MAKALAH
PENANGANAN LIMBAH MEDIS DAN NON MEDIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dosen Pengampu: Dr. Farida Wahyuni, S.Si., M.Si
Anggota Kelompok:
Ardy Susanto (2212041024) M. Dafa Heriansyah (2212041019)
Diah Mulya (2212041015) Rafi Nakhwan F. (2212041005)
Erlando Khoyru A. (2212041013) Sirojul Munir (2212041003)
Martha Aulia (2212041028) Sofiya Dewi C.W (2212041020)
M. Yunus (2212041010)
ITKM WIDYA CIPTA HUSADA
PROGRAM STUDI DIII RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI TAHUN 2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami terhadap Tuhan YME sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Tidak lupa kami mengucapkan terimah kasih kepada Dosen Dr. Farida Wahyuni, S.Si., M.Si selaku pembina mata kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan juga dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Malang, 16 Oktober 2024
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan ... 2
BAB 2 ... 3
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
2.1 Jenis-Jenis Limbah (Medis dan Non Medis) ... 3
2.1.1 Limbah Medis ... 3
2.1.2 Limbah Non Medis ... 5
2.2 Regulasi Dan Standar Penanganan Limbah Medis Dan Non Medis ... 5
2.3 Penanganan Limbah Medis ... 6
2.4 Penanganan Limbah Non Medis ... 7
2.5 Dampak Penanganan Limbah Medis dan Non Medis ... 7
BAB 3 ... 10
PENUTUP ... 10
3.1 Kesimpulan ... 10
3.2 Saran ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 12
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Limbah medis merupakan limbah yang berbahaya dan beracun (B3). Limbah medis dapat berupa jarum suntik bekas, ampul bekas, botol infus bekas, selang infus bekas, obat kadaluwarsa, hasil sampel pengambilan darah, masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, plastik bekas minuman dan makanan, cotton bud swab, set infus bekas, alat pelindung diri bekas, dan sisa makanan pasien. Sedangkan limbah non medis merupakan limbah umum yang tidak berasal dari kegiatan medis, sehingga tidak mengandung bahan berbahaya atau beracun. Contoh limbah non medis adalah kertas, kardus, plastik, sisa makanan, dan sejenisnya.
Hasil dari penilaian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2002 di 22 negara- negara berkembang menunjukkan bahwa proporsi fasilitas pelayanan kesehatan yang menggunakan metode pembuangan limbah yang tidak tepat berkisar dari 18% menjadi 64%. (WHO, 2006). Sedangkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 dari 20 rumah sakit yang diteliti hanya 1 rumah sakit yang pengelolaannya baik dan memiliki insenerator, dari jumlah Rumah Sakit yang diteliti hanya 40% yang melakukan pelatihan cara pengelolaan limbah medis, hanya 30% petugas yang menangani pengelolaan limbah memakai APD, 55% tidak memiliki kebijakan mengenai pengelolaan limbah medis, dan hanya 20% yang memiliki rencana pengelolaan limbah (Ahmed et all., 2014).
Pengelolaan yang tepat dalam tahapan pengumpulan, pemisahan, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan limbah harus dilakukan secara tepat dan aman untuk mencegah infeksi nosokomial rumah sakit. Penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C dan AIDS juga patut menjadi perhatian mengenai pengelolaan limbah rumah sakit yang tepat. Orang-orang yang berhubungan dalam pengelolaan limbah medis ini beresiko, saat melakukan jenis pelayanan rumah sakit. Hal ini dapat dicegah dengan kesadaran masyarakat tentang bahaya limbah rumah sakit (Pandey and Anil, 2016).
2
Pengelolaan limbah medis pelayanan kesehatan memiliki permasalahan yang kompleks. Limbah ini perlu dikelola sesuai dengan aturan yang ada sehingga pengelolaan lingkungan harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Perencanaan, pelaksanaan, perbaikan secara berkelanjutan atas pengelolaan puskesmas haruslah dilaksanakan secara konsisten. Selain itu, sumber daya manusia yang memahami permasalahan dan pengelolaan lingkungan menjadi sangat penting untuk mencapai kinerja lingkungan yang baik (Wiku Adisasmito, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis-jenis Limbah (medis dan non medis)?
