• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMPLATE-PENULISAN-MAKALAH-1(2) (1)

N/A
N/A
Evan Evan

Academic year: 2024

Membagikan "TEMPLATE-PENULISAN-MAKALAH-1(2) (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

NARATOLOGI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah kihon bungakuron

Dosen Pengampu:

Fakhria Nesa, S.S., M.Hum

Oleh:

MUHAMMAD KOKO YOROSHII (2310753008)

KELAS B

PROGRAM STUDI: SASTRA JEPANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada sensei saya yang bernama Fakhria Nesa, S.S., M.Hum sebagai dosen pengampu mata kuliah kihon bungakuron yang telah membantu saya memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan saya. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 11 Juni 2024

MUHAMMAD KOKO YOROSHII

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ...3

BAB I ... 4

1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penulisan ...5

BAB II ...6

2.1 Pengertian Naratologi ... 6

2.2 Sejarah Naratologi ... 8

2.3 Karakteristik Naratologi ... 10

2.4 Pengertian Narator ... 12

2.5 Pembagian Narator ... 13

BAB III... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Naratologi adalah studi tentang narasi, termasuk struktur, teknik, dan fungsi narasi dalam karya sastra, film, teater, dan media lainnya. Ini mencakup analisis tentang bagaimana cerita disusun, bagaimana karakter dikembangkan, bagaimana konflik berkembang, dan bagaimana tema diperkenalkan dan dieksplorasi. Naratologi juga mempertimbangkan peran narasi dalam membentuk persepsi, pemahaman, dan pengalaman pembaca atau penonton. Ini merupakan bidang yang melintasi disiplin ilmu seperti sastra banding, filmologi, studi media, psikologi, dan antropologi.

Dalam karya sastra, naratologi memainkan peran krusial dalam membuka makna dan keindahan cerita. Ini melibatkan penelusuran struktur yang rumit, mengupas karakter yang kompleks, dan menemukan pola dan tembusan makna yang tertanam dalam narasi. Dengan analisis naratologi, pembaca dapat mengungkap bagaimana cerita dirangkai, bagaimana karakter bergerak dan berkembang, serta bagaimana tema-tema mendasar disampaikan dan diterjemahkan melalui karya sastra.

Dalam keintiman yang diciptakan oleh kisah, naratologi membantu pembaca memahami bagaimana penulis memanfaatkan teknik-teknik naratif seperti flashback, metafora, atau sudut pandang naratif untuk membangun jembatan emosional dengan pembaca.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan naratologi?

b. Bagaimana sejarah dari naratologi?

c. Apa saja karakteristik naratologi?

d. Apa yang dimaksud dengan narator?

e. Apa saja pembagian narator?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui lebih dalam dari naratologi.

b. Untuk memahami seperti apa naratologi dalam karya sastra.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Naratologi

Naratologi merupakan ilmu mengenai seluk beluk struktur karya sastra berdasarkan pada struktur penceritaannya. Istilah naratologi ini diambil dari bahasa Yunani yaitu kata narratio yang berarti cerita, perkataan, kisah, hikayat, dan latio yang berarti ilmu. Naratologi juga dapat disebut dengan teori wacana teks naratif.

Dimana baik naratologi maupun teori wacana teks naratif sama-sama diartikan sebagai perangkat konsep mengenai cerita dan penceritaan (Ratna, 2015, 128).

Naratologi didefinisikan sebagai studi tentang narasi dan struktur naratif. Secara umum, kata naratologi (narratology) digunakan sebagai istilah lain dari teori naratif (narrative theory) yang mengacu terhadap studi naratif sebagai jenis. Naratologi merupakan salah satu konsep yang digunakan dalam kritik sastra.

Berdasarkan perkembangannya, dasar teori dan metode dari teori naratif ini cukup beragam sesuai dengan pakar yang mencetuskannya. Setiap tokoh memiliki konsep yang berbeda dalam memahami naratologi atau struktur naratif.

1. Tokoh Formalisme Rusia Vladimir Propp dan pakar naratologi asal Prancis yaitu Tzvetan Todorov mengemukakan perspektif mereka terkait teori naratif. Berdasarkan pengamatan mereka terhadap struktur sebuah naratif, mereka membagi dua bagian besar naratif, yaitu ”cerita” dan ”plot”, sedangkan Todorov menyebutnya dengan histoire dan discours (bahasa Prancis).

