigi.

5. Untuk Perencanaan Upaya Promotif dan Preventif

Data dari indeks DMF-T dan def-t dapat digunakan sebagai acuan dalam merencanakan program kesehatan gigi yang bersifat promotif dan preventif.

Upaya Promotif: Langkah-langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan gigi di masyarakat, seperti edukasi kesehatan mulut, sosialisasi pentingnya menjaga kebersihan gigi, mengajarkan cara menyikat gigi yang benar, dan mempromosikan pola makan sehat.

Upaya Preventif: Program pencegahan yang dilakukan untuk mencegah timbulnya karies, seperti aplikasi fluor pada gigi, penyuluhan tentang pentingnya menghindari makanan manis berlebihan, dan pemeriksaan gigi rutin.

Indeks ini membantu menentukan sasaran program, seperti kelompok usia atau wilayah yang membutuhkan perhatian lebih dalam pencegahan karies, sehingga upaya yang dilakukan menjadi lebih terarah dan efisien.

6. Untuk Merencanakan Kebutuhan Perawatan yang Tepat

Berdasarkan skor DMF-T dan def-t, tenaga kesehatan dapat mengidentifikasi tingkat kebutuhan perawatan untuk setiap individu atau kelompok.

Contohnya, jika indeks menunjukkan banyak gigi yang memerlukan tambalan (F) atau pencabutan (M/e), maka fokus utama perawatannya adalah menyediakan fasilitas perawatan yang memadai untuk pengobatan karies dan penggantian gigi yang hilang.

Data ini juga membantu klinik atau lembaga kesehatan dalam merencanakan sumber daya yang dibutuhkan, seperti jumlah tenaga kesehatan gigi, peralatan, dan material yang diperlukan untuk menangani kasus karies yang ditemukan.

(8)

7. Untuk Membandingkan Status Pengalaman Karies Gigi Masyarakat dari Satu Daerah dengan Daerah Lain dalam Suatu Populasi

Indeks DMF-T dan def-t memungkinkan perbandingan tingkat pengalaman karies antar-daerah. Data dari indeks ini dapat dianalisis untuk melihat perbedaan prevalensi karies di beberapa daerah atau wilayah.

Perbandingan ini sangat berguna dalam memahami faktor-faktor risiko karies yang mungkin berbeda di tiap daerah, seperti kebiasaan masyarakat, kondisi ekonomi, akses terhadap layanan kesehatan gigi, dan tingkat pendidikan.

Dengan adanya data perbandingan ini, program kesehatan gigi dapat dirancang lebih efektif dan disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari tiap daerah.

8. Untuk Memantau Perkembangan Status Pengalaman Karies pada Individu dalam Suatu Populasi

Indeks DMF-T dan def-t dapat digunakan untuk memantau perubahan atau perkembangan karies dari waktu ke waktu pada individu atau populasi.

Pemantauan ini membantu mengetahui apakah kondisi kesehatan gigi seseorang atau kelompok membaik, tetap, atau memburuk seiring berjalannya waktu.

Dari hasil pemantauan ini, kita dapat mengevaluasi apakah program atau intervensi kesehatan gigi yang diterapkan sudah efektif atau perlu diperbaiki. Selain itu, pemantauan ini juga memberikan informasi mengenai dampak dari perubahan kebiasaan atau perilaku kesehatan gigi yang terjadi pada individu atau populasi tersebut.

2.3 Komponen Indeks DMF-T dan def-t DMF-T terdiri dari:

- D: Decayed - M: Missing - F: Filled - T: Teeth def-t terdiri dari:

- d: decayed - e: extraction - f: filled - T: Teeth

(9)

Komponen Indeks DMF-T

1. D: Decayed (Gigi berlubang)

- Karies aktif yang belum/masih dilakukan perawatan.

- Kerusakan gigi permanen karena karies yang masih dapat ditambal.

- Gigi berkaries aktif yang belum/masih bisa dipertahankan/dirawat/ditumpat.

Yang termasuk dalam D:

a. Karies pada pit dan fisur maupun permukaan halus gigi.

b. Ada kerusakan lunak pada dasar dan dinding kavitas.

c. Enamel undermined.

d. Tumpatan sementara.

e. Karies sekunder.

f. Karies pada permukaan akar gigi.

g. Karies profunda yang masih bisa dirawat.

