• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH ”ISU-ISU ETIKA DALAM KONSELING“

N/A
N/A
Muhammad Arsyad

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH ”ISU-ISU ETIKA DALAM KONSELING“"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

ISU-ISU ETIKA DALAM KONSELING

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pembimbing:

Hardiyanti Rahmah, M. Psi

Oleh:

1. Muhammad Arsyad 2. Muhammad Mahdianor 3. Muhammad Ainani Rahman 4. Mafatihul Wahid

5. M. Hidayatullah

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH TAHUN 2022

1

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang berjudul “Isu-isu etika dalam konseling sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Pancasila program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amutai dapat diselesaikan.

Kami sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada ibu Hardiyanti Rahmah, M. Psi yang telah banyak memberikan bimbingan dan petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur- literatur yang kami perlukan, sehingga makalah ini bisa diselesaikan.

Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi- tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang berlipat ganda. Amin.

Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 11 September 2022

Kelompok 4

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN PEMBAHASAN BAB II PEMBAHASAN

A. ISU-ISU ETIKA DALAM KONSELING

B. SUMBER ETIKA BIMBINGAN DAN KONSELING C. PANDUAN UNTUK BERTINDAK SECARA ETIK BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengambil keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan dari berbagai alternative pilihan yang tersedia. Seseorang terkadang dihadapkan pada suatu keadaan dimana ia harus menentukan pilihan (keputusan) dari berbagai alternatif yang ada. Proses ini terkadang amatlah rumit karena berdampak pada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Seorang konselor harus profesional memutuskan tentang kondisi yang sedang buruk, Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untu memecahkan permasalahan atau persoalan (problem solving) dan setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang hendak dicapai.

Hampir setiap hari, bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat misalnya di rumah tangga, di kantor atau di dalam organisasi (departemen, dan industri pemerintah, perusahaan, perguruan tinggi) atau di masyarakat.

Keputusan dibuat oleh individu (perseorangan), organisasi, kelompok individu, negara dengan satu tujuan atau lebih yang hendak dicapai. Dalam dunia yang modern ini, kehidupan menuntut banyak sekali keputusan yang harus dibuat baik yang memiliki dampak yang luas maupun yang sempit.

Apalagi terkait dengan mengambil keputusan etik dalam konseling sangat penting untuk berlangsungnya suatu kegiatan yang di lakukan oleh seorang konselor dengan klien. Dalam mengambil keputusan ini seorang harus memiliki beberapa kompetensi agar terjadi yang tidak dinginkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa isu isu etik dalam konseling?

2. Apa saja yang menjadi sumber etik bimbingan dan konseling?

3. Apa panduan untuk bertindak secara etik?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Agar mengetahui isu isu etik dalam konseling

2. Agar mengetahui Apa saja yang menjadi sumber etik bimbingan dan konseling

(5)

3. Agar mengetahui panduan untuk bertindak secara etik.

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Isu-isu Etik Dalam Konseling

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia isu adalah masalah yang di kedepankan (untuk ditanggapi dan sebagainya).1Menurut penulis bahwa peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang.

Sedangkan etik adalah berasal dari bahasa Yunani Ethos yang berarti ”hati nurani” atau “perilaku yang pantas (yang diharapkan)”.”Ethos” berarti timbul dari kebiasaan adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.2

Dapat disimpulkan bahwa isu etik adalah masalah yang dikedepankan untuk mengatasi kejadian atau peristiwa mendatang sesuai dengan standar dan penilain moral.

Beberapa isu etik dalam konseling telah dibicarakan pakar konseling seperti.Tiga masalah etik yang dikemukakan oleh Gerald Corey, yaitu:

1. Tanggung jawab terapis, 2. Kerahasiaan

3. Pengaruh kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan terapis/konselor.

Cavanagh menuliskan empat isu etik yang harus diperhatikankonselor yaitu:

1. Tanggung jawab etik profesional 2. Kerahasiaan

3. Memberi informasi 4. Pengaruh konselor

Corey, menuliskan tiga masalah etik lainnya yaitu:

1. Kompetensi terapis,

Sebagai prinsip etika, para terapis diharapkan menyadari batas-batas kompetensinya serta pembatasan-pembatasan pribadi dan profesinya. Para

1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2003). Hlm , 254.

2 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum: Edisi Revisi, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2010), hlm, 16.