(7)

2. Gerald Prince menjelaskan bahwa naratif adalah representasi dari setiap situasi dan kejadian konkret maupun fiktif dalam urutan waktu. Dalam penelitiannya, ia menegaskan arti penting dari dimension of time dalam sebuah naratif. Konsep dimensi waktu yang terdapat dalam sebuah cerita akan menentukan apakah hal tersebut ekspresi naratif atau bukan. Apabila sebuah teks terdapat urutan waktu, maka teks tersebut dapat dikatakan sebagai naratif.

3. H. Porter Abbot lebih menekankan konsep “kejadian” (event) sebagai kata kunci dalam sebuah naratif. Beberapa ahli menggunakan istilah “tindakan”

(action). Tanpa hadirnya kejadian atau tindakan, hal tersebut bisa saja hanya sebuah “argumen", “deskripsi", "eksposisi", "lirik", atau hal lainnya.

4. Wolf Schmid memberikan pendapat bahwa naratif merujuk pada representasi yang di dalamnya terdapat perubahan keadaan. Dalam hal ini, Wolf Schmid lebih menegaskan konsep perubahan keadaan (change of state) sebagai parameter utama dalam naratif. Keadaan tersebut adalah seperangkat sifat yang berhubungan dengan sesuatu yang diwakili atau keadaan eksternal pada poin tertentu dalam waktu. Pembaca dapat membedakan keadaan internal dan eksternal berdasarkan sifat yang diwakili terkait dengan kehidupan batin dari yang diwakili atau unsur-unsur situasi eksternal.

(8)

5. Gérard Genette memberikan tiga pengertian yang berbeda terhadap kata récit dalam bahasa Prancis atau naratif (narrative). Ia berpendapat bahwa naratif sebagai pernyataan wacana naratif, baik secara lisan atau tertulis guna menceritakan suatu peristiwa atau serangkaian peristiwa. Kemudian, naratif berperan sebagai urutan peristiwa, baik konkret atau fiktif yang merupakan inti wacana serta seluruh hubungan pertalian (linking), pertentangan (opposition), pengulangan (repetition), dan lain-lain. Terakhir, naratif mengacu terhadap bagaimana sebuah peristiwa diceritakan, termasuk tindakan seseorang dalam menceritakan ceritanya sendiri. Ia mengusulkan tiga istilah yang berbeda, yaitu kata story ‘cerita’ yang berperan sebagai petanda (signified) atau isi narasi.

Kedua, kata narrative ‘naratif’ sebagai penanda (signifier) atau pernyataan, wacana, atau teks naratif itu sendiri. Ketiga, istilah narrating ‘menceritakan‘ sebagai tindakan menghasilkan naratif atau dalam pengertian lain sebagai keseluruhan situasi konkret atau fiksi di mana tindakan terjadi.

2.2 Sejarah Naratologi

Naratologi adalah bidang studi yang berfokus pada struktur dan fungsi narasi dalam berbagai bentuk media dan genre. Akar dari naratologi dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno, di mana Aristoteles dalam karyanya

"Poetika" (abad ke-4 SM) pertama kali membahas elemen-elemen dasar dari tragedi dan drama. Aristoteles memaparkan konsep-konsep seperti mimesis (peniruan), plot, karakter, dan catharsis, yang tetap menjadi dasar dalam studi narasi hingga hari ini.

(9)

Namun, naratologi modern mulai berkembang pesat pada abad ke-20, terutama dengan munculnya strukturalisme pada 1960-an. Salah satu tokoh penting dalam awal perkembangan naratologi modern adalah Vladimir Propp, seorang sarjana Rusia yang menganalisis struktur dongeng rakyat Rusia.

Dalam bukunya "Morphology of the Folktale" (1928), Propp mengidentifikasi 31 fungsi naratif yang berulang dalam berbagai cerita rakyat, menunjukkan bahwa cerita-cerita ini mengikuti pola struktural yang serupa. Karya Propp menjadi fondasi bagi analisis struktural narasi di kemudian hari.

Di Prancis, Roland Barthes dan Gérard Genette merupakan dua tokoh kunci dalam pengembangan naratologi strukturalis. Barthes, dalam esainya

"Introduction to the Structural Analysis of Narratives" (1966), memperkenalkan konsep-konsep penting seperti "fungsi" dan "indeks," yang membantu dalam memahami bagaimana elemen-elemen cerita berfungsi dalam struktur naratif. Barthes juga memperkenalkan gagasan tentang "naratif leksia," yang menunjukkan bagaimana teks dapat dipecah menjadi unit-unit naratif kecil untuk dianalisis lebih lanjut.

Gérard Genette, dalam bukunya "Narrative Discourse: An Essay in Method" (1972), memperluas analisis struktural naratif dengan menawarkan kategori analisis seperti "order," "duration," dan "frequency," yang membantu dalam memahami bagaimana waktu dan peristiwa disusun dalam narasi.