2. M: Missing

- Gigi yang hilang/telah dicabut karena karies.

- Gigi berkaries yang mempunyai indikasi pencabutan.

Yang termasuk dalam M:

a. Gangren pulpa, pulpitis kronis, nekrosis pulpa yang sudah tidak bisa dirawat lagi.

b. Gangren radix.

3. F: Filled

- Gigi berkaries yang telah ditambal dengan baik.

Yang termasuk dalam F:

a. Tambalan tanpa sekunder karies 4. T: Teeth

- yaitu total gigi yang ada Angka DMF - T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang.

Komponen Indeks def-t

def-t digunakan untuk gigi desidui , Indeks def-t memiliki kriteria komponen yang sama dengan DMF-T.

- (decayed): Jumlah gigi sulung yang berlubang karena karies dan belum dirawat.

- e (extraction needed): Jumlah gigi sulung yang perlu dicabut karena kerusakan yang parah.

(10)

- f (filled): Jumlah gigi sulung yang sudah ditambal.

Kekurangan indeks def-t

e = extraksi, seharusnya dapat menunjukkan jumlah gigi yang dicabut karena karies.

Pada gigi susu kadangkadang gigi yang tidak ada disebabkan lepas dengan sendirinya karena faktor fisiologis tersebut extraksi, bukan karena karies tetapi seorang anak biasanya bingung dan tidak mengerti apakah gigi yang hilang karena karies atau extraksi. (Sriyono, 2011)

Hal-hal lain yang perlu diperhatikan saat melakukan penilaian menggunakan indeks DMF-T atau def-t, menurut WHO (1997), yaitu:

1. Apabila ada gigi yang ditambal sementara, maka gigi tersebut termasuk kriteria D/d.

2. Apabila ada gigi mempunyai 1 atau lebih tambalan, sedangkan permukaan lainnya berkaries, maka gigi tersebut termasuk dalam kriteria D/d.

3. Apabila ada gigi yang telah ditambal dan timbul karies sekunder di sekelilingnya, maka gigi tersebut termasuk dalam kriteria D/d.

4. Apabila ada tambalan preventif, misalnya penutupan pit dan fisur, maka gigi tersebut tidak termasuk kriteria F/f.

5. Apabila ada mahkota palsu karena karies, maka gigi tersebut termasuk kriteria F/f.

6. Dalam menghadapi gigi susu yang telah hilang, harus hati-hati, karena hilangnya gigi tersebut mungkin karena tanggal secara normal atau dicabut bukan karena karies, sedangkan pemeriksa sulit untuk mempercayai keterangan anak.

2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Komponen indeks DMF-T dan def-t

1. Pertimbangan klinis mengenai gigi rusak karena karies yang masih bisa ditambal atau harus dicabut untuk beberapa alasan. Misalnya:

● Gigi molar yang karies telah sampai pulpa yang sebenarnya masih dapat ditambal, namun karena peralatan tidak memadai, maka gigi tersebut diindikasikan untuk tidak dicabut.

(11)

● Oleh karena itu lalu ada kesepakatan untuk mengindikasikan gigi tersebut sesuai teori yang seharusnya, bukan berdasarkan peralatan yang tersedia.

Decayed (D).

2. Gigi susu yang berkaries kecil dengan kegoyahan atau tidak goyah, dan terlihat gigi tetap penggantinya sudah muncul = decayed (d).

3. Gigi susu berkaries besar yang masih bisa ditambal tapi goyah karena sudah masanya tanggal = decayed (d).

Harus dipahami bahwa indeks DMF-T dan def-t dibuat untuk menilai pengalaman karies, sedangkan goyahnya gigi dan persistensi tersebut di atas bukan karena karies, tapi karena persistensinya atau memang sudah masanya tanggal. Walaupun pada rencana perawatan gigi tersebut perlu lakukan tindakan ekstraksi.

