TUGAS MAKALAH
KEBIJAKAN DAN REGULASI K3 YANG BERKAITAN DENGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Dosen Pembimbing : Asrina Pitayanti, S.Kep Ns., M.Kes
Nama Anggota:
1. Adinda Aulia Pradani K. (202202148) 2. Afian Ardyansyah (202202149) 3. Amalia Septi Wulandari (202202151) 4. Amelia Cindy Fatikasari (202202152) 5. Arrisky Nuril Musthofa (202202155) 6. Azahra Mayta Fitri (202202157) 7. Erlinda Marshelya (202202166) 8. Isna Rizky Septiana (202202171) 9. Lisa Ayu Firnawati (202202175) 10. Reni Titik Puspitasari (202202183) 11. Rini Noviyanti (202202184)
TAHUN 2024 KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kebijakan dan Regulasi K3 yang Berkaitan dengan Keperawatan di Indonesia" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang "Kebijakan dan Regulasi K3 yang Berkaitan dengan Keperawatan di Indonesia" bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep Ns., M.Kes selaku Dosen pengajar mata kuliah Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan kelas 4D Keperawatan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Madiun, 30 September 2023
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I... 1
PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan masalah...2
1.3 Tujuan... 2
BAB II...3
PEMBAHASAN... 3
2.1 Definisi K3... 3
2.2 Tujuan K3... 3
2.3 Fungsi dan tugas perawat dalam K3...4
2.4 Ruang lingkup K3 dalam keperawatan...4
2.5 Kebijakan peran keperawatan dalam meningkatkan K3...5
2.6 Kebijakan dan regulasi keperawatan di Indonesia...6
BAB III...8
PENUTUP...8
3.1 KESIMPULAN...8
3.2 SARAN... 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Rejeki, 2016)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering terjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat berdampak pada tingkat produktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan atau kurang terampilnya pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin (Selviana, 2017).
Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus tetap berada di semua lini kegiatan, baik di sektor formal maupun non formal, sebab potensi ancaman bahaya kecelakaan dan kesehatan kerja selalu akan mengancam dimanapun berada. Banyak contoh yang bisa diambil, misalnya di sektor industri manufaktur berbagai limbah padat maupun cair, pencemaran udara oleh partikel, bahan kimia, suara bising penggunaan mesinmesin semuanya berpotensi mengganggu kesehatan para pekerjanya. Banyak media masa sering memberitakan betapa rentannya kecelakaan dan kesehatan akibat tidak memperdulikan keselamatan dan kesehatan kerja. Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada 2 juta kematian di seluruh dunia karena penyebab yang terkait pekerjaan (Maharani & Wahyuningsih, 2017).
Dalam pemberian pelayanan kesehatan, RS diharapkan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas. Potensi bahaya di RS dapat disebabkan oleh faktor biologi, faktor kimia, faktor ergonomi, faktor fisik, faktor psikososial, bahaya mekanik , bahaya listrik, limbah RS yang dapat mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan RS, pasien maupun para pengunjung yang ada dilingkungan RS yang mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja. RS dalam kegiatannya menyediakan fasilitas yang aman,
berfungsi dan suportif bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung. Secara fasilitas yang terkait tentang K3 yang diberikan RS sudah baik, akan tetapi fasilitas yang diberikan belum lengkap, fasilitas diberikan sesuai dengan anggaran RS tentang K3 (Ivana, Widjasana, &
Jayanti, 2014).
1.2 Rumusan masalah 1. Apa definisi dari K3 ? 2. Apa tujuan dari K3 ?
3. Bagaimana fungsi dan tugas perawat dalam K3 ? 4. Bagaimana ruang lingkup K3 dalam keperawatan ?
5. Apa saja kebijakan peran keperawatan dalam meningkatkan K3 ? 6. Bagaimana kebijakan dan regulasi keperawatan di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari K3 2. Untuk mengetahui dari tujuan K3
3. Untuk mengetahui fungsi dan tugas perawat dalam K3 4. Untuk mengetahui ruang lingkup K3 dalam keperawatan
5. Untuk mengetahui kebijakan peran keperawatan dalam meningkatkan K3 6. Untuk mengetahui kebijakan dan regulasi keperawatan di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi K3
K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu upaya kerja sama, saling pengertian dan partisipasi dari pengusaha dan karyawan dalam perusahaan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas. Melalui Pelaksanaan K3 ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat yang mencakup pada pribadi para karyawan, pelanggan dan pengunjung dari suatu lokasi kerja sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja.
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012, K3 merujuk pada segala kegiatan yang bertujuan menjamin dan melindungi keselamatan serta kesehatan tenaga kerja. Standar Internasional OHSAS 18001 menjelaskan bahwa K3 melibatkan berbagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Penerapan K3 menjadi suatu metode untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat, dengan pengenalan serta pengendalian terhadap faktor-faktor potensial yang dapat membahayakan pekerja.
2.2 Tujuan K3
Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Menurut Mangkunegara (2000), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.
c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.
g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Selviana, 2017) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kepada tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja terhadap bahaya dari akibat kecelakaan kerja. Tujuan K3 adalah mencegah, megurangi, bahkan menihilkan resiko penyakit dan kecelakaan akibat kerja (KAK) serta meningkatkan derajat kesehatan para pekerja sehingga produktivitas kerja meningkat
2.3 Fungsi dan tugas perawat dalam K3
Fungsi Keselamatan dan kesehatan kerja untuk perawat antara lain:
Perawat mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya Perawat memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan Perawat memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan Keselamatan dan kesehatan kerja.Perawat mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran, gempa, kecelakaan, dan sebagainya Perawat mampu berpartisipasi untuk membuat tempat kerjanya lebih aman Perawat dapat melindungi rekan kerjanya dari risiko kecelakaan kerja Perawat mampu untuk menghindarkan keluarganya dari penyakit-penyakit yang mungkin bisa tertular dari tempat kerja (Agung, 2018)
2.4 Ruang lingkup K3 dalam keperawatan
Ruang lingkup tindakan K3 dilakukan di setiap pekerjaan, kapanpun dan di manapun.