(7)

terapis yang etis tidak menggunakan diagnostika atau prosedur-prosedur treatment yang berada di luar lingkup latihan mereka.

2. Hubungan terapis,

3. Nilai-nilai dan filsafat hidup terapis/konselor.3

Gladding Ia menuliskan sebelas tingkah laku tidak etis yang paling sering terjadi dalam konseling (ACA, 2005; Herlihy & Corey, 2006):

1. Pelanggaran kepercayaan

2. Melampaui tingkat kompetensi profesional 3. Kelalaian dalam praktik

4. Mengklaim keahlian yang tidak dimiliki 5. Memaksakan nilai-nilai konselor pada konseli 6. Membuat konseli bergantung

7. Melakukan aktivitas seksual dengan konseli

8. Konflik kepentingan, seperti hubungan ganda yaitu peran konselor bercampur dengan hubungan lainnya, baik hubungan pribadi atau hubungan profesional (Moleski & Kiselica, 2005)

9. Persetujuan finansial yang kurang jelas seperti mengenakan bayaran tambahan

10. Pengiklanan yang tidak pantas 11. Plagiarisme.4

Sedangkan Gibson & Mitchell menuliskan isu-isu etik dalam konseling dalam tiga hal yaitu:

1. Kompetensi

Isu etik kompetensi dimulai ketika konselor menerima sebuah posisi sebagai konselor profesional. Konselor harus menentukan, sama seperti pekerja umumnya, apakah ia berkualifikasi sesuai pelatihan yang sudah dijalani, dan apakah pengalamannya sudah tepat untuk mengemban posisi tersebut jika mereka sendiri tidak begitu berminat atau tidak berkualifikasi.

3 Corey, Geral., Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, judul asli Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Penerjemah E. Koeswara, (Bandung: Refika Aditama,1988), hlm.

366-394.

4 Samuel T. Gladding, Konseling Profesi Yang Menyeluruh, Edisi Enam, (Jakarta:Indeks,2015), hlm, 67.

(8)

Dalam kerjanya konselor bertanggung jawab secara profesional untuk berpraktik dalam batas-batas kemampuannya. Meskipun kompetensi sering kali sulit ditentukan hitam putihnya, namun pelatihan dan pengalamn dapat menyediakan sebuah garis pedoman yang bermanfaat untuk mengidikasikan apakah mereka berkualifikasi melakukannya atau tidak. Gelar, lisensi dan sertifikat memang dapat memeberitahu taraf kompetensinya kepada publik, namun dalam praktik aktualnya, kita harus menyadari variasi dalam kompetensi diantara praktisi dengan kredensial yang sama.5

2. Kerahasiaan Dan Komunikasi Pribadi

Kepercayaan adalah pondasi esensial dalam hubungan konseling, dan yang menjadi pusat bagi pengembangan dan pemeliharaan kepercayaan ini adalah prinsip kerahasiaan. Namun, kewajiban konselor mempertahankan kerahasiaan dalam hubungan mereka dengan klien tidak absolut, karena itu konselor perlu menyadari garis pedoman etik dan hukum yang berlaku.

Kadang konselor harus mengahadapi klien yang terancam hidupnya dalam situasi-situasi yang melibatkan penganiayaan anak, kemungkinan bunuh diri atau ancaman akan di bunuh. Hukum negara mensyaratkan kalau kasus-kasus penganiayaan anak yang dicurigai dilaporkan. Secara legal konselor boleh melanggar kerahasiaan untuk melindungi hidup pihak ketiga. Arthur dan Swanson mengembangkan sejumlah pengecualian sebagai prinsip etik kerahasiaan yang lebih lengkap:

a. Klien berbahaya bagi dirinya sendiri atau orang lain.

b. Klien meminta pelepasan informasi.

c. Perintah pengadilan untuk melepaskan informasi.

d. Konselor menerima supervisi klinis yang sistematis.

e. Bantuan administrasi untuk memproses informasi dan berkas- berkas terkait dengan klien.

5 Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan Dan KonselingEdisi Ke 7, Judul Asli Introduction To Counseling And Guidance, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm 624.