2.5 Kode Status Gigi dalam DMF-T dan def-t Permanen Desidui Kondisi/Status

0 A sehat

1 B berkaries/ berlubang

2 C ada tumpatan, dengan karies

3 D ada tumpatan, tanpa karies

4 E gigi dicabut/ telah dicabut karena karies

5 - gigi dicabut karena sebab lain, bukan karena karies

6 F fissure sealing

7 G bridge abutment, mahkota khusus, veneer/ implant

8 - gigi belum erupsi atau tidak tumbuh

9 - tidak termasuk kategori/ tidak tercatat/ tidak terukur

- Format pencatatan status karies gigi

55 54 53 52 51 61 62 63 64 65

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

(12)

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36

85 84 83 82 81 71 72 73 74 75

2.6 Cara Menghitung Indeks DMF-T

Indeks DMF-T individu = Jumlah total D + M+ F, dan indeks DMF-T populasi adalah indeks DMF-T= jumlah total D+M+F/jumlah total sampel yang diperiksa.

Contoh:

Jumlah gigi dgn kode 1 = 1 gigi → D Jumlah gigi dgn kode 2 = 1 gigi → D Jumlah gigi dgn kode 4 = 2 gigi → M Jumlah gigi dgn kode 3 = 3 gigi → F DMF-T = 1+1+2+3=7

Contoh Penelitian:

Hasil penelitian tentang gambaran Indeks DMF-T pada anak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mekarjaya Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung, pada bulan Februari 2016, didapatkan subjek penelitian yaitu 69 siswa, dengan jumlah siswa laki – laki adalah sebanyak 37 orang dan siswa perempuan adalah 32 orang. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran indeks DMF-T dan def-t melalui pemeriksaan klinis.

Tabel 1. memperlihatkan informasi untuk gigi permanen bahwa dari 69 anak SDN Mekarjaya yang diteliti paling banyak mengalami gigi berlubang (D-T) sebanyak 196, dan tidak terdapat anak yang giginya hilang karena karies (M-T) maupun terdapat tambalan pada gigi (F-T)

(13)

tersebut. Setelah diperoleh nilai masing-masing D-T, M-T, dan F-T pada seluruh anak, kemudian dilakukan penghitungan untuk mencari nilai DMF-T seluruh anak dengan rumus indeks DMF-t =196+0+0/69= 2,8.

Hasil perhitungan di atas diketahui bahwa nilai DMF-T adalah 196, kemudian total DMF-T tersebut dibagi dengan jumlah anak yang diteliti sebanyak 69 anak sehingga menghasilkan nilai indeks DMF-T sebesar 2,8. Nilai indeks DMF-T menurut WHO yaitu termasuk ke dalam kategori yang sedang (2,7-4,4).

2.7 Cara Menghitung Indeks def-t

Indeks def-t digunakan untuk menilai tingkat kerusakan gigi pada anak-anak yang masih memiliki gigi sulung (gigi sementara). Def-t mengukur jumlah gigi yang rusak (decayed), dicabut (extracted) karena kerusakan, atau ditambal (filled) di antara gigi-gigi sulung.

Langkah-langkah Menghitung Indeks def-t 1. Lakukan Pemeriksaan Gigi

Lakukan pemeriksaan langsung pada mulut anak untuk menilai kondisi setiap gigi sulung. Tentukan apakah setiap gigi tergolong:

d (decayed) = gigi sulung yang berlubang atau rusak

e (extracted) = gigi sulung yang telah dicabut karena kerusakan f (filled) = gigi sulung yang telah ditambal

2. Hitung Jumlah Gigi dalam Masing-masing Kategori

Setelah melakukan pemeriksaan, hitung jumlah gigi dalam setiap kategori.

Jumlah d (decayed) = jumlah gigi sulung yang berlubang

Jumlah e (extracted) = jumlah gigi sulung yang dicabut karena kerusakan Jumlah f (filled) = jumlah gigi sulung yang telah ditambal

3. Gunakan Rumus Indeks def-t

Setelah mendapatkan angka untuk kategori d, e, dan f, jumlahkan semuanya untuk mendapatkan nilai def-t.

def-t = d + e + f

Contoh Kasus Penghitungan Indeks def-t

Misalkan seorang anak diperiksa giginya, dan hasil pemeriksaan menunjukkan data berikut:

d (gigi rusak) = 4 (ada 4 gigi yang berlubang)

(14)

e (gigi dicabut) = 2 (ada 2 gigi yang sudah dicabut karena kerusakan) f (gigi ditambal) = 3 (ada 3 gigi yang telah ditambal)

Langkah Perhitungan

1. Masukkan nilai d, e, dan f ke dalam rumus:

def-t = d + e + f def-t = 4 + 2 + 3 = 9

Jadi, nilai def-t anak tersebut adalah 9.