Genette juga memperkenalkan konsep "fokalization," yang merujuk pada sudut pandang naratif, serta membedakan antara narator heterodiegetik dan homodiegetik.

(10)

Tzvetan Todorov, seorang lagi strukturalis Prancis, juga memberikan kontribusi signifikan dalam naratologi. Dalam karyanya "The Grammar of Narrative" (1969), Todorov mengusulkan bahwa semua narasi memiliki struktur dasar yang dapat dianalisis melalui pendekatan gramatikal. Dia berpendapat bahwa narasi adalah sistem yang terdiri dari proposisi-proposisi yang diatur dalam urutan tertentu untuk menciptakan makna.

Seiring waktu, naratologi telah meluas melampaui analisis teks sastra tradisional dan mencakup berbagai bentuk media, termasuk film, televisi, permainan video, dan media digital. Dalam konteks ini, naratologi interaktif menjadi penting, terutama dalam analisis permainan video di mana pemain memiliki peran aktif dalam membentuk narasi. Janet Murray, dalam bukunya

"Hamlet on the Holodeck" (1997), mengeksplorasi bagaimana teknologi digital dapat mengubah cara kita mengalami dan memahami cerita, sementara Marie-Laure Ryan dalam "Narrative as Virtual Reality" (2001) membahas bagaimana narasi dan pengalaman virtual dapat bersatu.

Dalam era digital, naratologi juga berinteraksi dengan media baru dan teknologi, seperti realitas virtual dan augmented reality, memperluas cakupannya untuk mengakomodasi cara-cara baru dalam bercerita dan berinteraksi dengan narasi. Dengan demikian, naratologi tetap relevan dan terus berkembang, menawarkan alat dan perspektif yang kaya untuk memahami kompleksitas narasi dalam berbagai bentuk dan konteks budaya.

2.3 Karakteristik Naratologi

Naratologi memiliki banyak karakteristik yang sudah dikemukakan oleh ahli,

(11)

1. Tiga Tingkatan Analisis Naratif:

- Teks: Ini adalah tingkat pertama, yang melibatkan analisis teks itu sendiri, termasuk strukturnya, alurnya, dan elemen-elemen formal seperti kalimat dan paragraf.

- Cerita (Story): Tingkat kedua ini melibatkan analisis dari plot, karakter, dan kejadian yang diceritakan dalam teks. Di sini, perhatian difokuskan pada bagaimana elemen-elemen ini berinteraksi untuk membentuk narasi.

- Fabula (Fabula): Tingkat ketiga adalah analisis dari rangkaian peristiwa yang diceritakan dalam urutan kronologisnya. Ini adalah tingkat abstrak di mana cerita dipisahkan dari cara penyajiannya dalam teks.

2. Fokus pada Peran Pembaca: Bal menekankan pentingnya pembaca dalam proses pembuatan makna. Pembaca tidak hanya menerima informasi pasif tetapi aktif dalam menginterpretasikan dan mengonstruksi narasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan konteks mereka sendiri.

3. Intertekstualitas: Mieke Bal mengakui bahwa teks tidak pernah berdiri sendiri tetapi selalu berhubungan dengan teks-teks lain. Konsep intertekstualitas ini menunjukkan bagaimana narasi dipengaruhi oleh dan berinteraksi dengan teks lain.

4. Narrative Agents (Agen Naratif): Bal juga memperkenalkan konsep agen naratif, yang mencakup narator, karakter, dan pembaca.

Analisisnya mencakup bagaimana agen-agen ini berfungsi dan berinteraksi dalam narasi.

(12)

5. Temporalitas dan Perspektif: Bal menekankan analisis temporalitas (waktu dalam narasi) dan perspektif (sudut pandang naratif).

Ini melibatkan studi tentang bagaimana waktu diatur dalam narasi (misalnya, urutan, durasi, frekuensi) dan bagaimana sudut pandang narator mempengaruhi penyajian cerita.

6. Multidisiplin dan Kritis: Pendekatan naratologi Bal tidak hanya terbatas pada teks sastra tetapi juga mencakup analisis naratif dalam seni visual, film, dan media lainnya. Ia juga sering menggunakan pendekatan kritis, termasuk teori feminis, postkolonial, dan dekonstruksi dalam analisisnya.

2.4 Pengertian Narator

Berdasarkan Narratological Theory on Narrators, Narratees, and Narrative, IJF De Jong, et al., (2004: 2), arti narator adalah jenis pekerjaan yang terlibat dalam konten audio. Narator akan mengisahkan latar belakang cerita dan sudut pandang di luar tokoh.