(9)

f. Konsultasi legal dan klinis dibutuhkan.

g. Klien memiliki sejumlah problem dalam kesehatan mental mereka terkait hukum.

h. Pihak ketiga hadir di sesi konseling.

i. Klien usia dibawah 18 tahun.

j. Berbagi informasi intra-lembaga atau intra-institusi sebagai bagian dari proses penanganan.

k. Berbagi informasi dengan sistem pengadilan, terkait putusan hukuman.

l. Tujuan klien membuka informasi adalah mencari nasihat lebih jauh terkait kasus kriminal.

m. Konselor menduga akan terjadi tindak penganiayaan terhadap anak, wanita, individu cacat, minirotas atau pihak lain yang lemah.6

3. Hubungan Pribadi Dengan Konseli

Saat menguji hubungan pribadi antara konselor dan klien, organisasi profeisonal telah berusaha mendefenisikan batas-batas etis hubungan profesional. Konselor harus disemua waktu menghindari pengekploitasian klien untuk perolehan finansial, status sosial, data riset dan motif lain diluar konseling. Konselor harus juga terus menyadari hak-hak asasi klien. Bahkan kendati klien memiliki gangguan mental berat atau tersangka problem etik adalah kriminal, konselor tetap harus melakukan praktik berdasarkan kode etik, termasuk hak klien untuk berpartipasi dalam pengambilan keputusan terkait penanganan, penggunaan, penggunaan tes psikologis, dan partipasi apapun di dalam riset yang menggunakan data pribadinya.

B. Sumber Etika Bimbingan Dan Konseling

Bond dalam Nelson-Jones mengusulkan enam sumber etika bimbingan dan konseling yaitu:

1. Etika personal, (nilai yang implisit di dalam model-model terapeutik 2. Etika dan nilai

6 Ibid, hlm 626-627.

(10)

3. Kebijakan agency

4. Kode dan pedoman professional 5. Filosofi moral

6. Hukum.7

Selain itu, penulis menambahkan sumber etika yang berasal dari ajaran agama yang dianut konselor dan konseli yang terdapat pada kitab suci masing- masing. Kedudukan ajaran agama sebagai sumber etika bimbingan konseling hendaknya di atas sumber etika lainnya. Dengan kata lain, ajaran agama menjadi rujukan utama dan pertama sumber etika lain yang telah dikemukakan Bond di atas.

Alasannya, yaitu: Pertama, kebenaran ajaran agama bersifat mutlak karena bersumber dari firman Allah. Kedua, dari ke enam sumber etika dimungkinkan terjadi benturan nilai antara satu dengan yang lainnya. Contoh etika personal yang bersifat sangat subjektif tentu akan ideal jika diinspirasi oleh ke enam sumber etika lain. Namun, untuk menyelaraskan ke tujuh sumber etik tersebut memang tidak mudah. Di saat seperti ini, dibutuhkan komitmen dan integritas pribadi konselor.

C. Panduan Untuk Bertindak Secara Etik

Mengingat sulitnya bertindak secara etik, maka dipandang perlu adanya perangkat seperti panduan untuk bertindak secara etis yang jelas, terukur dan operasional. Di samping itu perlu juga dilakukan sosialisasi kode etik profesi, menyediakan jasa ’penasehat’ untuk membantu menangani isu-isu etis dan menciptakan mekanisme perlindungan bagi mereka yang mengungkapkan praktik- praktik tidak etis di dalam dan di luar organisasi.

Swanson (1983) dalam Galdding membuat daftar pedoman untuk menilai, apakah konselor bertindak dalam tanggung jawab etika.

1. Kejujuran pribadi dan profesional.

Konselor diwajibkan untuk beroperasi secara terbuka dengan diri mereka sendiri dan orang-orang yang bekerja dengan mereka. Agenda tersembunyi atau perasaan yang tidak diketahui akan menghambat hubungan dan menempatkan konselor dalam dasar etik goyah.

7 Hunainah , Etika Profesi Bimbingan Konseling , (Bandung:Rizqi Press, 2016), hlm, 30-31.

(11)

2. Bertindak untuk kepentingan terbaik klien.

Tentu tidak mudah untuk mengikuti pedoman ke dua ini. Hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan konselor dalam mengenali karakter, motif dan kebutuhan konseli yang sesungguhnya atau disebabkan oleh ketidaksadaran konselor dalam menerapkan nilai-nilai pribadinya pada konseli tanpa menggali dan mengelaborasi nilai-nilai konseli sendiri.