● Interpretasi Nilai def-t

a. Nilai def-t yang diperoleh menunjukkan jumlah total gigi sulung yang rusak, dicabut, atau ditambal pada anak tersebut:

b. Semakin tinggi nilai def-t, semakin banyak gigi yang bermasalah, menandakan kondisi kesehatan gigi anak yang memerlukan perhatian lebih lanjut.

c. Nilai def-t 0 menunjukkan gigi anak dalam kondisi baik, tanpa kerusakan.

● Catatan Tambahan

a. Indeks def-t hanya berlaku untuk gigi sulung. Untuk gigi permanen, ada indeks lain yang disebut DMF-T (decayed, missing, filled, teeth).

b. Perhitungan ini dilakukan oleh tenaga medis yang berkompeten atau dokter gigi untuk memberikan evaluasi kesehatan gigi anak secara akurat dan terpercaya.

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Salah satu permasalahan utama dalam kesehatan gigi adalah karies gigi, untuk menilai atau menggambarkan pengalaman karies serta memantau dan mengevaluasi tingkat keparahan karies gigi pada populasi, digunakanlah metode pengukuran yang dikenal sebagai indeks karies, yaitu indeks DMF-T dan def-t, digunakan untuk mengukur tingkat kejadian (pengalaman karies) dan keparahan karies pada gigi individu atau populasi. DMF-T mencakup gigi permanen dan terdiri dari tiga komponen: D (Decayed), M (Missing), dan F (Filled). Sementara def-t digunakan untuk gigi sulung dengan komponen serupa dengan perbedaan komponen yaitu e (Extraxtion). Keduanya merupakan indeks irreversible yang mencerminkan pengalaman karies seumur hidup dan membantu dalam bidang ilmu epidemiologi, evaluasi program kesehatan, perencanaan intervensi, serta monitoring status kesehatan gigi. Penilaian yang tepat diperlukan dalam menggunakan kedua indeks ini, dengan pertimbangan khusus untuk kondisi gigi yang dapat mempengaruhi hasil. Hasil penghitungan indeks memberikan informasi penting tentang kesehatan gigi dan memerlukan perhatian medis sesuai dengan tingkat kerusakan yang terdeteksi.

3.2 Saran

Diharapkan agar pendidikan dan penyuluhan mengenai kesehatan gigi agar lebih ditingkatkan, baik di sekolah maupun dalam masyarakat, untuk mencegah karies gigi. Selain itu, pelatihan bagi tenaga kesehatan tentang penggunaan indeks DMF-T/def-t perlu dilaksanakan agar penilaian dapat lebih akurat. Penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi karies juga diperlukan untuk merumuskan program kesehatan gigi yang efektif. Pengembangan program kesehatan gigi yang berkelanjutan dan pemanfaatan teknologi, seperti aplikasi kesehatan mulut, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Terakhir, kolaborasi multisektoral antara pendidikan, kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan gigi dan mulut.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, P.K., Aripin, D., & Suwargiani, A.A. (2017). Indeks DMF-T dan def-t pada anak di Sekolah Dasar Negeri Mekarjaya Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

PadjadjaranJournal of Dental Research Student, 1(2), 122-126.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia. 2018. h. 190

3. Emma, K. (2022, December 12). Indeks Karies Gigi (DMF-t & def-t) [PowerPoint slides]. Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Kupang. Retrieved from https://www.slideshare.net/sriyuliawati4/indeks-dmf-tppt#1

4. Manton D, Drummond BK, Kilpatrick N. Dental caries. Dalam: Cameron AC, Widmer RP, editors.The Handbook of Paediatric Dentistry. 5th ed. New York: Mosby Elsevier; 2021. p. 39.