2. Bagaimana regulasi dan standar penanganan Limbah medis dan non medis di Indonesia?
3. Bagaimana metode penanganan limbah medis?
4. Bagaimana metode penanganan limbah non medis?
5. Apa saja dampak pengelolaan limbah yang tidak tepat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Apa saja jenis-jenis Limbah (medis dan non medis).
2. Mengetahui bagaimana regulasi dan standar penanganan Limbah medis dan non medis di Indonesia.
3. Mengetahui bagaimana metode penanganan limbah medis.
4. Mengetahui bagaimana metode penanganan limbah non medis.
5. Mengetahui Apa saja dampak pengelolaan limbah yang tidak tepat.
3 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis-Jenis Limbah (Medis dan Non Medis) 2.1.1 Limbah Medis
Limbah rumah sakit adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, baik itu jenis limbah medis maupun limbah non medis. Umumnya, limbah medis rumah sakit cenderung lebih berbahaya karena memiliki karakteristik khusus. Karena karakterisnya yang lebih berbahaya, limbah dari rumah sakit yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak buruk bagi Kesehatan manusia maupun lingkungan sekitar. Oleh karena itu penting untuk melakukan tindak pengelolaan yang sesuai guna mencegah dan meminimalisir dampak yang mungkin ditimbulkan.
Berikut ini berbagai jenis limbah medis rumah sakit : 1. Limbah Infeksius
Limbah infeksius atau limbah biologis merupakan limbah medis yang mengandung bahan biologis seperti darah, cairan tubuh, dan jaringan tubuh.
Limbah infeksius sangat berbahaya karena dapat mengandung pathogen penyebab penyakit menular. Oleh karena itu, limbah rumah sakit yang bersifat infeksius harus dikelola secara khusus menggunakan Teknik sterilisasi atau penghancuran untuk mencegah penyebaran penyakit. Beberapa contoh limbah infeksius adalah kapas bekas darah, perban, atau media lain yang diperkirakan tercemari penyakit pasien.
2. Limbah Patologis
Limbah patologis merupakan jenis limbah medis yang berasal dari jaringan tubuh manusia atau hewan yang diambil pada saat autopsi atau pembedahan.
Jenis limbah ini juga dapat berasal dari sampel biologis seperti darah, urine, dan tinja. Limbah medis yang bersifat patologis mengandung bahan biologis yang sangat berbahaya dan dapat menimbulkan risiko kesehatan jika tidak diolah dengan benar. Oleh karena itu, jenis limbah ini harus diolah secara khusus, misalnya dengan cara dimusnahkan.
3. Limbah Benda Tajam
4
Limbah benda tajam adalah limbah medis yang meliputi benda-benda tajam seperti jarum suntik, pisau bedah, dan alat-alat lainnya yang memiliki potensi tinggi untuk melukai atau menembus kulit. Karena itu, jenis limbah ini harus dikelola secara terpisah agar tidak membahayakan orang yang terpapar.
Limbah benda tajam biasanya ditempatkan di dalam wadah khusus yang tahan bocor dan tajam seperti kotak jarum suntik atau kontainer khusus benda tajam.
Setelah itu, limbah tersebut akan diolah dengan metode sterilisasi atau insinerator.
4. Limbah Farmasi
Limbah farmasi adalah limbah medis yang berasal dari obat-obatan yang sudah tidak terpakai lagi, obat-obatan kadaluarsa, obat-obatan rusak, atau limbah lainnya yang berasal dari proses produksi obat. Untuk menghindari penyalahgunaan obat serta risiko pencemaran lingkungan, limbah farmasi dari rumah sakit harus dipisahkan dari limbah lainnya dan dibuang dengan cara yang aman dan sesuai dengan peraturan pemerintah.
5. Limbah Sitotoksis
Limbah Sitotoksik adalah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kanker dan bisa membunuh sel-sel kanker. Namun, obat-obatan ini juga dapat membahayakan sel-sel sehat lainnya dalam tubuh manusia. Jadi, limbah sitotoksik adalah jenis limbah rumah sakit dengan kandungan sisa obat sitotoksik atau kemoterapi yang bisa merusak sel-sel normal dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Biasanya, jenis limbah ini akan dikembalikan ke distributor untuk dikelola, atau dimusnahkan dengan cara insinerasi.