3. Konselor bertindak tanpa tujuan jelek atau keuntungan pribadi.

Beberapa klien sulit disukai atau ditangani, dan dengan merekalah terutama konselor harus berhati-hati. Bagaimanapun konselor harus hati-hati untuk menhindari hubungan pribadi dan profesional dengan klien yang disukai. Kesalahan penilaian kemungkinan besar terjadi jika kepentingan pribadi konselor ambil bagian dalam hubungan dengan klien.

4. Apakah konselor dapat membenarkan suatu tindakan sebagai keputusan terbaik yang harus dilakukan berdasarkan peraturan profesi yang berlaku.

Untuk membuat keputusan yang demikian konselor harus mengikuti tren sekarang dengan membaca literatur profesional menghadiri workshop pelatihan dan pertemuan-pertemuan dan aktif terlibat dalam aktivitas konseling baik lokal, daerah maupun nasional.8

8 Samuel T. Gladding, Op.Cit., hlm,73.

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Isu etik adalah masalah yang dikedepankan untuk mengatasi kejadian atau peristiwa mendatang sesuai dengan standar dan penilain moral.

1. Isu isu etik dalam konseling

Beberapa isu etik dalam konseling telah dibicarakan pakar konseling seperti. Tiga masalah etik yang dikemukakan oleh Gerald Corey, yaitu:

a. Tanggung jawab terapis, b. Kerahasiaan

c. Pengaruh kepribadian dan kebutuhan-kebutuhan terapis/konselor.

Corey, menuliskan tiga masalah etik lainnya, a. Kompetensi terapis,

b. Hubungan terapis,

c. Nilai-nilai dan filsafat hidup terapis/konselor.

Sedangkan Gibson & Mitchell menuliskan isu-isu etik dalam konseling dalam tiga hal yaitu:

a. Kompetensi

b. Kerahasiaan Dan Komunikasi Pribadi c. Hubungan pribadi dengan konseli 2. Sumber Etika bimbingan dan konseling

Bond dalam Nelson-Jones mengusulkan enam sumber etika bimbingan dan konseling yaitu: (1) etika personal, (nilai yang implisit di dalam model-model terapeutik, (2) etika dan nilai, (3) kebijakan agency, (4) kode dan pedoman profesional, (5) filosofi moral dan (6) hukum , (7) Agama.

3. Panduan untuk bertindak secara etik.

a. Kejujuran pribadi dan profesional

b. Bertindak untuk kepentingan terbaik klien

c. Bertindak tanpa tujuan jelak atau keuntungan pribadi.

d. Membenarkan suatu tindakan sebagai keputusan terbaik

(13)

berdasarkan peraturan yang sedang berlaku.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2003). Hlm , 254.

Asmoro Achmadi, Filsafat Umum: Edisi Revisi, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2010), hlm, 16.

Corey, Geral., Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, judul asli Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy, Penerjemah E. Koeswara, (Bandung: Refika Aditama,1988), hlm. 366-394.

Samuel T. Gladding, Konseling Profesi Yang Menyeluruh, Edisi Enam, (Jakarta:Indeks,2015), hlm, 67.

Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell, Bimbingan Dan KonselingEdisi Ke 7, Judul Asli Introduction To Counseling And Guidance, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm 624.

Ibid, hlm 626-627.

Hunainah , Etika Profesi Bimbingan Konseling , (Bandung:Rizqi Press, 2016), hlm, 30-31.

Samuel T. Gladding, Op.Cit., hlm,73.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III (2001), analisis adalah (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk

Kata penghargaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perbuatan menghargai atau menghormati. Kata verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti secara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian pendapatan adalah hasil kerja (usaha dan sebagainya). Pengertian pendapatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk, mengenai hak dan kewajiban moral, kumpulan asas atau nilai yang

Kedua menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kriminalisaisi yaitu proses yang memperlihatkan perilaku yang semula tidak dianggap sebagai peristiwa pidana,

Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian sosial adalah : suatu Menurut kamus besar bahasa indonesia, pengertian sosial adalah : suatu ilmu yang mempelajari tentang segala

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Akta adalah surat tanda bukti berisi pernyataan (keterangan, pengakuan, keputusan, dan sebagainya) tentang peristiwa

Pengertian Etika Berikut adalah beberapa pengertian dari etika dalam berbagai sumber: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebagai berikut: ›Etika adalah ilmu tentang apa