Karena narator wajib menyampaikan informasi secara keseluruhan, narator harus mengetahui poin cerita secara utuh. Biasanya narator akan mengambil sisi yang netral dari sebuah cerita.

Namun, demikian narator juga dapat memengaruhi cara penonton atau pembaca dalam memahami suatu cerita. Narator juga bertugas untuk menyampaikan prolog dan epilog.

(13)

2.5 Pembagian Narator

Pembagian narator menurut Mieke Bal:

1. Narator Ekstradiegis:

- Narator yang berada di luar dunia cerita. Mereka tidak terlibat dalam peristiwa cerita dan menceritakan kisah dari posisi eksternal.

- Contoh: Narator yang tidak berperan dalam cerita dan menceritakan peristiwa dari sudut pandang luar.

2. Narator Intradiegis:

- Narator yang berada di dalam dunia cerita dan berperan sebagai karakter dalam cerita.

- Contoh: Narator yang merupakan salah satu karakter dalam cerita dan menceritakan peristiwa dari sudut pandang internal.

3. Narator Homodiegetik:

- Narator yang juga merupakan tokoh dalam cerita yang mereka ceritakan.

- Contoh: Narator pertama (aku) yang menceritakan kisah dari perspektif mereka sendiri.

4. Narator Heterodiegetik:

- Narator yang bukan bagian dari cerita yang mereka ceritakan. Mereka menceritakan kisah dari sudut pandang orang ketiga.

- Contoh: Narator orang ketiga yang menceritakan kisah tanpa menjadi bagian dari peristiwa dalam cerita.

5. Narator Ominisien:

- Narator yang mengetahui segala hal tentang dunia cerita dan para

(14)

6. Narator Terbatas:

- Narator yang pengetahuannya terbatas pada apa yang bisa mereka amati atau ketahui. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang lengkap tentang semua aspek cerita.

- Contoh: Narator orang ketiga terbatas yang hanya tahu apa yang diketahui oleh satu karakter atau sekelompok karakter tertentu.

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Naratologi adalah studi tentang struktur dan fungsi narasi dalam berbagai media dan genre, dengan akar dari karya Aristoteles "Poetika." Dalam naratologi modern, para ahli seperti Propp, Barthes, dan Genette menyumbangkan pemikiran penting tentang analisis naratif. Mieke Bal menambahkan karakteristik penting, termasuk tiga tingkatan analisis naratif, peran aktif pembaca, intertekstualitas, agen naratif, analisis temporalitas dan perspektif, serta pendekatan multidisiplin dan kritis.

Narator, dalam konteks naratologi, adalah orang yang menceritakan cerita dengan tanggung jawab menyampaikan informasi secara netral, mempengaruhi pemahaman penonton, dan menyampaikan prolog dan epilog. Bal juga membagi narator menjadi enam kategori utama, mulai dari ekstradiegis hingga narator terbatas, yang masing- masing memiliki ciri khasnya sendiri dalam cerita.

3.2 Saran

Untuk membuat makalah, jangan terpaku pada satu sumber. Jika sumbernya memang sedikit, kembangkan sumber tersebut. Untuk membuat makalah juga harus lebih rapi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA https://chatgpt.com/

https://repository.stba-jia.ac.id/735/2/S1-2022-43151.420180.0001-BAB%20I.pdf https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Naratologi

https://kumparan.com/ragam-info/arti-narator-dan-perbedaannya-dengan-moderator- 20sCPT1cBBP/full

Referensi

Dokumen terkait

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Setelah memahami Identitas Nasional dan Globalisasi dan kenyataan zaman yang tidak dapat di elakan , Globalisasi sangat mempengaruhi Identitas

17 BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan Validasi penentuan kafar nystatin dalam nystatin tablet salu gula dengan kadar 500.000 IU menggunakan metode HPLC High Performance Liquid

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan Dari kesimpulan makalah yang kelompok 3 buat, dapat disimpulkan bahwa manusia menurut Islam adalah makhluk Tuhan yang tertinggi sebaik-baiknya ciptaan,

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari semua materi yang telah dipelajari dapat disimpulkan bahwa pengarus teknik otomasi atau sistem otomasi sangat berpengaruh bagi proyek alat studi

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, paradigma sehat adalah pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, pro-aktif

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan KTSP adalah Kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan standar kompetensi dan

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Fungsi dalam matematika adalah suatu relasi yang menghubungkan setiap anggota x dalam suatu himpunan yang disebut daerah asal domain dengan suatu

9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Perkerasan lentur atau Flexible Pavement adalah jenis perkerasan jalan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat utama dan memiliki sifat