Tindakan keselamata kerja dilakukan di tempat kerja, di lingkungan keluarga /rumah tangga, lingkungan masyarakat. Adapun syarat-syarat pelaksanaan K3 diperuntukan untuk:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Membuat jalan penyelamatan (emergency exit),
Tujuan utama kesehatan kerja antara lain meliputi Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja; Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja; Perawatan, efisiensi dan produktifitas tenaga kerja; Pemberantasan kelelahan tenaga kerja dan meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja; Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk kesehatan.
Ada dua hal dalam penanganan resiko keselamatan kerja, yaitu resiko fisik tempat kerja, dan resiko kesehatan kerja. Resiko keselamatan kerja meliputi aspek- aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kerusakan fisik tempat kerja, alat dan manusia.
Resiko kesehatan kerja meliputi aspek-aspek lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis dalam jangka waktu tertentu. Di samping itu, tujuan Keselamatan Kerja meliputi: Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan, untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas nasional; Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja; Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien; dan Sasaran utama keselamatan kerja adalah tempat kerja. (UNY, 2017)
2.5 Kebijakan peran keperawatan dalam meningkatkan K3
Untuk mencegah dan mengurangi resiko bahaya tersebut maka perlu ditetapkan standar K3 di RS. Perlunya pelaksanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang RS di Indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman di RS.. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di RS dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3.
Sistem manajemen K3RS adalah bagian dari sistem manajemen RS (Ivana, Widjasana, &
Jayanti, 2014).
Indonesia mempunyai peraturan undang-undang tersendiri yang membahas mengenai K3. Undang-undang ini yaitu UU 13 tahun 2003 dan keputusan menteri nomor 463/MEN/1993. Keduanya menjelaskan secara lengkap mengenai K3 (Roro, 2020).
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, upaya kesehatan kerja ditunjukkan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan sehingga
sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya- upaya K3 di RS. K3 termasuk sebagai salah satu standar pelayanan yang dinilai di dalam akreditasi RS, disamping standar pelayanan lainnya (Ivana, Widjasana,
& Jayanti, 2014).
2.6 Kebijakan dan regulasi keperawatan di Indonesia A. Relevansi kebijakan K3 Nasional dengan tugas perawat:
1) Pemberi Asuhan Keperawatan 2) Penyuluh dan konselor bagi Klien 3) Pengelola Pelayanan Keperawatan 4) Peneliti Keperawatan
5) Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang 6) Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
B. Menurut American Association of Occupational Health Nurses, ruang I pekerjaan perawat hiperkes yaitu :
1) Health promotion/Protection
Meningkatkan derajat kesehatan, kesadaran dan pengetahuan tenaga kerja akan paparan zat toksik di lingkungan kerja. Merubah faktor life style dan perilaku yang berhubungan dengan resiko bahaya kesehatan.
2) Worker Health / Hazard Assessment and Surveillance
Mengidentifikasi masalah kesehatan tenaga kerja dan menilai jenis pekerjaannya.
3) Workplace Surveillance and Hazard Detection
Mengidentifikasi potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Bekerjasama dengan tenaga profesional lain dalam penilaian dan pengawasan terhadap bahaya.
4) Primary Care
6) Management and Administration
Sebagai manager pelayanan kesehatan yang memiliki tanggung-jawab pada progran perencanaan dan pengembangan, program pembiayaan dan manajemen.
7) Research
Mengenali pelayanan yang berhubungan dengan masalah kesehatan, dan faktor- faktor yang berperan dalam perbaikan.
8) Legal-Ethical Monitoring
Paramedis hiperkes harus memahami ruang lingkup pelayanan keseh pada tenaga kerja sesuai perundang-undangan, dan mampu menjaya kerahasiaan dokumen kesehatan tenaga kerja.
9) Community Organization
Mengembangkan jaringan untuk meningkatkan pelayanan kepada tenaga kerja.
Perawat hiperkes yang bertanggung-jawab dalam memberikan perawatan tenaga kerja haruslah mendapatkan petunjuk-petunjuk dari dokter perusahaan atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan serta mengetahui dasar-dasar pengetahuan prinsip perawatan dan prosedur perawatan. Perawat hiperkes mempunyai kesempatan yang besar untuk menerapkan praktek-praktek standar perawatan secara leluasa. Melalui program pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, perawat hiperkes dapat membantu karyawan atau tenaga kerja untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu upaya kerja sama, saling pengertian dan partisipasi dari pengusaha dan karyawan dalam perusahaan untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas.
Tujuan Penerapan K3 pada dasarnya adalah untuk mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak. Jadi, untuk mencegah dan mengurangi resiko bahaya tersebut maka perlu ditetapkan standar K3 di RS. Perlunya pelaksanaan K3RS mengenai kebijakan pemerintah tentang RS di Indonesia adalah untuk meningkatkan akses, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan kesehatan yang aman di RS.. Perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi K3 RS serta tindak lanjut, yang merujuk pada SK Menkes No. 432/ Menkes/ SK/ IV/ 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di RS dan OHSAS 18001 tentang Standar Sistem Manajemen K3.
DAFTAR PUSTAKA