6. Limbah Kimiawi
Limbah kimiawi adalah jenis limbah dari kegiatan medis yang berupa bahan-bahan kimia khusus. Contohnya seperti reagen atau bahan kimia untuk diagnosis, bahan kimia untuk terapi seperti obat-obatan, bahan kimia dari sisa sterilisasi alat medis, dan lain sebagainya. Beberapa jenis bahan kimia dapat berbahaya apabila terpapar pada manusia, misalnya menyebabkan iritasi kulit, iritasi mata, hingga kerusakan organ. Oleh karena itu, jenis limbah ini harus dikelola secara khusus.
7. Limbah Radioaktif
5
Limbah radioaktif adalah jenis limbah dari rumah sakit yang mengandung bahan-bahan radioaktif yang dikeluarkan oleh peralatan medis seperti mesin PET scan, mesin CT scan, mesin radiologi, dan peralatan bedah.
Limbah radioaktif juga dapat dihasilkan dari pengobatan pasien yang mendapatkan terapi radiasi, dapat berupa isotop alfa, beta, dan gamma. Karena dapat menyebabkan efek radiasi yang berbahaya, maka jenis limbah ini harus diolah dengan prosedur khusus.
2.1.2 Limbah Non Medis
Berikut beberapa jenis limbah non medis:
1. Kertas 2. Kardus 3. Plastik
4. Sisa makanan
5. Limbah kering, seperti kertas, kardus, koma pembungkus makanan, plastik, kaleng (logam), dan pecahan kaca
6. Limbah basah, seperti limbah pengolahan makanan dari dapur utama dan instalasi gizi.
2.2 Regulasi Dan Standar Penanganan Limbah Medis Dan Non Medis
Regulasi terkait pengelolaan limbah di Indonesia, termasuk limbah non medis &
medis , adalah:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009: Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Yang berbunyi “Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum."
dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 56 Tahun 2015: Tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan limbah B3 dari fasilitas layanan Kesehatan.
6
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014: Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
2.3 Penanganan Limbah Medis
Penghasil limbah medis terbesar adalah rumah sakit, sebagai salah satu instalasi penyedia layanan kesehatan di Indonesia, maka rumah sakit juga harus bertanggung jawab pada pengelolaan limbahnya. Bahkan limbah yang dihasilkan pun termasuk limbah non-medis dari para pelaku kesehatan dan para pasien.
Limbah seperti kapas, perban, kassa, sarung tangan, masker, infus, pampers dan sebagainya bisa memicu adanya penularan penyakit. Sementara untuk sampah benda tajam meliputi jarum suntik, silet, pisau bedah dan lain-lain juga dapat membahayakan orang-orang sekitar. Limbah dari kegiatan medis bisa memberikan dampak tak hanya bagi lingkungan tapi juga pada penggiat dunia medis. Seperti petugas kesehatan, pasien kesehatan, petugas pengumpulan dan pembuangan limbah, mereka semua rentan terkontaminasi zat pencemar dari sampah medis.
Sehingga diperlukan pengelolaan yang tepat dan benar. Berdasarkan aturan dari pemerintah. melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1204/Menkes/SK/2004 mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit telah mengatur cara mengelola limbah medis. Pertama, pengelolaan limbah padat.
Di setiap rumah sakit harus menerapkan reduksi limbah yang dimulai dari sumbernya. Diharuskan pula untuk mengetatkan pengawasan ketika ada penggunaan B3 pada peralatan medis yang digunakan. Untuk proses pengumpulan, pengangkutan, maupun pemusnahannya wajib memiliki sertifikasi yang sumbernya dari pihak yang berwenang. Kedua, pengelolaan limbah cair. Perlu dicatat bahwa rumah sakit diwajibkan untuk mempunyai instalasi pengelolaan limbah air (IPAL) yang dikelola secara mandiri. Selain itu, limbah cair hasil medis harus dikumpulkan di container dan disesuaikan dengan karakteristiknya. Baik itu mengandung bahan kimia, radiologi, ataupun didasarkan dengan volume ataupun prosedur penanganan serta penyimpanannya. Pengelolaan limbah medis jelas menjadi tanggung jawab dan kewajiban yang besar bagi instalasi kesehatan. Maka untuk dapat melakukannya juga dibutuhkan kesadaran dan kerjasama dari seluruh pihak.