5. Permadi, W. E. (2011). Pengaruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap Indeks Karies (DMF-T) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.

dfLAPORAN PELAKSANAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PKM) Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PDGK 4209) S1 PGSD Universitas Terbuka DISUSUN OLEH : NAMA : .....................NIM : .....................SEMESTER: IV (EMPAT) UPBJJ : UT PANGKAL PINANG POKJAR : MUNTOK MASA REGISTRASI : 2015.1 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PANGKAL PINANG TAHUN 2015 2 / 9 ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PELAKSNAAN PRAKTEK PEMANTAPAN KEMAMPUAN MENGAJAR (PDGK 4209) Oleh ..................... telah diketahui dan disahkan oleh Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok sebagai salah satu tugas akhir semester IV (Empat). Tempat : Muntok Hari : Minggu Tanggal : Mei 2015 Pembimbing Mahasiswa Sarbudiono, S.Pd ..................... NIP. 19680528 199103 1 005 NIM. ..................... 3 / 9 iii KATA PENGANTAR Alhamdullilah, segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan atas berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini dengan baik. Melalui mata kuliah ini, penulis berlatih untuk menerapkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dipelajari dalam kegiatan merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, sehingga penulis dapat mengoreksi diri agar menjadi seorang guru yang profesional. Penyusunan laporan tugas akhir semester IV ini tentu tidak lepas dari bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya : 1.Bapak Drs. Syarif Fadillah, M.Si, selaku kepala UPBJJ UT Pangkal Pinang; 2.Bapak Hermansyah selaku pengelolah UT pangkal Pinang Pokjar Muntok; 3.Bapak Sarbudiono, S.Pd selaku Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar di UPBJJ UT Pangkal Pinang Pokjar Muntok; 4.Bapak Mulkan selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 4 Jebus; 5.Bapak Sarmin selaku Kepala sekolah Dasar Negeri 5 Simpang Teritip; 6.Bapak Jhoni Darma Putra, S.Pd.SD selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Parittiga; 7.Bapak Parjana, S.Pd.SD selaku Supervisor 2 yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar; 8.Kedua orang tua dan teman Mahasiswa yang telah memberi bantuan baik moral, maupun materi dan juga semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan walaupun penulis telah bekerja dengan maksimal. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan, selanjutnya penulis berharap Laporan pelaksanaan praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar ini akan memberi manfaat bagi pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan. Muntok, Mei 2015 Penulis, 4 / 9 iv DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................. iii DAFTAR ISI ........................................................................................ iv BAB I. PENDAHULUAN......................................................................1 A.Latar Belakang ...........................................................................1 B.Deskripsi Profil Mahasiswa .............................................................2 BAB II. PELAKSANAAN PKM.......................................................................... 3 A.Manfaat Mengikuti PKM ...............................................................3 B.Tempat Pelaksanaan PKM ..............................................................3 C.Waktu Pelaksanaan PKM ...............................................................3 BAB III. ULASAN PROSES SELAMA PELAKSANAAN PKM .....................5 A.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Eksakta ........................5 B.Temuan Dalam Praktek Mengajar Mata Pelajaran Non Eksakta ..................5 BAB IV. PENUTUP.............................................................................6 A.Kesimpulan ................................................................................. 6 B.Saran ......................................................................................... LAMPIRAN ............................................................................................. oLembar Kelengkapan Berkas Laporan Praktek PKM ...............................oSurat Rekomendasi Kepaka Sekolah ...................................................oSurat Kesediaan Teman Sejawat .......................................................o10 (Sepuluh) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................................... o3 (Tiga) APKG 1 dan APKG 2 .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Refleksi .........................................................o10 (Sepuluh) Lembar Observasi .......................................................oJurnal Pembimbingan .................................................................... 5 / 9 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Mengajar pada hakekatnya ialah membelajarkan siswa, dalam arti mendorong dan membimbing siswa belajar. Membelajarkan siswa mengandung maksud agar guru berupaya mengaktifkan siswa belajar. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran guru menggunakan berbagai strategi dan media semata-mata supaya siswa belajar (Sri Anitah W, dkk, 2009:1.3). Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme yang harus dimiliki. Profesional sendiri adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Berdasarkan pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM) yang telah dilaksanakan, diharapkan memperoleh pengetahuan dan pengalaman dan untuk mengetahui hasil pelaksanaan kegiatan Pemantapan Kemammpuan Mengajar (PKM) maka perlu disusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan tersebut guna dijadikan acuan untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Kegiatan Praktek Pemantapan Kemampuan Mengajar dilaksanakan di SD Negeri 4 Jebus yang beralamat di Desa Limbung, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. SD Negeri 4 Jebus dikepalai oleh bapak Mulkan memiliki 7 tenaga pendidik dan 2 tenaga kependidikan. Sekolah ini memiliki 6 rombel dengan jumlah siswa 108 orang yang kebanyakan merupakan penduduk setempat.