7
Pengelolaan limbah yang tak tepat akan merugikan tak hanya lingkungan sekitar tapi juga makhluk hidup. Pengelolaan limbah dari medis juga memerlukan prosedur yang sesuai dengan standar, sebab bisa berpotensi menularkan banyak penyakit. Dibutuhkan pengawasan juga dari pihak professional agar tak salah dalam prosedural. Mutu Certification sebagai penyedia layanan jasa pengujian, inspeksi, serta sertifikasi untuk beragam industri siap membantu lembaga atau Perusahaan.
2.4 Penanganan Limbah Non Medis
Limbah non medis merupakan limbah umum yang tidak berasal dari kegiatan medis, sehingga tidak mengandung bahan berbahaya atau beracun.
Beberapa contoh limbah non-medis adalah kertas, kardus, plastik, sisa makanan, dan sejenisnya.
Limbah non medis di rumah sakit dikelola dengan cara:
1. Pengumpulan
Limbah non medis dikumpulkan dalam kantong plastik hitam atau wadah tertutup yang terpisah dari limbah padat medis.
2. Pengangkutan
Limbah non medis diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) menggunakan truk tertutup untuk meminimalkan risiko terhadap lingkungan dan masyarakat.
3. Pengurangan di sumber
Mengurangi sampah di sumbernya dengan memisahkan sampah yang bisa didaur ulang dengan sampah residu.
Selain itu, limbah non medis juga bisa dimanfaatkan kembali jika ada teknologi yang mendukung.
2.5 Dampak Penanganan Limbah Medis dan Non Medis
Pengelolaan limbah medis yang masih kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas, pengunjung serta masyarakat sekitar. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi dan berdampak negatif terdahap masyarakat dan lingkungan. Beberapa pengaruh yang dapat
8
ditimbulkan oleh keberadaan limbah ini adalah terjadinya pencemaran yang berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dan terhadap kesehatan. Bahkan secara sederhana keberadaan limbah ini akan menimbulkan gangguan estetika, bau dan menjadi tempat perkembangan vektor serta binatang pengganggu (Asmadi, 2013)
Limbah medis padat tentu berdampak bagi kesehatan manusia jika tidak dikelola dengan benar. Penyakit yang timbul dapat terjadi secara langsung yaitu efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan limbah tersebut, misalnya limbah klinis beracun, limbah yang dapat melukai tubuh dan limbah yang mengandung kuman pathogen sehingga menimbulkan penyakit dan gangguan tidak langsung yang dapat dirasakan oleh masyarat, baik yang tinggal disekitar mapun masyarakat yang sering melewati sumber limbah medis diakibatkan oleh proses pembusukan, pembakaran dan pembuangan limbah tersebut (Asmadi, 2013).
Pengetahuan tentang pengelolaan sampah atau limbah harus dimiliki seorang Petugas Pengelolan Limbah (PPL) sebagai tanggung jawab.Faktor pengetahuan tentang limbah medis padat sangat penting untuk ditanamkan pada setiap petugas kesehatan yang akan melakukan pembuangan sampah di puskesmas. Salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan dengan memberikan pelatihan atau penyuluhan sebagai saran pemberian pendidikan khususnya petugas kesehatan untuk berperilaku membuang sampah medis sesuai dengan tempatnya (Sholikhah, 2011). Sikap yang baik akan berhubungan dengan pemilahan limbah medis padat karena dinilai responden memahami betul pengetahuan tentang pengelolaan limbah medis padat. Sikap juga dapat didasari oleh pengalaman, lingkungan kerja dan fasilitas yang tersedi, dalam menangani limbah medis padat di puskesmas petugas kesehatan harus dappat bertindak dengan cepat dan tepat, agar mengurangi dampak negatif yang di timbulkan (Maulana, n.d).
Penyediaan kelengkapan fasilitas perlu menjadi perhatian karena menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses pengelolan limbah medis padat.
Pengelolaan limbah medis padat yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti pengetahuan kesehatan lingkungan, sikap, dan sarana prasana dalam upaya mewujudkan pengelolaan limbah medis yang baik sehingga terciptanya kesehatan
9
yang lebih baik. Faktor ketersediaan sarana merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat dalam mencapai sesuatu tujuan dan merupakan penunjang untuk terjadinya suatu proses untuk menuju kehendak yang ingin dicapai (Tri Puji Laksono & Sari, 2021).
10 BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Limbah medis merupakan limbah berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia dan lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Jenis-jenis limbah medis meliputi limbah infeksius, patologis, benda tajam, farmasi, sitotoksis, kimiawi, dan radioaktif.
Sebaliknya, limbah non medis terdiri dari limbah umum seperti kertas, plastik, dan sisa makanan, yang tidak mengandung bahan berbahaya.
Pengelolaan limbah medis yang tepat sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit, seperti hepatitis dan AIDS, serta untuk melindungi kesehatan pekerja medis dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak fasilitas kesehatan di negara berkembang, termasuk Indonesia, masih melakukan pengelolaan limbah medis secara tidak tepat.
Hal ini menyoroti perlunya peningkatan kesadaran, pelatihan, dan kebijakan yang lebih baik dalam pengelolaan limbah. Regulasi yang ada, seperti Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, serta peraturan pemerintah mengenai limbah B3, menjadi pedoman penting dalam pengelolaan limbah medis dan non medis. Metode pengelolaan harus dilakukan melalui tahapan yang sistematis dan berkelanjutan, meliputi pengumpulan, pemisahan, penyimpanan, pengangkutan, dan pengolahan.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan serta menyediakan fasilitas yang memadai juga sangat krusial untuk mencapai pengelolaan limbah yang efektif dan aman.
3.2 Saran
Sediakan fasilitas dan infrastruktur yang diperlukan untuk pengelolaan limbah, seperti kontainer khusus untuk limbah tajam dan sistem pengolahan limbah cair yang efektif. Serta perkuat penegakan kebijakan dan regulasi yang ada mengenai pengelolaan limbah medis. Pemerintah harus memastikan bahwa semua fasilitas kesehatan mematuhi standar yang
11
ditetapkan. Selain itu, penulis juga mengharapkan kritik dan saran mengenai isi makalah ini untuk memperbaiki penulisan lainnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alfarel, A., Kholil, K., & Mulyawati, I. (2021). Tinjauan Pengelolaan Sampah Medis Dan Non Medis Di Ruang Khusus Perawatan Covid 19 Gedung Anggrek Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan. Sustainable Environmental and Optimizing Industry Journal, 3(1), 50–61.
https://doi.org/10.36441/seoi.v3i1.436
Djoko Windu P, I. (2022). Pengelolaan Sampah Medis dan Non Medis Di Rumah Sakit. 6, 1–42.
Kotika, Gracela Claudia., D. (2023). Sistem Pengelolaan Limbah Medis Dan Limbah Non Medis di Rumah Sakit Budi Agung Kota Palu. Jurnal Promotif Preventif, 6(5), 681–690. http://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP
Prila Arlinda, V., Windraswara, R., Azinar Program Studi Kesehatan Masyarakat, M., & Ilmu Keolahragaan, F. (2022). Analisis Pengelolaan Limbah Medis.
Jppkmi, 3(1), 52–61. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jppkmi
Pengelolaan Limbah Medis Dan Limbah Non Medis di Rumah Sakit Budi Agung Kota Palu, S., Claudia Kotika, G., Evelin Pelima, G., Suwahyuni Wahid, R., Syam, S., & Sanjaya Kesehatan Lingkungan, K. (2023). JURNAL PROMOTIF PREVENTIF Medical and Non-Medical Waste Management System at Budi Agung Hospital, Palu City. In JPP (Vol. 6, Issue 5).